Vous êtes sur la page 1sur 59

351.

077
Ind
m

ADVOKASI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2007
KATA SAMBUTAN

Perubahan yang sangat cepat dalam sektor kesehatan dan sektor lain serta
lingkungan nasional/global, memerlukan pola pikir, rencana dan pemimpinan yang
strategis, yang mampu melakukan berbagai penyesuaian dalam mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kesehatan yang sudah disepakati.

Dinamika perubahan tersebut juga dialami dan dihadapi oleh tingkat


Kabupaten/Kota. Bahkan beberapa Kabupaten/Kota sudah memberikan respons
dengan melakukan perubahan, tantangan yang dihadapi dalam era desentralisasi
yang paling krusial adalah mendapatkan komitmen yang tinggi dari pengambil
keputusan di Kabupaten/Kota. Komitmen tersebut tidak datang dengan sendirinya,
akan tetapi perlu diperjuangkan. Lebih-lebih dengan bermunculannya pemimpin
di tingkat daerah yang mempunyai latar belakang sangat beragam, sebagai buah
dari pelaksanaan demokrasi di tingkat Kabupaten/Kota.

Untuk mendapatkan komitmen tersebut, diperlukan kegiatan advocacy secara


terencana dan sistematis. Oleh sebab itu diperlukan tenaga yang mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam melakukan advocacy untuk
mendapatkan dukungan politik dan sumber pendanaan untuk berbagai program
kesehatan di daerah.

Modul Advocacy ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari berbagai unit
terkait dilingkungan Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Tim
TRT Pusat, Tim Konsultan 3579 dan Tim Penyusun. Pada kesempatan ini saya
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyusunan Modul dan Pedoman ini, dan Sekretaris Eksekutif Proyek DHS-1
yang secara sistematis memfasilitasi mengembangkan draft revisi modul,
mendiskusikannya dengan banyak fihak dan melakukan uji coba dan pelatihan
serta bimbingan kepada daerah.

Semoga modul ini berguna untuk meningkatkan komitmen terhadap pembangunan


Kesehatan

Jakarta, 5 November 2007

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Departemen Kesehatan R.I.

Dr. Sri Astuti S. Suparmanto, M.Sc (PH)


NIP: 140 061 067

i
DHS-1 MODUL ADVOKASI
KATA SAMBUTAN

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Module Pelatihan untuk meningkakan kapasitas petugas kesehatan dalam melaksanakan
proses desentralisasi yang telah mengalami beberapa kali penyesuaian dapat diselesaikan.

Module Pelatihan untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam kontek


desentralisasi ini disusun mengikuti perkembangan kebutuhan dan perubahan-perubahan
dalam proses desentralisasi di Indonesia, beberapa pedoman/modul tersebut mengalami
beberapa kali penyesuaian dan diuji cobakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu,
sejak tahun 2005 Proyek DHS-1 difokuskan pada percepatan peningkatan kesehatan
Ibu dan Anak, walaupun misinya tetap sama yaitu memperkuat daerah dalam melaksanakan
desentralisasi kesehatan. Maka sampai Desember 2007, telah dihasilkan seperangkat
pedoman/modul sebagai berikut:

1. Modul Surveilans KIA: Peningkatan Kapasitas Agen Perubahan dan Pelaksana


Program Kesehatan Ibu dan Anak
2. Pedoman Surveilans KIA
3. Modul Advocacy Kesehatan Ibu, Neonatal dan Anak atau Maternal Neonatal
and Child Health (MNCH)
4. Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)
(Penyesuaian Modul yang lama)
5. Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan atau Health Sector Reform (HSR)
6. Modul Advocacy (Penyesuaian Modul yang lama)

Modul Pelatihan dan Pedoman ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari Direktorat
Jenderal P2M-PL, Direktorat Kesehatan Ibu, Direktorat Kesehatan Anak, Biro Perencanaan,
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Tim TRT Pusat, Tim Konsultan 3579, para Pihak
Ketiga yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan dan Sekretaris Eksekutif Proyek
DHS-1 yang telah memfasilitasi penyusunan pedoman dan modul tersebut diatas. Dalam
kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan Modul dan Pedoman ini.

Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap Modul dan
Pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi tingkat Provinsi
dan Pusat serta siapa saja yang berkepentingan dengan Pengembangan dan Penguatan
Sistem Pelayanan Kesehatan dalam konteks Desentralisasi.

Jakarta, 5 November 2007

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Departemen Kesehatan R.I.

Dr. Bambang Sardjono, MPH


NIP. 140 127 292

ii
DHS-1 MODUL ADVOKASI
iii
DHS-1 MODUL ADVOKASI
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN DIRJEN.......................................................................... i


KATA SAMBUTAN SEKJEN......................................................................... ii
KONTRIBUTOR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv

I. DESKRIPSI SINGKAT.......................................................................... 1

II. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................. 1

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ........................... 2

IV. BAHAN BELAJAR ............................................................................... 2

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN....................... 2

VI. URAIAN MATERI.................................................................................. 3

LAMPIRAN - LAMPIRAN :
LEMBAR KERJA FASILITATOR .................................................................. 1-11
LEMBAR KERJA PESERTA ........................................................................ 1-8
LEMBAR SOAL TEST .................................................................................. 1-5

iv
DHS-1 MODUL ADVOKASI
I. DESKRIPSI SINGKAT

Desentralisasi di Indonesia telah dipromosikan oleh advokator reformasi


sektor kesehatan sejak dekade ini. Pada awalnya desentralisasi terlihat
sebagai reformasi administrasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas layanan yang kemudian dilanjutkan menjadi reformasi inti berupa
upaya mempromosikan demokrasi dan akuntabilitas. Hingga saat ini baru
sebagian di beberapa bagian Indonesia ini yang mengadopsi dan
mengimplementasi reformasi desentralisasi secara konsekwen.

Konsekwensi pelaksanaan desentralisasi adalah mendekatkan keputusan


dan pelayanan pada daerah setempat yang merupakan ruang lingkup
wilayahnya. Dengan demikian, sektor kesehatan menghadapi tantangan untuk
memberikan argumentasi mengenai sektor yang esensial bagi pembangunan
daerah yang perlu disosialisasikan kepada semua pihak. Lebih dari itu, sejalan
dengan demokratisasi yang menyertai desentralisasi, bermunculan pelaku-
pelaku baru sebagai pemain peran dalam penetapan kebijakan dan keputusan
daerah. Untuk itu, advokasi kesehatan dalam era desentralisasi diperlukan
sebagai sarana sosialisasi rencana sektor kesehatan kepada stakeholder.

Modul ini membahas bagaimana memahami dan mempraktikkan advokasi


kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan pembelajaran umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu mempraktikkan advokasi


kesehatan kepada stakeholders kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

b. Tujuan pembelajaran khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu :

1. Menjelaskan ruang lingkup advokasi kesehatan

2. Menyebutkan siapa yang disebut advokator

3. Mendemonstrasikan tatacara advokasi

1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
III. POKOK BAHASAN dan SUB POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas beberapa pokok bahasan dan sub pokok
bahasan sebagai berikut :

a. Ruang lingkup advokasi :


1. Apakah yang dimaksud dengan Advokasi?
2. Mengapa advokasi kesehatan?
3. Apa sebenarnya tujuan advokasi kesehatan dan bagaimana
menetapkannya?

b. Advokator

c. Prinsip, strategi dan tata cara advokasi :


1. Prinsip Advokasi
2. Strategi advokasi
3. Tata cara advokasi
4. Advokasi media

IV. BAHAN BELAJAR :

a. Modul 11: Advokasi Rencana dan Anggaran Kesehatan Daerah, P2KT,


Biro Perencanaan Depkes RI, Fakultas Kesehatan Masyarakat-UI.
b. Modul Training of Trainers: Advokasi Suatu Strategi Untuk Mendukung
Pembangunan Berwawasan Kesehatan di daerah, DHS-1
c. Advocacy Sektor Kesejahteraan Sosial oleh Ascobat Gani

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

a. Lakukan apersepsi selama 15 menit. Gunakan Lembar kerja 1.


b. Lanjutkan dengan penjelasan secara singkat tujuan pembelajaran sesi,
pokok bahasan, bahan belajar dan metode yang dipakai selama sesi.
Gunakan lembar kerja tayangan. (lihat Lembar Kerja 2 - 5). Waktu 15
menit
c. Peserta dibagi dalam 3 kelompok. Kepada mereka dibagikan lembar
kasus. Baca selama 15 menit.
d. Masing-masing kelompok diberikan penugasan mendiskusikan kasus
tersebut dengan pertanyaan masing-masing kelompok tersedia pada
lembar kerja 6. Diskusikan selama 30 menit.
e. Setiap kelompok mempresentasikan. Masing-masing kelompok diberi
waktu 10 menit.
f. Diskusikan secara panel di dalam kelas selama 30 menit.
g. Fasilitator memberikan klarifikasi yang diperlukan dan refleksikan proses
yang baru saja berlangsung. Waktu 15 menit.

2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
h. Peserta dibagi dalam kelompok baru. Satu kelompok pengamat dan satu
kelompok pemeran. Seluruh peserta diberi kasus dan skenario role play.
Kelompok pengamat diberikan tambahan lembar pengamatan (lihat Lembar
Kerja). Bahan diberikan untuk dipelajari selama 15 menit.
i. Peserta mendemonstrasikan tatacara advokasi sesuai peran masing-
masing dalam skenario role play. Waktu 45 menit.
j. Rekam kegiatan role play
k. Lakukan refleksi dengan memutar ulang rekaman dan penyampaian hasil
pengamatan sesuai dengan format. Waktu 60 menit.
l. Tutup acara dengan umpan balik yang dipimpin oleh fasilitator dan dicatat
pada lembar flipchart. Waktu 15 menit.

VI. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1 :
Ruang Lingkup Advokasi Kesehatan

a. Apakah yang dimaksud dengan Advokasi?


Istilah advokasi kerap terdengar sebagai sesuatu yang hebat, bahkan
seringkali dibayangkan sebagai sesuatu yang menyeramkan.
Bagaimana dengan Saudara ? Seperti apakah istilah advokasi yang
saudara pahami selama ini ?
Pada masa Orde Baru, advokasi dikonotasikan sebagai upaya makar
terhadap pemerintah. Sementara di pihak lain, advokator di masa itu
menganggap bahwa kegiatan advokasi adalah upaya yang mengarah
kepada kegiatan revolusioner mengubah sistem sosial, politik dan ekonomi.
Untuk terjadinya perubahan radikal itu dibutuhkan semangat perlawanan,
dan keberanian. Sehingga, pihak yang diadvokasi berupaya sebaliknya
dengan menolak aliansi yang ditawarkan advokator untuk pengintegrasian
program-program. Jika kemudian advokasi menjadi urusan organisasi
yang berkaitan dengan hukum, tentu dapat dipahami alasannya.
Dari segi bahasa, advokasi berasal dari bahasa Inggris yaitu advocacy
yang artinya dukungan, perlindungan, bantuan atau dorongan. Sedangkan
to advocate adalah memberikan support (dukungan), memberikan
perlindungan, dan mempromosikan. Dalam kamus bahasa Indonesia
ditemukan istilah advokat dan mempunyai arti pengacara, atau pejabat
hukum yang memberikan pembelaan. Advokasi menjadi kosa kata baru
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangan kebutuhannya.
Beberapa istilah yang mendekati makna advokasi di Indonesia adalah
menghimbau (persuading), mempengaruhi (influencing), menekan
(pressuring), mengancam (threatening) atau negosiasi/tawar menawar
(bargaining).

3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Apakah beda masing-masing istilah tersebut? Dengan memperhatikan
praktik advokasi di Indonesia, apakah yang dimaksud dengan advokasi
sesungguhnya?

Gunakan lembar bahan belajar Advocacy sektor Kesejahteraan sosial


yang ditulis oleh Ascobat Gani.

Menurut Fakih (2000), paradigma baru advokasi yang ditawarkan adalah


menempatkan korban kebijakan, dan pihak- pihak yang terpinggirkan atau
terabaikan sebagai subyek. Kepentingan golongan ini merupakan orientasi
advokasi dan menjadi prioritas agenda serta penentu arah upaya advokasi.
Dengan demikian kegiatan advokasi tidak lagi meletakkan suatu organisasi
sebagai pahlawan, akan tetapi menjadikan advokasi suatu proses yang
menghubungkan antar berbagai unsur tertentu dalam kelompok masyarakat,
melalui terciptanya aliansi-aliansi strategis yang memperjuangkan
terwujudnya pemerataan dan ekuitas dengan cara mendorong terjadinya
perubahan-perubahan kebijakan publik.

Isu kesehatan mencakup dimensi yang luas dan harus didekati secara
praktis dengan mengkaitkan pada program strategis. Advokasi kesehatan
dalam kaitannya dengan era desentralisasi menjadi pendekatan praktis
terpilih.

Benarkah advokasi adalah sarana yang diperlukan untuk mensosialisasi


kan rencana sektor kesehatan kepada stakeholder? Mengapa advokasi?

Rujuk lembar bahan belajar tulisan Ascobat Gani membahas Advocacy


sektor Kesejahteraan sosial.

b. Mengapa Advokasi Kesehatan?

Pertama, dengan pelaksanaan desentralisasi maka keputusan lebih


didekatkan pada daerah setempat sebagai ruang lingkup wilayahnya.
Tantangan yang dihadapi sektor kesehatan adalah dalam memberikan
penjelasan mengenai faktor esensial pembangunan daerah yang perlu
disosialisasikan kepada semua pihak.

Kedua, sejalan dengan demokratisasi yang menyertai desentralisasi,


bermunculan pelaku-pelaku baru yang berperan dalam penetapan kebijakan
kesehatan dan keputusan daerah.

Ketiga, ketertinggalan membangun kesehatan di daerah dibandingkan


dengan Pusat

4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Keempat, kesenjangan persepsi mengenai kesehatan itu sendiri. Sudut
pandang di antara stakeholder kesehatan berbeda-beda. (1). Ada yang
memahami kesehatan dari empati dan kesetiakawanan kepada kelompok-
kelompok masyarakat yang dirugikan oleh kebijakan pemerintah untuk
kepentingan publik; selanjutnya (2) alasan pribadi yang mengemuka ketika
diri sendiri terlibat langsung sebagai pihak yang dirugikan (korban); (3)
alasan praktis merupakan alasan yang diajukan pada saat advokasi telah
menjadi program organisasi, lembaga atau donor yang harus dilaksanakan;
(4) alasan lain merupakan alasan yang tidak selalu dapat diterima, karena
hanya terbawa oleh trend.

c. Apakah Sebenarnya Tujuan Advokasi Kesehatan dan Bagaimana


Menetapkannya?

Dari segi praktik penggunaannya, pada dasarnya advokasi merupakan


salah satu dari berbagai pendekatan yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Hanya saja tidaklah seradikal yang diperkirakan.
Advokasi merupakan proses sistematis, terstruktur, terencana dan bertahap
yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan kebijakan agar menjadi
lebih baik.

Advokasi bertujuan membangun sikap tertentu dan membangun komitmen,


yang ditujukan kepada semua stakeholder, yang berkaitan dengan isu-
isu pembangunan dengan menggunakan fakta atau evidence (bukti).
Tidak perlu revolusioner karena advokasi bukan revolusi. Perubahan yang
dilakukan melalui perangkat dan jalur demokrasi, proses legislasi maupun
kebijakan politik dalam sistem yang berlaku.

Advokasi kesehatan masih perlu terus dilakukan untuk mempromosikan


desentralisasi dalam reformasi sektor kesehatan agar tujuan peningkatan
sistem kesehatan tercapai.

Untuk itu, advokasi pada sektor kesehatan bertujuan :

1. Membuat keputusan dengan melibatkan partisipasi semua stakeholders


sehingga diperoleh komitmen bersama berkaitan dengan masalah
kesehatan, prioritas program dan anggaran yang disusun.

2. Membangun kemitraan yang efektif antara semua stakeholders yang


terkait dengan pembangunan sektor kesehatan.

3. Mendapatkan komitmen sektor lain untuk berperan sesuai dengan


intervensi yang relevan dengan ruang lingkup bidang kegiatannya.

5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Bagaimana menetapkan tujuan advokasi? Unsur apa saja yang harus
terdapat di dalam tujuan tersebut?

Mari, kita melatih diri sendiri membuat satu tujuan advokasi kesehatan!

Gunakan rujukan bahan belajar modul Advokasi suatu strategi untuk


mendukung Pembangunan Berwawasan Kesehatan di daerah, hal 43 -
50. Penulis Pekerti, R, et.al (2002).

d. Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses advokasi

Langkah 1. Analisis Situasi

Diawali dengan analisis situasi, meliputi situasi saat ini, faktor-faktor yang
ada kaitannya, kebijakan masa sekarang dan sebelumnya, refleksi upaya
yang sudah dilakukan, serta evaluasi keberhasilan dan ketidakberhasilan.

Bertolak dari analisis situasi tersebut, isu advokasi dapat ditetapkan. Jika
terdapat beberapa isu, pemilihan dilakukan dengan membuat prioritas
dan mengurutkan mulai dari tingkat prioritas tertinggi. Perkiraan akan
kecenderungan masa depan melengkapi analisis masalah ini. Kemudian,
disusunlah 'positioning' yang bersifat sementara sebelum merumuskan
stakeholders interest.

Bagaimana menetapkan suatu isu advokasi kesehatan? Apa yang perlu


diperhatikan?

Dalam menetapkan isu/substansi advokasi kesehatan harus memperhatikan


dan mengacu pada hal berikut ini.

a. Filosofi advokasi
Melakukan advokasi bukan mempersoalkan menang kalah atau benar
salah. Ada hal lain yang lebih mendasar dalam mempengaruhi
perubahan kebijakan agar menjadi lebih baik.
Dalam kegiatan advokasi, seorang advokator harus mempertahankan
arah (fokus) isu pada tataran filosofi advokasi, yaitu bahwa: (1) Advokasi
diperlukan untuk mempromosikan agenda yang berisi jaminan
'kesehatan adalah hak asasi manusia'; yaitu masyarakat dapat
memperoleh akses untuk hak dan kesamaan sebagai konsumen
layanan kesehatan dan selaku warga Negara; (2) advokasi diperlukan
untuk meyakinkan penentu kebijakan dan lembaga Internasional untuk
mengadopsi kebijakan kesehatan dengan berorientasi kepada
'kesehatan adalah investasi'. Intinya bahwa kesehatan merupakan
pintu gerbang untuk akselarasi pembangunan, karena pada dasarnya
pembangunan adalah untuk dan oleh manusia.

6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
b. Landasan normatif advokasi
Pada tataran operasional, isu secara normatif berlandaskan pada (1)
allocation (alokasi anggaran cukup/memadai); (2) Pemerataan
(ekuitas) pembangunan kesehatan bagi setiap kelompok masyarakat
(terutama kelompok vulnerable/ lemah, balita); (3) Efisiensi, yaitu
menggunakan sumberdaya kesehatan secara efisien (misalnya
penggunaan anggaran secara tepat guna); dan (4) Demokratisasi,
yakni mengarahkan pembangunan kesehatan lebih demokratis dengan
mendorong peran kemitraan di lapis bawah. Misalnya, mendudukkan
wakil dari masyarakat pada governing board di Rumah Sakit.

Langkah 2. Analisis stakeholders

Menentukan stakeholders interest dan motivasi stakeholders, dengan


melakukan analisis stakeholders. Yaitu, tetapkan dahulu siapakah
stakeholders untuk isu tersebut?

Secara umum, stakeholders terdiri dari 3 kelompok :

1. Pemerintah
2. Swasta
3. Masyarakat

Dalam era demokrasi dan desentralisasi, perencanaan dan pelaksanaan


serta evaluasi hasil pembangunan tidak bisa lagi hanya dilakukan oleh
pemerintah (dalam hal ini lembaga eksekutif). Semua diselenggarakan
dengan prinsip kemitraan (parnertship) dengan pihak swasta dan
masyarakat.

Lalu, siapakah yang termasuk Stakeholders Pembangunan Kesehatan?

Pembangunan kesehatan juga tidak lepas dari prinsip kemitraan. Oleh


sebab itu, masalah kesehatan yang walaupun dalam proses kegiatannya
dikendalikan oleh Dinas Kesehatan, namun pada tahap tertentu perlu
mendapat masukan-masukan dari semua stakeholders pembangunan
kesehatan.

Apabila ditinjau dari fungsinya, terdapat beberapa stakeholders


pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten/kota yaitu :

Legislator (DPRD)
Pemerintah dengan peran gandanya yaitu sebagai regulator (sektor
pemerintah yang menetapkan, membuat dan mengeluarkan peraturan
dan ketentuan tentang pengelolaan sektor tersebut), juga sebagai
operator (sektor pemerintah yang mengelola dan mengoperasikan

7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
kegiatan. Ditinjau dari jenisnya: BUMN/BUMD, swasta yaitu RS Swasta,
Poliklinik Swasta, dan instansi pemerintah yang memberikan layanan
seperti RSUD, Puskesmas,)
Private/ swasta (modern maupun tradisional)
Consumer (sektoral maupun non sektoral, bisa terdiri dari LSM/Lembaga
Swadaya Masyarakat, Tokoh masyarakat, warga masyarakat)
Payer (asuransi seperti PT. ASKES, PT. JAMSOSTEK, pemasok)

Selanjutnya, menetapkan stakeholders interest dan motivasi mereka. Hal


ini perlu dipahami sebagai bahan acuan pada perencanaan advokasi
terutama dalam mempersiapkan isi pesan advokasi.

Pertimbangan interest dan motivasi pada stakeholders ini dilakukan dengan


melihat kemungkinan interest yang ada pada berbagai macam stakeholders
tersebut, antara lain:((a)Meningkatnya mutu sumberdaya manusia; (b)
Ekonomi makro (stabilitas); (c)Pemerataan kesejahteraan social;
(d)Kekuasaan dan pengaruh; (d) Demokrasi; (e) Good governance
(pemerintahan yang bersih dan efektif); (f) Mutu pelayanan; (g) Efisiensi;
(h)Reward financial; (i) Reward non financial; (j)Kepuasan batin;
(k)Heroisme; dll

Hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah memperhatikan tata nilai (ideologis)
yang dianut stakeholders, seperti: spiritual, relijius, adat istiadat, demokrasi,
liberalisme, kemerdekaan dan kebebasan, dsb.

Dalam konteks advokasi kesehatan kepada stakeholders tersebut,


bagaimanapun interest masing-masing stakeholders akan mempengaruhi
keberhasilan advokasi tersebut dalam :

Membangun sikap

Membangun komitmen

Membuat kebijakan kesehatan menjadi lebih baik

Langkah 3. Penetapan Tujuan Advokasi

Setelah diperoleh isu, tujuan advokasipun dapat ditetapkan dengan


memenuhi kriteria spesifik, terukur, dapat dicapai dan realistis, serta dalam
rentang waktu tertentu. Dari tujuan tersebut, disusun kerangka dan panduan
kegiatan advokasi yang akan dilakukan.

8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Perhatikan hal berikut ini dalam menyusun tujuan advokasi.

Unsur yang tercakup dalam menetapkan tujuan advokasi, meliputi


pertimbangan :

Siapa penentu kebijakan yang mempunyai kekuasaan untuk


merealisasikan
Tujuan advokasi;
Kebijakan, keputusan, atau peraturan apa yang akan diubah (misalnya
menetapkan kebijakan baru, mengalokasikan sumberdaya dan sumber
dana);
Berapa lama batas waktu yang dialokasikan untuk mencapai tujuan;
Apa indikator keberhasilan advokasi;

Apakah ada hal lain yang perlu dipertimbangkan?

9
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh 1.

Meskipun advokasi ditujukan ke arah perubahan pada kebijakan, bukan


berarti bahwa advokasi adalah melawan atau menyerang pihak pembuat
kebijakan. Bahkan, perlu diingat bahwa dalam advokasi yang dibutuhkan
adalah aliansi. Semakin besar dukungan berbagai pihak terhadap tuntutan
yang diadvokasikan semakin baik.

Pendekatan dilakukan dengan menyampaikan bukti termasuk hasil riset


mengenai isu yang dimunculkan.

Untuk melihat keberhasilan advokasi, terlebih dahulu ditetapkan indikatornya,


misalnya berupa (a) komitmen pengambil keputusan berupa kesepakatan,
kebulatan tekad, SK, SE; (b) Penyediaan anggaran, (c) perbaikan masalah.

Waktu yang dialokasikan untuk pencapaian keberhasilan tersebut ditetapkan


selama 1-2 tahun.

Sebut saja di Kabupaten Martapura pada suatu waktu dijumpai jumlah


penderita pneumonia (radang paru-paru) sangat tinggi. Sekalipun, mereka
mendapatkan pengobatan antibiotika sejenis Cotrimoxazol namun tidak
juga menunjukkan perbaikan menuju kesembuhan.

Keadaan tersebut menggiring dilakukannya Operational Research. Dari


riset tersebut dikemukakan bahwa penderita umumnya mereka yang tinggal
dan setiap harinya berada di sepanjang jalan lintas truk pengangkut
batubara. Lebih lanjut ditemukan adanya partikel-partikel dalam debu
batubara yang menyebabkan terjadinya pneumonia tersebut. Debu yang
beterbangan ketika truk melintas terhisap oleh mereka. Oleh karena itu,
walaupun Cotrimoxazol obat pilihan pneumonia diberikan tetap saja kelainan
paru tersebut tidak tersembuhkan, karena akar penyebabnya tidak ditangani.

Berangkat dari isu pneumonia yang harus diatasi, advokasi kepada


stakeholder pembangunan kesehatan dilakukan dengan mengemukakan
bukti-bukti tersebut. Advokasi ditujukan pada perubahan Perda yang selama
ini mengijinkan truk terbuka pengangkut batubara melintas pada siang hari.
Diusulkan agar disusun Perda baru yang memuat kebijakan mengenai
cara pengangkutan batubara dengan ditutupi terpal, dan waktu pengangkutan
dilakukan pada malam hari.

Apakah tepat menanganani isu ini dengan advokasi di atas? Berapa lama
waktu yang dibutuhkan hingga tujuan tercapai?

Baca juga bahan belajar: Advokasi suatu strategi untuk mendukung


Pembangunan Berwawasan Kesehatan di daerah, hal 142 - 153. Penulis
Pekerti, R, et.al (2002).

10
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh 2.

Misalnya, isu yang dimunculkan adalah tingginya konsumsi rokok dan


banyaknya balita gizi buruk pada sebuah kelompok masyarakat. Perlu diingat
bahwa yang menjadi sumber isu advokasi adalah kebijakan. Bisa saja
terjadi, karena terlalu bersemangat lalu terjebak kepada kegiatan amal
melalui pemberian berbagai bantuan bagi kelompok tersebut.

Atau, mencari siapa yang bisa dipersalahkan? Dengan mengatakan bahwa


sistem dan struktur sosial sudah benar dan baik, kesalahan dapat ditumpukan
kepada masyarakat. Antara lain dengan mengatakan bahwa perilaku
masyarakat belum sesuai dengan perilaku hidup sehat, juga menyalahkan
masyarakat yang tidak mampu berkehidupan menurut tatanan yang berlaku,
masyarakat dianggap tidak pernah belajar dari pengalaman dan sebagainya.
Kemudian, atas pertimbangan tersebut, dilakukan upaya pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat tersebut melalui pendampingan, pendidikan
ataupun pelatihan. Kegiatan ini tidak mempermasalahkan kemungkinan
adanya ketidakadilan sistemik dan struktural di balik kebijakan, atau peraturan
yang berlaku.

Artinya, keterjebakan ke dalam pertentangan salah-benar, atau korban-


pelaku dalam menangani isu sebagaimana contoh di atas, dapat
mengakibatkan terlepasnya tujuan. Tujuan advokasi pada dasarnya adalah
mempengaruhi perubahan kebijakan agar menjadi lebih baik. Seharusnya
yang perlu ditinjau adalah kebijakan yang melatarbelakangi terjadinya
tingginya konsumsi rokok dan banyaknya balita gizi buruk pada sebuah
kelompok masyarakat. Kebijakan atas dibiarkannya pendirian pabrik rokok.

Advokasi yang dilakukan ditujukan agar diperoleh komitmen bahwa pabrik


rokok menyerahkan sebagian penghasilannya sebagai kompensasi pemulihan
kesehatan masyarakat dan perbaikan gizi balita akibat pemakaian rokok
secara langsung atau tidak langsung. Tentunya dengan mempertimbangkan
cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan Negara.

Komitmen lain yang dapat dihasilkan melalui advokasi pada isu ini adalah
disusunnya PERDA bebas rokok dengan mengenakan denda bagi perokok
yang tidak mengikuti aturan. Denda tersebut diperuntukkan pemulihan
kesehatan masyarakat dan perbaikan gizi balita.

Indikator keberhasilan advokasi ini dinilai dari dihasikannya (a) komitmen


berupa kesepakatan, kebulatan tekad, SK, SE mengenai kompensasi yang
harus dipenuhi oleh pabrik rokok atau sanksi bagi perokok (b) Penyaluran
dana kompensasi bagi masyarakat dan balita (c) peningkatan perilaku hidup
sehat masyarakat.

Adakah cara lain mengadvokasi isu ini?

11
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Langkah 4. Penyusunan rencana dan persiapan kegiatan advokasi

a. Mempersiapkan penyampaian pesan. Persiapannya tidak saja


menyangkut isi pesan, namun juga pembawa dan penerima pesan,
cara penyampaian serta saluran yang dipakai. Susun pesan agar
singkat dan menuju sasaran; presentasikan dengan menggunakan
alat bantu audiovisual dalam tampilan yang menarik, mengesankan,
beri kesempatan diskusi dan tanya jawab, catat setiap respon yang
muncul, berikan klarifikasi dengan tetap fokus pada tujuan advokasi.

b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan yang meliputi waktu, tempat


dan akomodasi. Buat telaahan untuk menjawab pertanyaan forum
apakah yang paling tepat dan sesuai untuk kegiatan advokasi
tersebut? Apakah Rakerda? Ataukah Rapat komisi DPRD?
Mungkinkah dalam pertemuan khusus dengan Gubernur atau
Bupati/Walikota? Siapa yang mengorganisir pertemuan?

c. Mengorganisir pertemuan baik melalui jalur organisasi pemerintah


dan organisasi non pemerintah

Anekdot

Masalah kesehatan bisa saja diadvokasi oleh kelompok non


kesehatan. Pertemuan yang dilakukan juga bisa dalam pengaturan
non formal dan ditetapkan sendiri oleh stakeholders. Berorientasi
kepada keterwakilan, maka cara ini dapat sangat efektif dalam
menyampaikan pesan. Advokator tidak perlu menyampaikan pesan
apapun, namun sebaliknya kelompok yang diadvokasilah yang
berbicara.

Ambil saja isu pada contoh 2 di atas, bagaimana jika yang melakukan
advokasi adalah kelompok non kesehatan dan dari komunitas
perokok?

Kelompok ini dapat menyampaikan pesan secara tepat dengan


bahasa yang jelas berikut perasaan dan pengalaman yang mereka
rasakan dan alami. Dengan menggunakan 'bahasa' yang tidak
mengadili atau menggurui, para perokok merasa terwakili. Berbagai
opsi yang diajukan dalam advokasi untuk mempengaruhi perubahan
kebijakan yang berkaitan dengan rokok pun jadi lebih mudah diterima
dan disepakati.

Bagaimana jika dilakukan cara yang lebih kreatif? Mari berbagi


pengalaman.

12
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Langkah 5. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memperhatikan bahwa kegiatan


advokasi adalah proses dinamis. Bahwa dalam rancangan advokasi yang
dipersiapkan dengan cermat sekalipun, dapat saja mengalami perubahan
sesuai situasi dan kondisi pada saat pelaksanaan.

Pengamatan terus menerus terhadap proses advokasi merupakan hal


yang penting dilakukan sehingga dapat mengantisipasi perubahan kebijakan
pada periode berikutnya. Untuk mengetahui apakah advokasi berlangsung
sesuai jadwal atau tidak, dan apakah ada perubahan dalam rencana
program atau alokasi anggaran, bisa dipergunakan format monitoring dan
evaluasi.

Contoh format (Merujuk Pemantauan dan Evaluasi Program Advokasi


pada buku Merubah Kebijakan Publik oleh Topatimasang, et.al).

a. Format Monitoring (dan pengisiannya)


Tujuan Indikator
Kegiatan Obyektif Uji verifikasi Prasyarat
advokasi Keberhasilan
Tujuan Rangkaian Keadaan yang Petunjuk yang Cara untuk Suatu keadaan
yang telah kegiatan ingin dicapai meyakinkan memperoleh yang menjadi
di tetapkan yang di setelah tentang bukti prasyarat
pada awal lakukan kegiatan pencapaian terlaksananya
kegiatan dilakukan obyektif kegiatan yang
advokasi telah
direncanakan

Penghapu Lobi Isu di Isu diperdebatkan Catatan/ notulen Adanya kontak


san DPRD agendakan dalam rapat komisi rapat komisi sebelum
PERDA untuk sidang sidang

Temu pers Masyarakat Bergabungnya Survai langsung Dimuat dalam


memahami beberapa apakah memang beberapa
dan kelompok ada beberapa media
mendukung masyarakat kelompok
masyarakat
bergabung

13
DHS-1 MODUL ADVOKASI
b. Format Evaluasi Dampak dan Manfaat
Tujuan Dampak/ Indikator Uji verifikasi Prasyarat
advokasi manfaat Keberhasilan
Tujuan yang Manfaat Petunjuk yang Cara untuk Suatu keadaan yang
telah ditetapkan dilakukannya meyakinkan memperoleh menjadi prasyarat
pada awal program tentang bukti terlaksananya
kegiatan advokasi pencapaian kegiatan yang telah
advokasi obyektif direncanakan

Langkah 6. Reinforcement (penguatan)

Dalam mencapai keberhasilan tujuan advokasi, proses advokasi umumnya


lebih baik dilakukan tidak hanya sekali. Proses advokasi setelah monitoring
dan evaluasi sebaiknya diulang untuk sasaran yang sama dengan
memperhatikan hasil evaluasi.

14
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Pokok Bahasan 2 :
Advokator

Siapakah yang disebut Advokator? Apakah advokator harus seorang ahli hukum?
Jika bukan, apa sajakah kriterianya ?

1. Tenaga terlatih dan berpengalaman dalam bekerja secara kemitraan untuk suatu
institusi dengan tujuan membangun kepercayaan diri institusi bersangkutan.
2. Pendengar yang baik dan komunikator terampil.
3. Seorang yang menawarkan dukungan praktis dan juga sebagai sumber informasi
4. Seorang yang berupaya memberikan kepercayaan yang memadai kepada sebuah
institusi agar dapat berbicara atas namanya sendiri, tetapi dapat juga (jika diminta
oleh institusi tersebut) berbicara atas nama institusi.

Adakah kriteria lain?


Berdasarkan kriteria tersebut, kompetensi standar apa yang seharusnya dimiliki
seorang advokator?

Advokator diharapkan mampu :


1. Mengenali masalah yang menjadi subyek advokasi (ditinjau dari segi teori, dan
konsep advokasi serta realitanya)
2. Mengenali isu terkini secara akurat dan memahami situasinya. Dalam advokasi
kesehatan, harus menguasai cara menetapkan isu berdasarkan filosofi dan
landasan normatif advokasi (lihat uraian cara menetapkan isu/substansi advokasi
kesehatan).
3. Memahami kebijakan pemerintah
4. Mengenali interest sasaran advokasi (stakeholders)
5. Mengemas informasi/pesan yang berkaitan dengan subyek advokasi dan
menyampaikan pesan tersebut agar dapat dipahami dan menyentuh interest
sasaran advokasi (stakeholders)
6. Menguasai teknik komunikasi (berdialog) dan persuasi (meyakinkan/ mempengaruhi
orang lain)
7. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan komentar stakeholders berdasarkan bukti
(evidence) akurat

Selain kompetensi tersebut, perilaku seorang advokator sebaiknya memenuhi kriteria


berikut :
1. Memiliki dedikasi tinggi
2. Bersikap positif, terbuka dan obyektif
3. Kreatif dan inovatif
4. Menjunjung etika dan budaya bangsa

Dengan kemampuan dan kriteria tersebut dalam menyampaikan pesan advokasi,


apakah seorang advokator mengacu pada prinsip tertentu dan melancarkan strategi
serta cara-cara tersendiri?

15
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Pokok Bahasan 3 :
Prinsip, Strategi, Tata Cara dan Media Advokasi

1. Prinsip Advokasi

Beberapa prinsip dalam melakukan advokasi :

a. Evidence Based
Advokasi harus didasarkan pada data atau kenyataan yang valid. Analisis
situasi dalam masalah kesehatan didasarkan pada data yang bersumber
dari laporan fasilitas, analisis data dan hasil-hasil survei.

b. Manfaat
Advokasi harus memberikan manfaat bagi stakeholders, untuk memberikan
motivasi kepada mereka. Caranya, dengan menyampaikan pengalaman
atau cerita sukses mengenai diperolehnya manfaat ketika rencana
diwujudkan.

c. Transparan
Proses kegiatan advokasi harus bisa dipantau, dilihat dan diketahui oleh
semua pihak. Tidak ada yang disembunyikan.

d. Akuntabel
Kegiatan advokasi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

e. Tidak bergantung kepada pengaruh luar


f. Non diskriminatif
g. Netral dan tidak menghakimi

2. Strategi Advokasi

Apa sesungguhnya perbedaan antara "strategi" dan "taktik" dalam


pengembangan strategi advokasi? Taktik merupakan tindakan spesifik
mensirkulasikan petisi, menulis surat, melakukan aksi protes yang kesemuanya
merupakan bangunan advokasi. Strategi merupakan hal yang lebih besar,
sebuah peta menyeluruh yang memandu penggunaan instrumen-instrumen
ini menuju kepada tujuan yang jelas.

Strategi adalah pengukuran standar tentang dimana kita berada, ke mana


kita akan pergi dan bagaimana kita menuju ke sana. Intinya, strategi advokasi
yang efektif mengakar pada sembilan kunci pertanyaan.

16
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawab kesembilan kunci pertanyaan berikut untuk memperoleh strategi advokasi
efektif :

a. OBYEKTIF: Apa yang diinginkan?

Setiap upaya advokasi harus dimulai dengan tujuannya yang realistis. Di


antara tujuan ini terdapat karakteristik yang penting. Apakah tujuan jangka
panjang dan jangka pendeknya? Apakah substansi tujuannya (contohnya
perubahan kebijakan) dan apakah tujuan proses (misalnya membangun
komunitas di antara stakeholders)? Tujuan ini harus dinyatakan pada saat
dimulai, dengan cara yang dapat membuka jalan ke dalam upaya tersebut,
mengajak orang memasukinya, dan akhirnya mempertahankannya.

Dalam advokasi, persiapkan dengan matang apa sesungguhnya yang


diharapkan dari stakeholders. Menyampaikan advokasi harus menampilkan
sikap konsisten dan tidak bertele-tele. Nyatakan dengan spesifik apa yang
diharapkan.

Contoh :
Berkenaan dengan komitmen anggaran. Seperti apakah bentuk komitmen
yang diberikan? Apakah diperlukan PERDA baru? Apakah sebaiknya dilakukan
penghapusan PERDA yang menghambat? Dan sebagainya

b. AUDIENS: Siapakah orang dan institusi yang perlu digerakkan?

Apakah mereka yang memiliki kekuasaan formal dalam menyediakan barang/


goods (misalnya DPR/DPRD). Ataukah mereka yang mempunyai kapasitas
untuk mempengaruhi penguasa formal (contoh: media dan tokoh masyarakat,
baik aliansi maupun oposisi).

Pada kedua kasus tersebut, upaya advokasi efektif membutuhkan kejelasan


mengenai siapakah audiensnya dan akses atau penekanan apakah yang
mungkin dapat menggerakkan mereka.

c. PESAN: Apa yang ingin mereka dengar?

Untuk mencapai audiens yang berbeda tersebut diperlukan kerangka dan


rancangan pesan yang dapat mempersuasi. Sekalipun pesan harus selalu
berakar pada kebenaran mendasar yang sama, namun harus didesain secara
berbeda untuk audiens yang berbeda itu tergantung kepada apa yang siap
mereka dengar.

Pada kasus-kasus umumnya, pesan advokasi mempunyai dua komponen


dasar: Satu upaya untuk memperjuangkan hak dan satu upaya untuk
memperjuangkan minat audiens (audience's self-interest).

17
DHS-1 MODUL ADVOKASI
d. PEMBAWA PESAN: Mereka ingin mendengarkan hal itu dari siapa?

Pesan yang sama akan mempunyai dampak yang sangat berbeda tergantung
kepada siapa yang mengkomunikasikannya.

Siapakah pembawa pesan yang paling kredibel untuk audiens yang berbeda?
Dalam beberapa kasus, pembawa pesan ini ahli di bidang yang sangat
teknis. Pada kasus lainnya, diperlukan seseorang yang menyuarakan hal
yang sesungguhnya dan nyata berdasarkan pengalaman pribadi.

Apa yang dibutuhkan untuk melengkapi pembawa pesan ini, baik dalam hal
informasi dan untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai advokator?

Lihat pokok bahasan 2. Advokator

e. PENYAMPAIAN: Bagaimana agar mereka mendengarkannya?

Banyak cara untuk menyampaikan pesan advokasi. Mulai dari melobi hingga
tindakan langsung yang merupakan variasi paling efektif dari dari situasi ke
situasi. Kuncinya, menilai dan mengaplikasikannya dengan tepat, serta
menggabungkan kesemuanya dalam ramuan yang mampu memenangkan
advokasi.

Advokator harus mempersiapkan materi advokasi berupa perkiraan atau


bukti dari pengalaman yang lalu atau pengalaman di tempat lain tentang
manfaat yang akan diperoleh seandainya rencana program dapat diwujudkan.
Advokator harus dapat meyakinkan stakeholders terhadap manfaat yang
akan diperoleh.

Untuk itu, materi advokasi harus terfokus pada isu yang dianggap paling
penting. Isu atau tema advokasi tersebut dari tahun ke tahun tidak selalu
sama, misalnya: pada tahun ini difokuskan pada (a) dukungan DPRD dan
Pemda terhadap usulan program, dan tahun berikutnya pada (b) dukungan
adanya peraturan yang sangat penting agar rencana program yang telah
disusun dapat dilaksanakan dengan baik, kemudian pada (c) dukungan untuk
pengadaan SDM kesehatan dengan anggaran daerah, selanjutnya pada (d)
dukungan untuk meningkatkan alokasi terhadap kegiatan promotif dan preventif,
(e) dan seterusnya.

Disarankan untuk membatasi jumlah isu /tema yang akan diadvokasikan.


Akan lebih baik jika tidak lebih dari 2-3 isu/tema. Apabila terdapat banyak isu
/tema yang dianggap penting, tetapkan isu/tema yang menjadi prioritas.

18
DHS-1 MODUL ADVOKASI
f. SUMBER: Apa yang telah didapat?

Upaya advokasi yang efektif mengambil bahan dari sumber-sumber advokasi


yang telah tersedia dan memang dipersiapkan untuk itu. Hal ini meliputi
advokasi pada waktu sebelumnya dan yang ada kaitannya, kemitraan yang
telah terjalin, kapasitas staf maupun orang lain,dan sebagainya. Singkatnya,
advokasi tidak dimulai dari nol, namun dibangun dari apa yang telah diperoleh
sebelumnya.

Apapun sumbernya, yang terpenting informasi tersebut akurat dan


mengatasnamakan kepentingan stakeholders.

g. KESENJANGAN: Apa yang ingin dikembangkan?

Setelah mengambil bahan dari sumber-sumber advokasi yang dimiliki, langkah


berikutnya adalah mengidentifikasi sumber-sumber advokasi yang dibutuhkan
dan belum tersedia. Ini berarti melihat kepada aliansi yang ingin dibangun,
dan kapasitas seperti media, dan riset yang krusial untuk tiap upaya.

Advokasi kesehatan terhadap pembuat kebijakan harus instensif diarahkan


kepada meningkatnya penerapan kebijakan kesehatan masyarakat yang
sesuai selain dukungan manajemen dan administratif, anggaran dan politik
secara berkelanjutan. Pemerintah pusat, khususnya Departemen Kesehatan,
memainkan peran penting dalam menetapkan peran dan tanggung jawab
dari tiap tingkatan dan bekerja dalam kolaborasi yang erat dengan pemerintah
daerah.

h. UPAYA PERTAMA: Bagaimana memulainya?

Diawali dengan selalu mendengarkan serta memberikan dukungan kepada


stakeholders yang harus didengar, dan selanjutnya menetapkan tujuan jangka
pendek potensial yang akan melibatkan orang-orang yang tepat. Awal yang
baik dalam pekerjaan besar dan menciptakan sesuatu yang dapat dicapai
merupakan dasar langkah berikutnya.

Penyampaian pesan dalam advokasi dimulai dengan mempersiapkan bahan


untuk presentasi sesingkat mungkin, batasi waktu presentasi agar tidak lebih
dari 30 menit.

Perlu dicatat bahwa sejak awal lakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat. Hal ini akan lebih efektif jika dilakukan dari dan oleh masyarakat
yang memiliki ikatan kekerabatan sosial tinggi.

19
DHS-1 MODUL ADVOKASI
i. EVALUASI: Bagaimana mengatakannya jika hal itu berhasil?
Sebagaimana suatu perjalanan panjang, program harus diperiksa di sepanjang
perjalanan. Strategi perlu dievaluasi dengan meninjau ulang setiap pertanyaan
di atas (misalnya apakah advokasi ditujukan kepada audiens yang tepat,
apakah advokasi telah mencapai mereka, dsb.). Sangatlah penting untuk
dapat melakukan koreksi di tengah program dan tidak menggunakan elemen
strategi yang tidak tepat ketika dipraktikkan.
3. Tata Cara Advokasi
a. Teknik dan kiat
Terdapat beberapa cara dalam melakukan advokasi melalui teknik yang
ditawarkan berikut kiatnya di bawah ini :
Lobi
Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan publik
atau pejabat publik dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan). Yang
diperlukan dalam melobi yaitu data dan argumen yang kuat untuk
menyakinkan si pejabat bahwa betapa seriusnya permasalahan/isu yang
dihadapi dan betapa pentingnya peranan si pejabat. Aktivitas lobi biasanya
berhubungan dengan program, undang-undang atau isu-isu tertentu.
Apakah hal yang sebaiknya dilakukan dan apa yang harus dihindari
dalam melobi?
Melobi bisa langsung (pertemuan pribadi, percakapan lewat telepon,
surat tertulis pribadi, surat terbuka/massal, email dan pernyataan) atau
tidak langsung (kampanye).
Kiat dalam melobi :
F Nalar yang memikat. Menyampaikan hal-hal yang secara umum
ideal dan bisa diterima berkaitan dengan pandangan/isu yang kita
perjuangkan.
F Ingatkan ideologi mereka. Menyampaikan hal-hal yang sesuai dengan
idealisme orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan
pandangan/isu yang kita perjuangkan.
F Katakan yang benar. Selalu menjaga diri untuk berkata jujur (sekali
diketahui tidak jujur, maka di lain kesempatan kepercayaan tidak
akan didapat lagi).
F Kaitkan dengan minat pribadi. Menyampaikan hal-hal yang sesuai
dengan kepentingan orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan
pandangan/isu yang kita perjuangkan.

20
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lima hal berikut ini perlu dipegang teguh dalam melobi :

F Berikan informasi yang benar dan akurat.


F Hindari untuk menjanjikan sesuatu
F Simak dengan baik apa yang diutarakan oleh pihak yang diadvokasi.
F Bina hubungan dengan orang-orang terdekat dengan pihak yang
diadvokasi.
F Sampaikan hal-hal pokok dan penting untuk bahan pertimbangan
dan pengambilan keputusan secara lengkap kepada yang
bersangkutan.

Penting untuk diperhatikan dalam melobi :

F Persiapkan dengan baik pertemuan. Berlatihlah dahulu untuk


mendapatkan hasil yang lebih baik. Bila bentuknya kunjungan
dalam kelompok, tentukan siapa yang akan berbicara/memulai
pembicaraan.
F Rumuskan apa yang akan disampaikan dengan singkat, jelas,
padat, dan runtut tanpa membuat orang yang dilobi merasa
terancam.
F Datanglah tepat waktu sesuai dengan perjanjian, bahkan kalau
bisa lebih awal, jangan putus asa kalau janji dibatalkan atau harus
menunggu berjam-jam.
F Segera perkenalkan diri di awal pertemuan.
F Konsentrasi dan fokuskan pikiran pada tujuan
F Gunakan cara-cara yang persuasif, hindari perdebatan.
F Bersikaplah terbuka pada gagasan yang muncul dalam acara lobi.
F Berikan lembar fakta yang berisi rangkuman permasalahan/isu
yang diperjuangkan beserta usulan solusinya.
F Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
F Tawarkan bantuan, khususnya informasi yang relevan dengan
permasalahan/isu.
F Mintalah nama dan alamat orang yang akan menjadi contact
person.
Presentasi

Bentuk presentasi dapat dijadikan pilihan untuk menyampaikan informasi


kepada beberapa pejabat publik sekaligus, baik dari suatu instansi
tertentu apalagi kalau berasal dari beberapa instansi berbeda yang
berkaitan dengan permasalahan/isu yang diadvokasikan. Selain dapat
menjangkau sejumlah orang sekaligus (lebih efisien), teknik presentasi
juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi, menumbuhkan
kebersamaan dan membangun komitmen. Selain data yang akurat
dan argumentasi yang kuat, dalam presentasi juga dipentingkan
kemampuan dalam menggunakan media dan alat bantu penyajian.

21
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Bagaimana melangsungkan suatu presentasi efektif?

Kiat-kiat presentasi efektif :

F Tunjukkan antusiasme mengenai pokok persoalan


F Tarik perhatian dengan presentasi yang tidak monoton
F Buatlah materi yang menarik dengan mengaitkan minat audiens
F Gunakan istilah praktis dan tidak membingungkan audiens
F Pakai bahasa tubuh yang sesuai untuk mengekspresikan diri
F Berbahasa secara akurat dan tidak berlebih-lebihan
F Ciptakan suasana yang menyenangkan semua pihak
F Beri respon memadai terhadap reaksi audiens

Debat

Debat adalah kontes (kompetisi) di mana dua atau lebih pembicara


mempresentasikan argumentasi mereka dalam mempengaruhi pihak
lainnya. Debat digunakan bila terdapat dua atau lebih pendapat yang
berbeda tentang masalah tertentu dan merupakan kesempatan untuk
menekankan aspek positif dan negatif dari seluruh pendapat. Untuk
melakukannya diperlukan persiapan secara mendalam dengan
pengetahuan tidak hanya dalam perspektif diri sendiri tetapi juga
tentang situasi serta mengetahui dimana sikap/pendirian dari anggota
debat lainnya. Perlu juga diantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan dan dikatakan oleh anggota debat lainnya.

Debat mengharuskan pembicaranya menggunakan berbagai referensi


untuk mendapat informasi yang tepat, karena kedudukannya
mengharuskannya berbicara secara rinci dan akurat. Pembicara juga
harus dapat menganalisis dan membedakan hal vital dan tidak penting,
menyampaikan bukti-bukti valid dan masuk akal atas pernyataannya.
Pendebat harus selalu berkepala dingin, membuat keputusan secara
cepat dan akurat sehingga meyakinkan pendengarnya. (dari How to
Debate by Harrison Boyd Summers)

Empat tipe debat :


F Debat Parlemen. Debat ini dilakukan di akademi atau universitas
F Debat nilai, misalnya tentang isu moral, tenaga kerja wanita,
euthanasia, aborsi, dsb.
F Debat kebijakan atau debat tim. Pada debat ini, ada dua tim yang
berlawanan kedudukannya yaitu sisi afirmatif (positip) dan sisi
negatif, yang memperdebatkan topik kebijakan publik atau
pemerintahan.

22
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh topik :
o Mengurangi subsidi BBM: kenaikan harga BBM tidak bisa
ditunda
o Bantuan militer asing di daerah bencana tsunami dibatasi
hingga 3 bulan saja sejak kedatangannya.

F Debat Akademik. Merupakan debat yang murni akademis, biasanya


merupakan debat yang diciptakan.

Untuk berpartisipasi dalam debat, ada dua hal yang harus dikuasai:
o Mentaati prinsip debat: logis, berbasis eviden, singkat, dsb
o Topik terkini

Empat langkah yang dapat diikuti :


F Baca informasi latar belakang mengenai subyek.
F Persiapkan kepustakaan komprehensif.
F Kumpulkan sebanyak mungkin materi.
F Baca dan pelajari materi yang ditemukan.

Negosiasi

Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk


menghasilkan kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi
menyadari bahwa masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang
sama yang perlu diamankan, sekaligus kepentingan yang
berbeda/bertentangan yang perlu dipertautkan. Negosiasi memerlukan
kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan alternatif yang
cukup terbuka.

Beberapa kiat untuk mengatasi konflik dalam bernegosiasi :

F Jangan bereaksi
F Dengarkan dan nyatakan
F Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir ke
arah pemecahan masalah
F Tetaplah kukuh tanpa meremehkan keinginan orang lain/kelompok
F Pecahkan masalah

Dialog

Dialog dilakukan untuk mengetahui persepsi setiap individu dalam


kelompok. Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan
sebagai teknik advokasi dalam menjangkau kelompok yang didukung
oleh media massa khususnya TV dan radio sehingga dapat menjangkau
kelompok yang sangat luas.

23
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Petisi-resolusi

Petisi-resolusi merupakan salah satu teknik advokasi dengan membuat


pernyataan tertulis dan formal/resmi untuk menyampaikan masalah
dan mencoba untuk memaksakan tekanan kolektif terhadap penentu
kebijakan. Teknik ini merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas
apa isu/permasalahan dan apa tindakan yang perlu diambil disertai
dengan nama, alamat dan tanda tangan dari sejumlah individu yang
mendukung pernyataan tersebut.

b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan advokasi :


Biasakan diri mendapat informasi terkini. Baca buletin dan perhatian
terhadap legislatif/advokasi. Ketahui kedua sisi isu. Ketahui kapan acara
dengar pendapat dilangsungkan, siapa yang menjadi co-sponsor, dsb.
Mulai lebih awal. Berikan perhatian terhadap isu-isu dan proposal lebih
awal dalam proses dan kesempatan yang lebih baik dalam mempengaruhi
dampak akan diperoleh.
Singkat. Semakin sederhana dan jelas posisi advokator dapat
diterangkan, semakin baik kesempatan yang dapat diperoleh untuk
didengar dan direspon oleh orang lain.
Spesifik. Ketahui dengan tepat apa yang diinginkan agar dilakukan
oleh stakeholder. Apakah mereka harus membuat draf legislasi? Membuat
penawaran amendemen?
Jujur. Tidak perlu berlebihan dalam memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan jika tidak yakin akan fakta-faktanya. Setiap isu paling tidak
mempunyai dua sisi untuk itu harus jujur mengakui pro dan kontra isu
yang ditangani.
Berikan contoh pribadi. Hal ini akan membuat isu menjadi tidak
terlupakan, berkaidah kemanusiaan. Misalnya dengan mengatakan
bahwa dalam satu minggu ini pergi ke luar rumah pagi hari tanpa
sarapan karena tidak cukup uang untuk membeli makanan akan lebih
berpengaruh daripada menunjukkan angka statistik tentang masyarakat
yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Praktik. Cobalah menerangkan posisi diri kepada teman dan keluarga
sebelum bertemu dengan stakeholders.

Berkomunikasi dengan kontak jaringan kerja stakeholders. Katakan


kepada mereka bahwa stakeholders mengatakan kegiatan tindak lanjut
dapat direncanakan.

24
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Santun, namun tegas dan percaya diri.

Tidak mengancam. Memberitahu stakeholders untuk melakukan


sesuatu yang kita minta atau kita tidak akan memberikan suara untuk
mereka hanya akan membuat mereka menghindari.

Tidak berselisih pendapat dengan stakeholders. Jika secara nyata


orang tidak mendukung posisi kita, berikan saja fakta dan minta orang
tersebut untuk mempertimbangkan pandangan kita. Sampaikan bahwa
kita ingin mempertahankan jalur komunikasi untuk terbuka terhadap
kemungkinan mendiskusikan isu masa depan.

F Tidak mudah menyerah

4. Advokasi Media

Agar kampanye advokasi yang sedang diperjuangkan masuk ke dalam berita,


sebaiknya selenggarakan konferensi pers atau acara media lain. Dengan
cara ini akan mencapai semua bentuk media pada saat bersamaan (misalnya
media cetak, TV, dan radio). Ini juga akan memberikan kesempatan kepada
wartawan untuk bertanya mengenai apa saja upaya yang dilakukan.

Advokasi media, sebagaimana semua aspek advokasi publik, harus strategis.


Obyektif harus jelas, demikian juga siapa yang akan dituju dan digerakkan,
dan rencana yang beralasan tentang bagaimana melaksanakannya.

Berikut ini, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab secara jelas, singkat
dan dengan cara meyakinkan sebelum berbicara dengan media.

Apakah isu yang akan diungkapkan?

Tulis pernyataan yang menerangkan tentang isu - menggunakan tidak lebih


dari dua kalimat. Pertimbangkan bahasa yang dipergunakan - apakah kuat
dan langsung? Hindari istilah yang mungkin tidak dimengerti audiens.

Siapa dan apa yang akan dicapai?

Harus jelas tentang siapa audiens dari media yang dipakai dan apa yang
akan dicapai - kesadaran publik, pendapat publik, pemberian tekanan kepada
pembuat hukum, atau mempromosikan organisasi. Penggunaan media akan
sangat berbeda untuk masing-masing tujuan dan sasaran tersebut.

25
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Semua media ditujukan untuk mengkomunikasikan pesan, yang diharapkan
efektif. Pertama, pesan harus menarik minat audiens. Kemudian "kerangkai"
pesan/isu yang menempatkan posisi secara jelas.

Sangat penting untuk mempertimbangkan cara terbaik menyampakan isu kepada


media. Salah satu kunci keberhasilan advokasi media adalah mengetahui dengan
pasti apa yang akan disampaikan, dan siapa yang menjadi sasaran pesan.
Pikirkan tentang orang-orang yang pernah muncul di TV atau didengar di radio
yang sangat bagus dalam menyelesaikan kasus mereka. Mereka menggunakan
bahasa yang jelas untuk mengkomunikasikan pesan mereka dan seringkali
menekankan argument utama mereka dengan mengulanginya beberapa kali.

Ada beberapa cara untuk bekerja sama dengan pers untuk mempublikasikan
isu advokasi, antara lain :
Berbicara kepada media melalui telepon atau temu muka
Bina hubungan dengan wartawan setempat
Tulis surat pembaca
Ikuti pertemuan dewan editorial
Daftarkan diri sebagai editorial tamu
Selenggarakan konferensi pers
Buat pernyataan pers (Press release)
Hubungi acara bincang-bincang di radio
Merancang pesan
Buat agar pesan mengandung berita

Berikut ini kiat-kiat dan catatan yang dapat dipertimbangkan ketika menggunakan
media untuk advokasi :
Membuat isu menarik bagi media

Isu yang disampaikan akan bersaing dengan berbagai kejadian pada hari
yang sama. Cara membuat isu agar menarik bagi media yaitu dengan
memfokuskan pada berita yang baru, manusiawi, menciptakan konflik,
kontroversial dan sensasional, jika bisa lebih baik lagi bila keempat hal
tersebut ada. Hubungan yang solid dengan wartawan akan sangat memberi
pengaruh baik.
Surat pembaca dan editorial tamu

Advokasi media memang efektif namun terdapat kelebihan pada surat


pembaca dan editorial tamu. Kelebihannya yaitu bahwa pesan/isu dapat
ditayangkan nyaris tanpa dilakukan editing. Sehingga isu dapat dituliskan
menurut keinginan dan bahasa sendiri. Sedangkan, melalui acara media
atau pernyataan pers, maka ketergantungan terhadap wartawan dan editor
yang menuliskan cerita menjadi besar.

26
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Tetaplah pada 'pesan`.

Sesudah memberi kerangka pada isu, berlatihlah agar tidak bergeser dari
pesan awal. Artinya, setiap saat harus kembali pada isu, solusi, dan orang
yang diharapkan akan mengambil tindakan. Menggunakan bahasa yang
sama setiap kali akan terasa membosankan, tetapi hal ini merupakan
cara untuk membangun pesan yang konsisten agar tujuan tercapai. Apalagi
jika pesannya jelas dan mudah diingat.

Berlatih

Latih untuk membaca pesan dengan lantang di depan cermin, atau lebih
baik di depan teman atau anggota keluarga. Gantilah kata-kata yang sulit
diucapkan. Lakukan perubahan pesan seperlunya hingga rekan-rekan
mengerti apa yang diinginkan dan mengapa. Jika memungkinkan minta
seseorang beraksi seperti seorang wartawan yang memberikan pertanyaan
berat dan 'keras'.

Ulangi, ulangi, dan ulangi

Tetap pada hal-hal pokok/ isu utama. Wartawan seringkali menanyakan


hal yang bukan inti persoalan yang sebenarnya akan dikomunikasikan.
Jangan menjawab pernyataan yang akan mengalihkan dari inti persoalan.
Tidak masalah jika akan mengulangi secara ringkas mengapa tujuan yang
disampaikan penting dan sampaikan salah satu dari beberapa argumen
yang mendukung posisi.

Berusaha tetap tenang berarti mempertahankan kredibilitas

Ingat untuk selalu menjaga penampilan yang tenang meskipun merasa


frustasi dan marah. Cerita kontroversial merupakan 'makanan' berita.
Jangan terpancing, karena berarti upaya pihak yang ingin menjatuhkan
dan menentang upaya yang sedang diperjuangkan justru mendapat
respons. Tetaplah tenang dan bertahanlah pada pesan awal.

Penutup

Apakah manfaat yang diperoleh dari modul ini?

Apa yang diharapkan muncul dalam modul ini, tetapi tidak tersedia?

Sampaikan kritik dan saran Anda! Terima kasih.

27
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Referensi :

a. Developing Advocacy Strategy, The Democracy Center - Citizen Action


Series, Excerpts from The Democracy Owners Manual downloaded from
http://www.democracyctr.org/ by Rinni Yudhi Pratiwi on January 16, 2005.

b. Andrews, Ellen,CT Health Policy Project, Advocacy, downloaded from


www.cthealthpolicy.org by Rinni Yudhi Pratiwi on January 16, 2005.

c. Gani, Ascobat dkk, modul 11 - Advocacy Rencana dan Anggaran Kesehatan


Daerah, Biro Perencanaan Depkes RI dan FKM Universitas Indonesia.

d. McCoy, George Musgrave, Competitive Debate-Rules and Techniques (1957).

e. Pekerti, Rudy dkk, modul Training of Trainers: Advokasi suatu strategi untuk
mendukung Pembangunan Berwawasan Kesehatan di daerah, Decentralized
Health Services (DHS I) Sekretariat Jenderal Depkes RI.

f. Summers, Harrison Boyd, How to Debate.

g. The Martin Institute, Media Advocacy, downloaded from http://www.


marininstitute.org by Rinni Yudhi Pratiwi on January 16, 2005.

h. The Democracy Center - Citizen Action Series Excerpts from The Democracy
Owners Manual,Media Advocacy, downloaded from http://www.democracyctr.
org/by Rinni Yudhi Pratiwi on January 19, 2005.

i. Topatimasang, et.al, Merubah Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, 2002

28
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA FASILITATOR

ADVOKASI KESEHATAN

1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 1. APERSEPSI

Istilah advokasi kerap terdengar pada satu dasawarsa


belakangan ini.

Bagaimana Saudara memahami advokasi selama ini?

Dari beberapa istilah, mana yang lebih mendekati istilah


advokasi tersebut?

Dengan memperhatikan praktik advokasi di Indonesia,


apakah yang dimaksud dengan advokasi sesungguhnya?

2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 2.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Pada akhir sesi, peserta mampu mempraktikkan advokasi
kesehatan kepada stakeholders kesehatan di daerah

Tujuan Pembelajaran Khusus


Pada akhir sesi, peserta mampu :

1. Menjelaskan ruang lingkup advokasi kesehatan

2. Menyebutkan kriteria advocator

3. Menguraikan prinsip dan strategi advokasi

4. Mempraktikkan langkah-langkah advokasi secara


terencana dan sistematis

3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Ruang lingkup advokasi :

a. Apakah yang dimaksud dengan Advokasi?

b. Mengapa advokasi kesehatan?

c. Apakah sebenarnya tujuan advokasi kesehatan dan


bagaimana menetapkannya?

2. Advokator

3. Prinsip, strategi dan tatacara advokasi :

a. Prinsip advokasi

b. Strategi advokasi

c. Tatacara advokasi

d. Advokasi media

4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.

BAHAN BELAJAR

A. Modul 11: Advokasi Rencana dan Anggaran Kesehatan


Daerah, P2KT, Biro Perencanaan Depkes RI, Fakultas
Kesehatan Masyarakat-UI.

B. Modul Training of Trainers: Advokasi Suatu Strategi Untuk


Mendukung Pembangunan Berwawasan Kesehatan di
daerah, DHS-1

C. Advocacy Sektor Kesejahteraan Sosial oleh Ascobat


Gani

5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.

METODE :

- Ceramah singkat

- Curah pendapat

- Penugasan

- Simulasi

- Demonstrasi

6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar Kasus

Tiga Kecamatan di Kota Waringin Timur Endemis Demam Berdarah

PALANGKARAYA (Media Indonesia, Kamis, 3 Februari 2005) :

Tiga dari 14 kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan


Tengah (Kalteng), dinyatakan sebagai daerah endemis demam berdarah (DB).
Ketiga kecamatan itu adalah Baamang, Ketapang, dan Mentaya Baru Hilir.

Ketiga wilayah itu berada di dataran rendah dan di sekelilingnya banyak parit.
Karena itu, pada saat hujan wilayah tersebut selalu digenangi air dan kondisiya
kumuh karena padat penduduk.

Data di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Murjani Sampit menyebutkan,


sepanjang Januari 2005 jumlah pasien DB di Kabupaten Kotim tercatat 30
kasus. Tiga orang di antaranya meniggal dunia. Hingga kemarin jumlah pasien
DB yang masih dirawat di RS tersebut hanya empat orang dari 11 pasien yang
sebelumnya dirawat.

Sementara itu, Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan


(Dinkes) Kabupaten Kotim Armana kepada wartawan, kemarin, mengatakan,
untuk mencegah mewabahnya pe-nyakit tersebut pihaknya sejak tiga hari lalu
mengintensifkan penyemprotan (fogging) sarang nyamuk di daerah endemis.

Namun, ujamya, dalam melakukan penyemprotan ke rumah penduduk, terutama


di tiga kecamatan yang merupakan daerah endemis penyebaran penyakit
demam berdarah, pihaknya mengalami kendala akibat terbatasnya alat
penyemprot. "Selain itu kami juga terkendala mininmya dana untuk operasional
di lapangan sehingga banyak warga yang mengeluh penyemprotan yang
dilakukan petugas tidak merata," kata Amiana.

Sedangkan jumlah penderita DB di Jawa Barat (Jabar) sejak awal Januari


hingga kemarin tercatat mencapai 485 orang, dan 30 di antaranya meninggal
dunia. Penderita lainnya masih dirawat di beberapa RS, antara lain RS Hasan
Sadikin, RS Al-Islam, dan RS Umum Cibabat, Cimahi.

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Dinkes Jabar Udeng


Damam, kemarin, mengatakan di wilayahnya ada 13 daerah yang termasuk
paling parah terkena wabah mematikan ini. Di antaranya Kabupaten Subang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu,

7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmanya, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota
Depok, dan Kota Bogor.
Dia menyebutkan, Kota Bogor, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Majalengka
temasuk daerah yang paling banyak korbannya. Korban tewas di masing-masing
daerah tersebut sebanyak empat orang.

8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 6.

Kelompok 1

Apa isu utama dalam kasus tersebut? Mengapa isu tersebut


muncul?

Apa yang dilakukan dalam menghadapi isu tersebut sudah


tepat?

Kelompok 2

Apa saja kegiatan yang dilakukan dan oleh siapa saja dalam
kasus tersebut?

Apa saja cara, teknik dan media yang digunakan mereka?


Apakah yang paling tepat mencapai sasaran?

Kelompok 3

Apakah tujuan/ sasaran yang ingin dicapai? Bagaimana


sebaiknya agar tujuan/ sasaran tercapai secara efektif?

Apakah indikator keberhasilannya?

9
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 6.

Topik
Wabah DBD dan diare terjadi secara bersamaan. Setelah pengasapan,
korban DBD masih berjatuhan. Sementara korban diare terus bertambah
sehingga Rumah Sakit maupun Puskesmas kebanjiran pasien.

Hampir semua Rumah Sakit di daerah- daerah juga Puskesmas yang


mendapatkan pasien-pasien ini memberlakukan pembebasan biaya
perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare yang
miskin, atau yang dirawat di kelas tiga, dsb.

Skenario
Departemen Kesehatan dan seluruh jajarannya telah mengambil berbagai
langkah, demikian juga Dinas Kesehatan setempat. Masyarakat semakin
panik, dan minta kepada lurah, ketua RT, lingkungan untuk mengambil
tindakan. Jajaran Pemda tak kurang melakukan berbagai aksi. Pihak
akademisi merasa terusik dengan kejadian ini dan turut serta berpartisipasi
untuk mencari solusi.

Soal
Apakah penanganan wabah tersebut akan berhasil dengan pembebasan
biaya perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare?
Apakah pengasapan dan perawatan menyelesaikan masalah wabah
tersebut? Apa sebaiknya yang harus dilakukan? Tak pelak lagi, untuk
menangani keadaan tersebut oleh masing-masing pihak diperlukan cara
yang tepat.

Bagaimana peran advokasi kesehatan dalam hal ini? Advokasi apakah


yang perlu diberikan? Siapa sajakah yang sebaiknya mengambil prakarsa
untuk memulai advokasi?

Demonstrasikan tata cara melakukan advokasi sesuai peran masing-


masing.

10
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR PENGAMATAN.

Amati yang dilakukan oleh kelompok pemeran.


1. Apa saja unsur yang kebijakan publik berubah dan tidak berubah?
2. Bagaimana proses perubahan kebijakan public berlangsung?
Siapa yang mendesakkan? Cara apa yang digunakan?
3. Bagaimana aksi advokator? Apakah memenuhi kriteria dan
kompetensi yang ditetapkan?
4. Apakah masukan bagi tim pemeran?

11
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA PESERTA

ADVOKASI KESEHATAN

1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
HARAPAN

Selama sesi ini, saya (nama lengkap) berharap


dapat memperoleh pengetahuan, informasi dan ketrampilan teknis mengenai:

1. ......................................................
2. ......................................................
3. ......................................................
4. ......................................................

Selain itu, saya memiliki pengalaman, informasi dan ketrampilan teknis yang boleh
saya bagikan kepada rekan-rekan peserta, yaitu:

1. ......................................................
2. ......................................................
3. ......................................................
4. ......................................................

2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 1. APERSEPSI

Istilah advokasi kerap terdengar pada satu dasawarsa


belakangan ini.

Bagaimana Saudara memahami advokasi selama ini?

Dari beberapa istilah, mana yang lebih mendekati istilah


advokasi tersebut?

Dengan memperhatikan praktik advokasi di Indonesia,


apakah yang dimaksud dengan advokasi sesungguhnya?

3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KASUS

Tiga Kecamatan di Kota Waringin Timur Endemis Demam Berdarah

PALANGKARAYA (Media Indonesia, Kamis, 3 Februari 2005):

Tiga dari 14 kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan


Tengah (Kalteng), dinyatakan sebagai daerah endemis demam berdarah (DB).
Ketiga kecamatan itu adalah Baamang, Ketapang, dan Mentaya Baru Hilir.

Ketiga wilayah itu berada di dataran rendah dan di sekelilingnya banyak parit.
Karena itu, pada saat hujan wilayah tersebut selalu digenangi air dan kondisiya
kumuh karena padat penduduk.

Data di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Murjani Sampit menyebutkan,


sepanjang Januari 2005 jumlah pasien DB di Kabupaten Kotim tercatat 30 kasus.
Tiga orang di antaranya meniggal dunia. Hingga kemarin jumlah pasien DB yang
masih dirawat di RS tersebut hanya empat orang dari 11 pasien yang sebelumnya
dirawat.

Sementara itu, Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes)


Kabupaten Kotim Armana kepada wartawan, kemarin, mengatakan, untuk mencegah
mewabahnya pe-nyakit tersebut pihaknya sejak tiga hari lalu mengintensifkan
penyemprotan (fogging) sarang nyamuk di daerah endemis.

Namun, ujamya, dalam melakukan penyemprotan ke rumah penduduk, terutama


di tiga kecamatan yang merupakan daerah endemis penyebaran penyakit demam
berdarah, pihaknya mengalami kendala akibat terbatasnya alat penyemprot.
"Selain itu kami juga terkendala mininmya dana untuk operasional di lapangan
sehingga banyak warga yang mengeluh penyemprotan yang dilakukan petugas
tidak merata," kata Amiana.

Sedangkan jumlah penderita DB di Jawa Barat (Jabar) sejak awal Januari hingga
kemarin tercatat mencapai 485 orang, dan 30 di antaranya meninggal dunia.
Penderita lainnya masih dirawat di beberapa RS, antara lain RS Hasan Sadikin,
RS Al-Islam, dan RS Umum Cibabat, Cimahi.

4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Dinkes Jabar Udeng
Damam, kemarin, mengatakan di wilayahnya ada 13 daerah yang termasuk paling
parah terkena wabah mematikan ini. Di antaranya Kabupaten Subang, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Tasikmanya, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Bogor.

Dia menyebutkan, Kota Bogor, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Majalengka


temasuk daerah yang paling banyak korbannya. Korban tewas di masing-masing
daerah tersebut sebanyak empat orang.

"Korban meninggal terbanyak berasal dari Kota Bogor, Kabupaten Subang, dan
Kabupaten Majalengka. Sedangkan sisanya dari Kabupaten Indramayu, Ka-
bupaten Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Depok, Kabupaten
Sumedang, dan Kota Cimahi," kata Udeng.

Sementara itu, jumlah penderita DB di Sulawesi Selatan (Sumsel) sejak 1 Januari


hingga kemarin mencapai 300 orang lebih. Enam orang di antaranya meninggal
dunia.

Kepala Dinkes Provinsi Sulsel Basir Palu saat dihubungi kemarin, mengatakan
kasus DB terjadi di 28 kabupaten dan kota. Dari 300 kasus, yang terbanyak berada
di lima wilayah, masing-masing Kabupaten Gowa, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Wajo, Kabupaten
Barru dan Kota Makassar.

Menurutnya, meski wabah tersebut telah merenggut enam orang, namun hal itu
belum bisa digolongkan kejadian luar biasa (KLB), melainkan dalam kategori
endemis tinggi.

Dia juga menyatakan tidak tinggal diam menghadapi wabah ini. Sejak 3 Januari
lalu pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh rumah sakit untuk
membuka posko KLB guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan
jumlah kasus.
(SS/EM/SG/SR/SV/N-2)

5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 2.

Kelompok 1

Apa isu utama dalam kasus tersebut? Mengapa isu tersebut


muncul?

Apa yang dilakukan dalam menghadapi isu tersebut sudah


tepat?

Kelompok 2

Apa saja kegiatan yang dilakukan dan oleh siapa saja dalam
kasus tersebut?

Apa saja cara, teknik dan media yang digunakan mereka?


Apakah yang paling tepat mencapai sasaran?

Kelompok 3

Apakah tujuan/ sasaran yang ingin dicapai? Bagaimana


sebaiknya agar tujuan/ sasaran tercapai secara efektif?

Apakah indikator keberhasilannya?

6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar skenario untuk kelompok pemeran dan pengamat

Topik
Wabah DBD dan diare terjadi secara bersamaan. Setelah pengasapan,
korban DBD masih berjatuhan. Sementara korban diare terus bertambah
sehingga Rumah Sakit maupun Puskesmas kebanjiran pasien.

Hampir semua Rumah Sakit di daerah- daerah juga Puskesmas yang


mendapatkan pasien-pasien ini memberlakukan pembebasan biaya
perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare yang
miskin, atau yang dirawat di kelas tiga, dsb.

Skenario
Departemen Kesehatan dan seluruh jajarannya telah mengambil berbagai
langkah, demikian juga Dinas Kesehatan setempat. Masyarakat semakin
panik, dan minta kepada lurah, ketua RT, lingkungan untuk mengambil
tindakan. Jajaran Pemda tak kurang melakukan berbagai aksi. Pihak
akademisi merasa terusik dengan kejadian ini dan turut serta berpartisipasi
untuk mencari solusi.

Soal
Apakah penanganan wabah tersebut akan berhasil dengan pembebasan
biaya perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare?
Apakah pengasapan dan perawatan menyelesaikan masalah wabah
tersebut? Apa sebaiknya yang harus dilakukan? Tak pelak lagi, untuk
menangani keadaan tersebut oleh masing-masing pihak diperlukan cara
yang tepat.

Bagaimana peran advokasi kesehatan dalam hal ini? Advokasi apakah


yang perlu diberikan? Siapa sajakah yang sebaiknya mengambil prakarsa
untuk memulai advokasi?

Demonstrasikan tata cara melakukan advokasi sesuai peran masing-


masing.

7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar pengamatan untuk kelompok pengamat

Amati yang dilakukan oleh kelompok pemeran.

1. Apa saja unsur yang kebijakan publik berubah dan tidak berubah?
2. Bagaimana proses perubahan kebijakan public berlangsung? Siapa yang
mendesakkan? Cara apa yang digunakan?
3. Bagaimana aksi advokator? Apakah memenuhi kriteria dan kompetensi
yang ditetapkan?
4. Apakah masukan bagi tim pemeran?

8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Soal test

1. Apakah yang Saudara pahami mengenai istilah advokasi selama ini?


2. Apakah perbedaan masing-masing istilah tersebut?
3. Mengapa advokasi kesehatan dianggap penting?
4. Apakah tujuan advokasi kesehatan dan bagaimana menetapkannya?
5. Siapakah yang disebut Advokator? Apakah advokator harus seorang ahli hukum?
Jika bukan, apa sajakah kriterianya?
6. Apa sajakah prinsip yang harus dipegang dalam melakukan advokasi?
7. Bagaimana memperoleh strategi advokasi efektif?
8. Sebutkan beberapa cara yang dikenal dalam melakukan advokasi!
9. Apa yang harus dipertimbangkan ketika melakukan advokasi media?

Jawaban 1.

Secara historis, advokasi pernah tidak dapat ditolerir oleh pihak penguasa. Pada
masa Orde Baru, advokasi dikonotasikan sebagai upaya makar terhadap pemerintah.
Sementara di pihak lain, advokator di masa itu menganggap bahwa kegiatan advokasi
adalah upaya yang mengarah kepada kegiatan revolusioner mengubah sistem sosial,
politik dan ekonomi. Untuk terjadinya perubahan radikal itu dibutuhkan semangat
perlawanan, dan keberanian. Sehingga, pihak yang diadvokasi berupaya sebaliknya
dengan menolak aliansi yang ditawarkan advokator untuk pengintegrasian program-
program. Jika kemudian advokasi menjadi urusan organisasi yang berkaitan dengan
hukum, tentu dapat dipahami alasannya.

Dari segi bahasa, advokasi berasal dari bahasa Inggris yaitu advocacy yang artinya
dukungan, perlindungan, bantuan atau dorongan. Sedangkan to advocate adalah
memberikan support (dukungan), memberikan perlindungan, dan mempromosikan.
Dalam kamus bahasa Indonesia yang ditemukan istilah advokat dan mempunyai
arti pengacara, atau pejabat hukum yang memberikan pembelaan. Advokasi menjadi
kosa kata baru dalam bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangan kebutuhannya.
Beberapa istilah yang mendekati makna advokasi di Indonesia adalah menghimbau
(persuading), mempengaruhi (influencing), menekan (pressuring), mengancam
(threatening) atau negosiasi/tawar menawar (bargaining).

Jawaban 2

Menghimbau (persuading)
Proses yang sangat halus untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti satu pihak.
Dalam proses tersebut tidak digunakan mekanisme insentif atau disinsentif.

Mempengaruhi (influencing)
Lebih kuat dari persuasi dan menggunakan insentif yang lebih dominan dari disinsentif.
Tujuannya agar yang dipengaruhi mengikuti interest pihak yang mempengaruhi.

Menekan (pressuring)
Lebih kuat dari influencing. Penggunaan kekuatan dan mekanisme disinsentif lebih
dominan dari insentif.

1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Mengancam (threatening)
Proses lebih kasar dari influencing. Penggunaan kekuatan dan mekanisme disinsentif
sangat menonjol.

Negosiasi/tawar menawar (bargaining)


Merupakan proses untuk mencapai suatu kompromi. Posisi dan interest kedua
belah pihak dipertimbangkan. Masing-masing pihak memperjuangkan kesepakatan
formal atau informal dengan menemukan wilayah 'common interest'.

Advokasi
Sama dengan mempengaruhi. Hanya saja dilakukan untuk mempengaruhi kebijakan
publik dan melalui suatu proses sistematis dan terencana.

Jawaban 3

Karena:

Pertama, bahwa dengan pelaksanaan desentralisasi maka keputusan lebih didekatkan


pada daerah setempat sebagai ruang lingkup wilayahnya. Tantangan yang dihadapi
sektor kesehatan adalah dalam memberikan penjelasan mengenai faktor esensial
bagi pembangunan daerah yang perlu disosialisasikan kepada semua pihak.

Kedua, sejalan dengan demokratisasi yang menyertai desentralisasi, bermunculan


pelaku-pelaku baru yang berperan dalam penetapan kebijakan kesehatan dan
keputusan daerah.

Ketiga, kenyataan akan ketertinggalan daerah dibandingkan dengan Pusat dalam


pembangunan kesehatan.

Keempat, kesenjangan persepsi mengenai kesehatan itu sendiri. Sudut pandang di


antara stakeholder kesehatan berbeda-beda. Ada yang memahami kesehatan dari
sisi pengobatan, yang lain mempersepsikan kesehatan dari sudut pencegahan.

Selanjutnya, keterbatasan sumberdaya kesehatan di daerah baik dari segi jumlah,


maupun pemanfaatannya yang belum efisien dan efektif.

Jawaban 4

Advokasi pada sektor kesehatan bertujuan :

a. Membuat keputusan dengan melibatkan partisipasi semua stakeholders sehingga


diperoleh komitmen bersama berkaitan dengan masalah kesehatan, prioritas
program dan anggaran yang disusun.
b. Membangun kemitraan yang efektif antara semua stakeholders yang terkait
dengan pembangunan sektor kesehatan.
c. Mendapatkan komitmen sektor lain untuk berperan sesuai dengan intervensi
yang relevan dengan ruang lingkup bidang kegiatannya.

2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawaban 5

Advokator:

a. Tenaga terlatih dan berpengalaman dalam bekerja secara kemitraan untuk


suatu institusi dengan tujuan membangun kepercayaan diri institusi bersangkutan.
b. Pendengar yang baik dan komunikator terampil.
c. Seorang yang menawarkan dukungan praktis dan juga sebagai sumber informasi
d. Seorang yang berupaya memberikan kepercayaan yang memadai kepada
sebuah institusi agar dapat berbicara atas namanya sendiri, tetapi dapat juga
(jika diminta oleh institusi tersebut) berbicara atas nama institusi.

Jawaban 6

Beberapa prinsip dalam melakukan advokasi :

1. Evidence based
Advokasi harus didasarkan pada data atau kenyataan yang valid. Analisis
situasi dalam masalah kesehatan didasarkan pada data yang bersumber dari
laporan fasilitas, analisis data dan hasil-hasil survei.
2. Manfaat
Advokasi harus memberikan manfaat bagi stakeholders, untuk memberikan
motivasi kepada mereka. Caranya, dengan menyampaikan pengalaman atau
cerita sukses mengenai diperolehnya manfaat ketika rencana diwujudkan.
3. Transparan
Proses kegiatan advokasi harus bisa dipantau, dilihat dan diketahui oleh semua
pihak. Tidak ada yang disembunyikan.
4. Akuntabel

Kegiatan advokasi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

5. Tidak bergantung kepada pengaruh luar


6. Non diskriminatif
7. Netral dan tidak menghakimi

Jawaban 7
Untuk memperoleh strategi advokasi efektif, jawab kesembilan kunci pertanyaan
berikut:

1. OBYEKTIF: Apa yang diinginkan?


2. AUDIENS: Siapakah orang dan institusi yang perlu digerakkan?
3. PESAN: Apa yang ingin mereka dengar?
4. PEMBAWA PESAN: Mereka ingin mendengarkan hal itu dari siapa?
5. PENYAMPAIAN: Bagaimana agar mereka mendengarkannya?
6. SUMBER: Apa yang telah didapat?
7. KESENJANGAN: Apa yang ingin dikembangkan?
8. UPAYA PERTAMA: Bagaimana memulainya?
9. EVALUASI: Bagaimana mengatakannya jika hal itu berhasil?

3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawaban 8

a. Lobi
b. Presentasi
c. Debat
d. Negosiasi
e. Dialog
f. Petisi-resolusi

Jawaban 9

a. Membuat isu menarik bagi media

Isu yang disampaikan akan bersaing dengan berbagai kejadian pada hari yang
sama. Cara membuat isu agar menarik bagi media yaitu dengan memfokuskan
pada berita yang baru, manusiawi, menciptakan konflik, kontroversial dan
sensasional, jika bisa lebih baik lagi bila keempat hal tersebut ada. Hubungan
yang solid dengan wartawan akan sangat memberi pengaruh baik.

b. Surat pembaca dan editorial tamu

Advokasi media memang efektif namun terdapat kelebihan pada surat pembaca
dan editorial tamu. Kelebihannya yaitu bahwa pesan/isu dapat ditayangkan
nyaris tanpa dilakukan editing. Sehingga isu dapat dituliskan menurut keinginan
dan bahasa sendiri. Sedangkan, melalui acara media atau pernyataan pers,
maka ketergantungan terhadap wartawan dan editor yang menuliskan cerita
menjadi besar.

c. Tetaplah pada 'pesan'.

Sesudah memberi kerangka pada isu, berlatihlah agar tidak bergeser dari
pesan awal. Artinya, setiap saat harus kembali pada isu, solusi, dan orang
yang diharapkan akan mengambil tindakan. Menggunakan bahasa yang sama
setiap kali akan terasa membosankan, tetapi hal ini merupakan cara untuk
membangun pesan yang konsisten agar tujuan tercapai. Apalagi jika pesannya
jelas dan mudah diingat.

d. Berlatih

Latih untuk membaca pesan dengan lantang di depan cermin, atau lebih baik
di depan teman atau anggota keluarga. Gantilah kata-kata yang sulit diucapkan.
Lakukan perubahan pesan seperlunya hingga rekan-rekan mengerti apa yang
diinginkan dan mengapa. Jika memungkinkan minta seseorang beraksi seperti
seorang wartawan yang memberikan pertanyaan berat dan 'keras'.

4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
e. Ulangi, ulangi, dan ulangi

Tetap pada hal-hal pokok/ isu utama. Wartawan seringkali menanyakan hal
yang bukan inti persoalan yang sebenarnya akan dikomunikasikan. Jangan
menjawab pernyataan yang akan mengalihkan dari inti persoalan. Tidak
masalah jika akan mengulangi secara ringkas mengapa tujuan yang disampaikan
penting dan sampaikan salah satu dari beberapa argumen yang mendukung
posisi.

f. Berusaha tetap tenang berarti mempertahankan kredibilitas

Ingat untuk selalu menjaga penampilan yang tenang meskipun merasa frustasi
dan marah. Cerita kontroversial merupakan 'makanan' berita. Jangan terpancing,
karena berarti upaya pihak yang ingin menjatuhkan dan menentang upaya
yang sedang diperjuangkan justru mendapat respons. Tetaplah tenang dan
bertahanlah pada pesan awal.

5
DHS-1 MODUL ADVOKASI

Vous aimerez peut-être aussi