Vous êtes sur la page 1sur 13

TINJAUAN TEORITIS PADA PASIEN DENGAN

CANCER OVARIUM

A. DEFINISI
Ca ovarium adalah tumor ganas pada ovarium sesuai dengan klasifikasi histopatologis,
karsinoma ovari dapat berupa primer berasal dari epithel ovarium, germ cell, stroma dan
sekunder berasal dari metastase Ca dibagian tubuh yang lain. Penyakit yang membuat
frustasi bagi pasien dan pemberi perawatan karena awitanya tersembunyi dan tidak adanya
gejala peringatan atau penyebab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika
didiagnosa.
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita usia 50-70 tahun yang bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Irham, 2008).
Kanker Ovarium (indung telur) merupakan kanker penyebab kematian nomor lima.
Kanker ovarium sering berupa benjolan/massa pada ovarium. Massa atau benjolan ini bisa
teraba pada perut bagian bawah. Masa ini bisa juga bukan suatu kanker ovarium (misalnya
pertumbuhan jinak). Keganasan belum bisa dipastikan sebelum dilakukan tindakan operasi
dan pemeriksaan patologi (Utami, 2017).

B. ETIOLOGI
Penyebab Ca ovari belum diketahui pasti, adapun faktor resiko yang ditemukan adalah:
1. Riwayat keluarga kanker ovarium, payudara, kolon dan endometrial
2. Wanita diatas usia 50-75 tahun
3. Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
4. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
5. Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 (breast cancer) (sebagai gen
penekan tumor dalam jalur pengenalan kerusakan DNA dan memperbaiki DNA)
6. Diit tinggi lemak
7. Merokok dan alkohol (Utami, 2017)
Selain itu, faktor diet dengan nilai gizi rendah juga cenderung dapat meningkatkan
terjadinya kanker ovarium. Resiko terbesar terjadinya kanker ovarium adalah ovulasi
yang terus berlangsung tanpa entrupsi dalam waktu lama. Penggunaan metode pil KB,

1
kehamilan multiple dan menyusui yang menurunkan frekuensi dari ovulasi tampaknya
memberikan proteksi terhadap kejadian kanker.

C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter >2,8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang saat
matang memiliki 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada
oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun
bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual
akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovary yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalui jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarsinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien dalam
terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama
bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari ploriferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari
epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistaadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovary
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulose
dari sex cord sel dan germ sel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor
germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional (ektodermal, endodermal
dan mesodermal) (Utami, 2017).

2
Stadium Ca ovari
1. Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.
IA = Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada jaringan tumor di
permukaan ovarium.
IB = Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak ada jaringan tumor di
kedua permukaan ovarium.
IC = Tumor terbatas pada satu / kedua ovarium, dengan keadaan kapsul ruptur,
atau ada jaringan tumor di permukaan ovarium.
2. Stadium II : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyekaran dalam
rongga panggul.
II A = Perluasan / implantasi pada uterus dan atau pada tuba.
II B = Perluasan pada jaringan rongga panggul lainnya.
II C = Perluasan dalam rongga panggul dengan ditemukannya sel ganas pada
analisis cairan ascites / dialysis peritoneal.
3. Stadium III : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastase peritoneal
yang dikonfirmasi secara mikroskopik di luar rongga panggul dan atau kelenjar getah
bening regional.
III A = Metastase mikroskopik pada jaringan peritoneal dalam rongga panggul.
III B = Metastase mikroskopik pada jaringan peritoneal dalam rongga panggul
dengan diameter < 20 mm.
III C = Metastase mikroskopil pada jaringan peritoneal dalam rongga panggul
kurang, dengan diameter terbesar > 20 mm dan atau metastase kelenjar getah
bening regional.
4. Stadium IV : Pertumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan
penyebaran jauh, metastase ke parenkim hati.

3
PATHWAY / WOC

4
5
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah.
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal
dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium
yang membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada sat ini penderita akan merasakan
nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan
hormone yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran
payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
1. Panggul terasa berat
2. Perdarahan pervaginam
3. Siklus menstruasi abnormal
4. Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu akan menurun, mual,
muntah, tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti biasanya)
5. Sering berkemih
Bila stadium lanjut, maka gejala:
1. Terasa ada benjolan di perut ketika diraba
2. Nyeri panggul
3. Gangguan buang air besar atau buang air kecil akibat penekanan pada saluran
pencernaan dan saluran kencing
4. Penderita dapat mengalami penimbunan cairan di rongga perut sampai
mengalir ke rongga dada
5. Perut semakin membuncit dan bisa juga sampai terjadi sesak nafas.
(Utami, 2017)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi Ca. Ovarium, yaitu:
a. Pap Smear
Displasia seluler menunjukkan adanya kanker.
b. Ultra sound / CT Scan

6
Membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi masa.
c. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan laparotomi mungkin dilakukan untuk
membuat tahapan kanker atau mengkaji efek kemotrapi.
d. Biopsi (endometrial / servikal)
Memungkinkan pemeriksaan histopatologis sel untuk menentukan adanya / lokasi
kanker.
e. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis, sementara penurunan Hb menduga
kehilangan darah aktif peningkatan leukosit dapat mengidentifikasi proses inflamasi /
infeksi.
f.Pemeriksaan kimia darah
g. CA125 (penanda tumor/tumor marker) merupakan suatu protein yang
konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor
h. Serum HCG (Hormon Corion Gonadotropin) dan Alfa fetoprotein
i. Analisa air kemih dan pemeriksaan saluran pencernaan
j. Parasintesis cairan asites
k. Ultrasanografi dan MRI
l. Pemeriksaan rontgen. (Utami, 2107)
Deteksi dini Ca ovarium dilakukan dengan :
1. PAP Smear
2. Pemeriksaan pelvic, retro vaginal
3. Kemungkinan massa pelvic adalah ca ovarium, jika :
a. Ukuran diameter < 5 cm, kemungkinan 3%
b. Ukuran diameter antara 5 10 cm, kemungkinan 19%
c. Ukuran diameter > 10 cm, kemungkinan 97%.
4. Pemeriksaan USG (transvagina)
5. Color Doppler duplex / triplex
6. CT Scan
7. Tumor marker (pertanda tumor) lewat pemeriksaan
darah.
Bentuk lesi dicurigai sebagai keadaan pra kanker yang terdapat di permukaan
ovarium yang menderita kanker, belum dapat dibuktikan (plaxale). Sehingga metode

7
screening yang efektif pun belum dapat ditemukan. Lesi ini mungkin suatu bentuk pra
kanker mungkin juga merupakan kelainan lanjut akibat proses kankernya. Jika dapat
dibuktikan bahwa lesi tersebut mendahului kanker dan kemudian berkembang menjadi
invasive, maka hal itu dapat dijadikan dasar untuk deteksi dini kanker ovarium.

F. PENATALAKSANAAN
Pada tingkat klinis I dan II dilakukan pembedahan dasar dengan pengangkatan
uterus, adneks, omentum dan apendiks. Pada tingkat klinis III dan IV dilakukan
pembedahan dasar yaitu pengangkatan melalui tindakan pembedahan histerektomi total
dengan pengangkatan tuba fallopi dan ovarium.
Perawat juga harus memberikan asuhan kerperawatan secara komprehensif
meliputi aspek fisik, psikologi, serta dampak emosi pasien dan keluarga karena mengingat
bahwa juga bahwa pasien kanker ovarium untuk harapan hidup dan angka kesembuhan
yang rendah, lamanya perawatan serta biaya pengobatan tinggi, maka peran perawat
sangat penting sebagai motivator dengan memberikan dukungan, perhatian, meningkatkan
kepercayaan diri pasien serta menganjurkan pasien berdoa sesuai kepercayaan nya untuk
mendorong semangat hidup pasien dengan tetap melibatkan keluarga.
1. Operasi
2. Kemoterapi selama 6 24 bulan
3. Biopsi multipel : jika masih ada tumor
a. Pencegahan primer
Beritahukan klien bahwa Ca ovari mungkin dapat dicegah oleh sesuatu yang
mengganggu siklus ovulatory konstan seperti :
1) Kehamilan full term > 1 kali
2) Penggunaan kontrasepsi oral
3) Brest feeding
b. Pencegahan
1) Dorong wanita untuk melakukan pemeriksaan pelvic secara rutin
dengan pemeriksaan bimanual rectovagina.
2) Berikan antigen CA-125 pada wanita dengan resiko tinggi.
3) Lakukan transvaginal ultrasound yang dikombinasikan dengan
pemeriksaan pelvic bimanual, dan pemeriksaan Doppler untuk lesi yang
dicurigai.

8
Prinsip Menghadapi Tumor Ovarium
a. Operasi untuk mengambil tumor : dapat menjadi besar atau kemungkinan
degenerasi panas.
b. Saat operasi dapat didahului frozen section, untuk kepastian ganas dan
tindakan operasi lebih lanjut.
c. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi
tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
d. Operasi tumor ganas diharapkan : pengambilan sebanyak mungkin jaringan
tumor sampai dalam batas aman, diameter sekitar 2 cm.
e. Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi dapat dilakukan operasi kedua,
untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.

G. Komplikasi
Komplikasi pada pasien karsinoma ovarium seringkali sulit untuk dibedakan hal-hal
yang disebabkan oleh pengobatan. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien
wanita premenopause. Kemoterapi dengan cisplatin dihubungkan dengan mual, muntah
dan suspresi sumsum tulang, mungkin juga muncul masalah potensial ototoksik,
nefrotoksik dan neurotoksik. penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan
obstruksi usus, asites, fistula dan edema ekstrimitas bawah.

9
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN
CANCER OVARIUM
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas : usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan lain-lain.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan dahulu : riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat operasi kandungan serta adanya tumor.
4. Riwayat penyakit sekarang: perdarahan, keputihan dan nyeri intra sevikal
5. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit DM, hipertensi, ginjal, kanker (baik kanker ovarium maupun kanker yang
lain).
6. Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya
7. Riwayat kebidanan: paritas, kelainan menstruasi, lama, jumlah dan warna
darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah
koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Aktifitas : kelemahan dan perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misal : nyeri, berkeringat.
b. Sirkulasi : perubahan TD
c. Eliminasi : perubahan pada pola defekasi (konstipasi) dan
perubahan
eliminasi urine (sering berkemih) serta distensi abdomen
d. Makanan : anoreksia, mual, muntah, perubahan kelembaban atau
turgor
kulit dan penurunan BB.
e. Neurosensori : pusing, sincope.
f. Nyeri : derajat nyeri bervariasi dari nyeri ringan sampai berat

10
dihubungkan dengan proses penyakit.
g. Pernafasan : dispnea dan efusi pleura
h. Seksualitas : ketidakmampuan melakukan hubungan seksual karena
proses
penyakit.
i. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung dan
riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan).
9. Pemeriksaan TTV : TD, N,
RR, S (Utami 2017)
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d adanya massa yang menekan sel syaraf nyeri, trauma jaringan
dan reflex spasme otot sekunder akibat kanker
Ds: pasien mengatakan sakit dan nyeri di bagian perut kanan bawah
Do: K/u lemah, TD dan N meningkat, pasien tampak meringis kesakitan dan
memegang daerah yang sakit, pucat, perut tampak membesar dan tegang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam x 24 jam, nyeri
dapat berkurang bahkan hilang
KH :
a) Keadaan umum baik , TTV dalam batas normal, ekspresi wajah
tenang / rileks.
b) Nyeri berkurang, perut sudah tidak membesar lagi
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri dengan pendekatan P, Q, R, ST.
R = mengetahui status nyeri.
b. Kaji keadaan dan kebutuhan pasien
R = melihat perkembangan kondisi dan mengetahui tindakan selanjutnya
c. Ajarkan cara mengurangi nyeri : tehnik relaksasi nafas dalam, kompres
hangat.
R = membantu mengurangi nyeri dengan mengeluarkan zat opium yang
fungsinya dapat mengurangi rasa nyeri
d. Berikan posisi yang nyaman
R = membantu mengurangi nyeri dan pasien bisa rileks.

11
e. Ikut sertakan keluarga dalam proses penyembuhan pasien
R = keluarga mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan
f. Berikan obat analgetik sesuai indikasi
R = mengurangi / menghilangkan rasa nyeri.
2. Gangguan keseimbangan cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d adanya oedema
pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam x 24 jam, masalah
kelebihan volume cairan dapat teratasi
KH : BB stabil, TTV dalam batas normal, tidak terjadi oedema dan turgor
kulit normal.
Intervensi :
a. Catat pengeluaran dan pemasukan cairan dalam tubuh.
R = untuk menentukan fungsi ginjal kebutuhan penggantian cairan dan
menurunkan resiko kelebihan cairan.
b. Timbang BB tiap hari sebagai pengawasan status cairan.
R = penimbangan BB sebagai pengawasan status cairan.
c. Kaji kulit apa ada oedema pada bagian tubuh lain.
R = oedema terjadi pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat,
anoreksia.
Ds: pasien mengatakan sudah >1 minggu tidak makan, nafsu makan tidak ada serta
mula muntah.
Do:
a) K/u lemah, tampak pucat, TD dan N meningkat/menurun
b) Gelisah, bibir kering dan Hb rendah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam x 24 jam, kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
KH : BB normal, makanan habis 1 porsi, K/U baik
Intervensi :
a. Kaji / catat pemasukan diet
R = dapat digunakan sebagai dasar untuk evaluasi selanjutnya.
b. Kaji bising usus dan catat gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi

12
R = mendefinisikan masalah konstipasi, catatan : konstipasi adalah salah satu
manifestasi termudah dari neurotoksisitas.
c. Anjurkan pasien makan walaupun porsi sedikit tetapi sering
R = untuk mencegah kekurangan nutrisi
d. Letakkan makanan dalam tempat yang menarik
R = untuk menambah semangat dan nafsu makan pasien
e. Pantau masukan dan keluaran serta BB
R = ketidakadekuatan masukan cairan dapat menimbulkan konstipasi.
f. Berikan obat suppositorial
R = membantu melancarkan BAB dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada
beberapa pasien dengan pola defakasi buruk sebelum pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika


Utami, Sri. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Ginekologi.
Pekanbaru: UNRI Press
Wilkinson, Judith M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

13

Vous aimerez peut-être aussi