Vous êtes sur la page 1sur 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT CARSINOMA REKTI


DI RUANG ANGSOKA 1 RSUP SANGLAH

OLEH :

DEWA GEDE SASTRA ANANTA WIJAYA (P07120214005)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


DIV KEPERAWATAN TK.II / SEMESTER IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT CARSINOMA REKTI
DI RUANG ANGSOKA 1 RSUP SANGLAH

A. PENGERTIAN
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan
ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak
adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian
terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar
sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang
dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
Carsinoma Rekti merupakan salah satu penyakit yang terdapat pada usus besar yang
sering mengenai daerah restrosigmoid (Silvia A. Price,1999). Ca ini banyak tejadi pada
sekum mengenai mereka dengan usia 40-80 th. Jarang terjadi pada usia dibawah 40 th
kecuali pada orang riwayat kalitis ulseratif atau polyposis familial. Selain itu dapat
terjadi pada sekum dan kolon ascendens, kolon tranversa dan fleksura (kemungkinan
paling kecil. (Silvia A. Price,1999).

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
e. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
f. Mual dan muntah,
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
i. Metastase
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase
sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium
dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari
rectum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering muncul
pertama di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena menuju
vena porta, maka metastase kanker kolon pertama kali paling sering di hepar.

C. ETIOLOGI
a. Berbagai polip kolon yang berdegenerasi maligna, secara histologi polip ini terdiri
dari kelenjar-kelenjar yang berpoliferasi, umumnya polip koon dianggap tidak
berbahaya akan tetapi bila polip coon bersifat majemuk atau bila garis tengah
kepala lebih dari 1,0 cm kemungkinan ganas lebih besar
b. Radang kronik kolon seerti kolisitis ulerosa atau kolisitis amuba kronik, dimana
terjadinya paralisis fungs motoric kolon, perporasi usus perdarahan massif.
Cakoleratif meningkat pada pasien yang telah menderita peradangan
MK : Intoleransi politis usuratif
Aktivitas

yang lebih dari 10 tahun


MK : Gangguan
c. Factor diet rendah seratatauPola
diet tinggi protein dan lemak hewani.diet rendah serat
defekasi
menurunkan waktu transit pada kolon dan potensial meningkatkan kontak
Kelemahan
karsinogen endogen maupun eksogen dengan mukosa kolon.
Burkitt (1971) mengemukakan
Tenesmi bahwa diet rendah
Suplai O2 serat, tinggi protein dan tinggi
MK : Resiko Gangguan
lemak mengakibatkan perubahan pada flora feses dan degradasi garam
Keseimbangan empedu
cairan
MK : Gangguan Nutrisi (-)
kebutuhan atau
tubuhhasil Anemia
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian zat-zat ini bersifat
karsinogenik Peningkatan
Obstruksi perdarahan
d. Factor genetic. Secara
Kembung- genetic beberapa keluarga telah diidentifikasikan
Nyeri (MK) bahwa Ca
Nausea/vomitu
yang menyerang beberapa bagian tubuh termasuk kolon dan rektal adalah
s Penekanan
Adanya fistula Ujung Saraf
diturunkan dalam sifat yang dominan.
Perangsanga disaluran repro
n pada
lambung Ganggua Ganggua Ganggua
n fs. hati n fs. paru n fs. ginjal

Organ terdekat
(lambung)
(Ureter) Sal. Limfatik/hematogen
(Organ repro)

Invasi ke sekitar usus : rectum

Peningkatan ukuran/massa dalam lumen Terapi Medis


Konsep MK: - Gangguan
body image
- Cemas
D. PATHWAY Kolostomi Koping
Resiko peningkatan terjadinya
kanker
Adaptas
i
Peningkatan kontak dinding usus dengan Perawatan
residu
Insisi Bedah Terputusnya
jaringan
Tidak lancarnya proses metabolisme
MK: - Nyeri
- Kerusakan
Proses Peradangan Diet Diet tinggi Fast food faktor Integritas kulit
pada kolon dan rectum rendah lemak keluarga/ge - Resti Infeksi
serat n
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi
dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar
serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang
beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai
sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa
polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan
kolon asendens. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam
tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Tumor dapat menyebar melalui :
a. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
b. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
c. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat diantaranya:
a. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
b. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
c. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =


kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Namun, secara umum kanker colorectal biasanyan dibagi pula berdasarkan stadium
berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor
belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon
atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi
sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati
atau paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh
kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini
dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.

F. PENCEGAHAN
a. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
b. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
c. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
d. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
e. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
f. Hidup rileks dan kurangi stress.
G. KOMPLIKASI
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang
pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh
kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada
akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan
pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan
jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
b. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto
dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin
dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi
pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak
teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu
memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan
mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. Pemeriksaan
foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru
juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat
dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
c. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya
metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
d. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu
ditentukan differensiasi sel.
e. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor
marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5
mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya
secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
f. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
g. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.
h. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan
anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat
atau berkurang.
i. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi.
Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan
leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi

b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada
satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di
eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas
B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon
kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor
sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan.Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.

Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.


1) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
2) Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
3) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
4) Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
c. Difersi fekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah
pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi
sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau
evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan
penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada
jaringan sekitar.

d. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4) Mencegah komplikasi.
5) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

e. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien

Nama : ...................................Tanggal Masuk RS : ....................


Tempat/Tanggal Lahir: .....................Sumber Informasi : ....................
Umur : ...................................Agama : ....................
Jenis Kelamin: ...................................Status Perkawinan : ....................
Pendidikan : ...................................S u k u : .....................
Pekerjaan : ...................................Lama Bekerja : .....................
Alamat : ........................................................................................
.....
Diagnosa Medis
: .............................................................................................

2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir. perutnya terasa sakit (nyeri).
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)
2) Memiliki riwayat merokok, minum alkohol, masalah TD, perdarahan pada
rektal, perubahan feses.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
2) Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
3) Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
4) Klien mengeluh mual, muntah
5) Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
6) Klien mengeluh BAB kecil
7) Klien mengeluh BBnya turun
8) Biasanya alopesia,lesi, mual muntah, nyeri ulu hati, perut begah, pusing
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
4. Kebutuhan bernafas
Respirasi: Sesak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
5. Kebutuhan nutrisi :
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,
pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Intoleransi makanan
- Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung,
nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Kebutuhan eliminasi :
- Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi
pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah
yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah
dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah
kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
- Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
- Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites,
pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula,
pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
- BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti
feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola
BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria
7. Kebutuhan tidur dan istirahat :
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
8. Kebutuhan gerak dan aktivitas :
- Kelemahan, kelelahan, insomnia, gelisah dan ansietas
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stres tinggi.
9. Kebutuhan rasa nyaman
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
10. Kebutuhan rasa aman
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan dapat
menyebabkan demam, ruam ku1it, ulserasi
11. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
- fertilitas
- menstruasi
- libido
- kehamilan
- ereksi
- alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual
12. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
- kaca mata
- alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
- Sering pusing
- Menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin
- Membaca/menulis
13. Persepsi diri
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
14. Pertahanan koping
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
- Menyangkal, menarik diri, marah.

15. Sistem nilai kepercayaan


Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan:
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda
c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)
d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah sakit
16. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
a. Status Gizi
b. Anemia
c. Benjolan/massa di abdomen
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran kelenjar limfe
f. Pembesaran hati/limpa
g. Colok rektum (rectal touch)
17. Neurosensori
Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi
darah ke otak tidak lancar.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Konstipasi b/d lesi obstruksi
b. Nyeri akut b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
c. Intoleransi aktivitas b/d anemia dan anoreksia
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia
e. Risiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
f. Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
g. Kerusakan integritas kulit b/d insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan
stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
h. Gangguan citra tubuh b/d kolostomi

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)
1. Konstipasi NOC NIC
1. Bowel elimination Constipation/Impaction
2. Hydration Management
Kriteria Hasil 1. Monitor tanda dan
1. Bentuk feses lunak gejala konstipasi
dan berbentuk 2. Monitor bising usus
2. Nyeri saat defekasi 3. Monitor feses :
berkurang frekuensi,
3. Darah di dalam konsistensi, dan
feses tidak ada. volume
4. Bebas dari 4. Konsultasi dengan
ketidaknyamanan dokter tentang
dan konstipasi penurunan dan
peningkatan bising
usus
5. Monitor tanda dan
gejala ruptur
usus/peritonitis
6. Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
7. Identifikasi faktor
penyebab dan
kontribusi konstipasi
8. Dukung intake cairan
9. Kolaborasikan
pemberian laksatif
10. Pantau tanda dan
gejala impaksi
11. Pantau gerakan usus,
termasuk konsistensi,
frekuensi, bentuk,
volume, dan warna
12. Susun jadwal ke
toilet
13. Dorong peningkatan
asupan cairan,
kecuali
dikontraindikasikan
14. Evaluasi profil obat
untuk efek samping
gastrointestinal
15. Anjurkan pasien atau
keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
16. Ajarkan
pasien/keluarga
bagaimana untuk
menjaga buku harian
makanan
17. Anjurkan
pasien/keluarga
untuk diet tinggi
serat
18. Anjurkan
pasien/keluarga pada
penggunaan yang
tepat dari obat
pencahar
19. Anjurkan
pasien/keluarga pada
hubungan asupan
diet, olahraga, dan
cairan
sembelit/impaksi
20. Sarankan pasien
untuk berkonsultasi
dengan dokter jika
sembelit atau
impaksi terus ada
21. Informasikan pasien
prosedur
penghapusan manual
dari tinja, jika perlu
22. Lepaskan impaksi
tinja secara manual,
jika perlu
23. Timbang pasien
secara teratur
24. Ajarkan
pasien/keluarga
tentang proses
pencernaan yang
normal
25. Ajarkan
pasien/keluarga
tentang kerngka
waktu untuk resolusi
sembelit
2. Nyeri akut NOC NIC
1. Pain Level Pain Management
2. Pain Control 1. Lakukan pengkajian
3. Comfort Level
nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
1. Mampu termasuk lokasi,
mengontrol nyeri karakterisitik, durasi,
(tahu penyebab frekuensi, kualitas
nyeri, mampu dari faktor
menggunakan presipitasi
teknik 2. Kaji kultur yang
nonfarmakologi mempengaruhi
untuk mengurangi respon nyeri
3. Evaluasi
nyeri, mencari
pengalaman nyeri
bantuan)
2. Melaporkan bahwa masa lampau
nyeri berkurang 4. Evaluasi bersama
dengan pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain
manajemen nyeri tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan
nyeri (skala, kontrol nyeri masa
intensitas, lampau
frekuensi, dan 5. Kontrol lingkungan
tanda nyeri) yang dapat
4. Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri
nyaman setelah seperti suhu
nyeri berkurang ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
9. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
10. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
13. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analagesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal.
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
8. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
3. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
1. Energy 1. Kolaborasikan
Conservation dengan Tenaga
2. Activity Tolerance Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam
merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi yang
1. Berpartisipasi tepat
dalam aktivitas 2. Bantu klien untuk
fisik tanpa disertai mengidentifikasi
peningkatan aktifitas yang
tekanan darah, nadi mampu dilakukan
dan RR 3. Bantu untuk
2. Mampu melakukan mengidentifikasi
aktivitas sehari-hari dan mendapatkan
(ADLs) secara sumber yang
mandiri diperlukan untuk
3. Tanda-tanda vital aktivitas yang
normal diinginkan
4. Bantu untuk
4. Energy psikomotor
5. Level kelemahan mendapat alat bantu
6. Mampu berpindah : aktivitas seperti
dengan atau tanpa kursi roda, krek
bantuan alat 5. Bantu untuk
7. Status mengidentifikasi
kardiopulmunari kekurangan dalam
adekuat beraktivitas
8. Sirkulasi status 6. Bantu pasien untuk
baik mengembankan
9. Status respirasi: motivasi diri dan
pertukaran gas dan penguatan
7. Monitor respon
ventilasi adekuat
fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4. Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi : kurang dari 1. Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Food and Fluid 1. Kaji adanya alergi
Intake makanan
2. Nutritional Status : 2. Kolaborasi
Nutrient Intake dengan ahli gizi
3. Weight Control untuk
menentukan
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
1. Adanya nutrisi yang
peningkatan berat dibutuhkan pasien
badan sesuai 3. Anjurkan pasien
dengan tujuan untuk
2. Berat badan ideal meningkatkan
sesuai dengan intake Fe
tinggi badan 4. Anjurkan pasien
3. Mampu untuk
mengidentifikasi meningkatkan
kebutuhan nutrisi protein dan
4. Tidak ada tanda- vitamin C
tanda malnutrisi 5. Berikan substansi
5. Menunjukkan gula
peningkatan fungsi 6. Yakinkan diet
pengecapan dari yang dimakan
menelan mengandung
6. Tidak terjadi tinggi serat untuk
penurunan berat mencegah
badan yang berarti konstipasi
7. Ajarkan pasien
bagimana
membuat catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Management
1. Monitor BB
pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual,
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori
dan intake nutrisi
15. Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
5. Risiko kekurangan NOC Fluid management
volume cairan 1. Fluid Balance 1. Timbang popok/
2. Hydration pembalut jika
3. Nutritional Status : diperlukan
Food and Fluid 2. Pertahankan
Intake catatan intake dan
output yang
Kriteria Hasil : akurat
1. Mempertahankan 3. Monitor status
urine output sesuai hidrasi
dengan usia dan (kelembaban
BB, BJ< urine membrane
normal, HT normal mukosa, nadi
2. Tekanan darah, adekuat, tekanan
nadi, suhu tubuh darah ortostatik),
dalam batas normal jika diperlukan
3. Tidak ada tanda- 4. Monitor vital sign
tanda dehidrasi. 5. Monitor masukan
Elastisitas turgor makanan / cairan
kulit baik, dan hitung intake
membrane mukosa kalori harian
lembab, tidak ada 6. Kolaborasi
rasa haus yang pemberian cairan
berlebihan IV
7. Monitor status
nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu
ruangan
9. Dorong masukan
oral
10. Berikan
penggantian
nasogastrik sesuai
output
11. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12. Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
13. Kolaborasi
dengan dokter

Hipovolemia
Management
1. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
2. Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
3. Monitor tanda
vital
4. Monitor respons
pasien terhadap
penambahan
cairan
5. Monitor berat
badan
6. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
7. Pemberian cairan
IV
8. Monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya
tanda gagal ginjal
6. Ansietas NOC Anxiety Reduction
1. Anxiety Self- (penurunan
control kecemasan)
2. Anxiety Level 1. Gunakan
3. Coping pendekatan yang
menenangkan.
Kriteria Hasil : 2. Pahami perspektif
1. Klien mampu pasien terhadap
mengidentifikasi situasi stres.
dan 3. Temani pasien
mengungkapkan untuk memberikan
gejala cemas. keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut.
mengungkapkan, 4. Identifikasi tingkat
dan menunjukkan kecemasan.
teknik untuk 5. Dorong pasien
mengontrol untuk
cemas. mengungkapkan
3. Vital sign dalam perasaan,
batas normal. ketakutan, persepsi.
4. Postur tubuh, 6. Instruksikan psien
ekspresi wajah, menggunakan
bahasa tubuh dan teknik relaksasi.
tingkat aktivitas 7. Berikan obat untuk
menunjukkan mengurangi
berkurangnya kecemasan.
kecemasan.
7. Kerusakan integritas NOC NIC
kulit 1. Tissue Integrity : Pressure Management
Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien
Membranes untuk menggunakan
2. Hemodyalis Akses pakaian yang
longgar
Kriteria Hasil : 2. Jaga kebersihan
1. Integritas kulit kulit agar tetap
yang baik bisa bersih dan kering
dipertahankan 3. Mobilisasi pasien
(sensasi, elastisitas, (ubah posisi pasien)
temperature, setiap dua jam
hidrasi,pigmentasi) sekali
2. Tidak ada luka/ lesi 4. Monitor kulit akan
pada kulit adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan 5. Oleskan lotion atau
baik minyak /baby oil
4. Menunjukan pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan
proses perbaikan 6. Monitor aktivitas
kulit dan mencegah dan mobilisasi
terjadinya sedera pasien
berulang 7. Monitor status
5. Mampu melindungi nutrisi pasien
kulit dan 8. Mandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan
kelembapan kulit air hangat
dan perawatan
alami Insision site care
1. Bersihkan,
pantau,dan
tingkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan ,
klip atau straples
2. Monitor proses
kesembuhan area
insisi
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
4. Bersihkan area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
5. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut )
sesuai program.

8. Gangguan citra tubuh NOC NIC


1. Body Image Body image
2. Self esteem enhancement
1. Kaji secara verbal
Kriteria Hasil dan non verbal
1. Body image positif respon klien terhadap
2. Mampu tubuhnya
mengidentifikasi 2. Monitor frekuensi
kekuatan personal mengkritik dirinya
3. Mendeskripsikan 3. Jelaskan tentang
secara faktual pengobatan,
perubahan fungsi perawatan, kemajuan
tubuh dalam prognosis
4. Mempertahankan penyakit
interaksi social 4. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil

K. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

L. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan criteria
hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Mosby. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) . USA : Elsevier


Mosby. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Elsevier
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta : EGC
NANDA NIC-N0C. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jakarta : MediAction
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Bare 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta:Penerbit EGC
Saferi, Andra. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).Bengkulu:NUMED
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Abbas, Husnunnisa. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ca colon (Online).
Available :
https://www.academia.edu/11521507/asuhan_keperawatan_pada_klien_dengan_ca_colon.
(Diakses pada Sabtu, 13 Februari 2016 pukul 17.00 WITA.)

Anastasya, Jullia. 2013. Askep pada Klien CA (Online). Available :


https://www.academia.edu/7367938/Askep_pada_klien_ca. (Diakses pada Sabtu, 13
Februari 2016 pukul 17.20 WITA.)

Andriani, Fauzya. 2014. ASKEP CA Kolon (Kanker Kolon) (Online). Available :


https://www.academia.edu/9017144/ASKEP_CA_Kolon_Kanker_Kolon. (Diakses pada Sabtu,
13 Februari 2016 pukul 17.30WITA.
Adytama, Kharisma. 2014. WOC CA.Recti (Online). Available :
https://www.scribd.com/doc/249830273/WOC-CA-Rect (Diakses pada Sabtu,13 Februari
2016 pukul 17.55 WITA)

LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Mengetahui,
Denpasar,..2016

Pembimbing Praktik/CIPembimbing Akademik/CT Mahasiswa

()
()
Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya

NIP. NIP. NIM. P07120214005

Vous aimerez peut-être aussi