Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Asal usul manusia Lamaholot yang mendiami Flores Timur daratan, Pulau Adonara,
Lembata, Solor dan Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang lebih populer
dengan sebutan "Solor Watan Lema" dari turunan Sina-Jawa-Malaka.
Asal usul turunan tersebut merupakan pengaruh Hindu-Budha dari India Belakang yang
diikuti pengaruh Islam dari Gujarat dan Persia dengan arus aliran persinggahan dari India ke
Malaka serta dari China ke Muangthai kemudian bertemu di pusarana nusantara dengan
persinggahan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Setelah arus tradisional membawa babak perubahan sosial Lamaholot, kata Boro Tokan,
giliran arus religius mengisi babak baru Lamaholot melalui imperialisme bangsa Portugis
yang menularkan agama nasrani (Katolik) di Lamaholot.
Sementara itu, masuknya muslim di Lamaholot disinyalir kuat sebagai perpindahan arus
konflik dari Ternate dan Tidore (Maluku) antara Kesultanan Ternate dan Tidore (Muslim),
meski sebelumnya Islam Malaka telah masuk lebih dahulu melalui arus Sina-Jawa-Malaka.
"Dari sinilah imperialisme Portugis dan Belanda membagi kekuasaan di Kepulauan NTT.
Portugis berkuasa di Timor Timur dan sebagian wilayah Timor bagian barat NTT seperti
Belu dan Timor Tengah Utara serta Pulau Flores dan Kepulauan Solor, sedang Belanda
berkuasa di Timor Barat serta Sumba dan Rote," katanya.
Keyakinan baru (religius) manusia Lamaholot itu, katanya, tidak dapat menghilangkan
warisan keyakinan generasi primitif Lamaholot yang mengimplementasikan keyakinan itu
dengan sebutan "hulen baat tonga belolo rera wulan tanah ekan" (yakin akan pencipta langit
dna bumi) dan keyakinan generasi tradisional Lamaholot tentang lewotanah (kampung
halaman).
"Walaupun era modernisasi telah tampil dalam kehidupan masyarakat Lamaholot melalui
kemajuan bidang pendidikan untuk membentuk keyakinan hati nurani baru Lamaholot dan
mengubah pola berpikir primitif atau tradisional menjadi modern, keyakinan akan `hungen
baat tonga belolo rera wulan tanah ekan` tetap saja ada," katanya.
Manusia Lamaholot dengan pola pikir primitif dapat tertelusuri dalam sejarah oral asal usul
pemuda Patigolo Arakian di Gunung Ile Mandiri dengan isterinya Watowele, seorang putri
titisan dari Ile Mandiri.
Selain itu, katanya, dapat ditelusuri pula melalui sejarah oral pemuda Kelake Ado Pehan
dengan isterinya Kwae Sode Boleng, seorang putri titisan Ile Boleng di Pulau Adonara serta
pemuda Uwe Kole dengan seorang putri yang merupakan jelmaan alam dari ubi hutan.
Boro Tokan mengatakan, tahapan primitif manusia Lamaholot dalam masa transisi ke
tahapan tradisional ditandai dengan adanya Kerajaan Lewo Nama yang dipimpin oleh
turunan dari Patigolo Arakian.
Di bagian timur laut Pulau Adonara, berdirilah Kerajaan Molo Gong dan di selatan barat daya
pulau itu berdirilah Kerajaan Wotan Ulu Mado, di bagian tengah Pulau Adonara berdirilah
Kerajaan Libu Kliha dan di selatan berdirilah Kerajaan Lamahala, Terong dan Kerajaan Lian
Lolon yang merupakan cikal bakal Kerajaan Adonara.
Selain itu, ada juga Kerajaan Awo Lolon di Pulau Pasir dekat Lewoleba, ibukota Kabupaten
Lembata di Pulau Lembata serta Kerajaan Lamakera dan Lohayong di Pulau Solor. Ia
menjelaskan, nilai magic kehidupan yang diyakini manusia primitif Lamaholot saat itu amat
mencengangkan, yakni melalui keyakinan holistik