Vous êtes sur la page 1sur 15

MAKALAH

SISTEM NEUROBEHAVIOR (PSIKONEUROSIS)


Dosen Pembimbing: Ns. Irna Kartina, S.Kep.,MSN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem
Neurobehavior : Psikoneurosis

Disusun Oleh :

Kelompok 5 (S16A)
1. Fitri Poniasih Sujarwati (S16022)
2. Hana Permata (S16025)
3. Kirana Nandhito I. P (S16035)
4. Luluul Arifah (S16037)
5. Riska Ayu Pratiwi (S16052)
6. Satria Bagas Bayu R. (S16056)
7. Siska Bella Damayanti (S16057)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Sistem Neurobehavior (Psikoneurosis) dalam rangka untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala
perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih.

Surakarta, November 2017

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kejiwaan merupakan masalah utama yang sering terjadi pada
negara yang berkembang seperti di Indonesia.Adanya perkembangan zaman
membuat masyarakat semakin di timpa dengan banyak masalah dan beban
hidup yang tinggi sehingga tingkat stess juga semakin tinggi bila koping
masalah yang tidak tepat maka akan muncul masalah kejiwaan salah satunya
adalah psikoneurosis.
Berdasar dari masalah di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai kelainan jiwa khususnya psikoneurosis dengan tujuan agar
masyarakat, terutama lebih banyak tentang hal tersebut, mulai dari bentuk-
bentuk atau jenisnya sampai cara penanganannya. Dengan mengetahuinya,
maka diharapkan mereka yang menganggap bahwa boomerang dapat meyadari
bahwa hal itu adalah fisiologis dan peristiwa kodrati yang harus dilalui dan
agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam hubungannya dengan perubahan emosioal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari psikoneurosis ?
2. Bagaimana manisfestasi klinis psikoneurosis ?
3. Bagaimana patofisiologis dari psikoneurosis ?
4. Apa saja komplikasi dari psikoneurosis ?
5. Bagaimana penatalaksaan psikoneurosis ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari psikoneurosis ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui seputar penyakit gangguan jiwa yang menyertai, yakni :
1. Untuk mengetahui definisi psikoneurosis.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis psikoneurosis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi psikoneurosis.
4. Untuk mengetahui komplikasi dari psikoneurosis.
5. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari psikoneurosis.
6. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari psikoneurosis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa(untuk
membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. MenurutSinggih
Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadihanya pada
sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminyamasih bisa
melakukan pekerjaan pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisabelajar, dan
jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit2.
Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu
kesalahanpenyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu
konfliktidak sadar.Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli
tersebut dapatdiidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis
sebagai berikut.
1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas
4. kecemasan.
5. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan
6. aktivitas sehari-hari.

B. Manfestasi Klinis
Manefestasi Klinis psikonerosis berdasarkan jenisnya yaitu sebagai
berikut:
1. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan,
tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala
tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi
kepanikan.
a. Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala
ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
b. Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi,
perasaan tidak mampu, dst.
2. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi
emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri
dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis
jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki
oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba,
teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.
3. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala
utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional,
terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya
perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst
4. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam
pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan,
meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
5. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama
pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa
harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala
utama gangguan jiwa ini adalah :
a. gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
b. gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia,
ingin mengakhiri hidupnya, dst.
6. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan
ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya
mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan
berpikir menurun. Di samping gejala-gejala utama tersebut juga
terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering
merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.

C. Patofisiologi
Menurut Fatimah (2006) kemampuan menyesuaikan diri yang sehat
dilingkungan merupakan prasyarat yang penting bagi terciptanya kesehatan
jiwa dan mental individu. sehingga seseorang dengan penyesuaian diri yang
baik akan memiliki pertahanan diri yang positif dan sebaliknya seseorang
yang memiliki pertahanan diri yang negatif maka akan meiliki pertahanan diri
yang negatif pula seperti, bertahan, menyerang dan melarikan diri. Pertahanan
diri tersebut menurut Horney, merupakan pertahanan diri seseorang yang
memiliki kecenderunganneurotik.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa seorang remaja
dapat mengalami kecenderungan neurotik apabila remaja tersebut memiliki
penyesuaian diri yang tidak baik di lingkungannya.
Berikut ini adalah penjelasan seseorang dapat mengalami kecenderungan
neurotik yang disebabkan oleh penyesuaian diri. Apabila penyesuaian diri
negatif dapat mengakibatkan seseorang mengalami kecenderungan, sedangka
jika penyesuaian dirinya baik maka akan terhindar dari kecenderungan
neurotik.

D. Komplikasi
1. Bila dilakukan farmakoterapi yang tidak terkontrol akan menyebabkan
ketergantungan dan memperparah neurosis
2. Bila terapi supporting tidak didukung keluarga sekitar dan kemauan
klien untuk sembuh maka terapi tidak akan berhasil
3. Bila terapi hipnosis tidak didukung klien maka akan menyebabkan
kepala pusing.
4. Resiko depresi ,bunuh diri,dan perilaku kekerasan
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa psikoneorosis berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut :
1. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan
menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari
penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya
upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada
beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis
cemas, yaitu :
a. psikoterapi individual
b. psikoterapi kelompok
c. psikoterapi analitik,
d. sosioterapi
e. terapi seni kreatif terapi kerja
f. terapi perilaku
g. farmakoterapi.
2. Terapi terhadap penderita hysteria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk
menyembuhkan hysteria yaitu :
a. Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
b. Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
c. Psikoterapi suportif.
d. Farmakoterapi.
3. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama
sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi
pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru
dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat
dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
a. Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami
apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
b. Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita
merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
c. Terapi kelompok.
d. Manipulasi lingkungan.
4. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
a. psikoterapi suportif
b. penjelasan dan pendidikan
c. terapi perilaku.
5. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untukmenyembukan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembang-
kan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang
dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
a. Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau
pemikiran ang bersangkutan.
b. Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai
oleh kekeliruan yang mendalam.
c. Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang
salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain
terapi kognitif, bisa pula pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat
dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
a. Psikoterapi supportif
b. Terapi olah raga
c. Farmakoterapi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PSIKENEOROSIS

A. Pengkajian
1. Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep
diri :
a. Kehilangan benda-benda yang dimiliki
b. Kegagalan (atau keberhasilan)
c. Perubahan dalam status atau prestise
d. Kurang penghargaan dari orang lain
2. Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual atau risti) :
a. Kematian
b. Perceraian
c. Tekanan budaya
d. Perpindahan
e. Perpisahan sementara atau permanen
3. Berhubungan dengan ancaman integritas biologis (aktual atau risti) :
a. Menjelang kematian
b. Serangan
c. Penyakit
d. Prosedur invasive
4. Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan (aktual atau risti) :
a. Perawatan rumah sakit
b. Perpindahan
c. Pensiun
d. Bahaya terhadap keamanan
e. Polutan lingkungan
5. Berhubungan dengan perubahan status sosioekonomi (aktual atau risti) :
a. Pengangguran
b. Pekerjaan baru
c. Promosi
6. Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain terhadap individu :
a. Maturasional
b. Bayi/anak
c. Berhubungan dengan perpisahan
d. Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing
e. Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya
f. Remaja
7. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
8. Berhubungan dengan konsep diri :
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
e. Lansia
9. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
a. Kehilangan sensori
b. Kehilangan motorik
c. Masalah financial
d. Perubahan pension

B. Diagnosa
No Diagnosa
1 Ansietas
2 Ketidak efektifan koping

C. Intervensi
No Diagnosa Intervensi Evaluasi

1 Ansietas 1. Kaji tingkat S : Pasien mampu


(00146) kecemasan klien. menyebutkan
2. Kaji untuk tanda penyebab dari
verbal dan non kecemasan.
verbal kecemasan. O : Pasien dapat
3. Bantu klien menggunakan
mengidentifikasi strategi koping,
situasi yang memicu dapat melakukan
kecemasan. teknik relaksasi,
4. Ajarkan teknik memanfaatkan
relaksasi untuk teknik manajemen
mengurangi stres.
kecemasan. A : Masalah teratasi :
5. Berikan aktivitas Pasien mampu
pengganti yang menyebutkan
bertujuan untuk penyebab dari
mengurangi tekanan. kecemasan, dapat
6. Instruksikan pasien menggunakan
dalam aspek strategi koping,
program dapat melakukan
pengobatan. relaksasi, dan
memanfaatkan
(Pengurangan teknik manajemen
Kecemasan : 5820) stres.
P : Hentikan intervensi.

2 Ketidak 1. Kaji untuk tanda S : Pasien bercerita


efektifan koping verbal dan non verbal tentang stressor
(00071) kecemasan. kehidupan, terutama
2. Bantu klien yang berhubungan
mengidentifikasi dengan serangan
situasi yang memicu panic dimasa lalu.
kecemasan. O : Pasien mampu
3. Ajarkan teknik menunjukkan
4. relaksasi untuk kemampuan untuk
mengurangi mengatasi panik.
kecemasan Pasien mampu
5. Dukungan paien melakukan perilaku
untuk yang membantu
mengidentifikasi mengontrol panik.
kekuatan dan A : Masalah teratasi :
kemampuan diri Pasien mampu
6. Evaluasi kemampuan menunjukkan dan
pasien dalam melakukan perilaku
membuat keputusan yang mampu
mengatasi panik.
(peningkatan koping : P : Hentikan intervensi.
5230)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa
saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat
adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut
tidak dapat mengatasi konfliknya.
Penyebab psikoneurosa diantaranya : ketakutan terus menerus dan
sering tidak rasional ( misalnya : bagi ibu hamil, takut memikirkan terus
sakitnya melahirkan ), ketidakseimbangan pribadi, adanya onflik-konflik
internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa kanak-kanak,
dsb.
Bentuk-bentuk psikoneurosa :
- Anxiety neuroses atau neurosis kuatir
- Histeria ( histeris )
- Neurosis Obsesif Kompulsif
Cara masing-masing penanganan dari bentuk-bentuk psikoneurosa pada
dasarnya adalah melalui psikoterapi dan farmakoterapi.

B. Saran
Diharapkan kepada masyrakat agar menepis semua perasaan dan
pikiran yang bisa memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa, misalnya
mensyukuri bahwa kehidupan adalah pemberian dari Allah SWT sehingga
segala sesuatu dapat menjadi hal yangmenyenangkan.
Selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang
di sekitar dengan pemberian dukungan / motivasi dan segala macam bantuan
positif lainnya yang mampu mensejahterahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Kartono, Kartini (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalia Seksual. Bandung:


Mandar Maju.

Marlina. 2007. Bahan Ajar Psikiatri. Padang: FIP UNP.

Vous aimerez peut-être aussi