Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1. GLOBALISASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEGIATAN BISNIS
Memasuki era globalisasi menimbulkan berbagai dampak di segala bidang. Mulai dari
bidang sosial, budaya, teknologi, politik maupun dalam bidang ekonomi baik dampak positif
maupun negatif. Dalam bidang ekonomi, perdagangan internasional juga menunjukan
perkembangan yang pesat. Pertukaran barang dan jasa pun seperti tidak memiliki batasan antar
negara, kemajuan teknologi membuat perdagangan internasional menjadi sangat mudah.
Dalam kaitannya dengan globalisasi, perdagangan internasional pun ikut terkena dampak, baik
yang positif maupun yang negatif. Disini, dunia dianggap sebagai suatu kesatuan yang semua
daerah dapat terjangkau dengan cepat dan mudah. Sisi perdagangan dan investasi membuat
semua orang bebas untuk berusaha dimana saja dan kapan saja.
Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara, tidak
terkecuali Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia yang tentunya tidak dapat dan tidak
akan mengasingkan diri dari pergaulan internasional. Walaupun globalisasi memberikan efek
ataupun dampak positif dan dampak negatif bagi semua negara. Oleh karena itu diperlukan
suatu antisipasi agar keadaan ekonomi politik Indonesia mengalami stabilitas serta tidak
mengalami kemunduran yang lebih jauh. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu
negara sudah tidak akan berpengaruh lagi dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat.
Beberapa hal yang harus ditingkatkan dalam daya saing perusahaan adalah:
2. Berinvestasi dalam teknologi baru, R & D dan perbaikan yaitu, keuntungan penggunaan
daripada nanti ada tingkat teknologi dari pasar di berbagai sektor kegiatan, yaitu perusahaan
tidak hanya harus berinvestasi dalam mengembangkan produk baru, tetapi juga
meningkatkan proses dan produk yang ada, sehingga perusahaan memiliki kesempatan
yang lebih baik penetapan pasar berkembang.
Perusahaan juga harus sukses dalam proses inovasi, mengetahui faktor penghambat khas
inovasi. Ini berhubungan dengan aspek-aspek berikut:
1. Aspek perilaku yaitu, bahwa item yang menghambat inovasi adalah kritik lebih dan
hukuman. Ketika dihukum, perusahaan menghancurkan kepercayaan dari karyawan yang
melihat naluri kelangsungan hidupnya menimpa segala sesuatu yang lain dan berhenti
tantangan apapun. Perusahaan perlu belajar untuk menghargai kegagalan dan harus
berasumsi bahwa karyawan Anda jujur, pekerja keras dan kompeten;
2. Manajemen aspek yaitu, investasi besar yang memiliki hasil tidak lebih awal mengurangi
kesediaan perusahaan untuk mendukung proyek lain yang tidak biasa. Signaling juga staf
pemotongan menciptakan lingkungan yang aman dan ketakutan bagi orang yang bekerja,
biasanya, untuk menghindari proposal berisiko. Bahan baru secara signifikan dapat
mengubah biaya produk dan dapat menyebar inovasi serta insiden yang mengubah kegiatan
normal organisasi. Umur proyek dan merupakan faktor penting yang merugikan: semakin
tinggi periode ulang, cenderung menjadi hambatan yang lebih besar untuk proyek. Hal ini
sesuai dengan periode sekitar 6 sampai 12 bulan untuk proyek dapat memberikan hasil yang
nyata.
3. Aspek situasional yaitu, ketidakpastian politik dan ekonomi juga sering menjadi penyebab
terhambatnya inovasi, karena perusahaan harus memiliki beberapa kondisi untuk
memprediksi perilaku masa depan mikro dan makroekonomi. Ketika adegan itu adalah
mendung atau terlalu volatile, perusahaan biasanya cenderung gagal untuk membuat
taruhan pada inovasi.
Dari semua faktor disebut sebagai kritis adalah perilaku berbahaya. Hal ini karena jika
orang merasa dibatasi atau menyadari bahwa usaha mereka ditafsirkan sebagai tindakan yang
risiko tidak dibagi dengan perusahaan, mereka tidak akan melakukan inovasi. Hal ini
diperlukan bahwa manajer siap untuk mendorong dan memotivasi inisiatif inovasi. Sangat
penting bahwa karyawan merasa aman dan didukung dalam inisiatif inovasi mereka. Setiap
kegagalan dan risiko, serta "kemenangan" dari kesuksesan harus dibagi sama rata.
Di antara berbagai jenis proses inovasi, bisnis dapat melakukan beberapa jenis inovasi
antara lain:
1. Inovasi Terbuka
Inovasi terbuka adalah ketika perusahaan menggunakan ide baik dari internal maupun
eksternal. Digunakan untuk mempercepat produk internal dan memperluas pasar, tulis
Chesbrough dalam bukunya Open Innovation: Researching a New Paradigm (Oxford
University Press 2006). Paradigma ini mengasumsikan bahwa perusahan dapat dan harus
menggunakan ide-ide eksternal dan internal serta jalur internal dan eksternal ke pasar.
Chesbrough percaya inovasi terbuka adalah cara yang lebih menguntungkan untuk
berinovasi. Ketika dilakukan dengan benar, inovasi jenis ini memiliki potensi untuk
mengurangi biaya, mempercepat waktu ke pasar, meningkatkan diferensiasi di pasar, dan
menciptakan arus pendapatan baru.
2. Disruptive innovation
Disruptive innovation adalah ketika produk atau jasa baru dimulai dari bagian bawah
pasar tetapi akhirnya bergerak naik dan menggusur pesaing mereka. Menurut Clyton
Christensen Institute for Disruptive innovation, fenomena ini terjadi ketika suatu inovasi
mengubah pasar atau sektor yang sudah ada dengan memperkenalkan kesederhanaan,
kenyamanan, aksesibilitas, dan keterjangkauan. Awalnya, disruptive innovationterbentuk
dalam ceruk pasar yang mungkin terlihat sama sekali tidak menarik atau tidak penting, tapi
akhirnya produk atau ide baru benar-benar mengubah industri. Misalnya, kulkas yang
diperkenalkan sebagai pengganti icebox dan mobile phone yang dikembangkan sebagai
pengganti telepon rumah. Kedua produk tersebut awalnya tidak disambut dengan baik
ketika pertama kali hadir di pasar, tapi seiring berjalannya waktu kedua produk tersebut
akhirnya tidak bisa lepas dari kehidupan konsumen.
Era globalisasi yang kini tengah berlangsung ternyata membawa dampak besar dalam
perubahan sosial ekonomi. Di bidang ekonomi misalnya, globalisasi menyebabkan perubahan
dalam pasar tenaga kerja hampir di semua negara. Boleh jadi diskursus sistem pengupahan
dengan upah minimum yang diterapkan saat ini semakin tidak relevan pada masa yang akan
datang. Sebab, perubahan pengupahan akan mengikuti perubahan dalam pasar tenaga kerja.
Maka atas dasar itu, pemerintah perlu melakukan kajian saksama atas dampak globalisasi
terhadap perubahan pasar tenaga kerja dimaksud.
a) Pasar Tenaga Kerja
Deeringer dan Piore (1971) membagi pasar tenaga kerja atas empat sektor, yaitu primer,
sekunder, informal, dan ilegal. Pembagian tersebut didasarkan pada status pekerjaan,
regulasi, upah, dan pajak pendapatan. Sektor primer umumnya ditandai dengan tenaga kerja
berstatus kerah putih (white collar), memiliki izin usaha, menerapkan sistem pengupahan
dan kondisi ketenagakerjaan yang tertata baik, serta membayar pajak perusahaan dan pajak
pendapatan buruh. Sektor sekunder diklasifikasikan pada tenaga kerja kerah jingga (pink
collar), yakni kombinasi antara kerah putih dan kerah biru (blue collar), memiliki izin
usaha, regulasi yang belum tertata baik, tapi membayar pajak perusahaan dan pajak
pendapatan buruh. Sektor informal umumnya dikategorikan pada pasar tenaga kerja yang
mayoritas tenaga kerjanya tidak dapat mengakses sektor primer dan sekunder. Sedangkan
sektor ilegal ditandai pada pasar tenaga kerja yang pekerjanya pada kegiatan kriminal,
seperti pelacuran, perjudian, penyelundupan, perdagangan narkotika, dan pembalakan liar
hutan.
Hampir dapat dipastikan setiap negara memiliki keempat sektor itu, namun dengan
skala yang berbeda. Sebelum era globalisasi berlangsung, suatu negara dengan skala besar
pasar tenaga kerja di sektor primer dapat dikategorikan sebagai negara maju. Sedangkan
sektor sekunder sebagai negara transisi dari berkembang ke negara maju, dan sektor
informal berkutat di negara-negara berkembang. Sementara pasar tenaga kerja sektor ilegal
membiak di negara miskin dengan penegakan hukum yang lemah. Dari sisi pengupahan,
tingkat upah umumnya mengikuti keempat sektor itu. Tingkat upah di sektor primer
merupakan yang tertinggi berdasarkan regulasi yang menjadi acuan usaha dan perusahaan.
Tingkat upah kemudian lebih rendah pada sektor sekunder. Meski tingkat upah sektor ini
telah ditetapkan berdasarkan regulasi, namun penerapannya kerap tidak sesuai sehingga
rawan konflik. Indonesia termasuk dalam kategori ini, termanifestasi dari unjuk rasa yang
kerap dilakukan buruh. Selanjutnya, tingkat upah di sektor informal umumnya berada di
bawah upah minimum dan ditentukan bukan dengan regulasi, melainkan dengan
kesepakatan antara pengusaha dan buruh (bipartit). Kemudian, tingkat upah di sektor ilegal
sulit diketahui mengingat aktivitasnya beraliansi tindakan kriminal.
b) Efisiensi Versus Upah Minimum
Pada era globalisasi penggolongan upah menurut kategori itu diperkirakan mengalami
perubahan. Perubahan terutama menimpa negara dengan penerapan regulasi yang lemah
dalam pendirian perusahaan dan penetapan upah minimum. Era globalisasi juga bisa
dimaknai dengan kompetisi antarnegara, khususnya kompetisi dalam kegiatan ekonomi.
Untuk memenangkan persaingan ditentukan oleh tingkat daya saing. Semakin tinggi
tingkat daya saing suatu negara akan semakin besar peluang untuk memenangkan
kompetisi dalam pasar global. Aspek terpenting dalam bersaing di kegiatan ekonomi itu
adalah efisiensi. Semakin besar efisiensi biaya ekonomi akan semakin besar potensi
memenangkan persaingan karena biaya produksi barang dan jasa yang semakin murah.
Salah satu faktor penting penentu efisiensi adalah upah buruh karena upah buruh yang
semakin murah akan memberikan kontribusi yang semakin besar dalam menurunkan biaya
produksi. Maka itu, dengan mencermati perubahan dengan basis efisiensi itu, diperkirakan
struktur pasar tenaga kerja akan mengerucut ke sektor informal.
Secara faktual, sektor informal akan memiliki daya saing yang lebih tinggi
dibandingkan sektor formal. Tingginya daya saing sektor informal karena biaya produksi
yang lebih murah, yang tidak hanya disebabkan upah buruh murah, tapi juga terbebasnya
sektor ini dari biaya lain yang menjadi hak buruh, seperti uang pesangon serta absennya
perusahaan dari kewajiban membayar pajak usaha. Terjadinya fenomena ini tentu sangat
merugikan karena akan menyeret buruh ke dalam jurang kemiskinan akibat tingkat upah
yang cenderung semakin rendah. Celakanya, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi
untuk meningkatkan upah buruh. Sebab, sektor informal belum dilibatkan dalam penetapan
upah minimum. Diketahui, penentuan upah minimum masih dalam lingkup formal dengan
melibatkan tripartit, yaitu pemerintah, serikat pekerja, dan dunia usaha.
Meski demikian, untuk mencegah degradasi upah buruh dalam era globalisasi ini,
pemerintah masih dapat melakukan dua hal. Pertama, menerapkan sistem upah minimum
tidak hanya untuk sektor formal, tapi juga sektor informal. Kedua, memudahkan
persyaratan perizinan untuk mendirikan usaha formal, serta membantu pengembangan
usaha formal berskala mikro dan kecil. Berbagai upaya kiranya diperlukan guna
menyelamatkan nasib buruh dari keterpurukan akibat upah yang rendah. Kehadiran era
globalisasi suka atau tidak suka memang harus diterima sebagai konsekuensi dari
perubahan zaman. Sebab, menutup pintu dari arus globalisasi itu akan terkucilkan. Meski
demikian, kita harus cerdas untuk menyiasatinya agar tidak menjadi korban arus
globalisasi.
Contoh Kasus Pengaruh Globalisasi terhadap Dunia Bisnis
Perdagangan bebas
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized
scription and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang
berpusat di Brussels, Belgium. Perdagangan bebas juga merupakan suatu kegiatan jual beli
produk antar negara tanpa adanya kerumitan, aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan
bebas itu didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan
sekalipun dapat menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya,
Negara lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat
mendapatkan barang-barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang
relatif terjangkau. Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan
perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk mengembangkan negaranya
dalam menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para
pakar dengan melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan bagi
Negara. Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, ada
Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat-alat canggih seperti komputer dan
alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula Negara yang memiliki
sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki keterbatasan dalam menciptakan alat-alat
canggih seperti elektronik, maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi
keutungan bagi satu sama lain. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak
adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh suatu Negara, tentunya Negara
tersebut dapat menikmati produk tidak hanya dari hasil produk buatan dalam negeri sendiri
saja, tetapi juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah karena
dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat bebas masuk kedalam negeri. Selain
itu terjalin suatu hubungan internasional yang semakin terbuka antar Negara. Kemudian
produk-produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih popularitas di luar negeri.
Dapat pula meningkatkan reputasi Negara ketika suatu Negara dapat berprestasi
menciptakan produk yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen internasional.
Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor. Setiap individu bebas
memiliki kekayaan dan sumber daya produksi. Setiap individu bebas memiliki kekayaan
dan sumber daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan, terjadi
persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu, efisiensi dan
efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negatif yang ditimbulkan
akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap
barang-barang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing produsen dari luar
negeri, kemudian banyak pabrik yang bangkrut karena tidak kuat dengan persaingan yang
begitu ketat, selain itu larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri
lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor daripada ekspor. Kemudian
bagi negara-negara yang belum berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena
selalu mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang-barang kedalam negeri,
yang kemudian membuat Negara yang lemah ini sulit berkembang karena terus diserang
oleh barang-barang impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi
Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya, sehingga produknya lebih
diminati dan lebih popular di luar negeri. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi
lemah oleh pihak yang kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli sehingga
merugikan masyarakat, munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat
dengan golongan ekonomi lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
Biasanya golongan ekonomi kuat lebih memiliki strategi dan tekad dalam mengimpor
barang.
DAFTAR PUSTAKA
Donald A. Ball dan Wendell H. Mc Culloch, 2000, International Business Terjemahan Edisi
ke Tujuh, Salemba Empat, Jakarta.
http://cabe-lombok.blogspot.co.id/2016/02/bisnisinernasional-globalisasi-dan.html (Diakses
pada tanggal 12 Februari 2017)