Vous êtes sur la page 1sur 1

Antara Agama dan Sains: Pengkhianatan Terhadap Jalan Berpikir Ilmiah

Oleh: Ogie Novrian Zulkarnain

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Muncul hal yang menarik saat masyarakat kita mulai mencoba memadukan sains dengan agama. Ada
yang mencoba menjelaskan hal yang tertulis dalam kitab suci dan mencocokkannya dengan suatu teori
dan menyebutnya sebagai sesuatu yang ilmiah. Ada pula yang menolak suatu teori hanya karena
dianggap bertentangan dengan agama. Contohnya, adalah munculnya teori bumi datar yang diamini
karena sesuai dengan kitab suci tertentu. Padahal, belum ada yang mampu membuktikan, dalam bentuk
terdokumentasi, teori bumi datar.

Kejadian tersebut seakan membentuk suatu pola. Hal yang tertulis dalam kitab suci ditafsirkan dan
dijelaskan lewat teori. Segala yang bertentangan dengan teori tersebut, bahkan termasuk fakta
sekalipun, dianggap sebagai kebohongan. Seakan ada konspirasi yang bermain dibalik fakta tersebut.

Apa yang dapat membuat suatu hal dianggap sebagai fakta? Jawabannya adalah, jika fakta tersebut
dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Fakta harus dapat dilihat dan diterima oleh akal sehat
dari siapapun yang menyaksikannya. Misalnya, kita seharusnya percaya bahwa bumi berbentuk bulat
karena memang sudah ada yang pernah pergi ke luar angkasa dan melihat bentuk bumi yang bulat serta
mendokumentasikan hal tersebut dalam berbagai foto. Jika ada teori lain yang mengatakan hal yang
sebaliknya tanpa dukungan bukti-bukti yang kuat, teori tersebut hanya sebatas teori hingga dibuktikan
kebenarannya. Sebagai salah satu tiang yang menopang sains, hal inilah yang sering dilupakan atau tidak
diketahui oleh masyarakat kita.

Sains bukan tentang kerumitan jalan berpikirnya, atau tentang bahasa yang digunakan. Sains adalah
tentang apakah alur berpikir yang digunakan sudah atau belum tepat. Dalam kasus ini, yang bermain
adalah logika. Logika berperan sebagai salah satu tiang utama lain yang menopang sains. Logika bekerja
dalam menentukan akar dari suatu permasalahan, membuat teori awal, menyusun rangkaian metode
penelitian/pengujian untuk membuktikan teori tersebut, dan membentuk simpulan. Ini yang disebut
sebagai metode ilmiah. Cacat logika dalam salah satu metode ilmiah tersebut, akan memengaruhi
simpulan dan mengurangi kredibilitasnya. Keliru menentukan akar permasalahan dapat menyebabkan
solusi yang muncul setelah simpulan tidak tepat sasaran. Keliru menentukan teori awal dapat mengubah
jalannya penelitian ke arah yang tidak tepat. Keliru dalam menyusun metode penelitian akan
memengaruhi data atau fakta yang diperoleh serta simpulannya. Keliru menentukan simpulan akan
menyebabkan simpulan sulit diterima oleh akal.

Pada akhirnya, sulit untuk membuktikan suatu hal sebagai sebuah kebenaran atau bukan, dan mudah
untuk meyakini suatu hal sebagai suatu kebenaran, terlepas hal tersebut adalah benar adanya atau
sebaliknya. Terkadang, lebih sulit lagi untuk meyakinkan orang lain tentang kebenaran yang kita anut,
terutama kepada orang-orang yang secara mendalam mempercayai hal yang bertolak belakang dengan
keyakinan kita. Sains hanyalah sebuah alat untuk mencapai kebenaran. Namun, kebenaran tidak dapat
dicapai semata-mata hanya dengan sains. Ada alat lain yang dapat digunakan untuk mencapai
kebenaran, seperti filsafat, agama, sastra, dan sebagainya. Setidaknya, sains dapat digunakan sebagai
jalan untuk mengetahui, apakah kita telah meyakini hal yang tepat atau tidak.

Vous aimerez peut-être aussi