Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.2.1. Pengertian
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali
(Simatupang, 2004).
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya,
dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu atau kurang dari 14 hari.
Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan
disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan
oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain (Ahlquist & Camilleri,
2005).
13
14
2.2.2. Etiologi
a. Infeksi
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
1) Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah
dua tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
c. Faktor Makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas terutama pada bayi (jarang terjadi pada anak yang
diare.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita maupun
orang sekitar yang bersentuhan atau tidak langsung melalui lalat ( melalui lima F :
a. Faktor Perilaku
Pendamping (MP ASI) yang terlalu dini akan mempercepat bayi kontak
terhadap kuman.
BAB anak.
17
b. Faktor Lingkungan
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita
Pendidikan orang tua adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan
manajemen diare pada bayi atau anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah, khususnya buta huruf tidak akan dapat memberikan perawatan yang tepat
pada bayi atau anak dengan diare karena kurangnya pengetahuan dan
b. Faktor anak
Ada beberapa aspek yang dapat menjadi faktor resiko diare yang ada pada
anak, terutama yang berusia kurang dari dua tahun. Tidak diberikan ASI
Eksklusif, status imunisasi yang tidak lengkap, status gizi yang rendah, tidak
1) Umur
(Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2011). Insiden tertinggi pada golongan
umur 6-35 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping dan anak mulai aktif
usia 6-35 bulan antara lain penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terpapar bakteri tinja dan kontak
lansung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak
(Depkes, 1999; SDKI, 2007). Penelitian tentang aspek epidemiologi dan klinis
2) Pemberian ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, selain komposisinya yang sesuai
dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat
menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Manfaat ASI pada kelainan
usus dan zat-zat imunologi sehingga vili-vili usus cepat mengalami penyembuhan
setelah rusak karena diare (Lubis, 2003). Anak dengan diare yang tidak mendapat
ASI lebih beresiko dirawat di rumah sakit, dan periode pemberian ASI pada anak
dengan diare akut yang dirawat di rumah sakit lebih pendek dibandingkan dengan
yang tidak dirawat di rumah sakit (Yalcin, Hiszli, Yurdakok dan Ozmert, 2005;
Khalili, 2006).
19
Pada balita, 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare
yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama (sulit diobati,
cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan epitel usus (Suraatmaja, 2007;
WHO, 2009). Anak- anak yang menderita campak atau yang menderita campak
empat minggu sebelumnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk mendapat diare
atau disentri yang berat dan fatal (WHO, 2009). Imunisasi campak yang diberikan
pada umur yang dianjurkan dapat mencegah sampai 25 % kematian balita yang
4) Status Gizi
beberapa penelitian di Indonesia dan dapat disimpulkan bahwa status gizi yang
rendah pada bayi dan balita merupakan faktor resiko terjadinya diare. Status gizi
yang buruk dapat mempengaruhi kejadian diare dan lamanya menderita diare.
Hubungan status gizi dengan lama diare bermakna secara statistik dimana
semakin buruk status gizi maka semakin lama diare yang diderita (Palupi, 2007).
Akan tetapi pada penelitian Wilunda dan Panza (2006) menemukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dan status imunisasi campak dengan
kejadian diare.
Pendapatan keluarga dan status sosial ekonomi dapat menjadi faktor resiko
yang signifikan terhadap kejadian diare. Diare lebih sering muncul pada keluarga
dengan status sosial ekonomi yang rendah. Darmawan, et.al (2008), menemukan
20
95% keluarga yang memiliki anak dengan diare berasal dari status sosial ekonomi
menengah ke bawah. Wiluda dan Panza (2006) juga menemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status sosial dengan kejadian diare pada balita.
Status sosial ekonomi rendah meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita
dan lingkungan rumah yang kurang bersih serta kurangnya kebersihan diri
2.2.4. Patofisiologi
di bawah ini:
a. Diare Sekretorik
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga terjadi diare. Yang khas pada diare ini yaitu
secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe
2006).
b. Diare Osmotik
Epitel usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekastraseluler. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+,
K+, ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata,
2006).
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
diare pula. Penyebabnya antara lain: Diabetes Melitus, pasca vagotomi, hipertiroid
(Simadibrata, 2006).
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata,
2006).
22
g. Diare Inflamasi
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan
tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).
h. Diare Infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
2.2.5. Gejala
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi
cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri
dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun
cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering (Ngastiyah,
2005).
2.2.6. Penanganan
Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:
Oralit disini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah, lebih mendekati
hipernatremia.. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini
digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit
intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi
24
kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada
anak.
1) Larutkan satu bungkus oralit dalam satu liter air matang, persediaan 24 jam.
2) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
b) Untuk anak dua tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
3) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
25
dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc
pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus,
kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan
daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi
dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang,
ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau
mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul
dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan
menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit
serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama
dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat. Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap tiga jam. Pengenceran
susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa secara rutin tidak
diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa mungkin diperlukan
untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau
pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH < 6) dan terdapat bahan yang
mereduksi dalam tinja > 0,5%,. Setelah diare berhenti, pemberian tetap
dilanjutkan selama dua hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula
Bila anak berumur empat bulan atau lebih dan sudah mendapatkan
makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari
energi diit harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering
(enam kali atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula
dengan baik pada anak yang telah disapih. Pada anak yang lebih besar, dapat
27
diberikan makanan yang terdiri dari : makanan pokok setempat, misalnya nasi,
Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten. Campur
ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
c. Antibiotik Selektif
atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang
lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium
difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada
oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan
jika demam, tinja berdarah dan berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus,
lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare biasanya masih dalam
keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Hanya sebagian kecil dengan
secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang ada di masyarakat, 900
dalam keadaan dehidrasi ringan, 90 dalam keadaan dehidrasi sedang dan 10 dalam
sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral serta melanjutkan
pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi
berat.
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga
untuk mencegah dehidrasi, seperti: air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-
penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia
29
< 1 tahun adalah 50 100 ml, 1 5 tahun adalah 100 200 ml, 5 12 tahun
adalah 200 300 ml dan dewasa adalah 300 400 ml setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur dua tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara satu sendok setiap satu sampai dua menit. Pemberian dengan botol
tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir
atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain
cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan.
Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang enam kali sehari)
merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan dulu karena
dapat menyebabkan diare bertambah berat. Bila dengan cara pengobatan ini diare
tetap berlangsung atau bertambah hebat dan keadaan anak bertambah berat serta
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan tiga jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui,
meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan
dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun adalah 300
ml, 1 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400
30
ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya
diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-
tanda dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi.
Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian
oralit harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih atau air tawar.
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan
secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang
memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa
dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi berat,
penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit
dengan baik, biasanya dalam 3 4 jam (untuk bayi) atau 1 2 jam (untuk anak
31
yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa
dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian
dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun satu jam pertama
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V. dapat
dipercepat. Setelah enam jam pada bayi atau tiga jam pada anak lebih besar,
diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
(Juffrie, 2010)
Peran keluarga terutama orang tua dalam penanganan apabila bayi atau
mengurangi risiko kematian akibat diare dan mengurangi risiko bayi atau
harus dilakukan keluarga jika bayi atau anak menderita diare adalah :
a. Memberikan bayi atau anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk
gula garam, air tajin, air sayur bagi yang sudah mendapat MP-ASI. ASI
untuk tetap makan dan memberikan makanan yang baru disiapkan sesuai
32
dengan usia. Memberikan makanan pada bayi atau anak setiap 3-4 jam
(enam kali sehari). Makanan yang dapat diberikan yaitu bubur dengan ikan
atau daging dengan porsi kecil tetapi sering pisang, sari buah segar.
c. Membawa bayi atau anak ke petugas kesehatan apabila buang air besar
bertambah sering, sangat haus, mata menjadi cekung atau kering, bayi
atau anak demam, tidak mau makan atau minum seperti biasa, dan adanya
d. Memberikan bayi atau anak oralit dengan benar. Banyaknya oralit yang harus
diberikan untuk anak umur < 2 tahun =50-100 ml ( -1/4 gelas) setiap
buang air besar. Anak umur > 2 tahun diberikan oralit 100-200 ml (1/2-1
gelas) setiap kali buang air besar. Anak yang lebih besar diberikan minum
pemberian oralit diteruskan tetapi lebih lambat yaitu satu sendok makan
2.2.8. Komplikasi
antara lain (Depkes RI, 1999; Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2011) :
keluar dalam tinja cair saat diare terjadi. Gangguan keseimbangan elektrolit akibat
diare ada tiga yang sering terjadi yaitu hipo/hipernatremia dan hipokalemia.
33
Hiponatremia dapat terjadi pada anak yang diare yang hanya minum air
putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam. Hiponatremia sering
terjadi pada anak dengan shigellosis dan anak malnutrisi berat dengan oedema.
dehidrasi berat.
intake cairan/makanan yang kurang, atau cairan yang diminum terlalu banyak
mengandung natrium. Ditemukan 10,3% anak yang menderita diare akut dengan
pada sebanyak 62% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat
b. Demam
umumnya demam timbul bila penyebab diare masuk dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul karena dehidrasi
biasanya tidak tinggi dan akan turun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam dan muntah ditemukan sebanyak 41,3% pada anak dengan diare akut
d. Asidosis Metabolik
Komplikasi diare akut dengan dehidrasi berat yang ditemukan terbanyak adalah
e. Ileus Paralitik
paralitik ditandai dengan perut kembung, muntah, dan peristaltik usus berkurang
f. Kejang
Kejang dapat terjadi pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
Dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat dan syok. Bila pengeluaran
kencing belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup, maka dapat
2.2 Dehidrasi
2.2.1. Pengertian
output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.
Meskipun yang hilang cairan tubuh ,tetapi dehidrasi juga seringkali disertai
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena
nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi
bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan
ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
2.2.2. Patofisiologi
tubuh melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat
dinamis menjaga manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan. Ketika
keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan
produksi kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak
banyak. Air yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang
hilang saat beraktivitas normal seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau
penyakit macam diare, muntah, dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan
tidak segera menggantinya dengan minum. Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya
teramat sangat. Mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang. Produksi kencing
pun menurun.
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi
penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik,
biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan
Ketika cairan yang hilang mencapai 5%-6% dari berat badan, frekuensi
nadi meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin
konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat.
kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan
kesadaran.
badan sebelum dan selama diare dan secara subyektif menggunakan kriteria
kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal satu gejala yang lain
a. Umur
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Bayi dan
dehidrasi pada anak balita menjadi lebih besar karena komposisi cairan tubuh
yang besar dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara bebas
39
(Huang dkk., 2012). Pada usia lanjut juga lebih rentan mengalami dehidrasi
atau gangguan fungsi ginjal atau jantung sehingga hal tersebut dapat
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
dapat kehilangan cairan sampai dengan lima liter per hari. Maka dari itu kondisi
c. Diet
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
Apalagi saat mengalami diare, asupan cairan dan nutrisi yang tidak adekuat
dapat memperparah kondisi diare dan dehidrasi itu sendiri. Peningkatan peristaltik
menyebabkan makanan dan cairan tidak terserap dengan baik, sehingga tubuh
diare, asupan nutrisi dan cairan ditingkatkan untuk tetap menjaga keseimbangan
40
cairan dan nutrisi sampai tubuh kembali pulih dan dapat menyerap nutrisi dengan
baik.
d. Stres
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
cairan dalam tubuh meningkat dan jika tidak dibarengi dengan asupan cairan yang
e. Kondisi Sakit
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
secara mandiri.
4) Diare dapat menjadi penyebab terjadinya dehidrasi. Selama diare akan terjadi
yang terus berlangsung dan tidak diimbangi dengan penggantian yang cukup,
41
maka akan berakhir menjadi dehidrasi. Dan jika keadaan ini berlangsung
terus maka dapat terjadi dehidrasi berat dan bahkan kematian (WHO, 2005).
f. Orang Tua
maupun penaganan dehidrasi pada anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah, khususnya buta huruf tidak akan dapat memberikan perawatan yang
tepat pada anak diare dengan dehidrasi karena kurangnya pengetahuan dan
g. Pengobatan
dehidrasi itu sendiri, jika penanganan dehidrasi tidak tepat sesuai kondisi
dehidrasi dan gagal, maka derajat dehidrasi akan tetap atau mungkin meningkat.
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila
ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
42
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare tiga kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
Jika dehidrasi sudah sampai pada tingkat sedang penderita akan mengalami
takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian
kapiler memanjang ( dua detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
43
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( tiga detik) dengan kulit yang
Salah satu stimulasi yaitu stimulasi taktil (perabaan dan sentuhan) adalah
suatu jenis rangsangan sensori yang paling penting untuk perkembangan bayi
yang optimal. Sensasi sentuhan adalah yang paling berkembang pada saat lahir,
karena sensasi ini telah berfungsi sejak dalam kandungan sebelum sensasi yang
lain berkembang. Contoh rangsang taktil yang dapat dilakukan dan penting antara
termasuk memijat dan memandikan bayi. Cara lain yang dapat digunakan untuk
yang lembut, licin, fleksibel dan kaku (Hammer dan Turner, dalam Soedjatmiko,
2006).
Salah satu bentuk terapi sentuhan adalah pijat bayi. Sentuhan alamiah pada
bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Apabila
tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik
pemijatan bayi, maka terapi ini bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak
Pijat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah
lama dikenal oleh manusia dan merupakan pengobatan yang dipraktekkan sejak
dipijat pada saat dilahirkan di dunia dengan adanya proses kelahiran dimana harus
meninggalkan rahim yang hangat dan melewati jalan lahir yang sempit sehingga
yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat bayi mempertahankan rasa
aman setelah mendapat jaminan adanya kontak tubuh bayi (Roesli, 2001).
Pijat bayi berbeda dengan pijat yang dilakukan terhadap orang dewasa.
Perbedaan ini terletak pada besarnya tekanan yang diberikan. Pada pijat bayi
Sentuhan dan pandangan mata yang terjadi pada saat pijat bayi
berlangsung dapat mengalirkan kasih sayang di antara ibu atau yang memijat
dengan bayi yang merupakan dasar untuk meningkatkan rasa aman, mengurangi
sentuhan, semakin dekat hubungan batin yang terjalin, lebih dari itu, sentuhan,
belaian, dan pijatan akan memperat ikatan kasih sayang orang tua dengan anak
namun bila dilakukan secara berlebihan, hal tersebut justru akan menimbulkan
ketergantungan pada bayi. Oleh sebab itu, pemijatan sebaiknya juga dilakukan
oleh ayah kakek atau nenek agar bayi tidak semakin tinggi ketergantungannya
Secara umum mekanisme fisiologis dasar dari terapi sentuhan (pijat bayi)
ada tiga, yaitu pengeluaran beta endorphin, peningkatan aktivitas nervus vagus
berikut :
University Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini
decarboxylase) suatu enzim yang menjadi petunjuk bagi pertumbuhan sel dan
Makanan.
Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang
dipijat atau dilakukan terapi sentuhan mengalami peningkatan tonus nervus vagus
(saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan
gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih
baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak
Nervus Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu
pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui,
ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu
yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif
penurunan kadar hormon kortisol. Penurunan kadar hormon stres ini akan
meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG selain itu penurunan kadar
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan
kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah
alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan
Yahya, 2011).
47
Pijat bayi menurut Roesli (2001) juga memiliki efek biokimia yang positif,
kadar serotonin. Selain itu, ada beberapa hasil laporan penelitian para pakar
Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap, 5) Membina
tangis bayi berkurang dan mengurangi nyeri pada bayi. Begitu banyak manfaat
dari pijat bayi sehingga disarankan kepada orangtua memberikan pijat bayi
kepada bayinya, semakin dini pijat bayi yang dilakukan secara terus menerus
maka semakin besar manfaat yang dapat dirasakan. Setelah mengetahui manfaat
pijat bayi, untuk dapat melaksanakan pijat bayi ada waktu terbaik untuk
melakukan pijat bayi dan beberapa persiapan sebelum memijat bayi (Roesli,
2001).
a. Waktu Pemijatan
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai dengan
keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan
mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat dilakukan
48
setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia enam sampai tujuh bulan
Waktu terbaik untuk memijat bayi ketika bayi terjaga dan senang.
Demikian pula dengan orang tua sendiri harus dalam kondisi tenang dan santai,
Menurut Roesli (2009) bayi dapat dipijat pada waktu-waktu yang tepat,
meliputi:
1) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru
2) Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih
nyenyak
Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut.
berlangsung.
apabila pemijat sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan
4) Sebelum melakukan pemijatan, lumurkanlah baby oil atau lotion yang lembut
sesering mungkin.
5) Sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki karena umumnya bayi lebih menerima
apabila dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh. Urutan pemijatan
bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan
6) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi. Jika bayi menangis,
ingin tidur.
7) Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan
bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun, kalau pemijatan
dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih
dari minyak.
Efek samping pijat bayi terjadi apabila pemijatan dilakukan dengan cara
yang salah dan tidak sesuai dengan ketentuan medis/ teknik pemijatan yang telah
ada.
terdapatnya lebam, adanya rasa sakit pada bayi sehingga bayi menjadi rewel,
pergeseran urat dan cedera. Oleh karena itu, banyak orang tua yang enggan
melakukan pijat bayi, mereka takut akan terjadi resiko pijat payi pada buah
hatinya.
Resiko pijat bayi tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat
memperkecil resiko pijat bayi, sebaiknya orang tua mengetahui dan melakukan
cara pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan pemijatan serta lebih teliti dalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pijat bayi antara lain ibu
yang enggan untuk melakukan pemijatan secara rutin kepada bayinya apalagi
51
diawal kelahirannya. Para ibu beranggapan bahwa bayi tidak boleh sering dipijat,
badannya masih lemah atau alasan lain seperti tidak berani memijat karena takut
salah akibat tidak tahu mengenai teknik memijat yang baik dan benar yang tidak
pengetahuan, sosial budaya, alat, waktu, dukungan suami serta keluarga dan peran
bayinya.
a. Sebelum memijat, tangan dipastikan bersih dan hangat. Hindari kuku panjang
dan perhiasan dilepaskan untuk menghindari goresan pada kulit bayi. Bayi
sebaiknya sudah makan atau tidak sedang lapar. Akan tetapi, jangan memijat
segera setelah bayi selesai makan atau membangunkan bayi hanya untuk
dipijat. Pemijatan pada bayi jangan dilakukan bila bayi sedang tidak merasa
nyaman atau tidak mau dipijat. Tidak boleh memaksakan posisi pijat tertentu
pada bayi.
b. Sebelum pijat dimulai, handuk, popok, baju ganti, dan baby oil/baby lotion
disiapkan kemudian bayi dibaringkan diatas permukaan kain rata, lembut, dan
mengajak bayi berbicara. Sebelum dan selama pemijatan, kulit bayi perlu
sesering mungkin dilumuri baby oil atau baby lotion (Febriani, 2008).
52
Mengurut telapak kaki bayi secara bergantian, pijat jari kaki dengan
gerakan memutar dan diakhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujungnya. Untuk
Lakukan gerakan seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas kebawah perut.
Letakkan kedua ibu jari di samping kanan dan kiri pusar perut, gerakkan kedua
ibu jari ke arah tepi kanan dan kiri perut. Lakukan gerakan I LOVE U mengusap
dari kanan atas perut bayi kemudian ke kiri bawah membentuk L terbalik.
YOU mengusap dari kanan bawah ke atas kemudian ke kiri dan berakhir di
bayi kita dan gerakan keatas kemudian ke sisi luar tubuh dan kembali ke ulu hati
tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu dari tengah dada bayi
dipijat menyilang dengan telapak tangan kita kearah bahu seperti membentuk
kupu-kupu.
53
tangan seperti memerah susu atau seperti memeras dari pundak ke pergelangan
tangan. Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah
jari-jari. Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan
gerakan memutar, akhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujung jari. Bentuklah
Gerakan tangan kita dari tengah wajah samping seperti membasuh mata.
Tekankan jari-jari kita dari tengah dahi kesamping seperti menyetrika dahi.
Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis, tekankan ibu jari anda dari
pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat
gerakan kesamping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum (senyum I).
Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut didaerah sekat hidung. Gerakkan
kedua ibu jari dari tengah kesamping dan ke atas daerah pipi seolah membuat bayi
Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu. Tekankan kedua ibu jari pada
dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi
di daerah rahang bayi dengan kedua jari telunjuk tangan anda, berikan tekanan
Menggerakkan tangan kita maju mundur dari bawah leher ke pantat bayi.
Pegang dan tahan pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian usapkan telapak
tangan kiri kita seperti menyetrika punggung, dari leher ke pantat (Roesli, 2009).
sederhana. Dapat dikerjakan bersama-sama pijat bayi atau terpisah dari pijat bayi.
Misalnya, waktu ibu mulai memijat bagian kaki bayi ternyata kakinya tegang dan
kaku.
memijat perut dan pinggul, serta meluruskan tulang belakang bayi. Peregangan
lembut ini dilakukan di akhir pemijatan atau diantara pijatan, setiap gerakan
a. Tangan Disilangkan
1) Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi diatas tubuh bayi
2) Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan bayi diatas tubuh bayi.
Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki bayi ke posisi semula. Gerakan
c. Menyilangkan Kaki
1) Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah
silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu dengan mata kaki kiri dalam.
2) Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah
silangan sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar.
Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. Gerakan ini dapat diulang
d. Menekuk Kaki
Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu
tekuk kaki perlahan menuju ke arah perut. Gerakan menekuk lutut ini dapat
Diare erat hubungannya dengan kejadian dehidrasi dan kurang gizi. Setiap
cairan yang masuk dan cairan yang keluar akibat diare serta dapat terjadi
56
nafsu makan menurun atau bahkan menghilang dan bayi cenderung rewel dan
berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling
berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus akan
lebih lama (Brown & Lean, 1984; Sandhu, 2001; WH0, 1995).
Pijat bayi sebagai terapi sentuhan memiliki banyak manfaat positif yang
menjadi terapi pendukung pada bayi diare. Pijat bayi memiliki manfaat
meningkatkan nafsu makan bayi dan membantu bayi untuk relaksasi sehingga
penekanan lembut pada bayi akan menyebabkan ujung-ujung saraf yang terdapat
dipermukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Pijatan pada tubuh diyakini dapat
menstimulasi sirkulasi darah lokal. Pembuluh darah pada bagian tubuh yang
dipijat akan mengalami dilatasi dan aliran darah pada daerah ini akan meningkat.
57
Peningkatan aliran darah dapat dinilai dengan membandingkan suhu dari daerah
pemijatan sebelum dan sesudah dipijat menggunakan tangan (Field, 1998 dalam
peredaran yang lancar, dapat mengatasi infeksi yang terjadi di dalam organ
dehidrasi pada bayi dengan diare akut salah satunya disebabkan karena
membaik, bayi akan cepat merasa lapar atau nafsu makan meningkat sehingga
dapat mempermudah pemberian asupan nutrisi, pemberian ASI dan rehidrasi oral
Sinclair (2005) menyatakan bahwa pijat dapat merangsang sistem saraf dan
meningkatkan produksinya. Enzim ini bekerja untuk menjadi petunjuk peka bagi
pertumbuhan sel dan jaringan. Pada anak diare, pertumbuhan sel dan jaringan
serap saluran pencernaan menjadi baik juga, sehingga keadaan dehidrasi yang
Penelitian yang dilakukan Field dan Schanberg (1986) dalam Roesli (2008)
menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus
vagus yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan
insulin. Dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Anak
dengan diare mendapatkan terapi cairan baik oral maupun intravena. Terapi
kadar enzim penyerapan akan membantu kerja cairan tersebut untuk cepat diserap
dalam tubuh anak, dengan begitu keadaan dehidrasi menjadi cepat teratasi.
cepat terserap oleh tubuh, sehingga tubuh memiliki energi yang cukup untuk
dilakukannya pada anak-anak yang tinggal di dua panti asuhan di Quito, Ecuador
dengan usia 10-11 bulan secara acak dibagi dalam kelompok intervensi yang
diberikan pijat bayi dan kelompok control yang diberikan terapi bermain.
khususnya pada pagi hari sedangkan kelompok kontrol diberikan terapi bermain
selama 15 menit tiap harinya. Hasil yang didapatkan pijat bayi mengurangi lama
hari anak-anak di panti asuhan merasakan gejala sakit dan juga pjat bayi memiliki
59
efek positif terhadap gejala sakit yang mereka alami. Untuk lebih mudah dipahami
gejala individual dari fase sakit dikategorikan sama dengan yang biasa dokter
pakai. Bayi pada kelompok pijat bayi memiliki rata-rata rendah kejadian gejala
infeksi. Ketika gejala individual dianalisa, kelompok pijat bayi memiliki frekuensi
diare yang lebih rendah dan memiliki temperamen yang lebih positif jika
frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi pada anak usia nol sampai dua tahun dengan
intervensi lebih tenang, rileks, tidur lebih nyenyak dan mengalami peningkatan
nafsu makan.