Vous êtes sur la page 1sur 18

BISNIS INTERNASIONAL

GLOBALISASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEGIATAN BISNIS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

MADE IRNA WIKANADI 1506305094/12

I GEDE BENI WIRAKUSUMA 1506305102/15

NI KADEK DWI NANA ULAN NOVIANI 1506305112/18

NI PUTU MAYSANI 1506305145/25

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
1. GLOBALISASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEGIATAN BISNIS

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam


mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan
berlangsung. Tidak ada negara yang mampu menutup diri dari perkembangan yang terjadi, mau
tidak mau setiap negara harus mampu menghadapi derasnya arus globalisasi, walaupun arus
globalisasi memberikan berbagai dampak dalam kehidupan.

Memasuki era globalisasi menimbulkan berbagai dampak di segala bidang. Mulai dari
bidang sosial, budaya, teknologi, politik maupun dalam bidang ekonomi baik dampak positif
maupun negatif. Dalam bidang ekonomi, perdagangan internasional juga menunjukan
perkembangan yang pesat. Pertukaran barang dan jasa pun seperti tidak memiliki batasan antar
negara, kemajuan teknologi membuat perdagangan internasional menjadi sangat mudah.
Dalam kaitannya dengan globalisasi, perdagangan internasional pun ikut terkena dampak, baik
yang positif maupun yang negatif. Disini, dunia dianggap sebagai suatu kesatuan yang semua
daerah dapat terjangkau dengan cepat dan mudah. Sisi perdagangan dan investasi membuat
semua orang bebas untuk berusaha dimana saja dan kapan saja.

Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara, tidak
terkecuali Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia yang tentunya tidak dapat dan tidak
akan mengasingkan diri dari pergaulan internasional. Walaupun globalisasi memberikan efek
ataupun dampak positif dan dampak negatif bagi semua negara. Oleh karena itu diperlukan
suatu antisipasi agar keadaan ekonomi politik Indonesia mengalami stabilitas serta tidak
mengalami kemunduran yang lebih jauh. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu
negara sudah tidak akan berpengaruh lagi dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat.

1.1 Globalisasi Produksi


Globalisasi produksi, yaitu berkenaan dengan tendensi antar beberapa perusahaan yang
memberikan sumber komoditi dan jasa dari berbagai lokasi yang berbeda di seluruh dunia,
dengan mengambil manfaat dari perbedaan nasional tersebut, dalam berbagai hal seperti
biaya dan kualitas faktor produksi, agar dapat lebih kompetitif dalam bersaing.
Globalisasi produksi memacu peningkatan permintaan untuk bahan mentah. Bahan
baku diimpor dari negara negara pinggiran (periphery), kemudian dilakukan proses
pengolahan hingga menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan, dan terakhir barang
jadi didistribusikan secara global.
Globalisasi produksi dalam dunia ekonomi melibatkan aktor ekonomi global yang
beroperasi secara transnasional. Karakter tersebut direpresentasikan dengan sangat baik
oleh MNC (Multinational Corporations). Eric Thun tulisannya The Globalization of
Production menyebutkan MNC sebagai wajah globalisasi paling nyata dikarenakan
perusahaan ini bergerak dalam jangkauan yang sangat luas dan lintas negara dengan
efektivitas produksi besar dan efisiensi cost yang luar biasa. MNC ini merupakan suatu
perusahaan yang membangun merk-merk produk kenamaan yang menguasai pasar barang
dan jasa dunia, sebut saja Nike, Dell, Ford, Fedex, dsb. Dengan tumbuhnya MNC ini
kemudian memunculkan suatu pola produksi baru atau biasa disebut sebagai globalisasi
produksi, dimana MNCs ini mengembangkan sistem investasi yang disebut
sebagai Foreign Direct Investment (FDI).
Peranan dari MNC adalah hanya mengkontrol rantai value global (Global Value
Chains). Menurut Gerefit (2005) aktivitas yang dilakukan adalah mengkombinasi teknologi
yang dikuasai dengan input material dan pekerja, yang kemudian merakitnya menjadi
produk kemudian memasarkan dan mendistribusikannya. MNCs seperti Nike dan GAP
sebenarnya tidak memiliki satu pabrik yang menangani suatu rantai produksi hanya di satu
negara. Proses produksi diberikan kepada kontraktor yang diberikan kewenangan untuk
memproduksi produk yang telah dispesifikasi oleh MNC. Dimana kebanyakan pabrik
berada di luar negeri dan kepemilikan pabriknya tidak sepenuhnya dimiliki oleh MNC.
Fokus aktivitas dari merk-merk besar, seperti Apple, Hewlett-Packard, Dell, dsb hanya
pada aktivitas desain, penjualan, distribusi, dan jasa pelayanan servis. Dalam
rantai value global yang sangat penting dalam menentukan siapa yang mendapat apa,
kapan, dan bagaimana dalam ekonomi global, terdapat dua sisi rantai, yaitu home
countries dan host countries.
Menurut Eric Thun (2008), sebenarnya ekonomi internasional, investasi luar negeri dan
produksi internasional bukan hal yang baru, karena pola seperti itu sudah mulai muncul
pada abad 17 seperti yang diterapkan oleh VOC dan semakin berkembang pada abad 19
pasca revolusi industri. Namun yang membedakannya dengan pada saat masa globalisasi
adalah besarnya dan fragmentasi pada dalam rantai value global. Dimana value ini sangat
berhubungan dengan competitive advantage (keunggulan kompetitif) dan brand
image (citra merek) dari produknya. Sehubungan dengan host countries, pemerintah pada
negara berkembang menggunakan ekspansi global ini sebagai mesin pertumbuhan ekonomi
di negaranya (Thun: 351) dimana pemerintah yang memiliki suatu kewenangan dalam
mengeluarkan kebijakan industrial menjadi suatu pemicu dan lokomotif dalam
pertumbuhan ekonomi.

1.2 Globalisasi Pasar


Globalisasi pasar, yaitu suatu kejadian dimana berbagai pasar nasional bergabung
menjadi satu dan membentuk pasar yang besar dan global (pasar dunia) dengan
menciptakan produk yang berstandar dunia atau internasional.
Globalisasi menggambarkan, bahwa warga dunia semakin menyatu. Mereka memiliki
pola hubungan yang semakin erat. Kehidupan dunia seperti itu digambarkan sebagai desa
yang mengglobal (global village). Dengan globalisasi seluruh bangsa dan negara di dunia
semakin terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Di Indonesia
sendiri, globalisasi telah masuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakatIndonesia.
Disadari atau tidak kita telah dipengaruhi dan mengikuti perubahan-perubahan global yang
berasal dari luar negeri seperti teknologi komunikasi berupa handphone. Telepon genggam
(handphone) sekarang tidak hanya dimiliki dan dipakai oleh masyarkat yang tinggal di
perkotaan, akan tetapi sudah sampai ke masyarakatpedesaan. Hal ini merupakan bentuk
positif dari pengaruh globalisasi, karena dengan semakin tinggi teknologi komunikasi dapat
mempermudah manusia untuk saling berinteraksi setiap waktu tanpa harus bertemu
langsung dengan lawan bicara.
Selain dampak positif itu, globalisasi juga memberikan dampak negatif yang cukup
signifikan. Contohnya dalam pasar tradisional. Pengaruh globalisasi dalam pasar
tradisional di berbagai tempat di Indonesia mengharuskan banyak dari penjual di pasar
tradisional gulung tikar. Hal ini seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah
pusat, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa mayoritas penduduk Indonesia
merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Pasar tradisional juga merupakan roh
kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia, karena di dalamnya terdapat interaksi sosial
yang merupakan ciri umum orang Indonesia. Interaksi tersebut disebabkan karena faktor
simpati. Biasanya antara penjual dan pembeli terjalin rasa saling tertarik yang muncul
karena kebiasaan dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang sama,
sehingga walaupun tujuan utama dari penjual adalah mencari keuntungan, akan tetapi gara-
gara diantara mereka sudah terjalin perasaan saling pengertian maka harga barang yang
diperjual-belikan tidak akan pernah dipermasalahkan. Harga barang tersebut bisa lebih
rendah jauh di bawah harga normal.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu memperjuangkan peran pasar-passar
tradisional yang semakin terbenam seiring semakin gencarnya serangan globalisasi melalui
pasar-pasar modern seperti mall-mall, supermarket, indomart dan lain sebagainya.
Seandainya pemerintah tidak segera membantu pemulihan peran pasar tradisional dan
terlalu menikmati pengaruh globalisasi, maka dalam beberapa tahun kedepan dapat
dipastikan kita tidak akan melihat lagi pasar-pasar tradisional. Kita tidak akan melihat pola
interaksi yang cukup menarik yang terjadi di pasar tradisional tersebut.

1.3 Dampak Globalisasi


Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin
erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari
dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang
masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Contoh nyata dari pengaruh
globalisasi ini adalah adanya pasar beba yaitu dengan tumbuhnya produk-produk luar
negeri yang membuat produk Indonesia kalah saing dipasaran. Ini akibat dari orang-orang
Indonesia yang berpikir bahwa produk-produk luar negeri lebih berkualitas baik daripada
produk dalam negeri. Tanpa adanya pengembangan produk, sudah pasti produk mereka
tidak akan bisa laku di pasaran. Terlebih sejak CAFTA (China Asia Free Trade
Assosiation) diberlakukan, barang barang dari China mulai membanjiri pasar Indonesia.
Bagi beberapa pelaku industri, terutama yang selama ini mengandalkan bahan baku import
dari China, malah menjadi pihak yang diuntungkan atas masuknya Indonesia ke dalam
pasar bebas Asia. Mereka bisa mendapatkan bahan baku dengan harga yang jauh lebih
murah karena dilakukannya perjanjian penghapusan tarif import sehingga bisa menekan
banyak biaya yang harus mereka keluarkan. Berikut merupakan dampak positif globalisasi
antara lain :
o Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan produk ekspor
Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi
pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif, dan
dibutuhkan oleh pasar dunia.
o Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila investasinya
bersifat langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia maka akan membuka
lapangan kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal di Indonesia.
o Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan belum
bisa diproduksi di Indonesia.
o Semakin meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di
bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Dampak negatif globalisasi bagi kegiatan ekonomi di Indonesia terutama bersumber
dari ketidaksiapan ekonomi Indonesia dalam persaingan yang semakin bebas. Berikut
adalah dampak negatif globalisasi terhadap perekonomian adalah :
Kemungkinan hilangnya pasar produk ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan
produksi negara lain yang lebih murah dan berkualitas. Misalnya produk pertanian kita
kalah jauh dari Thailand.
Membanjirnya produk impor di pasaran Indonesia sehingga mematikan usaha-usaha
di Indonesia. Misalnya, ancaman produk mainan Cina yang lebih murah bagi industri
mainan di tanah air.
Ancaman dari sektor keuangan dunia yang semakin bebas dan menjadi ajang spekulasi.
Investasi yang sudah ditanam di Indonesia bisa dengan mudah ditarik atau dicabut jika
dirasa tidak lagi menguntungkan. Hal ini bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
Ancaman masuknya tenaga kerja asing (ekspatriat) di Indonesia yang lebih profesional
SDMnya. Lapangan kerja di Indonesia yang sudah sempit jadi semakin sempit.
Globalisasi membawa pengaruh positif terhadap Indonesia, tetapi tidak kalah juga
dengan contoh yang telah disebutkan diatas dampak negatifnya. Dalam hal Globalisasi ini,
peran pemerintah dalam suatu negara sangat diperlukan, mengingat segala aspek yang
dilakukan adalah demi tercapainya suatu keadaan negara yang lebih baik. Pemerintah perlu
menyikapi kehadiran globalisasi disini secara intensif dan berkelanjutan (berkala). Karena
dampak / pengaruh negatif dari globalisasi ini jika dibiarkan secara terus menerus maka
sama saja akan memutarbalikkan keadaan bahkan membuat keadaan (kehidupan
masyarakat) Indonesia semakin terpuruk. Kesenjangan dan ketimpangan akan terjadi dan
akan terus terjadi, baik antar wilayah, maupun kedudukan sosial di Indonesia. Maka dari
itu sebaiknya kita sebagai warga Indonesia yang mencintai Indonesia wajib hukumnya
untuk mendukung Indonesia agar bisa sejahtera. Misalnya dengan membeli produk dalam
negeri karena pasar kita yang sudah tersaingi oleh pasar luar negeri di era globalisasi ini.
1.4 Runtuhnya Batas-batas Perdagangan dan Investasi
Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dari
kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal
menjadi satu proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi biasanya
dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi, perdagangan dan pasar uang. Dalam
tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan faktor-faktor produksi (seperti tenaga
kerja dan modal) lintas negara atau regional akan selancar lintas kota di dalam suatu negara
atau desa di dalam suatu kecamatan. Pada tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik
di Kalimantan Barat setiap saat bisa memindahkan usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa
halangan, baik dalam logistik maupun birokrasi yang berkaitan dengan urusan administrasi
seperti izin usaha dan sebagainya.
Sekarang ini dengan semakin mengglobalnya perusahaan-perusahaan multinasional
atau transnasional bersamaan dengan semakin dominannya sistem produksi global atau
internasionalisasi produksi (dibandingkan sistem produksi lokal pada era 50-an hingga
awal 80-an), tidak relevan lagi dipertanyakan negara mana yang menemukan atau membuat
pertama kali suatu barang. Orang tidak tau lagi apakah lampu neon merek Philips berasal
dari Belanda, yang orang tau hanyalah bahwa lampu itu dibuat oleh suatu perusahaan
multinasional yang namanya Philips, dan pembuatannya bukan di Belanda melainkan di
Tangerang. Banyak barang yang tidak lagi mencantumkan bendera dari negara asal
melainkan logo dari perusahaan yang membuatnya. Sekarang ini semakin banyak produk
yang komponen-komponennya di buat di lebih dari satu negara (seperti komputer, mobil,
pesawat terbang, dll.). Banyak perusahaan-perusahaan multinasional mempunyai kantor
pusat bukan di negara asal melainkan di pusat-pusat keuangan di negara-negara lain seperti
London dan New York, atau di negara-negara tujuan pasar utamanya.
Derajat globalisasi dari suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari
dua indikator utama. Pertama, rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) dari
negara tersebut sebagai suatu persentase dari jumlah nilai atau volume perdagangan dunia,
atau besarnya nilai perdagangan luar negeri dari negara itu sebagai suatu persentase dari
PDB-nya. Semakin tinggi rasio tersebut menandakan semakin mengglobal perekonomian
dari negara tersebut. Sebaliknya, semakin terisolasi suatu negara dari dunia, seperti Korea
Utara, semakin kecil rasio tersebut. Kedua, kontribusi dari negara tersebut dalam
pertumbuhan investasi dunia, baik investasi langsung atau jangka panjang (penanaman
modal asing; PMA) maupun investasi tidak langsung atau jangka pendek (investasi
portofolio). Sebagai suatu negara pengekspor (pengimpor) modal neto, semakin besar
investasi dari negara itu (negara lain) di luar negeri (dalam negeri), semakin tinggi derajat
globalisasinya. Derajat keterlibatan dari suatu negara (negara lain) dalam investasi di
negara lain (dalam negeri) bisa diukur oleh sejumlah indikator. Misalnya, untuk investasi
langsung oleh rasio dari PMA dari negara tersebut (negara asing) di dalam pembentukan
modal tetap bruto di negara lain (dalam negeri). Sedangkan dalam investasi portofolio
diukur oleh antara lain nilai investasi portofolio dari negara tersebut (negara asing) sebagai
suatu persentase dari nilai kapitalisasi dari pasar modal di negara tujuan investasi (dalam
negeri), atau sebagai persentase dari jumlah arus masuk modal jangka pendek di dalam
neraca modal dari negara tujuan investasi (dalam negeri).
Dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini, setiap negara menghadapi persaingan ketat
di dua medan, yakni perdagangan barang dan jasa dan investasi. Seperti yang dapat dikutip
dari Tjager dan Pramadi (1997) dalam studi mereka mengenai perkembangan dan kesiapan
pasar modal di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi: Dalam gelombang era pasar
bebas ditandai dengan kesepakatan GATT, dan deklarasi APEC serta kemajuan teknologi
informasi, menjadikan dunia dengan ciri semakin terkikisnya hambatan-hambatan
perdagangan, lalu lintas keuangan internasional, dan keluar masuknya arus modal dan
investasi. Era globalisasi ini akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat, sehingga
hanya negara yang memiliki daya saing kuat saja yang akan mampu bertahan. Investasi
dalam bentuk financial asset seperti saham, obligasi dan surat berharga lainnya tidak dapat
diproteksi lagi, sehingga Indonesia harus dapat menciptakan iklim investasi yang efisien
dan memberikan hasil yang lebih baik dan menarik dibandingkan dengan negara lainnya.
Adanya teknologi komputer, internet, email dan satelit yang terus berkembang dalam
suatu kecepatan yang semakin tinggi membuat arus finansial antarnegara semakin lancar
dan sistem finansial dunia semakin mengglobal. Seperti yang ditegaskan oleh Giddins
(2001), dalam ekonomi elektronik global, para manajer keuangan dan ribuan investor
individual dapat memindahkan modalnya miliaran juta dollar dari belahan dunia yang satu
ke belahan dunia yang lain hanya dengan mengklik sebuah mouse pada komputer. Mereka
dapat menggoyang ekonomi suatu negara atau regional seperti yang terjadi di Asia (krisis
1997/98) atau bahkan pada tingkat global. Semakin mengglobalnya keuangan dunia
berbarengan dengan semakin mengglobalnya perdagangan dunia membuat saling
ketergantungan dalam sistem perekonomian dan keuangan antarnegara semakin kuat. Hal
ini menyebabkan sistem ekonomi dan keuangan nasional semakin menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem ekonomi dan keuangan global. Berbagai hambatan, seperti
proteksionisme perdagangan, pembatasan investasi asing, dan kebijakan moneter yang
mengekang arus modal/devisa jadi tidak relevan lagi. Namun, di sisi lain, semakin kuat
ketergantungan ini juga memperbesar resiko terjadinya goncangan atau krisis
ekonomi/keuangan bagi setiap negara, seperti dalam kasus krisis keuangan di Asia
Tenggara pada tahun 1997/98.

2. TEKNOLOGI DAN INOVASI


a. Pemanfaatan TIK di Sektor Bisnis
Bagi dunia bisnis, jejaring telekomunikasi awalnya digunakan seperti halnya jejaring
listrik, distribusi air, dan jejaring utilitas lain. Ini merupakan sumber yang penting, tetapi
dulu perusahaan memiliki pengaruh yang kecil. Perusahaan-perusahaan memiliki pilihan
yang terbatas atas layanan yang diperoleh dari penyediaan layanan yang dikelola secara
monopoli. Sekarang, para pengguna korporat meletakkan bersama keseluruhan jejaring di
bawah kontrol mereka, memotong-pintas jejaring publik sebagian atau sepenuhnya.
Deregulation dan teknologi digital baru telah mengizinkan perusahaan untuk secara sadar
merancang dan mengoperasikan jejaring telekomunikasi internal dan privat untuk
meningkatkan posisi kompetitif mereka. Apa yang dulunya merupakan biaya untuk
menjalankan bisnis, sekarang menjadi sumber keuntungan kompetitif.
Layanan TIK sekarang digunakan oleh semua sektor ekonomik, mulai dari
pertambangan dan pertanian sampai layanan finansial, manufaktur dan kepariwisataan.
Jejaring privat ini hadir di semua industri global, di mana perusahaan multinasional menjadi
perusahaan jejaring. Para pengguna bisnis berskala besar memiliki kebutuhan akan sistem
yang cost-effective, leluasa, aman, automated, terpadu dan terandalkan. Jika para penyedia
layanan lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, dengan biaya yang masuk akal,
perusahaan-perusahaan besar memiliki pilihan untuk mengembangkan sendiri jejaring
privat.
Perusahaan-perusahaan kecil lebih terbatas kemampuannya untuk mengembangkan
jejaring TIK sendiri ataupun untuk menyewa, karena besarnya biaya. Ini menjadi pilihan
yang ekonomik hanya jika organisasi tersebut cukup besar untuk menimbulkan cukup trafik
untuk menghasilkan penghematan. Oleh karena ini, perusahaan-perusahaan global
merupakan pihak-pihak yang pertama yang mengadopsi TIK baru. Sektor-sektor yang
sangat bergantung pada TIK mencakup, antara lain perusahaan-perusahaan layanan
finansial.
Pada ruang lingkup yang lebih luas, sebagai contoh pada lingkungan bisnis, kehadiran
teknologi informasi mulai disadari dapat menghadirkan berbagai solusi yang dapat
membantu proses bisnis yang ada. Departemen TI pada sebuah perusahaan mulai dibangun
dan secara konstan diminta untuk mengembangkan suatu layanan, mengembangkan suatu
sistem, dan mengoptimalkan efesiensi bisnis berbasis teknologi informasi.
b. Pengertian Inovasi dan Perannya Dalam Dunia Bisnis
Inovasi merupakan hasil dari pendekatan sistematis dan terencana di mana perusahaan
harus mengambil keuntungan dari sinergi tidak hanya internal tetapi juga saham
pengetahuan di seluruh dunia, kemajuan teknologi (Web) sekarang menyediakan cara yang
mudah, dan memungkinkan dimasukkannya pengetahuan baru dalam konteks bisnis yang
mengarah pada produk atau jasa baru. Inovasi dalam suatu perusahaan hanya dapat
dianggap sukses jika nilai yang diciptakan dengan itu lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan dalam perkembangannya.
Sebuah perusahaan untuk berhasil harus kompetitif. Daya saing dan inovasi yang terkait
erat, jadi dari setiap kepentingan perusahaan untuk menjadi inovatif. Lingkungan bisnis
saat ini menjadi lokal ke global, dan hanya yang terkuat dapat bertahan hidup. Pengelola
bisnis harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif, tidak hanya satu tetapi juga sulit
untuk ditiru. Inovasi dalam persaingan atau strategi, semakin global, berkumpul,
menciptakan bidang penelitian dan kompleksitas dunia baru yang berpeluang yang
mengarahkan perusahaan dapat berkelanjutan dalam jangka panjang.
Penelitian dan pengembangan (R & D) dapat dan harus digunakan untuk industri untuk
mengembangkan produk yang lebih baik sesuai dengan preferensi pelanggan, untuk
perusahaan jasa untuk memperbaiki proses, dan secara umum ada perbaikan dalam proses
internal organisasi dan perusahaan, memungkinkan pengurangan biaya dan penciptaan
nilai. Konsep ini juga menjelaskan semua pengetahuan dalam perusahaan, para karyawan,
pengetahuan eksplisit dalam paten dan merek dagang, yang adalah mesin keunggulan
kompetitif yang dapat diciptakan.
Berinovasi atau mati adalah ungkapan yang sangat terkenal diterapkan pada dunia
bisnis. Aturan pertama saing industri internasional adalah inovasi. Ada beberapa aturan
yang harus diperhatikan ketika perusahaan berinovasi. Inovasi adalah penuh dengan
ketidakpastian, masa depan tidak dapat diprediksi, orientasi lemah atau organisasi dapat
mengambil semua upaya gagal, terutama ketika inovasi berfokus pada proses teknologi dan
rekayasa terdepan. Tapi apakah itu inovasi dalam bidang ini memiliki kekuatan terbesar,
memungkinkan respon yang lebih baik kepada konsumen dan menambah nilai lebih kepada
perusahaan, dan karena itu ekonomi, seperti kasus informasi baru dan teknologi komunikasi
(TIK) di terakhir dekade. Jenis strategi perusahaan, pendanaan dan likuiditas, organisasi
Anda akan mempengaruhi bagaimana inovasi terjadi di perusahaan. Lingkungan bisnis
yang memungkinkan kolaborasi karyawan dalam pengambilan keputusan, yang
mendorong berbagi informasi dan pro-aktivitas dan efisiensi penggunaan sarana teknologi
akan memungkinkan inkubasi pengetahuan, transmisi pengetahuan, dan kemudian
kecenderungan untuk inovasi.

Beberapa hal yang harus ditingkatkan dalam daya saing perusahaan adalah:

1. Mendorong kreativitas dan eksperimen yaitu, harus menawarkan karyawannya lingkungan


di mana mereka dapat mengembangkan dan berbagi ide, meninggalkan paradigma statis.

2. Berinvestasi dalam teknologi baru, R & D dan perbaikan yaitu, keuntungan penggunaan
daripada nanti ada tingkat teknologi dari pasar di berbagai sektor kegiatan, yaitu perusahaan
tidak hanya harus berinvestasi dalam mengembangkan produk baru, tetapi juga
meningkatkan proses dan produk yang ada, sehingga perusahaan memiliki kesempatan
yang lebih baik penetapan pasar berkembang.

Perusahaan juga harus sukses dalam proses inovasi, mengetahui faktor penghambat khas
inovasi. Ini berhubungan dengan aspek-aspek berikut:

1. Aspek perilaku yaitu, bahwa item yang menghambat inovasi adalah kritik lebih dan
hukuman. Ketika dihukum, perusahaan menghancurkan kepercayaan dari karyawan yang
melihat naluri kelangsungan hidupnya menimpa segala sesuatu yang lain dan berhenti
tantangan apapun. Perusahaan perlu belajar untuk menghargai kegagalan dan harus
berasumsi bahwa karyawan Anda jujur, pekerja keras dan kompeten;

2. Manajemen aspek yaitu, investasi besar yang memiliki hasil tidak lebih awal mengurangi
kesediaan perusahaan untuk mendukung proyek lain yang tidak biasa. Signaling juga staf
pemotongan menciptakan lingkungan yang aman dan ketakutan bagi orang yang bekerja,
biasanya, untuk menghindari proposal berisiko. Bahan baru secara signifikan dapat
mengubah biaya produk dan dapat menyebar inovasi serta insiden yang mengubah kegiatan
normal organisasi. Umur proyek dan merupakan faktor penting yang merugikan: semakin
tinggi periode ulang, cenderung menjadi hambatan yang lebih besar untuk proyek. Hal ini
sesuai dengan periode sekitar 6 sampai 12 bulan untuk proyek dapat memberikan hasil yang
nyata.

3. Aspek situasional yaitu, ketidakpastian politik dan ekonomi juga sering menjadi penyebab
terhambatnya inovasi, karena perusahaan harus memiliki beberapa kondisi untuk
memprediksi perilaku masa depan mikro dan makroekonomi. Ketika adegan itu adalah
mendung atau terlalu volatile, perusahaan biasanya cenderung gagal untuk membuat
taruhan pada inovasi.

Dari semua faktor disebut sebagai kritis adalah perilaku berbahaya. Hal ini karena jika
orang merasa dibatasi atau menyadari bahwa usaha mereka ditafsirkan sebagai tindakan yang
risiko tidak dibagi dengan perusahaan, mereka tidak akan melakukan inovasi. Hal ini
diperlukan bahwa manajer siap untuk mendorong dan memotivasi inisiatif inovasi. Sangat
penting bahwa karyawan merasa aman dan didukung dalam inisiatif inovasi mereka. Setiap
kegagalan dan risiko, serta "kemenangan" dari kesuksesan harus dibagi sama rata.

Di antara berbagai jenis proses inovasi, bisnis dapat melakukan beberapa jenis inovasi
antara lain:

1. Inovasi Terbuka

Inovasi terbuka adalah ketika perusahaan menggunakan ide baik dari internal maupun
eksternal. Digunakan untuk mempercepat produk internal dan memperluas pasar, tulis
Chesbrough dalam bukunya Open Innovation: Researching a New Paradigm (Oxford
University Press 2006). Paradigma ini mengasumsikan bahwa perusahan dapat dan harus
menggunakan ide-ide eksternal dan internal serta jalur internal dan eksternal ke pasar.
Chesbrough percaya inovasi terbuka adalah cara yang lebih menguntungkan untuk
berinovasi. Ketika dilakukan dengan benar, inovasi jenis ini memiliki potensi untuk
mengurangi biaya, mempercepat waktu ke pasar, meningkatkan diferensiasi di pasar, dan
menciptakan arus pendapatan baru.

2. Disruptive innovation

Disruptive innovation adalah ketika produk atau jasa baru dimulai dari bagian bawah
pasar tetapi akhirnya bergerak naik dan menggusur pesaing mereka. Menurut Clyton
Christensen Institute for Disruptive innovation, fenomena ini terjadi ketika suatu inovasi
mengubah pasar atau sektor yang sudah ada dengan memperkenalkan kesederhanaan,
kenyamanan, aksesibilitas, dan keterjangkauan. Awalnya, disruptive innovationterbentuk
dalam ceruk pasar yang mungkin terlihat sama sekali tidak menarik atau tidak penting, tapi
akhirnya produk atau ide baru benar-benar mengubah industri. Misalnya, kulkas yang
diperkenalkan sebagai pengganti icebox dan mobile phone yang dikembangkan sebagai
pengganti telepon rumah. Kedua produk tersebut awalnya tidak disambut dengan baik
ketika pertama kali hadir di pasar, tapi seiring berjalannya waktu kedua produk tersebut
akhirnya tidak bisa lepas dari kehidupan konsumen.

3. Reverse innovation atau Inovasi Terbalik


Vijay Govindarajan dalam tulisannya di Harvard Business Review tentang Reverse
Innovation menjelaskan bahwa pada intinya, reverse innovation adalah mengenai solusi
yang diadopsi pertama kali dalam pasar miskin, di negara-negara berkembang yang
kemudian menemukan pasar yang lebih kaya, negara-negara maju. Contoh dari inovasi ini
adalah mie kering Nestle yang awalnya dikembangkan untuk digunakan di India yang
akhirnya menjadi populer di Australia dan Selandia Baru, serta format toko-toko Wal-Mart
yang lebih kecil awalnya digunakan di Meksiko, tetapi akhirnya menjadi populer di
Amerika Serikat.
4. Incremental innovation atau Inovasi bertahap
Incremental innovation adalah ketika perusahaan membuat perubahan-perubahan kecil
dalam produk dan layanan. Daripada mengubah produk atau layanan
sepenuhnya, incremental innovation hanya dibangun berdasarkan apa yang sudah ada.
Contoh dari inovasi ini adalah pisau cukur pria yang dimulai dengan satu pisau dan
sekarang memiliki tiga atau empat pisau dan mobil yang secara konsisten diperbarui
dengan fitur baru dan teknologi.
5. Breakthrough innovation atau Inovasi Terobosan
Breakthrough innovation bisa juga disebut sebagai inovasi radikal, sedang
mengembangkan sepenuhnya ide-ide dan konsep baru yang tidak ada kaitannya dengan
produk yang sudah ada. Inovasi ini sering dikembangkan oleh tim penelitian dan
pengembangan. Inovasi ini juga sering menggunakan teknologi baru agar cepat naik ke
puncak pasar baru. Contoh dari inovasi ini termasuk internet dan transistor.

3. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP TINGKAT UPAH PELUANG KERJA

Era globalisasi yang kini tengah berlangsung ternyata membawa dampak besar dalam
perubahan sosial ekonomi. Di bidang ekonomi misalnya, globalisasi menyebabkan perubahan
dalam pasar tenaga kerja hampir di semua negara. Boleh jadi diskursus sistem pengupahan
dengan upah minimum yang diterapkan saat ini semakin tidak relevan pada masa yang akan
datang. Sebab, perubahan pengupahan akan mengikuti perubahan dalam pasar tenaga kerja.
Maka atas dasar itu, pemerintah perlu melakukan kajian saksama atas dampak globalisasi
terhadap perubahan pasar tenaga kerja dimaksud.
a) Pasar Tenaga Kerja
Deeringer dan Piore (1971) membagi pasar tenaga kerja atas empat sektor, yaitu primer,
sekunder, informal, dan ilegal. Pembagian tersebut didasarkan pada status pekerjaan,
regulasi, upah, dan pajak pendapatan. Sektor primer umumnya ditandai dengan tenaga kerja
berstatus kerah putih (white collar), memiliki izin usaha, menerapkan sistem pengupahan
dan kondisi ketenagakerjaan yang tertata baik, serta membayar pajak perusahaan dan pajak
pendapatan buruh. Sektor sekunder diklasifikasikan pada tenaga kerja kerah jingga (pink
collar), yakni kombinasi antara kerah putih dan kerah biru (blue collar), memiliki izin
usaha, regulasi yang belum tertata baik, tapi membayar pajak perusahaan dan pajak
pendapatan buruh. Sektor informal umumnya dikategorikan pada pasar tenaga kerja yang
mayoritas tenaga kerjanya tidak dapat mengakses sektor primer dan sekunder. Sedangkan
sektor ilegal ditandai pada pasar tenaga kerja yang pekerjanya pada kegiatan kriminal,
seperti pelacuran, perjudian, penyelundupan, perdagangan narkotika, dan pembalakan liar
hutan.
Hampir dapat dipastikan setiap negara memiliki keempat sektor itu, namun dengan
skala yang berbeda. Sebelum era globalisasi berlangsung, suatu negara dengan skala besar
pasar tenaga kerja di sektor primer dapat dikategorikan sebagai negara maju. Sedangkan
sektor sekunder sebagai negara transisi dari berkembang ke negara maju, dan sektor
informal berkutat di negara-negara berkembang. Sementara pasar tenaga kerja sektor ilegal
membiak di negara miskin dengan penegakan hukum yang lemah. Dari sisi pengupahan,
tingkat upah umumnya mengikuti keempat sektor itu. Tingkat upah di sektor primer
merupakan yang tertinggi berdasarkan regulasi yang menjadi acuan usaha dan perusahaan.
Tingkat upah kemudian lebih rendah pada sektor sekunder. Meski tingkat upah sektor ini
telah ditetapkan berdasarkan regulasi, namun penerapannya kerap tidak sesuai sehingga
rawan konflik. Indonesia termasuk dalam kategori ini, termanifestasi dari unjuk rasa yang
kerap dilakukan buruh. Selanjutnya, tingkat upah di sektor informal umumnya berada di
bawah upah minimum dan ditentukan bukan dengan regulasi, melainkan dengan
kesepakatan antara pengusaha dan buruh (bipartit). Kemudian, tingkat upah di sektor ilegal
sulit diketahui mengingat aktivitasnya beraliansi tindakan kriminal.
b) Efisiensi Versus Upah Minimum
Pada era globalisasi penggolongan upah menurut kategori itu diperkirakan mengalami
perubahan. Perubahan terutama menimpa negara dengan penerapan regulasi yang lemah
dalam pendirian perusahaan dan penetapan upah minimum. Era globalisasi juga bisa
dimaknai dengan kompetisi antarnegara, khususnya kompetisi dalam kegiatan ekonomi.
Untuk memenangkan persaingan ditentukan oleh tingkat daya saing. Semakin tinggi
tingkat daya saing suatu negara akan semakin besar peluang untuk memenangkan
kompetisi dalam pasar global. Aspek terpenting dalam bersaing di kegiatan ekonomi itu
adalah efisiensi. Semakin besar efisiensi biaya ekonomi akan semakin besar potensi
memenangkan persaingan karena biaya produksi barang dan jasa yang semakin murah.
Salah satu faktor penting penentu efisiensi adalah upah buruh karena upah buruh yang
semakin murah akan memberikan kontribusi yang semakin besar dalam menurunkan biaya
produksi. Maka itu, dengan mencermati perubahan dengan basis efisiensi itu, diperkirakan
struktur pasar tenaga kerja akan mengerucut ke sektor informal.
Secara faktual, sektor informal akan memiliki daya saing yang lebih tinggi
dibandingkan sektor formal. Tingginya daya saing sektor informal karena biaya produksi
yang lebih murah, yang tidak hanya disebabkan upah buruh murah, tapi juga terbebasnya
sektor ini dari biaya lain yang menjadi hak buruh, seperti uang pesangon serta absennya
perusahaan dari kewajiban membayar pajak usaha. Terjadinya fenomena ini tentu sangat
merugikan karena akan menyeret buruh ke dalam jurang kemiskinan akibat tingkat upah
yang cenderung semakin rendah. Celakanya, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi
untuk meningkatkan upah buruh. Sebab, sektor informal belum dilibatkan dalam penetapan
upah minimum. Diketahui, penentuan upah minimum masih dalam lingkup formal dengan
melibatkan tripartit, yaitu pemerintah, serikat pekerja, dan dunia usaha.
Meski demikian, untuk mencegah degradasi upah buruh dalam era globalisasi ini,
pemerintah masih dapat melakukan dua hal. Pertama, menerapkan sistem upah minimum
tidak hanya untuk sektor formal, tapi juga sektor informal. Kedua, memudahkan
persyaratan perizinan untuk mendirikan usaha formal, serta membantu pengembangan
usaha formal berskala mikro dan kecil. Berbagai upaya kiranya diperlukan guna
menyelamatkan nasib buruh dari keterpurukan akibat upah yang rendah. Kehadiran era
globalisasi suka atau tidak suka memang harus diterima sebagai konsekuensi dari
perubahan zaman. Sebab, menutup pintu dari arus globalisasi itu akan terkucilkan. Meski
demikian, kita harus cerdas untuk menyiasatinya agar tidak menjadi korban arus
globalisasi.
Contoh Kasus Pengaruh Globalisasi terhadap Dunia Bisnis

Perdagangan bebas

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized
scription and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang
berpusat di Brussels, Belgium. Perdagangan bebas juga merupakan suatu kegiatan jual beli
produk antar negara tanpa adanya kerumitan, aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan
bebas itu didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan
sekalipun dapat menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya,
Negara lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat
mendapatkan barang-barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang
relatif terjangkau. Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan
perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk mengembangkan negaranya
dalam menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para
pakar dengan melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan bagi
Negara. Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, ada
Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat-alat canggih seperti komputer dan
alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula Negara yang memiliki
sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki keterbatasan dalam menciptakan alat-alat
canggih seperti elektronik, maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi
keutungan bagi satu sama lain. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak
adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.

Dampak Perdagangan Bebas

Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh suatu Negara, tentunya Negara
tersebut dapat menikmati produk tidak hanya dari hasil produk buatan dalam negeri sendiri
saja, tetapi juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah karena
dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat bebas masuk kedalam negeri. Selain
itu terjalin suatu hubungan internasional yang semakin terbuka antar Negara. Kemudian
produk-produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih popularitas di luar negeri.
Dapat pula meningkatkan reputasi Negara ketika suatu Negara dapat berprestasi
menciptakan produk yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen internasional.
Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor. Setiap individu bebas
memiliki kekayaan dan sumber daya produksi. Setiap individu bebas memiliki kekayaan
dan sumber daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan, terjadi
persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu, efisiensi dan
efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negatif yang ditimbulkan
akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap
barang-barang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing produsen dari luar
negeri, kemudian banyak pabrik yang bangkrut karena tidak kuat dengan persaingan yang
begitu ketat, selain itu larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri
lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor daripada ekspor. Kemudian
bagi negara-negara yang belum berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena
selalu mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang-barang kedalam negeri,
yang kemudian membuat Negara yang lemah ini sulit berkembang karena terus diserang
oleh barang-barang impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi
Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya, sehingga produknya lebih
diminati dan lebih popular di luar negeri. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi
lemah oleh pihak yang kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli sehingga
merugikan masyarakat, munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat
dengan golongan ekonomi lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
Biasanya golongan ekonomi kuat lebih memiliki strategi dan tekad dalam mengimpor
barang.
DAFTAR PUSTAKA

Donald A. Ball dan Wendell H. Mc Culloch, 2000, International Business Terjemahan Edisi
ke Tujuh, Salemba Empat, Jakarta.

Donald A. Ball, Michael Geringer S. Minor, dan Jeanne M. Mc Nett, 2014,International


Business Terjemahan Edisi Dua Belas, Salemba empat, Jakarta.

http://cabe-lombok.blogspot.co.id/2016/02/bisnisinernasional-globalisasi-dan.html (Diakses
pada tanggal 12 Februari 2017)

Vous aimerez peut-être aussi