Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang
Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam..." Ayat lain menghubungkan Islm dan dn (lazimnya
diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."
Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada
Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya tekoordinas untuk menciptakan alternatif yang
lebih baik banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan menciptakan
aspirasi yang paling manusiawi. Tema ke dua adalah menciptakan alternatif yang lebih banyak
secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada beragam
dalam seluruh aspek kehidupan. Adapun mekanismenya menuntut kepada terciptanya
kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan
adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi , yang berarti pembangunan harus
berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Menurut Hadawi Nawawi (1994 : 4) Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang
bersumber dari manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya
manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan
keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu hubungan antar manusia dengan lingkungannya.
Sementara Emil Salim menyatakan bahwa yang dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya
pikir atau daya cipta manusia yang tersimpan dan tidak dapat diketahui dengan pasti
kapasitasnya. Beliau juga menambahkan bahwa SDM dapat diartikan sebagai nilai dari perilaku
seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian kualitas
SDM ditentukan oleh sikap mental manusia (Djaafar, 2001 : 2).
II. Identifikasi Masalah
III. Permasalahan
1. Bagaimana cara membangun yang islami ?
2. Bagaiman pengembangan pembelajaran islam dalam pembentukan karakter ?
3. Bagaimana cara penerapan islami kepada siswa ?
IV. Pembahasan
4.1 Membangun Perilaku yang Islami
Pembangunan dalam Islam adalah berlandaskan kepada orientasi nilai dengan perhatian untuk
meningkatkan kebajikan umat islam dari semua aspek (moral, kebendaan dan kerohanian)
untuk mencapai keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat.definisi
pembangunan: mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera kepada manusia, yaitu
kehidupan yang memenuhi keperluan rohani dan jasmani manusia. Membangun siswa yang
islami dengan caraberlandaskan kepada orientasi nilai dengan perhatian untuk meningkatkan
kebajikan umat islam dari semua aspek (moral, kebendaan dan kerohanian) untuk mencapai
keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat.
Keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu sifat yang asli pada manusia. Itu
adalah nalirah, gazilah, fitrah, kecendeungan yang telah menjadi pembawaan dan bukan
sesuatu yang dibuat-buat atau sesuatu keinginan yang datang kemudian, lantaran
pengaruhnya dari luar. Sama halnya dengan keinginan makan, minum, memiliki harta
benda, berkuasa dan bergaul dengan sesama manusia.Dengan demikian, maka manusia itu
pada dasarnya memanglah makhluk yang religius yang sangat cenderung kepada hidup
beragama, itu adalah panggilan hati nuraninya. Sebab itu andai kata Tuhan tidak mengutus
Rosul-rosul-Nya untuk menyampaikan agama-Nya kepada manusia ini, namun mereka akan
berusaha dengan berikhtiar sendiri mencari agama itu. Sebagaimana ia berikhtiar untuk
mencari makanan di waktu ia lapar, dan memang sejarah kehidupan manusia telah
membuktikan bahwa mereka telah berikhtiar sendiri telah dapat menciptakan agamanya
yaitu yang disebut dengan agama-agama ardhiyyah.Manusia dalam mencari Tuhan
sebelum datangnya utusan-utusan Allah menemukan berbagai jalan yang dapat digunakan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Banyak juga simbol-simbol yang digunakan sebagai
sarana untuk berhubungan dengan Tuhan, ada yang memakai patung, pohon-pohon besar,
batu-batu dll.Dalam usahanya mencari Tuhan manusia memikirkan apa yang ada di
lingkungan sekitarnya seperti Tuhan, matahari dan bumi yang mereka tempati ini. Berfikir
bahwa adanya sesuatu pasti ada yang membuat setelah diurut-urutkan, manusia
kehilangan akal untuk menunjukkan siapa sebenarnya yang menciptakan ini semua.Dengan
ini sampailah manusia itu kepada keyakinan tentang adanya Tuhan, pencipta alam semesta.
Dia telah menemukan Tuhan dan keyakinannya ini bertambah kuat lagi setelah ia
menyelidiki dirinya sendiri. Dikatannya bahwa ia sebelum lahir ke dunia ini ia telah tumbuh
dan berkembang di kandungan ibunya selama beberapa bulan, kemudian lahir ke dunia dan
menjadi besar. Dirinya terdiri dari dua unsur yaitu tumbuh, besar jasmani yang terdiri dari
tulang-tulang, daging, darah, dan perlengkapan lainnya yang sangat menakjubkan dan
unsur yang kedua adalah roh atau jiwa yang hakekatnya tidak dapat diketahui oleh
manusia.Perkembangan perilaku keagamaan pada anak, terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat. Semakin banyak
pengalaman yang bersifat agama (sesuai ajaran agama) akan semakin banyak unsur agama,
maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran
agamaKepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak
yang sedang bertambah itu. Sikap anak terhadap teman-teman dan orang yang ada di
sekelilingnya sangat dipengaruhi sikap orang tuanya terhadap agama.Perlakuan orang tua
terhadap anak tertentu dan terhadap semua anaknya sangat berpengaruh pada anak-anak
sendiri, perlakuan keras akan berakibat lain daripada perlakuan yang lemah lembut dalam
pribadi anak. Hubungan yang serasi penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa
pada pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik atau diarahkan karena ia mendapat
kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang dalam berfikirnya, tapi
sebaliknya hubungan orang tua yang tidak serasi akan membawa anak pada pertumbuhan
pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk atau diarahkan, karena ia tidak mendapat
suasana yang baik untuk berkembang dalam berfikir, serba selalu terganggu oleh suasana
orang tuanya.Selain di atas, banyak sekali faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku keagamaan anak. Di samping itu tentunya nilai
pendidikan yang mengarah kepada perilaku keagamaan baginya, yaitu pembinaan-
pembinaan tertentu yang dilakukan orang tua terhadap anak, baik melalui latihan-latihan,
perbuatan misalnya dalam makan minum, buang air, mandi tidur, berpakaian dan
sebagainya, semua itu termasuk perilaku keagamaan.Berapa banyak macam pendidikan
dan pembinaan tidak langsung yang telah terjadi pada anak sebelum ia masuk sekolah.
Tentu saja setiap anak mempunyai pengalaman sendiri, yang tidak sama dengan
pengalaman anak yang lain. Pengalaman yang dibawa oleh anak-anak dari rumah tersebut
akan menentukan sikapnya terhadap teman-teman, orang-orang di sekitarnya terutama
terhadap orang tua dan gurunya
a. Perilaku islami ialah perilaku yang mendatangkan kemaslahatan kebaikan, ketentraman bagi
lingkungan.
Menurut Hendro Puspito, dalm bukunya Sosiologi Agama beliau menjelaskan tentang
perilaku atau pola kelakuan yang dibagi dalam 2 macam yakni :
Pola kelakuan lahir adalah cara bertindak yang ditiru oleh orang banyak secara berulang-
ulang.Pola kelakuan batin yaitu cara berfikir, berkemauan dan merasa yang diikuti oleh banyak
orang berulang kali.Pendapat ini senada dengan pendapat Jamaluddin Kafi yang mana beliau
juga mengelompokkan perilaku menjadi dua macam yaitu perilaku jasmaniyah dan perilaku
rohaniyah, perilaku jasmaniyah yaitu perilaku terbuka (obyektif) kemudian perilaku rohaniyah
yaitu perilaku tertutup (subyektif).[8] Pembagian ini bisa terjadi karena manusia adalah
makhluk Allah yang mulia yang terdiri dari dua jauham yaitu jasmaniyah dan jiwa atau rohani.
Demikianlah macam-macam perilaku yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan, dimana
dapat disimpulkan bahwasannya perilaku seseorang itu muncul dari dalam diri seorang itu
(rohaniahnya), kemudian akan direalisasikan dalam bentuk tindakan (jasmaniahnya)
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan juga sebagai kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa
terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawan
dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari
lahir. Jika bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa
saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak
akan mungkin merubah karakter orang. Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat,
yang bermaknakan perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa
diartikan sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang maka akan mencakup duahal, pertama ,
mendidik siswa untuk berpriaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islami. Kedua, mendidik
siswa-siswa untuk mempelajari materi ajaran islam, subjek berupa pengetahuan tentang ajaran
islam.
Berdasarkan rapa pengertian diatas, terlihat jelas bahwa islam menekankan pendidikan
pada tujuan utamanya yaitu pengabdian kepada Allah secara optimal. Dengan berbekalkan
ketaatan itu, diharapkan manusia itu dapat menempatkan garis kehidupannya sejalan dengan
pedoman yang telah ditentukan sang pencipta. Kehidupan sejalan dengan pedoman yang telah
ditentukan sang pencipta. Kehidupan yang demikian itu akan memberi pengaruh kepada diri
manusia, baik selaku pribadi maupun sebagai makhluk sosial, yaitu berupa dorongan untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang aman, damai, sejahtera dan berkualitas dilingkungannya.
Tujuan pendidikan agama islam bukanlah semata mata untuk memenuhi kebutuhan
intelektualnya saja,melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasikannya
dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup. Secara umum menurut Suryani(2003,
hlm. 77), PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kemudian, secara umum menurut Ramayulis (1998,
hlm. 83) pendidikan agama islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadipribadi
yang mencerminkan ajaran-ajaran islam dan bertakwa kepada Allah, atau hakikat tujuan
pendidikan agama islam adalah terbentuknya insan kamil (manusia yang sempurna).
secara sederhana akhlak islam dapat diartikan sebagai aklak yang berdasarkan ajaran
islam atau akhlakyang bersifat islami. Kata islam yang berada dibelakang kata akhlak dalam hal
menempati posisi sebagai sifat (Ali 2009, hlm.65). dengan demikian akhlak islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada ajaran islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga
bersifat universal.namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang juga bersifat universal
ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yangterkandung dalam
ajaran etika dan moral. Dengan kata lain akhlak islami adalah akhlak yang disamping mengakui
adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local
dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu
dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau
moral,walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang
berdasarkan agama (akhlak islami). Hal yangdemikian disebabkan karena etika terbatas pada
sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak islami, itu tidak berarti akhlak islami
dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Sumber-sumber Akhlak
Sumber ajaran akhlak ialah al-Quran dan hadits (M.Ali 209, hlm 45). Sebagai sumber
akhlak al-Quran dan hadits menjelaskan bagaimana cara berbuat baik. Atasdaar itulah
keduanya menjadi landasan dan sumbera ajaran islam secara keseluruhan sebagai pola hidup
dan menetapkan mana hal yang tidak baik. Al-Quran bukanlah hasil renungan manusia,
melainkan firman Allah yang maha pandai dan maha bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim
berkeyakinan bahwa isi al-Quran tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh pemikiran manusia.
Sebagai pedoman kedua sesudah al-Quran adalah Hadits Rasulullah yang meliputi perkataan
dan dan tingkah laku beliau. Jika telah jelas bahwa a-Quran dan hadits Rasul adalah pedoman
hidup yang menjadi asas bgi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber
akhlak Islam. Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Quran adalah sebagaiberikut:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)
1. Tertidur saat pelajaran berlangsung, ketika tidur saat pelajaran berlangsung bisa membuat ilmu yanga di
berikan oleh guru tidak bisa dicerna oleh siswa
2. Berisik di dalam kelas, kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tapi kegiatan tersebut bisa
mengganu teman sekelasnya yang ingin belajar dan dapat membuat teman kelas sebelahnya juga
terganggu.
3. Mencontek ketika ulangan, mencontek adalah sifat yang tidak boleh ditiru oleh orang lain. Karena hasil
dari mencontek adalah hasil yang diraih bukan dari usaha sendiri.
4.1 Islam dan Pembangunan
Melalui motivasi keagamaan seseorang terdorong untuk berkorban baik dalam bentuk material
maupun tenaga atau pemikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan aset yang potensial dalam
pembangunan.
Max Waber misalnya melihat ada hubungan antara etos agama ini dengan pembangunan
ekonomi. Ia melihat kemajuan ekomoni liberal Eropa dan negara barat , didukung oleh etika
ajaran agama protestan (protestant Etbic). Padangan seperti itu juga dikaitkan oleh sejumlah
pengamat dengan kemajuan bangsa jepang . keunggulan bangsa jepang dinilai erat kaitanya
dengan nilai-nilai ajaran agama shito yang berintikan busbido ,yaitu ketundukan kepada
pemimpin.
Dengan mitos kaisar sebagai titisan dewa matahari, etos kerja masyarakat jepang dapat diarahkan
pada pembangunan bangsanya. Kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi di thailan, dengan nilai ajaran
budhanya. Sedangkan masyarakat bali terkait pula eros ajaran agama hindu budhanya . sedangkan
masyarakat bali terkait pula dengan etos ajaran agama hindu beli. Sudah sejak lama di masyarakat bali
penghormatan kepada pemuka agama tetap terjaga. Berbagai kegiatan pembangunan yang yang
berbasis banjar umumnya terkaitnya dengan nilai-nilai keagamaan
Sumber Daya Manusia Dalam Islam Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi
khalifah dimuka bumi, hal ini banyak dicantumkan dalam al-Quran dengan maksud agar manusia
dengan kekuatan yang dimilikinya mampu membangun dan memakmurkan bumi serta melestarikannya.
Untuk mencapai derajat khalifah di buka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya
tersebut ditandai dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat.
Di atas telah disinggung bahwa pendidikan Islam memadukan dua segi kepentingan manusia yaitu
keduniaan dan keagamaan. Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya meninjau pada satu aspek
saja, yaitu keduniaan saja dan segala bentuk keberhasilan cenderung dinyatakan dengan jumlah materi
yuang dimiliki atau jabatan serta pengaruh di tempat individu berada. Akibatnya telah dapat dilihat
bahwa kehampaan yang terjadi pada masyarakat Eropah dan Amerika adalah kehampaan spiritual yang
sebagai tempat pelariannya ke tempat-tempat hiburan, alcoholism dan bentuk lainnya. Dengan
demikian kemajuan pada satu aspek saja dalam kehidupan ini menyebabkan ketimpangan dalam
perjalanan hidup manusia yang kemudian akan kembali menjadi permasalahan kemanusiaan khususnya
sumber daya manusia.
Menurut Hadawi Nawawi (1994) Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari
manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya manusia mempunyai
dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri
interpersonal yaitu hubungan antar manusia dengan lingkungannya. Sementara Emil Salim menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya pikir atau daya cipta manusia yang tersimpan
dan tidak dapat diketahui dengan pasti kapasitasnya. Beliau juga menambahkan bahwa SDM dapat
diartikan sebagai nilai dari perilaku seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Dengan demikian kualitas SDM ditentukan oleh sikap mental manusia (Djaafar, 2001 : 2).
T. Zahara Djaafar (2001 : 1) menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu menguasai ilmu dan
teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
dan merasa bahwa manusia mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial, nampaknya
pembangunan dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju, dalam
pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Tidak jarang di antara negara-negara maju
yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan bangsanya adalah bangsa yang pada mulanya miskin
namun memiliki SDM yang berkualitas.
Dalam Islam sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu lahiriah sebagai tubuh itu
sendiri dan ruhaniyah sebagai pengendali tubuh. Pembangunan manusia dalam Islam tentunya harus
memperhatikan kedua potensi ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu
menjadikan manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua potensi yang ada
pada manusia. Namun upaya kearah penyeimbangan pembangunan kedua potensi tersebut selama 32
tahun masa orde baru hanya dalam bentuk konsep saja tanpa upaya aplikasi yang sebenarnya. Telah
dimaklumi bahwa pendidikan Islam memandang tinggi masalah SDM ini khususnya yang berkaitan
dengan akhlak (sikap, pribadi, etika dan moral).
Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan,
aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya (Djaafar, 2001 : 2).
Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu
jasmaniah dan ruhaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh ruhaniah
yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha
yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat
diambil contoh seperti kepatuhan masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek ruhaniyah ini.
Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya.
` Tantangan manusia pada millennium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai aspek kompleks.
Khusus dibidang pendidikan Aly dan Munzier (2001 : 227) menyebutkan bahwa tantangan pendidikan
Islam terbagi atas 2, yaitu tantangan dari luar, yaitu berupa pertentangan dengan kebudayaan Barat
abad ke-20 dan dari dalam Islam itu sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman.
Abdul Rachman Shaleh (2000 : 203) menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan dan
menghadapi tuntutan pembangunan pada era globalisasi diisyaratkan dan diperlukan kesiapan dan
lahirnya masyarakat modern Indonesia. Aspek yang spektakuler dalam masyarakat modern adalah
penggantian teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern yang ditampung dalam pengertian
revolusi industri. Secara keliru sering dikira bahwa modernisasi hanyalah aspek industri dan teknologi
saja. Padahal secara umum dapat dikatakan bahwa modernisasi masyarakat adalah penerapan
pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas dan semua aspek hidup masyarakat.
Dalam upaya pembangunan masyarakat, tidak ada suatu masyarakat yang bisa ditiru begitu saja,
tanpa nilai atau bebas nilai. Hal ini telah terlihat dengan peniruan dan pengambilan pola kehidupan
sosialis, materialistis yang ditiru masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu pembangunan di bidang agama.
A. R. Saleh (2000 : 205) menyatakan bahwa pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin
tertata kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam, serta ditujukan pada peningkatan
kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, teciptanya kemantapan kerukunan beragama,
bermasyarakat dan berkualitas dlam meningkatkan kesadaran dan peran serta akan tanggung jawab
terhadap perkembangan akhlak serta untuk secara bersama-sama memperkukuh kesadaran spiritual,
moral dan etik bangsa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peningkatan pelayanan, sarana dan
prasarana kehidupan beragama.
Masyarakat yang sedang membangun adalah masyarakat yang sedang berubah dan terkadang
perubahan tersebut sangat mendasar dan mengejutkan. Masyarakat yang sedang dibangun berarti
masyarakat terbuka, yang memberi peluang untuk masuknya modal, ilmu dan teknologi serta nilai dan
moral asing yang terkadang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Untuk itu peran agama diharapkan
dapat berfungsi sebagai pengarah dan pengamanan pembangunan nasional. Dalam masyarakat yang
sedang berubah ini terdapat objek paling rawan yaitu generasi muda, untuk itu prioritas perhatian pada
generasi muda ini perlu ditingkatkan demi keberhasilan pembangunan.
Peningkatan kualitas manusia hanya dapat dilakukan dengan perbaikan pendidikan. A. R. Saleh (2000 :
205) menyatakan ada beberapa ciri masyarakat atau manusia yang berkualitas, yaitu :
1.Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak mulia dan berkepribadian
5.Cinta tanah air, tebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial
Generasi yang berkualitas yang akan disiapkan untuk menyongsong dan menjadi pelaku
pembangunan pada era globalisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas keberagamaannya (dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan agamayang tetap bertumpu pada iman dan aqidah). Dengan
kata lain masyarakat maju Indonesia menuntut kemajuan kualitas hasil pendidikan Islam. A. R. Saleh
menyatakan bahwa modernisasi bagi bangsa Indonesia adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam
aktivitas pendidikan Islam secara sistematis dan berlanjut. Tujuan pendidikan nasional termasuk tujuan
pendidikan agama adalah mendidik anak untuk menjadi anak manusia berkualitas dalam ukuran dunia
dan akhirat.
Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas, ditetapkan langkah-
langkah dalam pembinaan pendidikan agama yaitu :
1.Meningkatkan dan menyelaraskan pembinaan perguruan agama dengan perguruan umum dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi sehingga perguruan agama berperan aktif bagai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.Pendidikan agama pada perguruan umum dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi akan
lebih dimantapkan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
serta pendidikan agama berperan aktif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.Pendidikan tinggi agama serta lembaga yang menghasilkan tenaga ilmuan dan ahli dibidang agama
akan lebih dikembangkan agar lebih berperan dalam pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka
memahami dan menghayati serta mampu menterjemahkan ajaran-ajaran agama sesuai dan selaras
dengan kehidupan masyarakat (A. R. Saleh, 2000 : 206).
Berdasarkan upaya diatas, maka dapat dilihat bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan agama pada 2 jalur, yaitu lembaga pendidikan umum dan keagamaan. Sejalan dengan upaya
peningkatan SDM ini H. A. R. Tilaar (1999 : 200-204) dalam memandang tuntutan SDM yang kompetitif
di abad 21 sesuai tantangan atau tuntutan masyarakat dalam era ilmu pengetahuan, menyatakan bahwa
perlunya :
1.Reformulsi IAIN sebagai Institusi Pendidikan Tinggi Islam, hal ini dilihat dari relevansinya terhadap
tuntutan ilmu pengetahuan dan pembangunan nasional masih bersifat sektoral dan visinya yang
terbatas
2.Nilai Agama Sebagai Faktor Integratif, telah terlihat efek pemisahan agama dan sains-teknologi, nilai
agama hendaknya dijadikan faktor integratif di dalam mengembangkan fakultas-fakultas ilmu murni bila
transformasi IAIN menjadi Universitas Islam dapat diwujudkan.
3.Peninjauan Eksistensi Fakultas Tarbiyah dalam IAIN dan menyarankan agar ditransformasikan menjadi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
a. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
e. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
g. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas
h. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain
i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
k. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi
q. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.