Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Arilawati
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Bojong
Pekerjaan : pelajar SD
Tgl berobat : 17 Oktober 2012
ANAMNESA
Keluhan utama : leher kanan bengkak sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan tambahan : demam, batuk, pilek, pusing, mual-muntah, nafsu makan menurun.
Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh leher kanan mulai membengkak yang terasa
nyeri dan panas saat perabaan. Keluhan bengkaknya leher ini tidak disertai dengan keluhan nyeri
teggorokan dan nyeri menelan. Keluhan ini disertai demam yang timbul mendadak semakin meninggi dan
terus menerus, tidak disertai menggigil dan kejang. Batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan, pilek,
pusing, dan tidak sesak napas. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah dan nafsu makan menurun.
Pasien belum berobat untuk keluhan ini. Ibu pasien mengatakan bahwa ada tetangga yang menderita
keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu:
Keluhan leher bengkak sebelumnya (-)
Riwayat kejang demam (-)
Campak (-)
TB paru (-), Bronkopneumonia (-)

Riwayat penyakit keluarga


Keluhan yang sama di keluarga disangkal
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya diderita tetangga pasien
Riwayat TB paru (+) tante, tidak serumah

Riwayat kehamilan ibu


Kunjungan ANC teratur di puskesmas, Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan,
penyulit kehamilan tidak ada.
Riwayat kelahiran
Lahir 2001 dengan persalinan normal dibantu bidan, lahir tunggal, cukup bulan, tidak ada cacat kongenital,
BBL 3000 gram PBL 48 cm, LK ?
Riwayat makanan
ASI sejak usia 0 3 bulan
Susu formula sejak usia 3 bulan 2 tahun
Makanan tambahan (bubur tim) diberikan sejak usia 6 bulan

Kesan : Makanan tidak sesuai usia


Riwayat pertumbuhan
BB : 27 Kg
TB : 130 cm
BB/U = 27/38 x 100% = 71% (gizi kurang)
TB/U = 130/145 x 100% = 89.65% (tinggi kurang)
Kesan : pertumbuhan tidak sesuai usia
Riwayat perkembangan
Bisa tengkurap usia 6 bulan
Merangkak usia 7 bulan
Bisa berjalan usia 1 tahun 5 bulan
Bisa mengucapkan kata dengan jelas usia 2 tahun
Tidak ada kelainan tingkah laku dan emosi

Kesan : perkembangan sesuai usia


Riwayat Imunisasi
BCG
Hepatitis B
DPT
Polio

Campak (-)
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Imunisasi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, alergi makanan-susu sapi (-) alergi cuaca-debu
(-)
Riwayat Pengobatan
- Keluhan saat ini belum mendapatkan pengobatan
- Belum pernah dirawat inap di RS sebelumnya
- Pengobatan jangka lama (TB paru) disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Vital Sign
Nadi : 84x/menit, irama nadi teratur, regular, kualitas cukup
RR : 20x/menit
Suhu : 37,6 oCelcius

Antropometri
BB : 27 kg
TB : 130 cm

BB/U = 27/38 x 100% = 71% (gizi kurang)


TB/U = 130/145 x 100% = 89.65% (tinggi kurang)
BB/TB = 27/28 x 100% = 96.42% (normal, proporsional)
Status Generalis
Kepala : Normocephal simetris, ubun-ubun sudah menutup, rambut bewarna hitam distribusi rata dan
tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik (-), refleks pupil (+/+), d 3 mm
isokor, edema palpebra (-), pergerakan mata kesegala arah baik
Kulit : Kulit warna sawo matang, ikterus pada kulit (-), pucat telapak tangan dan kaki (-), sianosis (-)
ruam-ruam kemerahan di kulit (-), turgor kulit normal, edema (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+/+), hidung bagian luar tidak ada kelainan, polip -/-, konka eutrofi,
pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Normotia, nyeri tekan (-/-), serumen (+/+), pendengaran baik
Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah tidak kotor dan tidak tremor, gangren pulpa (+), faring
hiperemis (-), T1/T1
Leher : lihat status lokalis
Dada : Normochest
Paru
Inspeksi : simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas, retraksi dinding
dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)
Palpasi : simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas,
nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor pada semua lapang paru, batas sonor-pekak setinggi ICS 6 linea midclavicularis dextra
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : perut kembung (-), scar (-), ruam makulopapular (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa (-)
Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia : perempuan, tidak ada keluhan
Extremitas
Atas : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik
Bawah : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik
Status Lokalis
Leher : benjolan a/r cervical dextra, bentuk bulat, difus, permukaan rata, konsistensi kenyal, batas
tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), perabaan panas (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
RESUME
An. perempuan berumur 11 tahun dengan BB 27 Kg datang ke puskesmas dengan keluhan leher kanan
bengkak, nyeri dan teraba panas sejak 2 hari, nyeri teggorokan dan nyeri menelan (-). Keluhan disertai
demam, batuk berdahak, pilek, pusing, mual, muntah dan nafsu makan menurun. Riwayat kontak (+).
Imunisasi dasar tidak lengkap.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis,
suhu 37,6 oCelcius, benjolan a/r cervical dextra, bentuk bulat, difus, permukaan rata, konsistensi kenyal,
batas tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), perabaan panas (+).
Diagnosis Banding
1. Parotitis dextra
2. Limfadenitis coli
3. Limfadenitis TB

Working Diagnosis
Parotitis dextra
Penatalaksanaan
- Paracetamol tab 3 dd 250 mg
- Prednison tab 3 dd I
- GG tab 3 dd 50 mg
- CTM tab 3 dd 2 mg
- Vitamin B6 tab 2 dd I
TINJAUAN PUSTAKA
PAROTITIS
1. Definisi

Parotitis epidemika adalah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas adalah pembesaran kelenjar ludah terutama kelanjar parotis. Pada
saluran kelenjar ludah terdapat kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan
saluran. Menyerang anak dibawah usia 15 tahun. (sekitar 85% kasus). 1,2,3,4,5
2. Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus, yang juga termasuk
didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease 2. Ukuran dari partikel
paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi,
yaitu: antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal
dari hemaglutinin permukaan.1
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu
runagan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 oC oleh formalin, eter serta pemaparan cahaya
ultraviolet selama 30 detik.2
3. Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus menyebar melalui kontak
langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan
tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.1
Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7
tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam
rumah, perkemahan, barak tentara, asrama atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin
parotitis epidemika pada tahun 1968.2
Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5 15 tahun.
Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotits kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan
siatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada
sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian
parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 4 tahun sebesar 70% - 80%. Gender juga
berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan
perempuan.2
4. Patogenesis

Masa inkubasi 15 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan nodus
limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput
otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal dan saraf otak.1,2,3,6
Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri
dalam sel epitel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar ludah
dan parotis.1,2,6
Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada
pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.5
Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi dan disertai oleh
gangguan ginjal.6
5. Manifestasi klinis

Masa inkubasi berkisar antara 14 24 hari, dengan puncak pada 17 18 hari dan rata-rata selama 18 hari.
Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang
terjadi tetapi mungkin bersamaan dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia
dan malaise. 1,2,3,4,5,6,7
Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 39,5 oC, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis yang
mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral 24. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan
gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak
sampai ke belakang.5,6,7
Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada hari 1 3 hari dan pembengkakan
menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong
lobus telinga ke atas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang
membengkak tidak hangat atau eritema, berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri.
Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8 10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak
sehari atau
dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.1,2,3,4,5,6,7
6. Diagnosis

Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, muntah, sakit
waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkana pada bagian pipi yang terasa nyeri
baik spontan maupun dengan perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam.
1,2,3,4,5,6,7,8
Manifestasi Klinis
a. Panas ringan sampai tinggi (38.5 39.5 C)
b. Keluhan nyeri dan pembesaran di daerah parotis
c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas.
d. Kontak dengan penderita kurang lebih 2 3 minggu sebelumnya (masa inkubasi 14 24 hari)
e. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit berat
f. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid)

Laboratorium
a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarnya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan dengan limfositosis
relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang. 1,5,6,7
b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian
kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.1,5,7
c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukkan adanya infeksi virus, yaitu:
- Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini memerlukana dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya diambil
pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya
parotitis.3
- Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan media fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji
apakah trejadi hemaabsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemabsorpsi. Pengenceran
serum yang mencegah terjadinya hemaabsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji
netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak
praktis dan tidak mahal.1,5,7
- Complement fixation (CF) test

Tes fiksasi komplemen dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen
antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai
titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menrun secara lambat 2
tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis
standar apapun menunjukkan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering
mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu. 7
d. Pemeriksaan virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang
terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.5 Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemarbsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat- NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum
hiperimun.5
7. Komplikasi

a. Meningoensepalitis

Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis. Penderita mula-mula
menunjukkan gejala nyeri kepala ringan yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu
tubuh yang tinggi (hiperpireksia).5
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak. Insiden yang sebenarnya sukar
diperkirakan karena infeksi subklinis sistem sara sentral.
Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis meningoensefalitis parotitis diuraikan
sebagai berikut:
- Infeksi primer neuron: parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis
- Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai parotis pada sekitar 10 hari.

Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis sebab lain, ada
kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal
menunjukkan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan cairan serebrospinal biasanya berisi sel kurang dari 500
sel/mm3 walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda
dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal
penyakit.1,5
b. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1 : 15.000), parotitis
adalah penyebab utama tuli sensorineural unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau
permanen.1,3
c. Orkitis

Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala
demam tinggi mendadak, menggigil, mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik dan sakit pada testis.
Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat
perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat
berlangsung dalam 3 14 hari.1
Testis yang trekena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnta bengkak dan merah. Rata-rata lamanya
4 hari. Sekitar 30 40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.
Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.1,3,5
d. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. 1,3
e. Pankreatitis

Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik
disertai dengan pusing, mula, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya
pankreatitis akibat mumps. Mainfestasi klinisya sering menyerupai gejala gejala gastroenteritis sehingga
kadang diagnosis dikelirukan dengan gastroenteritis.1,3
Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada
akhir minggu pertama.4
f. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi
keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10 14 hari sesudah
parotitis.1
Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada
ginjal.3
g. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1
minggu sesudah parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita. 1
h. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih
sering dari pada yang diketahui 2. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 10 hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen ST, flattening atau inversi
gelombang T. Dapat disertai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.2,6
i. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi
biasanya penyembuhan sempurna.1
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang seringkali berpindah
pindah. Gejala sendi mulai 1 sampai 2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena
adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh
sempurna.6
j. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar
lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar airmata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis,
tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.1
k. Embriopati parotitis

Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin, kemungkinan hubungan endokardial
fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.1,6
8. Diagnosis banding

a. Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3, sitomegalovirus. 1
b. Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik

Disebabkan oleh kelainan metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas
dan sirosis.2
c. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik

Pembesaran kelenjar parotis akibat operasi.2


d. Parotitis supuratif

Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus kelennjar. Penyebabnya dari otitis
media dan mastoiditis.1,2
e. Parotitis berulang

Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan
mempunyai sialogram khas.1
f. Kalkulus salivarus

Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran submandibularis menyebabkan pembengkakan
intermitten.1
g. Limfosarkoma atau tumor parotis1
h. Adenitis servikal

Disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck, mononukleosis infeksiosa, cat-scrach disease, angina
ludwig dan selulitis kanalis auditorius eksterna.1,6
i. Reaksi obat

Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan parotis dan kelenjar salivaria lain
disertai nyeri tekan 5. Parotitis iodium biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat
antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan parotis.6
j. Sindroma sjorgen

Merupakan inflamasi kronis parotis dan kelenjar liur lainnya yang seringkali disertai dengan atrofi
kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada wanita pascamenopause.6
9. Penatalaksanaan

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu
1. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus mumps oleh karena itu pengobatan seluruhnya simptomatis
dan suportif.1,4
a. Penderita rawat jalan4
Penderita baru dapat dirawat jalan bila: tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup baik.
- Istirahat yang cukup
- Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
- Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu


Metampiron: anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
Parasetamol: 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
b. Penderita rawat inap4
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap di
ruang isolasi
- Diet lunak, cair dan TKTP
- Analgetik antipiretik
- Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya4
c. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

10. Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Imunisasi pasif

Gammaglobulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi. 1,2
b. Imunisasi aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah
sifatnya (Mumpsvax-merck sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini
tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella. 3,5
Pemberian vaksinasi dengan virus mumls sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna
dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 95%. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin
terhadap morbilli, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan secara serenak.7
Kontraindikasi: bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberikan obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapatkan
terapi radiasi.7
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada
kontraindikasi bagi penggunaan vaksin mumps dalam situasi ini.7
11. Prognosis

Parotitis merupakan penyakit self-limited. Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan
jarang berlanjut menjadi kronis. 1346 sterilitas karena orkitis jarang terjadi.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu kesehatan anak nelson, 1999,
Ed XV, EGC, Jakarta, hal. 1074-1076.
2. Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and infectious disease, Ed IX,
The C.V.Mosby company, 1972, hal.427-434.
3. Adam A.Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps (Epidemic Parotitis), dalam
Handbook of Pediatrics, Ed. XVI, Colorado, 1991, hal. 442-444.
4. Komite medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis Epidemika, dalam Standar
pelayanan medis, Edisi II, Komite medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 1999, hal. 62-64.
5. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, Parotitis epidemika, dalam ilmu kesehatan anak, edisi VI,
infomedika, Jakarta 2000, hal. 629-632.
6. Suprohaita, Arif mansjoer, wahyu ika wardhani, wiwiek setiowulan, parotitis epidemika, dalam kapita
selekta kedokteran, edisi III, Jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000, hal. 418-419.
7. C.Goerge Ray, parotitis epidemika, dalam buku ajara ilmu penyakit dalam Harrison, edisi XIII, EGC,
Jakarta, 1999, hal: 935-938.

Vous aimerez peut-être aussi