Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sifilis.
2. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Sifilis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui
hubungan seksual,penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu waktu selain itu
bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak
dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus
selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin.(Soedarto,1990).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. penyakit
ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat menyerupai
banyak penyakit. Mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
2.2 Epidemologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas.Sebelum tahun 1492 belum dieknal di Eropa.Pada
tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli.Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis
melalui hubungan seksual.Pada abad ke-15 terjadi wabah di eropa.Sesudah tahun
1860,morbilitas sifilis menurun cepat.Selama perang dunia II,kejadian sifilis meningkat dan
puncaknya pada tahun 1946,kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di indonesia
adalah 0,61%.Penderita yang terbanyak adalah laten,disusul sifilis stadium 1 yang jarang,dan
yang langkah ialah sifilis stadum II.
2.3 Etiologi
Etiologi dari penyakit sifilis, antara lain: Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN
dan HOFMAN ialah Treponema palidum yang termasuk ordo,Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24 lekukan.
Geraknya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada
umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman tersebut mudah mati
sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.
2.4 Patofisiologi
Bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak,
organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan
menunjukkan bahwa lebih dari 30% dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan
cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini
akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis
meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsun tulang belakang mengalami kerusakan
sehingga terjadi kondiri parenchymatos neurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi,
hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda-tanda endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan
oleh peningkatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.
2.5 Faktor Predisposisi
a. Hubungan seksual yang bebas ( Genitogenital,Orogenital maupun Anogenital )
b. Sering berganti pasangan
c. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepi yang aman.
d. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis
e. Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
f. Kurangnya kebersihan diri.
g. Virulensi kuman yang tinggi.
h. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus,antara lain:
a. Sifilis Stadium 1 : Terjadi efek primer berupa papul,tidak nyeri(indolen).Sekitar 3 minggu
kemudian terjadi penjalaranke kelenjar ingunial medial.Timbul lesi pada lesi pada alat
kelamin,ekstragenital seperti bibir,lidah,tonsil,puting susu,jari dan anus,misalnya pada penularan
ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,subfebris,anoreksia,nyeri pada tulang
,leher,timbul macula,papula,pustul,dan rupia.Kelainan selaput lendir dan limfadenitis yang
generalisata.
c. Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3-7 tahun setelah infeksi.Guma dapat timbul pada
semua jaringan dan organ,membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ dalam,yaitu
lambung,paru-paru ,dll. Nodus di bawah kulit 9dapat berskuma).tidak nyeri.
d. Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini: Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan.
Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret hidung yang sering
bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Koegenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia7-9 tahun dengan adanya
keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi hutchinson, paresis, perforasi palatum
durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
3) Sifilis Stigma : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi Hutchinson,
gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjoan tulang frontal kepala (frontal bossing)
e. Sifilis Kardiovaskular : Umumnya bermanifestasi selama 10-20 tahun setelah infeksi. Biasanya
disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh insufisiensi aorta
atau ancureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
f. neurosifilis:
1) neurosifilis asimtomatik: pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf
pusat, pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total dan tes
serologis reaktif.
2) nerosifilis meningovaskuler: adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni kerusakan
pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia, pemeriksaan sumsum tulang belakang
menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
3) neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis: gejala dan tanda paresis
sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan parekimatosa, gejala tabes dorsalis,
yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.
2. Pemeriksaan TTS
TSS atau serologic test for sifilis, TTS dibagi menjadi 2:
a. Test non treponemal: pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolopin yang
dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol,karena itu test ini dapat memberi reaksi biologik
semu(RBS) atau biologic fase positif(BFP).
Contoh test non treponemal:
1. Test fiksasi komplemin: wasseman(WR)kolmer
2. Test flokulasi: VDRL (venera; desease research laboratories) kahn ,RPR(Rapid Plasma Reagin)
b. Tes treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya an dapat digolongkan
menjadi 4 kelompok:
1. Tes immobilisasi: TPI (Treponemal pallidum immobization test)
2. Test fiksasi komplement: RPCF(reiter Protein komplement fixation test)
3. Test imunofluoresen: FTA-Abs(Fluoreent treponemal anti body test)
4. Test hemoglutisasi: TPHA(Treponemal pallidum Haemoglutination)
b. Pemeriksaan yang lain.
Sinar rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang terdapat pada
sifilis kongenital.juga pada sifilis kardiovaskuler,misalnya untuk melihat aneorisma aorta, pada
neorosifilis,test koloida mas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas,pemriksaan jumlah sel
dan proteiin total pada likuor serebossifinalis hanya menunjukkan adanya tanda inflamasi pada
susunan saraf pusat yang tidak selalu berarti terdapat neosifilis. Harga normal adalah 0-3
sel/mm3,jika linfosit melibihi 5/mm3 berarti ada perdangan.
1. Histopatolgi
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotelterutama terdiri atas infiltrate
perivaskular tersusun oleh sel-sel linfoid dan sel-sel plasma
2. Imunolgi
Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.pallidium secara intradermal,yang sebelumnya
telah diberi serum penderita sifilis menunjukkan ada antibody.
2.10 Penatalaksanaan
a. penatalaksanaan medis : penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif), bagi yang
alergi penisilin diberikan tetrasiklin 4x500 ml/hr, atau eritomisin 4x500 mg/hr, atau doksisiklin
2x100 mg/hr. Lama pengobatan selama 15 hari pagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten.
Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat
absorpsi lebih baik dari tertrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
1. sifilis primer dan sekunder
a. penilaian pensatin G dosis 4,8juta unit IM (2,4juta unit /kali) dan diberikan 1x seminggu
b. penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari
c. penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4juta
unit/kali sebanyak 2 kali seminggu
2. sifilis laten
a. penisilin pensatin G dosis total 7,2 juta unit
b. penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12juta unit (600.000 sehari).
c. penisilin prokain +2% alumunium monostearat,dosis total 7,2 juta unit(diberikan 1,2 juta
unit/kali,dua kali seminggu).
3. sifilis III
a) a)penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
b) b)penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
c) penisiln prokain = 2 % alumunium monosterat,dosis total 9,6 juta unit(diberikan 1,2 juta
unit/kali, dua kali semingu).
4. untuk pasien sifilis I dan II yang elergi terhadap penisilin,dapat diberikan:
a. tatrasiklin 500 mg/oral,4x sehari selama 15 hari
b. eritromisin 500/ oral, 4x sehari selama 15 hari.
5. untuk pasien sifilis laten lanjut (>1 thn) yang elergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
a. tatrasiklin 500 mg/oral,4x sehari selama 30hari
b. eritromisin 500/ oral, 4x sehari selama 30 hari.
obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, menyesuai, dan anakanak.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal hal sebagai berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikain
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan penobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari lagi
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara cara mnghindari PMS di masa mendatang.
2.12 Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.sifilis juga
meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil.
pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
a. Benjolan kecil atau tumor: atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini
dilakukan pengobata, gummas biasanya menyebabkan beberapa.
b. Masalah Neurologi: Pada stadium laten sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada
nervous system seperti:
1) Stroke
2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan dan sekitar otak dan spinl cord(meningitis)
3) Koordinasi otot yang buruk
4) Nambnes( mati rasa)
5) Paralysis
6) Deafness or visual problems
7) Personality changes
8) Demintia
c. masalah kardiovaskular: ini semua dapat meliputi bulging (anecurysm) dan inflamasi aorta,
arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga apat menyebabkan valvular heart desease.
Seperti aortic valve stenosis.
d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai
perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan
mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuk HIV ke aliran darah
selama aktivitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
a. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien, umur pasien
biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma
sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab
pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas
kesehatan.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah ada gejala: keputihan tidak
biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
Setlah dilakukan asuhan 1. Kaji kerusakan kulit yang 1. Menjadi data dasar untuk
keperawatan 1-2 minggu, terjadi pada klien memberikan informasi
diharapkan integritas kulit intervensi perawatan luka,
membaik secara optimal, alkat apa yang akan dipakai
dengan kriteria hasi : dan jenis larutan apa yang
1. Pertumbuhan jaringan akan digunakan.
meningkat
2. Keadaan luka membaik 2. Catat ukuran atau warna, 2. Memberikan informasi dasar
3. Luka menutup kedalam luka dan kondisi tentang kebutuhan dan
4. Mencapai penyembuhan sekitar luka. petunjuk tentang sirkulasi
luka tepat waktu 3. Perawtan luka dengan
3. Lakukan perawatan luka teknik steril dapat
dengan Teknik steril Mengurangi kontaminasi
kuman langsung ke area luka.
6. Identifikasi sumber-sumber
pendungkung yang
memungkinkan untuk
mempertahankan perawatan
dirumah yang dibutuhkan.
3.4 Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi yang ada.
3.4 Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan, meliputi:
1. Menurunkan keluhan nyeri.
2. Terjadi peningkatan intergitas jaringan kulit.
3. Suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Terpenuhinya informasi pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi.
5. Pasien tidak mengelami komplikasi ke organ genetalia lain.
6. Terpenuhinya kepatuhan pasien terhadap program terapi.
7. Terjadinya peningkatan gambaran diri.
8. Terjadi penurunan kecemasan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan melalui
hubungan seksual,penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu waktu selain itu
bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak
dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus
selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin.(Soedarto,1990)
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
penyakit ini sangat kronik,bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat
menyerupai banyak penyakit.mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemerikrsaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada
kasus tidak bergejala dianosis di dasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema, uji
protonema seperti Veneral desease Research Laboratory (VDRL). Untuk mengetahui anti bodi
dalam tubuh terhadap masuknya treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cebderung
berkolerasi dengan aktifitas penyakitsehingga sangat membantu dalam skrening, titer naik bila
penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup.kelainan sifilis
primer yaitu chanere harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan
kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limgranuloma venerium, verrucae acuminata,
skabies, dan keganasan (kanker).
5.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah penularan dan
mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Salemba
Medika. Jakarta.