Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PEDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Neuroma akustik adalah tumor jinak intrakanial dan ekstraaksial yang tumbuh dengan
lambat, biasanya berasal dari bagian saraf keseimbangan (vestibular) dari nervus kedelapan
(Kondziolka et al., 2012). Neuroma akustik adalah tumor jinak dari nervus kranialis
kedelapan yang ditemukan di cerebellopontine angle dan di kanalis auditoris interna (Shin,
2000).
Prevalensi penderita neuroma akustik adalah 1:100.000 (Shin, 2000). Akan tetapi,
angka kejadian neuroma akustik semakin bertambah, kemungkinan oleh karena tumor yang
tidak sengaja ditemukan dari penggunaan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed
tomography (CT). Analisa retrospective dari 46.000 MRI menemukan setidaknya 8 tumor
neuroma akustik (0,02%). Umur rata-rata dari penderta neuroma akustik adalah 50 tahun
Menurut Tew & McMahon, neuroma akustik lebih banyak menyerang wanita daripada pria,
dan pasien biasanya terdiganosis pada umur 30-60 tahun. Neuroma akustik pada umumnya
diderita oleh orang dewasa, di Denmark terjadi peningkatan angka kejadian dari 7,8 menjadi
12,4 kasus per satu juta kasus tumor otak pada tahun 1976 sampai 1995,(Faraji, 2011).
Penyebab dari neuroma akustik tidak diketahui, tidak ada faktor lingkungan
(penggunaan telepon genggam atau diet) yang terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan
tumor ini. Neuroma akustik dapat terjadi secara sporadis sebagai penyakit yang diturunkan
yang disebut neurofibromatosis tipe 2 (NF2) (ludman,Harold,2012)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Neuroma akustik adalah tumor jinak dari nervus kranial kedelapan yang ditemukan di
kanalis auditoris interna dan di cerebellopontine angle (CPA) (Shin, 2000).
Neuroma akustik adalah tumor jinak intrakanial dan ekstraaksial yang tumbuh dengan
lambat, biasanya berasal dari bagian saraf keseimbangan (vestibular) dari nervus kedelapan
(ludman Harold,et al., 2011).
Neuroma akustik adalah tumor non-ganas jaringan fibrosa yang berasal dari saraf
keseimbangan (vestibular) atau pendengaran (koklea) yang tidak menyebar (metastasis) ke
bagian lain dari tubuh (Antonelli & OMalley, 2011).

2.2. Anatomi dan Fisiologi Telinga


2.2.1. Anatomi Telinga
Telinga Luar

Gambar 2.1 Irisan koronal vertikal bagian telinga kanan. (Brdel.) 1, meatus
akustikus eksterus, bagian tulang rawan; 2, fossa media; 3, attic; 4, maleus; 5, inkus; 6,
kanalis semisirkularis lateralis; 7, posisi kanalis semisirkularis posterior; 8, kanalis
semisirkularis superior; 9, vestibulum; 10, nervus fasialis; 11, nervus vestibular; 12, nervus
koklea; 13, koklea; 14, tuba eustachius; 15, stapes; 16, arteri karotis internal; 17, meatus
akustikus eksterna bagian tulang; 18, tulang rawan.

2
Bagian pertama yang tampak pada telinga luar adalah daun telinga atau aurikula.
Aurikula adalah tulang rawan elastis yang ditutupi oleh kulit kecuali pada bagian lobulus
yang merupakan jaringan lemak areolar murni. Bagian kedua pada telinga luar adalah meatus
akustikus eksterna (MAE). MAE pada orang dewasa memiliki panjang 2,5 cm, sepertiga luar
dari MAE terdiri dari tulang rawan sedangkan duapertiga dalam terdiri dari tulang, hanya
bagian sepertiga luar yang memiliki kelenjar dan folikel rambut. Bagian ketiga dari telinga
luar adalahmembran timpani. Membran timpani adalah membran yang memisahkan telinga
luar dan telinga tengah, mempunyai diameter kira-kira 1 cm. Pada membran timpani yang
sehat, pada bagian pars tensa akan menunjukkan reflek cahaya kecuali jika ada radang. Suplai
darah untuk telinga luar berasal dari arteri temporal superfisial dan arteri post-aurikular
(Flood, 2015).

Telinga Tengah
Telinga telinga adalah ruang yang berbentuk bikonkav tidak teratur yang berkembang
sejak lahir sampai dewasa. Isi dari telinga telinga tengah adalah udara, osikula, tendon
stapedius dan tensor timpani. Telinga tengah berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
eustachius dengan pembukaan auditus. Telinga tengah atau juga bisa disebut sebagai kavum
timpani terbagi menjadi 4 bagian, yaitu eitimpani, mesotimpani, protimpani, dan hipotimpani.

Gambar 2.2 Osikula

3
Osikula terdiri dari tulang kecil yaitu malleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini
terhubung satu sama lain oleh sendi sinovial. Tuba eustachius berukuran kira-kira 17 mm saat
lahir dan 36 mm saat dewasa. Dalam keadaan isitirahat, hubungan antara tuba dan nasofaring
menutup, dan membuka saat menguap dan menelan .(Soepardi,2007)
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea. Vestibulum
berbentuk oval berukuran 5 mm x 3 mm membentuk bagian tengah labirin tulang. Di dalam
vestibulum terdapat sakula, duktus koklearis, dan utrikula. Bagian bawah dari vestibulum
memiliki 5 lubang yang berhubungan dengan kanalis semisirkularis. Pada dinding bagian
lateral, terdapat oval window, dan dinding bagian tengah berhubungan dengan meatus
akustikus internus (Soepardi,2007)
Terdapat 3 kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis lateral, superior, dan
posterior. Berukuran sekitar 0,8 mm dan masing-masing memiliki pangkal yang disebut
ampula (Tuli et al., 2013).

Gambar 2. 3 (A) Left bony labyrinth. (B) Left membranous labyrinth. (C) Cut section
of bony labyrinth
Koklea berbentuk seperti cangkang siput berukuran 35 mm x 5 mm. Apex koklea
menghadap bagian anterosuperior dari dinding medial rongga telinga tengah dan dasarannya
menuju ke fundus dari meatus akustikus internus. Tulang lamina spiralis membagi koklea

4
menjadi skala vestibuli dan skala timpani, kedua skala ini berhubungan satu sama lain
melalui helichotrema di apex koklea (Tuli et al., 2013).

Gambar 2.4 Skala media dengan organ cortii. 1, tulang spiral lamina; 2, ganglion
spiral; 3, spiral limbus; 4, bibir vestibular dari limbus spiral; 5, sulkus bagian dalam; 6,
membran tectorial; 7, membran Reissners; 8, stria vaskularis; 9, ruang Nuel; 10, sel-sel
Hensen; 11, sulkus bagian luar; 12, sel-sel Claudius; 13, ligamen spiral; 14, membran basilar;
15, sel-sel rambut luar; 16, pilar luar terowongan Corti; 17, serabut saraf; 18, terowongan
Corti; 19, sel-sel rambut bagian dalam; 20, lip timpani dari limbus spiral

Nervus VIII terbagi menjadi 2 yaitu bagian nervus koklearis anterior dan nervus
vestibularis posterior di dalam meatus akustikus internus. Nervus koklearis terbagi menjadi
banyak filamen yang akan berakhir pada sel rambut dalam (95%) dan sel rambut luar (5%).
Nervus vestibularis mensarafi makula, utrikula dan ampula kanalis semisirkularis (Tuli et al.,
2013).

5
Gambar 2.5 Nervus vestibulokoklearis didalam meatus akustikus internus

2.2.2. Fisiologi Pendengaran

Sebuah sinyal suara di lingkungan dikumpulkan oleh pinna (aurikula), melewati


meatus akustikus eksterna (MAE) dan menggetarkan membran timpani. Getaran dari
membran timpani ditransmisikan tulang pendengaran (stapes), stapes melalui rantai ossicles
digabungkan dengan membran timpani. Gerakan ossikula ini menyebabkan perubahan
tekanan dalam cairan labirin, yang menggerakkan membran basilar. Hal ini merangsang sel-

6
sel rambut organ corti. Sel-sel rambut ini yang bertindak sebagai transduser dan mengubah
energi mekanik menjadi impuls listrik, yang akan diteruskan ke sepanjang saraf pendengaran
(Dhingra et al., 2014).

2.3 Epidemiologi
Menurut Iranian Journal of Otorhinolaringology prevalensi penderita neuroma
akustik adalah 1:100.000 orang pertahun. Akan tetapi, angka kejadian neuroma akustik
tampaknya akan semakin bertambah, kemungkinan oleh karena penggunaan magnetic
resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) yang secara tidak sengaja
menemukan tumor neuroma akustik. Analisa retrospective dari 46.000 MRI menemukan
setidaknya 8 tumor neuroma akustik (0,02%). Umur rata-rata dari penderita adalah 50 tahun
(Faraji, 2011).
Tew & McMahon menerangkan, neuroma akustik lebih banyak menyerang wanita
daripada pria, dan pasien biasanya terdiagnosis pada umur 30-60 tahun. Neuroma akustik
pada umumnya diderita oleh orang dewasa, di Denmark terjadi peningkatan angka kejadian
dari 7,8 menjadi 12,4 kasus per satu juta kasus tumor otak pada tahun 1976 sampai 1995.
Menurut International Radiosurgery Associations (IRSA) sekitar 8% dari semua
tumor otak adalah neuroma akustik, kira-kira 1 dari 100.000 orang per tahun menderita
neuroma akustik (Lunsford et al., 2006).

2.4. Etiologi
Etiologi dari neuroma akustik sebagian besar tidak dapat diketahui (idiopatik). Tidak
ada faktor lingkungan (seperti penggunaan telepon genggam atau diet) yang telah dibuktikan
secara ilmiah dapat menyebabkan tumor ini. Tumor ini bisa timbul secara idiopatik atau bisa
disebabkan oleh kelainan yang diturunkan yang disebut neurofibromatosis tipe 2 (NF-2).
Tumor yang muncul secara idiopatik timbul sebanyak 95% dan yang disebabkan oleh NF-2
sebanyak 5% (Tew & McMahon, 2013).
Neuroma akustik unilateral dan bilateral dapat disebabkan oleh karena kelainan fungsi
dari kromosom 22. Kromosom 22 memproduksi protein (schamnamine/merlin) yang
mengontrol pertumbuhan sel schwann. Pada pasien NF-2 kelainan kromosom 22 ini
diturunkan dan ada pada sebagian besarsel somatis. Orang dengan NF-2 biasanya mengalami
neuroma akustik pada kedua sisi (bilateral). Akan tetapi, seseorang dengan neuroma akustik
unilateral tanpa sebab yang jelas mengalami gangguan pada fungsi kromosom 22 dan hanya
ada pada sel schwann nervus kedelapan saja (Faraji, 2011).

7
2.5. Patofisiologi
Mayoritas neuroma akustik berkembang dari sel schwann yang menyelubungi sel
nervus vestibulokoklearis (VIII) cabang vestibular. Sangat jarang tumor ini (kurang dari 5%)
muncul dari sel nervus vestibulkoklearis (VIII) cabang koklea. Karena neuroma akustik
berasal dari sel schwann, tumor pada umumnya akan semakin membesar dan menekan saraf
vestibular. Secara lambat dan bertahap saraf vestibular akan mengalami destruksi, sehingga
terjadi penurunan fungsi. (Lunsford et al., 2006). Karena perkembangan tumor yang lambat
maka kemungkinan terjadi kompensasi sentral, sehingga sebagian besar pasien tidak merasa
mengalami gangguan keseimbangan (Antonelli & OMalley, 2011)

Gambar 2.6 Neuroma akustik dalam kanalis auditoris interna (Faraji, 2011)

Neuroma akustik muncul dari kanalis auditoris interna bagian medial dimana
perkembangan tumor dibatasi oleh tulang kanalis auditoris interna. Ketika ukuran tumor
semakin besar, tumor tersebut akan meluas keluar dari kanalis auditoris interna menuju ke
cerebellopontine angle (CPA). Pada keadaan ini, maka tumor akan menekan, nervus fasialis
(VII), batang otak, pembuluh darah dan ruang serebrospinal (Antonelli & OMalley, 2011)

8
Gambar 2.8 Neuroma akustik keluar ke CPA tetapi belum menekan otak & batang
otak (Faraji, 2011)

Nervus fasialis (VII) cukup tahan terhadap penekanan yang disebabkan oleh ukuran
tumor tanpa mengalami gangguan fungsi sampai tumor telah mencapai ukuran yang sangat
besar. Di sisi lain, nervus vestibularis dan koklearis (VIII) sangat sensitif terhadap tekanan.
Sehingga meskipun tumor masih berukuran kecil dan terbatas pada kanalis auditoris interna,
gejala awal berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan dapat terjadi (Antonelli &
OMalley, 2011)

Gambar 2.9 Neuroma akustik keluar ke CPA sudah menekan otak & batang otak (Faraji,
2011)

9
Saat ukuran tumor mendekati 1,5 cm maka batang otak akan mulai terganggu,
semakin lama batang otak akan tertekan dan terdorong kearah kontralateral dari tumor.
Nervus fasialis (VII) akan terganggu jika ukuran tumor sudah mencapai 2 cm, maka akan
terjadi manifestasi hipoestesi pada wajah (penurunan sensitifitas). Ukuran tumor lebih dari 4
cm akan menyebabkan penekanan pada akuaduktus otak dan ventrikel ke empat sehingga
meyebabkan hidrosefalus (Faraji, 2011).

2.6. Gejala Klinis


Gejala klinis neuroma akustik dapat dibagi menjadi :
1. Gejala Kokleovestibular (VIII)
Gejala awal yang timbul adalah gejala nervus kokleovestibular (VIII), gejala ini
timbul ketika tumor masih berada di kanalis auditoris interna yang menyebabkan penekanan
pada nervus koklearis atau vestibularis dan arteri auditus internus (Tuli et al., 2013).
Gangguan pendengaran progresif unilateral tipe sensorineural yang sering disertai dengan
tinnitus adalah gejala yang muncul pada sebagian besar kasus. Terdapat kesulitan dalam
memahami pembicaraan, yang tidak sesuai dengan kelainan pada gangguan pendengaran
murni. Kedua gejala tersebut adalah ciri khas dari neuroma akustik. Beberapa pasien
mungkin mengalami gangguan pendengaran mendadak. Gejala vestibular yaitu gangguan
keseimbangan, gejala vertigo jarang terjadi. (Mulyaningrum,2014)
2. Gejala Nervus Kranial
Nervus trigeminus (V) adalah nervus paling awal mengalami gangguan seperti
menurunnya sensitifitas kornea, numbness, dan parasetesia pada wajah. Gangguan nervus
trigeminus menunjukkan ukuran tumor sudah mencapai ukuran 2,5 cm dan sudah mendesak
cerebellopontine angle (CPA) (Dhingra et al., 2014).
Adanya hipoaestesia pada meatus dinding posterior (Hitzelbergers Sign), hilangnya indra
perasa (diuji oleh electrogustometry) dan berkurangnya lakrimasi pada tes Schirmer adalah
gejala adanya gangguan dari nervus fasialis (VII). Terlambatnya reflek berkedip mungkin
menjadi gejala awal pada ganggaun nervus ini (Tuli et al., 2013).
Pada gangguan nervus glossofaringeus (IX) dan vagus (X) terdapat gejala disfagia
dan suara serak karena kelumpuham lidah, faring dan laring. Sedangkan untuk nervus kranial
lainnya, seperti nervus XI dan XII, III, IV dan VI akan terpengaruh ketika ukuran tumor
sangat besar (Tuli et al., 2013).

10
3. Gejala Batang Otak
Kelemahan, mati rasa dari lengan dan kaki dan peningkatan refleks tendon
menunjukkan keterlibatan batang otak (Tuli et al., 2013). Ukuran tumor lebih dari 4 cm akan
menyebabkan penekanan pada akuaduktus otak dan ventrikel ke empat sehingga meyebabkan
hidrocephalus (Lunsford et al., 2006),
4. Gejala Serebelum (Otak Kecil)
Gejala serebelum ditunjukkan dengan adanya gait ataxic, nistagmus, dysdiadochokinesia dan
ketidakmampuan untuk berjalan di sepanjang garis lurus dengan kecenderungan untuk jatuh
ke sisi yang terkena (inkoordinasi). Hal ini dapat dibuktikan dengan tes jari hidung
(fingernose test), uji lutut-tumit (knee-heel test), dan ketidakmampuan untuk berjalan di
sepanjang garis lurus dengan kecenderungan untuk jatuh ke sisi yang terkena (Faraji,2011).

2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis gejala yang paling umum didapatkan adalah gangguan pendengaran
unilateral dan tinitus. Mayoritas pasien juga akan mengalami vertigo, meskipun gejalanya
tidak terus-menerus. Gejala lanjut yang dirasakan pasien seperti gejala nervus kranialis hanya
akan dirasakan bila ukuran tumor sudah bisa menekan saraf kranialis (Shin , 2000)

Tabel 2.1 Tanda dan gejala neuroma akustik :

Dalam diagnosis, selain anamnesis yang rinci dan pemeriksaan fisik, diperlukan
pemeriksaan audiologi lengkap dengan tes vestibular, untuk menilai saraf trigeminal, dan
melakukan MRI dengan kontras gadolinium (Antonelli & OMalley, 2011).

11
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pendengaran hasilnya akan abnormal oleh karena terdapat
gangguan pada nervus akustikus/kokleovestibularis (VIII). Tes Weber dan Rinne akan sangat
membantu untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran yang asimetris (unilateral).
Penurunan atau tidak adanya refleks kornea ipsilateral dan paresthesia mungkin terjadi
sebagai manifestasi gangguan pada nervus V dan VII. Defisit nervus kranialis lainnya jarang
terjadi kecuali pada ukuran tumor yang besar. Pemeriksaan Romberg, Hall-Pike, dan tes
keseimbangan umum lainnya biasanya normal (Faraji, 2011). Tes kalori akan menunjukkan
respon yang berkurang atau tidak ada di 96% pasien, akan tetapi jika tumor sangat kecil, tes
kalori mungkin normal. Pemeriksaan funduskopi mungkin perlu diperiksa untuk mengetahui
apakah terdapat edema papil (Faraji,2011)
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes audiometri adalah tes screening awal yang paling bagus untuk mendiagnosis
neuroma akustik, oleh karena hanya 5% pasien yang akan mendapatkan hasil yang normal.
Hasil tes biasanya menunjukkan gangguan pendengaran sensorineural asimetris, biasanya
lebih menonjol di frekuensi yang lebih tinggi. Gangguan pendengaran tidak selalu berkorelasi
dengan ukuran tumor (Faraji, 2011). Recruitment test positif, SISI (short increment sensitivity
index) score rendah (020% score), dan tone decay positif. (Tuli et al,. 2013) Pemeriksaan
speech audiometry menunjukkan adanya kelainan pada speech discrimination, hal ini akan
bertambah jika suara ditingkatkan melampaui batas tertentu (Roll-over phenomenon)
(Dhingra et al., 2014).
Plain X-Rays dapat memberikan temuan positif pada tumor neuroma akustik, akan tetapi
tumor yang masih berada pada kanalis auditori interna tidak dapat terdeteksi. CT scan mampu
mendeteksi tumor berukuran 0,5 cm di dalam fossa posterior (Dhingra et al., 2014)
Tes diagnostik definitif (gold standar) untuk pasien dengan neuroma akustik adalah
adalah MRI dengan resolusi tinggi, thin slices, dengan kontras gadolinium pada kanalis
auditori interna.(Ludman,Harold, 2012)

2.8. Diagnosis Banding


Neuroma akustik harus dibedakan dari patologi koklea (Mnire disease) dan tumor
cerebellopontine lainnya .(Mulyaningrum,2014)
Acoustic neuroma
Meningioma
Epidermoid (cholesteatoma)

12
Arachmoid cyst
Schwannoma of other cranial nerves ( e.g CN V, VII, IX, X, XI)
Aneursym
Glomus tumor
Metastasis.

2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan pada neuroma akustik rinitis sangat bervariasi, tujuan terapi pada
neuroma aksutik adalah memperpanjang harapan hidup dan menjaga fungsi organ tubuh.
Secara garis besar dibagi dalam:
1. Observasi (Wait and Scan)
Beberapa studi menunjukkan bahwa 50% dari neuroma akustik berhenti tumbuh pada
saat diagnosis. Oleh karena itu, pada pasien tertentu observasi pertumbuhan tumor dengan
scan (MRI) berulang dapat menjadi pilihan, terutama jika tumor tersebut tidak menekan otak,
dan jika belum ditetapkan bahwa tumor tersebut dapat tumbuh bertambah besar. Pasien
dievaluasi secara periodik untuk mengetahui perkembangan gejala, dan diikuti dengan MRI
untuk memantau tanda-tanda pertumbuhan (Antonelli & OMalley, 2011)
Kecuali tumor telah berukuran besar pada saat diagnosis, biasanya pasien dijadwalkan
MRI pada 6 bulan pertama. Jika pada pemantauan tumor tidak bertambah besar dianjurkan
untuk melanjutkan observasi dengan scanning tahunan dan perkembangan gejala. Skilbeeck
& Saeed merekomendasikan scan 5 tahun berikutnya, diikuti oleh scan setiap 2 tahun sampai
10 tahun dari diagnosis. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan scan setiap 5 tahun.
Jika tingkat pertumbuhan sangat cepat, maka tatalaksana pengobatan/operasi dapat dilakukan
(Antonelli & OMalley, 2011)
2. Medikamentosa
Pasien dengan tumor di kedua telinga atau dengan masalah medis lainnya mungkin dapat
diberikan pengobatan yang dapat memperlambat atau menghentikan pertumbuhan tumor.
Obat yang saat ini tersedia adalah bevacizumab (Avastin), tetapi obat memiliki efek samping
yang serius (Antonelli & OMalley, 2011).
3. Radiotherapy
Tumor berukuran sedang (1-3 cm) atau tumor yang timbul berulang dapat diobati
dengan radiasi jenis khusus seperti radiosurgery stereotactic dan gamma knife surgery.
Pengobatan menggunakan radiasi ini melibatkan penggunaan bimbingan komputer untuk

13
memberikan dosis kecil radiasi yang difokuskan pada tumor di dalam otak. Perawatan ini
tidak menghapus atau sepenuhnya menghilangkan tumor akustik, tetapi hal ini melukai tumor
sehingga tidak lagi tumbuh (Antonelli & OMalley, 2011).
4. Microsurgery
Di era microsurgery ini, terdapat tiga pendekatan bedah yang berbeda untuk neuroma
akustik, yaitu retrosigmoid (RS), translabyrinthine (TL) dan middle cranial fossa (MCF)
yang umum digunakan. Tujuan dari operasi adalah pengangkatan tumor total untuk
meminimalkan dampak neurologis untuk pasien (Antonelli & OMalley, 2011; Skilbeeck &
Saeed)

Gambar 2.13 Tiga pendekatan microsurgery (Faraji, 2011)


Tumor akustik yang berukuran kecil (<1 cm) masih terbatas dalam kanalis auditori
interna yang memanjang dari telinga bagian dalam ke otak. Operasi untuk menghilangkan
tumor ini dilakukan di bawah anestesi umum dan menggunakan mikroskop operasi.
Pendekatan bedah bisa menggunakan sayatan di depan dan di atas telinga (pendekatan
middlecranial fossa) atau di belakang telinga (retrosigmoid, atau translabyrinthine)
(Antonelli & OMalley, 2011).
Tumor akustik dengan ukuran sedang (1-3 cm) memanjang dari kanalis auditori
interna ke dalam rongga otak, tetapi belum menekan otak itu sendiri. Pembedahan untuk
tumor berukuran sedang dilakukan di bawah anestesi umum menggunakan mikroskop operasi.
Pendekatan bedah (translabyrinthine) dilakukan melalui sayatan di belakang telinga. Mastoid
dan struktur telinga bagian dalam dapat diangkat untuk menemukan tumor (Antonelli &
OMalley, 2011).

14
Operasi untuk tumor akustik ukuran besar mungkin memerlukan pengangkatan yang
lbih luas dari tulang tengkorak untuk mengekspos tumor dan mengendalikan pembuluh darah
besar yang menghalangi akses ke tumor ini dilakukan dibawah anestesi umum menggunakan
mikroskop operasi. Pendekatan bedah (translabyrinthine) melalui sayatan di belakang telinga
yang dilapisi tulang mastoid. Mastoid, telinga bagian dalam dan tengkorak diangkat untuk
mengekspos tumor. Pengangkatan tumor ukuran besar mengorbankan pendengaran dan saraf
keseimbangan, akibatnya telinga dibuat tuli permanen(Antonelli & OMalley, 2011).

2.10 Prognosis
Prognosa dari neuroma akustik bervariasi tergantung dari besarnya tumor. Tingkat
kematian hampir 10-15% dan kematian banyak ketika tumor sedang di potong (tuli et
al.,2013).

15

Vous aimerez peut-être aussi