Vous êtes sur la page 1sur 38

ANALISIS ARUS KAS PROYEK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Keuangan Lanjutan

Oleh

Dania Novira Hartiandini 0117124044


Qoyyuumi Nur Annisa 0117124062
Egi Renita 0117124077

KELAS : E Reg B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI STRATA 1


FAKULTAS EKONOMI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul ANALISIS ARUS KAS PROYEK

Adapun tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu tugas mata kuliah manajemen keuangan lanjutan.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
member bantuan, dukungan serta motivasi selama proses penyusunan Makalah ini
hingga dapat terselesaikan, kepada:

1. Kedua Orang Tua, Keluarga tercinta yang selama ini selalu mengiringi
langkah saya dengan penuh cinta, kasih sayang, bantuan, dukungan, arahan,
dan doa yang tiada henti tanpa keluh kesah.
2. Ibu Tetty Lasniroha Sarumpaet, S.E,M.Ak,CA.. Selaku dosen manajemen
keuangan lanjutan yang memberikan semua ilmu yang beliau berikan kepada
penulis.
3. Para staf perpustakaan Universitas Widyatama.
Penulis berharap hasil dari tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
khususnya bagi penulis.

Bandung, 12 Oktober 2017


Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

BAB III PENUTUP...............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................37

JURNAL................................................................................................................................38

2
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap dengan harapan
memperoleh kembali dana yang diinvestasikan tersebut seperti halnya pada aktiva
lancar. Perbedaannya adalah pada jangka waktu dan cara kembalinya dana yang
diinvestasikan dalam kedua golongan aktiva tersebut. Keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai dana dimana jangka waktu
kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun disebut penganggaran modal
atau Capital Budgeting.
Contoh penganggaran modal adalah pengeluaran dana untuk aktiva tetap yaitu
tanah, bangunan, mesin-mesin dan peralatan. Penganggaran modal menjelaskan
tentang perencanaan untuk mendanai proyek besar jangka panjang. Keputusan
penganggaran modal memiliki efek yang sangat jelas terhadap tingkat kesehatan
keuangan perusahaan untuk jangka panjang. Sebuah proyek yang didasarkan pada
keputusan penganggaran modal yang berhasil, akan mendorong mengalirnya
pemasukan (cashflow) perusahaan untuk jangka panjang. Sebaliknya, penganggaran
modal yang tidak baik akan menyebabkan tingkat pengembalian investasi yang
mencukupi. Akibatnya dapat saja sebuah proyek atau sebuah perusahaan mengalami
kebangkrutan. Keputusan penganggaran modal dapat pula digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan, barang atau jasa apa yang akan dibuat, bagaimana
barang atau jasa itu dijual pada pelanggan? Dan bagaimana cara menjualnya?
Rumusan Masalah
1. Apa yang harus dilakukan oleh para manajer keuangan agar dapat menjalankan
perusahaan dengan baik?
2. Bagaimana pihak perusahaan mengestimasikan arus kas serta menganalisis resiko
dengan tepat?
Tujuan
Tujuan dari pembahasan rumusan masalah dari makalah ini yaitu untuk
mengetahui lebih jelas lagi apa itu capital budgeting terutama di dalam konsep cash
flow

Manfaat
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, diharapkan agar pembaca
dapat lebih mengetahui dan memahami apa itu capital budgeting terutama dalam cash
flow dan keputusan yang harus di ambil perusahaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

MEMPERKIRAKAN ARUS KAS

Langkah paling sulit dan paling penting dalam penganggaran modal adalah
memperkirakan arus kas suatu proyek, konsep penting yang digunakan dalam
proses ini adalah hanya mempertimbangkan arus kas selisih (incremental cash
flows) yang didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara arus kas perusahaan jika
proyek diambil dan arus kas perusahaan tanpa proyek.
Arus Kas Proyek = Arus kas dengan proyek Arus kas tanpa proyek

Arus kas harus dibedakan dari laba menurut akuntansi (accounting income). yang
paling penting adalah masalah perlakuan biaya depresiasi. Akuntansi menganggap
depresiasi sebagai biaya, sedangkan dalam penganggaran modal, perhitungan
didasarkan pada arus kas yaitu rupiah sesungguhnya (the actrual rupiahs) yang
keluar dan masuk ke perusahaan selama periode tertentu.
Arus kas suatu proyek dapat dikelompokan menjadi 3 :
1) Arus kas permulaan (intial cash flows)
2) Arus kas operasi (operating cash flows)
3) Arus kas terminal (terminal cash flows)
Initial cash flows umumnya negative (pengeluaran). Sedangkan operating cash
flows dan terminal cash flows umumnya positif (penerimaan). Dalam
penganggaran modal, arus kas ini harus didasarkan pada after tax basis.
Pada umumnya, arus kas operasi adalah laba bersih sesudah pajak proyek
ditambah depresiasi.
Operating Cash Flows = EAT + Depreciation

dimana :

EAT = Earning After Tax atau laba bersih sesudah pajak.

Contoh :
Penjualan 1,6 juta
Biaya operasi tunai (0,6 juta)
Depresiasi (0,2 juta)
EBIT (0,8 juta)
Biaya bunga 0
EBT 0,8 juta

4
Pajak (34%) 0,272 juta
EAT 0, 528 juta

Operating cash flow = 0,528 juta + 0,2 juta = 0,728 juta


EBIT adalah laba sebelum pajak dan bunga atau Earning Before Interest and tax.
EBT adalah laba sebelun pajak atau Earning Before Tax.

Mengapa EAT harus ditambah denga biaya depresiasi ? Biaya depresiasi pada
dasarnya merupakan biaya menggunakan aktifa tetap. Pada analisis
penganggaran modal, pengeluaran untuk memperoleh aktifa tetap telah
diperhitungkan pada awal proyek (intial cash flows) bila biaya depresiasi tetap
diperhitungkan pada perhitungan operating cash flows, akan terjadi dua kali
perhitungan (double counting) terhadap pengeluaran aktiva tetap.

Dalam perhitungan arus kas, unsur biaya bunga (seandainya proyek direncanakan
akan dibiayai dengan hutang) tidak dimasukan. Alasannya : biaya bunga sudah di
perhitungkan dalam biaya modal proyek yang direncanakan akan dibiayai dengan
hutang (discount rate) atau tingkat keuntungan yang disyaratkan pada proyek.
Dengan demikian, operating cash flows proyek yang dibiayai dengan 100%
modal sendiri atau 50% modal sendiri, 50% hutang adalah sama saja.

Contoh :
Penjualan 1,6 juta
Biaya operasi tunai (0,6 juta)
Depresiasi (0,2 juta)
EBIT (0,8 juta)
Biaya bunga 0,1 juta
EBT 0,7 juta
Pajak (34%) 0,238 juta
EAT 0,462 juta

Arus kas = EAT + Depresiasi + Bunga (1 Pajak)


= 0,462 + 0,2 + 0,1 (1 0,34)
= 0,728

Bunga (1 Pajak) atau [Bunga (Bunga x Pajak)] adalah beban bunga yang
sebenarnya, yang adalah beban bunga yang dibayar dikurangi dengan
besarnya penghematan pajak akibat adanya bunga (tax saving) sebesar bunga
x pajak.
Mengapa bunga ini ditambahkan kembali arus kas atau dengan kata lain kita
tidak memperhitungkan sebagai biaya? Biaya bunga ini sudah diperhitungkan
dalam biaya modal (WACC) yaitu sebagai Kd (biaya hutang), jika kita juga

5
memperhitungkan biaya bunga dalam menghitung arus kas, akan terjadi
perhitungan ganda (double counting). Kesimpulan : dalam memperkirakan
arus jas operasi suatu proyek, kita dapat menganggap seolah-olah proyek
tersebut dibiayai dengan 100% modal sendiri.

Operating cash flows suatu proyek dapat pula dihitung menggunakan rumus :

Operating Cash Flows = (R C) (1 T) + T.D

dimana :

R = incremental project revenues


C = incremental project cost (tidak termasuk depresiasi)
T = Pajak
D = Depresiasi

Contoh :

Arus kas contoh sebelumnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus ini :
Operating cash flow = (R C) (1 T) + T.D
= (1,6 0,6) (1 0,34) + (0,34) (0,2)
= 0,66 + 0,068
= 0,728

1. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Sunk cost atau suatu pengeluaran yang telah terjadi dimasa silam tidak bersifat
incremental (tidak berubah atau tidak bergantung apakah perusahaan mengambil
proyek atau tidak). Oleh karena itu, sunk cost tidak diperhitungkan dalam analisis
arus kas proyek.

Contoh :
Suatu perusahaan merencanakan untuk membua cabang baru. Untuk itu pada
tahun 1990, perusahaan mengeluarkan biaya 10 juta untuk melakukan survey
tempat. Apakah pengeluaran 10 juta ini adalah biaya yang relevan untuk
perhitungan penganggaran modal pada tahun 1991? Jawabannnya tidak.
Perusahaan tidak dapat memperoleh kembali uang tersebut, tidak peduli apakah
perusahaan jadi membuka cabang baru atau tidak.

Opportunity cost harus diperhitungkan secara tepat dalam analisis penganggaran


modal.

Contoh :

6
Suatu perusahaan memiliki sebidang tanah yang cocok untuk dibangun gedung
cabang yang baru. Apakah biaya untuk membeli tanah tidak perlu
dipertimbangkan? Perlu. Walau tanah tersebut milik sendiri tapi ada opportunity
cost-nya. Misalnya tanah tersebut dapat dijual seharga 150 juta (harga pasar).
Maka 150 juta ini merupakan suatu biaya kesempatan yang harus
dipertimbangkan.
Efek dari proyek yang akan diambil terhadap proyek-proyek perusahaan yang
sudah ada juga harus diperytimbangkan (biasanya hal ini disebut externalities).
Misalnya, peluncuran suatu produk baru perusahaan dapat mengurangi
permintaan terhadap produk perusahaan yang sudah ada (kanibalisme).
Pengurangan ini harus diperhitungkan dalam analisis. Efek dari pajak dapat
memberika dampak yang besar bagi arus kas proyek. Pajak mempengaruhi arus
kas operasi melalui 2 cara :
1) Mengurangi arus kas operasi suatu proyek. Semakin beasr pajak, semakin
besar pengurangannya
2) Hukum pajak menentukan besarnya biaya depresiasi yang dapat dialokasikan
setiap tahun. Karena keputusan penganggaran modal memfokuskan diri pada
arus kas yang aktual, metode depresiasi yang digunakan adalah untuk
kepentingan pajak (tax depreciation) daripada menggunakan metode
depresiasi untuk laporan rugi laba (book depreciation). Di Amerika Serikat
sejak 1986 perusahaan harus menggunakan metode Modified Accelerated
Cost Recovery System (MACRS) untuk menghitung depresiasi untuk
kepentingan pajak. Di Indonesia untuk perhitiungan pajak, digunakan metoda
Double Declining Balance atau metoda garis lurus. Pada kasus tertentu
dapat pula digunakan kombinasi antara keduanya.
Beberapa metoda depresiasi yang umum digunakan :
1) Garis Lurus
2) Double Declining Balance
3) Sum of The Years Digits.

Contoh :
Suatu mesin senilai 30 juta memiliki usia ekonomis 3 tahun tanpa nilai sisa
(Salvage Value).

Depresiasi menurut Metoda Garis Lurus :

Tahun Depresiasi
1 1/3 x 30 = 10 juta
2 1/3 x 30 = 10 juta
3 1/3 x 30 = 10 juta
= 30 juta

7
Depresiasi menurut Metoda Double Declining Balance : penyusutan per
tahun = 2/n x nilai buku.

Tahun Depresiasi
1 2/3 x 30 = 20 juta
2 2/3 x 10 = 6,7 juta
3 Sisa = 3,3 juta
= 30 juta

Depresiasi menurut Metoda Sum of The Years Digits :

Tahun Depresiasi
1 3/6 x 30 = 15 juta
2 2/6 x 30 = 10 juta
3 1/6 x 30 = 5 juta
= 30 juta

Dari contoh diatas tampak bahwa Metoda Double Declining Balance dan Metoda
Sum of The Years Digits merupakan metode depresiasi yang dipercepat (biaya
depresiasi pada tahun-tahun awal lebih besar).
Untik pembayaran pajak, metode seperti ini lebih menguntungkan karena perusahaan
dapat menikmati penghematan pajak akibat biaya depresiasi lebih awal (nilai waktu
uang).

Contoh :
Suatu mesin senilai 30 juta memiliki usia ekonomis 3 tahun dengan nilai sisa
3 juta.

Depresiasi menurut Metoda Garis Lurus :

Tahun Depresiasi
1 1/3 x (30 5) = 9 juta
2 1/3 x 27 = 9 juta
3 1/3 x 27 = 9 juta
= 27 juta

Depresiasi menurut Metoda Double Declining Balance :

Tahun Depresiasi Nilai buku akhir tahun

8
1 2/3 x 30 = 20 juta 10 juta
2 2/3 x (30 20) = 6,67 juta 3,3 juta
3 3,33 3 = 0,33 juta 3 juta
= 27 juta

Karena depresiasi merupakan biaya sehingga dapat mengurangi pajak, maka


jika dapat memilih, kita sebaiknya memilh metoda depresiasi yang
memberikan depresiasi yang benar pada awal periode. Artinya kita lebih suka
penghematan pajak dari depresiasi yang relative besar sekarang dari pada
waktu mendatang.

Metoda depresiasi MACRS


Metoda ini enghitung depresiasi aktiva-aktiva tetap yang telah dikategorikan
menjadi :
3, 5, 7, 10, 27, dan 31

Untuk kategori 27 dan 31 tahun, digunakan metoda garis lurus tanpa


memperhitungkan apakah ada nilai sisa atau tidak. Untuk kategori 3, 5, 7 dan
10 dihitung dengan daftar sebagai berikut :
Kelas Investasi
Tahun 3 Tahun 5 Tahun 7 Tahun 10 Tahun
1 33% 20% 14% 10%
2 45 32 25 18
3 15 19 17 14
4 7 12 13 12
5 11 9 9
6 6 9 9
7 9 7
8 4 7
9 7
10 6
11 3

Contoh :
Suatu mesin senilai 3 juta dikategorikan sebagai Depresiasi menurut MACRS:
Investasi 3 tahun.
Depresiasi
33% x 30 = 9,9 juta
20% x 30 = 13,5 juta
14% x 30 = 4,5 juta
10% x 30 = 2,1 juta
30 juta
9
Umumnya persediaan tambahan diperlukan untuk mendukung suatu proyek
baru dan perluasan penjualan juga akan menghasilkan tambahan piutang.
Tambahan persediaan da piutang (Aktiva Lancar) ini harus dibiayai. Namun
hutang lancar juga cenderung meningkat (misalnya hutang dagang).
Perbedaan antara kenaikan aktiva lancar dan kenaikan hutang lancar disebut
perubahan pada modal kerja bersih (Net Working Capital).
Modal Kerja bersih = Aktiva Lancar Hutang Lancar.

Jika perubahan NWC positif, diperlukan dana tambahan untuk membiayai


kenaikan NWC, biasanya terjadi pada awal proyek. Jika perubahan NWC
negatif, proyek menghasilkan suatu arus kas dari perubahan modal kerja.

3. ANALISIS ARUS KAS PROYEK BARU

Arus kas suatu proyek baru (new project) atau perluasan proyek (expansion
project) terdiri atas : Initial cash flows, operating cash flows, terminal cash
flows.
Initial cash flows adalah arus kas yang terjadi pada waktu investasi dilakukan
(t=0). Arus kas ini biasa nya terdiri dari : harga beli suatu aktiva ditambah
biaya transportasi dan pemasangan, perubahan pada Net Working Capital, dll.
Jumlah bersih semua item pada t=0 merupakan pengeluaran investasi.
Operating cash flows adalah arus kas yang dihasilkan dari operasi proyek.
Mula-mula kita melihat proyek baru terhadap biaya dan penghasilan.
Penghasilan incremental (R) merupakan arus kas masuk, Biaya incremental
(C) merupakan arus kas keluar. Kemudian biaya depresiasi (D) setiap tahun
dihitung dan disesuaikan dengan pajak (T).
CF = (R C) (1 T) + T.D

Terminal cash flows adalah arus kas yang terjadi pada akhir proyek,
misalnya : 1) Nilai sisa atau salvage value pada tahun terakhir. Dampak pajak
harus diperhitungkan dan 2) Net Working Capital yang terjadi pada awal
proyek harus dikembalikan (offset). Misalnya, pada awal proyek ada
tambahan NWC sebesar 10 juta (arus kas keluar), maka pada akhir periode,
harus ada kas masuk 10 juta. Logikanya, modal kerja yang diperlukan pada
awal proyek sudah tidak di gunakan lagi begitu proyek berakhir sehingga
harus dikembalikan.

Contoh :

10
Suatu proyek membutuhkan investasi pada tanah sebesar 1,2 juta
(pembayaran pada akhir 1991) dan pada gedung 8 juta (4 juta pada akhir
1992, 4 juta sisanya pada akhir 1993) serta mesin-mesin 10 juta (pada akhir
1993). Proyek ini memiliki usia 3 tahun (perkiraan). Usia ekonomis gedung
dan mesin adalah 3 tahun tanpa nilai sisa pada akhir 1993, proyek juga
memerlukan tambahan net working capital sebesar 2 juta.

Initial Cash Flows :


1992
0
4 jt
0
4 jt
0
4 jt

Selama usia proyek (1994 s/d 1996), setiap tahun proyek ini dapat
menghasilkan 25.000 unit penjualan dengan harga jual 2000 pada 1994 harga
jual ini naik 10% setiap tahun karena factor inflasi. Biaya variabel adalah 50%
dari penjualan. Biaya tetap (overhead) konstan sebesar 8 juta pertahun. Pajak
15% per tahun. Tambahan modal kerja bersih (Net Working Capital) 0,5 juta
pada tahun 1994 dan 1995.
Pada 1996, modal kerja bersih dikembalikan (recovery). Terlebih dahulu kita
menghitung depresiasi gedung dan mesin dengan metoda Double Declining
Balance.
(Catatan : Tanah tidak didepresiasi)
Gedung.
Tahun Depresiasi
94 2/3 x 8 = 5,33 jt
95 2/3 x 2,67 = 1,78 jt
96 sisa = 0,89 jt
8 jt
Mesin
Tahun Depresiasi
94 2/3 x 8 = 5,33 jt
95 2/3 x 2,67 = 1,78 jt
96 sisa = 0,89 jt
10 jt

11
Operating Cash Flows :

1995
*3 juta adalah recovery dari 25.000 seluruh modal kerja bersih yang
telah dikeluarkan sepanjang 2.200 usia proyek yaitu : 2 + 0,5 + 0,5 =
3 juta 55 jt
27,5 jt
Karena tidak ada nilai sisa maka tidak ada terminal cash
8 jt
flows. Maka arus kas 1,78 jt proyek ini adalah :
Arus Kas 2,22 jt
(1,2 jt) 15,5 jt
(4 jt)
2,325 jt
(16 jt)
15,75 jt 13,175 jt
16,675 jt 17,175 jt
22,2125 jt (0,50 jt)
4. ANALISIS ARUS KAS
PROYEK PENGGANTIAN 16,675 jt (REPLACEMENT)

Menganalisis arus kas untuk proyek penggantian, misalnya penggantian


mesin, lebih kompleks daripada menganalisis arus kas untuk proyek baru.
Disini kita harus menggunakan prinsip Incremental.

Contoh :

Perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin baru. Nilai buku mesin
lama 90 juta dan nilai ekonomisnya masih 3 tahun lagi tanpa ada nilai sisa.
Harga mesin baru 180 juta dengan nilai ekonomis 3 tahun tnpa nilai sisa.
Mesin baru dapat menghemat biaya operasi 50 juta per tahun. Mesin lama
dapat dijual senilai dengan nilai bukunya (90 juta) sekarang. Pajak 15%.
Depresiasi dengan metoda garis lurus.

Arus kas nya adalah :

2
50 jt
Pada tahun ke 0 (awal tahun) ada 30 jt pengeluaran sebesar 180 juta untuk
membeli mesin baru, tapi juga ada pemasukan 90 juta dari penjualan
mesin lama. Maka arus kas pada t = 0 adalah -90 juta (investasi).

Arus Kas bersih 20 jt


-90 jt 3 jt
47 jt
47 jt 17 jt
12
47 jt 47 jt
Contoh :

Melanjutkan soal sebelumnya, tapi diandaikan mesin baru memiliki usia


ekonomis 5 tahun, problem yang muncul adalah usia ekonomis mesin baru tidak sama
dengan usia ekonomis mesin lama yang hanya 3 tahun. Pemecahannya adalah mesin
baru diasumsikan dapat dijual pada akhir tahun ke 3 senilai dengan nilai bukunya.

Nilai buku mesin baru pada akhir tahun ke 3 :

180 jt 3 x 180 juta = 72 jt atau


5
180 jt depresiasi selama 3 tahun.

1 2 3
Penghemat biaya 50 jt 50 jt 50 jt
Tambahan Penyusutan : 6 jt 6 jt 6 jt
Depresiasi mesin baru 30 jt
Depresiasi mesin lama 30 jt
6 jt

Tambahan laba sebelum pajak 44 jt 44 jt 44 jt


Tambahan pajak (15%) 6,6 jt 6,6 jt 6,6 jt
Tambahan laba setelah pajak 37,4 jt 37,4 jt 37,4 jt
Tambahan arus kas 43,4 jt 43,4 jt 43,4 jt
Tambahan arus kas terminal 0 0 72 jt
Tambahan arus kas 43,4 jt 43,4 jt 115,4 jt

Tahun Arus Kas Bersih


0 -90 jt
1 43,4 jt
2 43,4 jt
3 115,4 jt

Dapat disimpulkan bahwa analisa arus kas untuk proyek Replacement sedikit lebih sulit dari
analisis arus kas proyek baru atau pengembangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
awal proyek (t=0) :

13
a) Kas yang diterima dari penjualan perlengkapan lama merupakan arus kas masuk.
b) Jika perlengkapan lama dijual dibawah nilai bukunya, akan ada penghematan pajak.
Jika dijual diatas nilai bukunya, ada pajak untuk keuntungan (selisih) antara harga
jual dengan nilai buku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan arus kas operasi :
a) Lihat efek perlengkapan baru pada penghasilan (revenues) dan biaya (cost). Selisih
kenaikan pada penghasilan akan menghasilkan arus kas masuk, sedangkan selisih
kenaikan pada biaya akan menghasilkan arus kas keluar.
b) Depresiasi pada perlengkapan baru harus dibandingkan dengan depresiasi pada
perlengkapan lama untuk memperoleh perubahan bersih pada depresiasi.
c) Setiap nilai sisa pada perlengkapan lama, termasuk efek pajaknya, harus di masukan
sebagai arus kas keluar pada akhir usia proyek. Hal ini disebabkan karena mengganti
perlengkapan lama adalah sama dengan mengorbankan nilai sisa perlengkapan lama.
Ini termasuk opportunity cost. Setiap nilai sisa perlengkapan baru juga harus
diperhitungkan dalam analisis.

5. ANALISIS PROYEK DENGAN USIA YANG BERBEDA


Untuk menganalisis proyek dengan usia yang berbeda digunakan 2 pendekatan : (1)
Rantai pengganti (Replacement chain) dan (2) Annuitas tahunan yang sama
(Equivalent Annual Annuity)

(1) Replacement Chain Approach


Contoh :
Memilih diantara 2 proyek yang mutually exclusive, proyek A dan proyek B
yang memiliki arus kas sebagai berikut :
Tahun Proyek A Proyek B
0 (40 jt) (20 jt)
1 8 jt 7 jt
2 14 jt 13 jt
3 13 jt 12 jt
4 12 jt -
5 11 jt -
6 10 jt -
Jika digunakan discount rate 10%, maka :
NPV A = 9,28 jt
NPV B = 6,12 jt
Apakah proyek A lebih baik dibandingkan proyek B ?
Belum tentu karena usia ke-2 proyek berbeda. Jika kita memilih proyek B, kita dapat
menginvestasikan uang kita pada awal tahun ke-4 pada proyek yang sama (proyek
B). perhitungannya :
Tahun Proyek A Proyek B

14
0 (40 jt) (20 jt)
1 8 jt 7 jt
2 14 jt 13 jt
3 13 jt 12 jt + (20 jt) = (8jt)
4 12 jt 7 jt
5 11 jt 13 jt
6 10 jt 12 jt

NPV B = 10,72 juta


Maka sebenarnya proyek B lebih baik.

(2) Equivalent Annual Annuity Approach


Contoh :
Melanjutkan soal sebelumnya.
NPV A = 9,28 jt
NPV B = 6,12 jt
Untuk membandingkan proyek A dan B kita cari Equivalent Annual Annuity (EAA)
sebagai berikut :

Untuk proyek B :
0 1 2 3

EAA EAA EAA


PV1
PV2
PV3
6,12jt = NPV

Berapa penghasilan pertahun yang menghasilkan


PV = 6,12 jt hitung dengan rumus PV Annuity :
PVA = PMT (PVIFA, k, n)
6,12 = PMT (PVIFA, 10%, 3)
PMT = EAA = 2,46 jt

Untuk proyek A :

0 1 2 3 4 5 6

EAA EAA EAA EAA EAA EAA

PV1

15
PV2
PV3
PV4
PV5
PV6
9,28 jt

9,28 = PMT (PVIFA, 10%, 6 )


PMT = EAA = 2,13jt
Karena EAA proyek B EAA proyek A, maka proyek B lebih baik.
Catatan :
Metode EAA ini memerlukan asumsi bahwa proyek A dan B dapat berulang-ulang
hingga waktu yang tak terhingga. Setiap tahun hingga waktu tak terhingga proyek A
memberikan arus kas 2,13jt dan proyek B ,memberikan arus kas 2,46jt.

6. NILAI MENINGGALKAN PROYEK (ABANDONMENT VALUE)


Pada umumnya proyek dianalisis secara seolah-olah perusahaan pasti
mengoperasikan proyek tersebut hingga habis usiannya. Tapi dalam beberapa kasus,
meninggalkan proyek (menghentikan proyek) sebelum usia proyek habis bias lebih
menguntungkan. Jika proyek berjalan tidak seperti yang diinginkan, kemungkinan
menghentikan proyek ini amat bernilai. Abandonment value adalah sama dengan
nilai sisa bersih (net salvage value).

Contoh :
Tahun Arus kas proyek Net Abandonment Value
Pada akhir tahun t
0 (4,8 jt) 4,8 jt
1 2 jt 3 jt
2 1,875 jt 1,9 jt
3 1,75 jt 0

NPV proyek pada discount rate = 10% adalah -0,1 jt proyek akan ditolak. Tapi
bagaimana kalau kita dapat meninggalkan proyek setelah berjalan 2 tahun ?
Kita akan menerima arus kas masuk 2 jt dan 1,875 jt ditambah abandon value 1,9 jt.

Maka NPV = -4,8jt + + +

= 0,138 jt

16
Maka proyek ini bias diterima jika kita merencanakan untuk mengoperasikannya 2
tahun kemudian dijual. Bagaimana jika proyek ditinggalkan setelah 1 tahun ?

NPV = -4,8 jt + +

= -0,255 jt
Meninggalkan proyek setelah 1 tahun tidak menguntungkan karena PV penerimaan
tahun ke 2 dan ke 3 lebih besar dari 3 jt.

17
0 1 2 3

3 jt 1,875 jt 1,75 jt
10%
1,7 jt 10%
1,5 jt
3,2 jt

= 1,7 jt

= 1,5 jt

7. PENYESUAIAN TERHADAP INFLASI


Inflasi merupakan salah satu factor penting yang harus diperhitungkan dalam analisis
penganggaran modal. Jika tidak ada inflasi maka rumus NPV adalah :

NPV (tanpa Inflasi) =

Dimana :
RCF = real cash flow atau arus kas tanpa inflasi /riil
= biaya modal riil
Menurut Fisher, hubungan antara suku bunga riil dan suku bunga nominal adalah :

+1) = +1)(1+1)

Dimana :
= suku bunga nominal

= suku bunga riil


I = tingkat inflasi yang diprediksi
Maka rumus untuk biaya modal nominal adalah

) = (1+ ) (1+1)

18
Dimana :
= biaya modal nominal

= biaya modal riil


I = tingkat inflasi
Jika diasumsikan bahwa cashflow bertumbuh sebesar tingkat inflasi (I), maka
nominal cashflow adalah :
NCP = RCP(I+I)
Maka :

NPV (dengan inflasi) =

Lebih lanjut :

NPV (dengan Inflasi) =

(I+I)t dapat dihilangkan, maka :

NPV (dengan inflasi) =

Kesimpulan : untuk menghitung NPV dan tetap mempertimbangkan factor inflasi


kita harus :
1. Menggunakan arus kas riil dengan biaya riil dengan biaya modal riil, atau :
2. Menggunakan arus kas nominal dengan biaya modal nominal.
Menggunakan arus kas riil dan biaya modal riil.
Arus kas riil : dalam menetukan arus kas, kita tidak perlu memasukan unsur inflasi.

Biaya modal riil: biaya modal tanpa memasukan unsur inflasi (tidak ada premi untuk
inflasi). WACC adalah biaya modal nominal karena dihitung dengan pendekatan
harga pasar yang pasti telah memperhitungkan inflasi yang akan terjadi. Biaya modal
riil adalah :
(I+ ) = (I+ ) (I+I)

(I+ )= -1

19
= -1

Dimana :
= biaya modal riil

= biaya modal nominal (WACC)

I = tingkat inflasi

Kelemahan cara perhitungan NPV seperti ini adalah kita mengasumsikan bahwa 1)
inflasi memberi dampak yang sama besar terhadap arus kas dan biaya modal, dan 2)
seluruh arus kas proyek termasuk depresiasi dipengaruhi secara sama oleh inflasi.
Hal ini ditunjukan oleh rumus :

NPV (dengan inflasi) =

Dimana baik RCF maupun Kr sama-sama dikalikan dengan (I+I).


Pada kenyataannya kedua asumsi di atas sangat lemah. Depresiasi tidak dipengaruhi
oleh inflasi. Sementara itu, pengaruh inflasi terhadap harga jual, biaya variable dan
biaya tetap bosa berlainan besarnya.

Perhitungan NPV dengan menggunakan arus kas nominal dan biaya modal nominal
lebih baik karena kita tidak perlu membuat 2 asumsi yang lemah seperti pada cara
sebelumnya. Dengan cara ini, kita harus memasukan dampak inflasi dalam
menghitung arus kas proyek dimana kita dapat memperkirakan dampak yang berbeda
untuk harga dan biaya biaya serta membuat depresiasi tidak dipengaruhi oleh inflasi.

SOAL JAWAB
1. Anda diminta oleh manajemen PT.WILWAUKEE BUCKS untuk mengevaluasi
proposal akuisisi suatu mesin. Harga dasar mesin adalah 50 juta dan memerlukan
biaya modifikasi 10 juta. Asumsikan bahwa mesin ini didepresiasikan dengan metode
Double Declining Balance. Mesin akan dijual setelah 3 tahun seharga nilai bukti pada
saat itu yang 5 juta. Modal kerja bersih akan meningkat 2 juta. Mesin ini tidak
membawa dampak terhadap penghasilan, tetapi mesin ini dapat menghemat biaya
operasi (sebelum pajak), terutama pada tenaga kerja, sebesar 20 juta per tahun. Pajak
adalah 40%.
Jawab :

a) Arus kas pada awal proyek (t=0)


Harga -50 juta

20
Modifikasi -10 juta
Perubahan Modal kerja - 2 juta
Total Investasi - 62 juta

(catatan : tanda - untuk menunjukan pengeluaran)


b) Arus kas operasi :
Terlebih dahulu kita mencari depresiasi tahun 1-3.
Mesin = 60 juta
Usia = 3 tahun
Nilai sisa = 5 juta (nilai buku pada akhir tahun ke 3)

Tahun Depresiasi Nilai buku akhir tahun


1 2/3 x 60 juta = 40 juta 20 juta
2 2/3 x 20 juta = 13,33 juta 6,67 juta
3 6,67-5 juta = 1,67 juta 5 juta
55 juta

Cash flow = (Revenue cost) (I-Tax) + Tax. Depreciation. Dalam soal ini
(Revenue Cost adalah penghematan biaya operasi sebelum pajak, yaitu
sebesar 20 juta.
Cash flow tahun 1 = 20 (1-0,4) + (0,4) (4,0)
= 12 + 16
= 28 juta
Cash flow tahun 2 = 20 (1-0,4) + (0,4)(13,33)
= 12 + 5,332
= 17,332 juta
Cash flow tahun 3 = 20 (1-0,4) + (0,4)(1,67)
= 12 + 0,668
= 12,668 juta
c) Arus kas pada akhir proyek
Nilai jasa 5 juta
Pajak pada nilai sisa *) 0
Recovery modal kerja bersih 2 juta
7 juta
d) Arus kas proyek ini adalah :
Tahun Arus kas bersih
0 (62 juta)
1 28 juta
2 17,332 juta
3 12,668 juta + 7 juta

NPV pada K=10% adalah -7,44 juta, sehingga proyek ini seharusnya tidak
diterima.

21
2. PT CHICAGO BEARS saat ini menggunakan mesin yang dibeli 2 tahun yang lalu
san masih memiliki usia 6 tahun. Mesin ini didepresiasi dengan metode garis lurus
dengan nilai sisa 50 juta. Nilai buku mesin tersebut saat ini adalah 260 juta dan dapat
dijual seharga 300 juta saat ini. Jadi depresiasi tahunan adalah (260-50)/6 adalah 35
juta pertahun. Perusahaan ditawari suatu mesin pengganti yang memerlukan biaya
800 juta, diperkirakan memiliki usia 6 tahun, nilai sisa 80 juta. Mesin ini didepresiasi
dengan metode Double Declining Balance. Pengganti mesin dapat meningkatkan
output sehinggan penjualan akan meningkat 100 juta per tahun, selain itu, mesin ini
akan menurunkan biaya sebesar 150 juta per tahun. Mesin baru memerlukan
tambahan persediaan sebesar 200 juta, tapi hutang dagang juga bertambah sebesar 50
juta. Tingkat pajak adalah 15% dan biaya modal adalah 10%. Haruskah perusahaan
mengganti mesin yang lama ?
Jawab :
o Mula-mula kita tentukan arus kas bersih pada awal proyek (t-0).
Harga beli (800 juta)
Penjualan mesin lama 300 juta
Pajak pada penjualan mesin lama (6 juta )
Perubahan pada modal kerja bersih (150 juta )
Investasi total (656 juta )
Nilai pasar = 300 juta
Nilai buku = 260 juta
Keuntungan 40 juta
Pajak untuk keuntungan = 15 %x40 juta = 6 juta
**) modal kerja besih = aktiva lancer hutang lancer
= 200 50 = 150 juta
Karena modal kerja bersih adalah positif, ini termasuk pengeluaran.
o Kemudian kita menghitung arus kas operasi proyek :
Kenaikan penjualan =100 juta
Penurunan biaya =150 juta
Kenaikan penghasilan 250 juta
Pajak (15%) 37,5 juta

Kenaikan penghasilan operasi sesudah pajak 212,5 juta


Depresiasi :
Tahun 1 2 3 4 5 6
Mesin baru *) 240 160 106,67 71,11 47,41 94,81

Mesin lama 35 35 35 35 35 35
Perubahan 250 125 71,67 36,11 12,41 59,81

*) Harga mesin baru = 800 juta, usia = 6 tahun, nilai sisa = 80 juta.
Depresiasi basis = 800-80 = 720 juta.

22
Tahun Depresiasi
1 2/6 x 720 = 240 juta
2 2/6 x (720-240) = 160 juta
3 2/6 x (720-400) = 106,67 juta
4 2/6 x (720-506,67) = 71,11 juta
5 2/6 x (720-577,78) = 47,11 juta
6 sisa = 94,81 juta
720 juta

Arus kas = (penghasilan biaya) (1-pajak) + (pajak x depresiasi)


Kenaikan penjualan (penghasilan) = 100 juta
Penurunan biaya = 150 juta
Pajak = 15%

(penghasilan biaya) (1-pajak) = (100 - -150) (1-15%)


= (100 + 150) (1-15%)
= 212,5 juta

Arus kas operasi :

Tahun 1 2 3 4 5 6
kenaikan penghasilan sesudah
212,5 212,5 212,5 212,5 212,5 212,5
pajak
pajak X depresiasi 30,75 18,75 10,75 5,41 1,86 8,97
Arus Kas 243,25 231,25 223,25 217,91 214,36 221,47

Akhirnya kitamenghitung terminal cash flow :

Recovery modal kerja bersih 150 juta


Nilai sisa mesin baru 80 juta
Opportunuity cost pada mesin lama * (50juta)
180 juta
*) jika mesin lama tidak dijual, mesin ini masih memiliki nilai sisa 50 juta. Karena
telah dijual maka kita kehilangan kesempatan memperoleh nilai sisa ini pada akhir tahun ke
6.

Arus Kas Proyek ini adalah :

Tahun Arus Kas Bersih


0 (656 juta)
1 243, 25 juta

23
2 231,25 juta
3 223,25 juta
4 217,9 juta
5 214,4 juta
6 221, 4 juta + 180 juta

NPV Proyek pada k = 10% 376 juta, sehingga perusahaan sebaiknya mengganti
mesin lama dengan mesin baru yang ditawarkan.

3. Direktur PT. ROSE BOWL sedang mengevaluasi proposal pembelian suatu mesin.
Harga mesin adalah 70 juta dengan tambahan 15 juta untuk pemasangan. Usia mesin
adalah 3 tahun, nilai sisa 5 juta dan mesin dapat dijual seharga nilai sisa tersebut pada
akhir tahun ke-3. Mesin baru ini memerlukan tambahan modal kerja bersih ( untuk
membeli persediaan mesin) sebesar 4 juta. Mesin ini tidak mempengaruhi penghasilan
perusahaan, tetapi diperkirakan dapat menghemat biaya perusahaan sebelum pajak sebesar
( terutama biaya tenaga kerja) 25 juta per tahun. Tingkat pajak perusahaan adalah 15 %.

a. Berapa arus kas bersih pada t = 0 (initial cash flow)?


b. Berapa arus kas operasi pada t = 1,2 dan 3?
c. Berapa terminal cash flow pada akhir usia proyek (t=3)?
d. Jika biaya modal perusahaan adalah 15%, apakah mesin ini akan di beli?

Jawab :

a. Arus Kas Bersih pada t=0 :


Harga (70 Juta)
Modifikasi/Pemasangan (15 Juta)
Perubahan modal kerja bersih *) ( 4 Juta)
Pengeluaran Investasi (89 Juta)
*) Tambahan
modal kerja bersih merupakan pengeluaran sehingga arus kas adalah negative

b. Arus kas operasi :


Depresiasi : Untuk kepentingan perhitungan pajak, kita harus menggunakan
metode double declining balance

Tahun depresiasi Nilai buku akhir tahun


1 2/3 x 85 = 56,67 juta 28,33 juta
2 2/3 x 28,33 = 18,88 juta 9, 45 juta
3 9,45 - 5 = 4,45 juta 5 juta
Penghematan biaya sebelum pajak = 25 Juta
Pajak (15%) = 3,75 Juta
Penghematan biaya sesudah pajak = 21,25 juta

24
Arus Kas = ( R C) (1- T) + T.D
= Penghematan biaya sesudah pajak + T.D

Arus Kas Operasi :

tahun 1 tahun 2 tahun 3


penghematan biaya sesudah pajak 21,25 21,25 21,25
penghematan biaya dari depresiasi (TxD)*) 8,5 2,83 0,67
Arus kas bersih 29,75 24,08 21,92

*)
Tahun Depresiasi TxD
1 56,67 8,5
2 18,88 2,83
3 4,45 0,67
c. Arus Kas terminal pada akhir tahun :
Hasil penjualan mesin/nilai sisa *) = 5 Juta
Recovery modal kerja bersih = 4 Juta
= 9 Juta

*) Mesin dijual senilai dengan nilai sisa/nilai buku, sehingga tidak ada efek pajaknya.

d. Arus Kas Proyek :


tahun Arus Kas Bersih
0 (89 Juta)
1 29,75 Juta
2 24,08 Juta
3 21,92 + 9 = 30,92 Juta
NPV pada biaya modal 15% adalah :

NPV =

= -24,59 Juta

Sehingga mesin ini sebaiknya ditolak

4. PT. SAN FRANSISCO 49-ERS sedang mengevaluasi proyek pembelian mesin baru.
Harga mesin adalah 175 juta, dengan tambahan biaya modifikasi 25 juta. Usia mesin
adalah 5 tahun. Nilai buku mesin pada akhir tahun ke 5 adalah 0, tapi mesin masih
dapat dijual sebagai besi tua dengan harga diperkirakan sebesar 5 Juta. Mesin

25
memerlukan tambahan modal kerja bersih 10 Juta dan dapat menghemat biaya sebelum
pajak 80 juta per tahun. Efek mesin terhadap penghasilan perusahaan tidak berarti.
Tingkat pajak adalah 15%. Haruskah mesin ini dibeli jika biaya modal perusahaan
adalah 10%?

Arus Kas pada t=0 :


Harga (175 Juta) Arus kas
Modifikasi (25 Juta) operasi :
Perubahan modal kerja bersih *) ( 10 Juta) Penghematan
Pengeluaran Investasi (210 Juta) biaya sebelum
pajak =
80 juta
Penghematan biaya sesudah pajak = 80 (1-0,15) = 68 Juta

Depresiasi Mesin :
Depreciable basis (yang didepresiasi) = 175 + 25 = 200 Juta

Nilai buku akhir


Tahun depresiasi
tahun
1 2/5 X 200 = 80 Juta 120 juta
2 2/5 x 120 = 48 juta 72 Juta
3 2/5 x 72 = 28,8 juta 43,2 juta
4 2/5 x 43,2 = 17,28 juta 25,92 juta
5 25,92 - 0 = 25,92 Juta 0 juta
200 Juta

Penghematan pajak dari depresiasi ( T x D ) :

Tahun TxD
1 0,15 x 80 = 12 juta
2 0,15 x 48 = 7,2 juta
3 0,15 x 28,8 = 4,32 juta
4 0,15 x 17,28 = 2,59 juta
5 0,15 x 25,92 = 3,88 juta

Arus kas bersih = penghematan biaya sesudah pajak + penghematan pajak


depresiasi

26
tahun tahun tahun
tahun 1 tahun 5
2 3 4
penghematan biaya sesudah pajak 68 68 68 68 68
penghematan biaya dari depresiasi (TxD)*) 12 75,2 4,32 2,59 3,88
Arus kas bersih 80 143,2 72,32 70,59 71,88

Arus Kas Terminal


penjualan mesin sebagai besi tua 5 juta
Pajak atas penjualan mesin (0,75 juta)
*) Recovery modal kerja bersih 10 juta
14,25 juta
Nilai buku mesin adalah 0, sedangkan mesin masih dapat dijual 5 juta sehingga ada Laba
atau penghasilan lain-lain sebesar 5 juta yang harus dikenai pajak 15%. Pajak yang dibayar
adalah 5 juta X 15% = 0,75 Juta

Arus kas proyek

Tahun Arus Kas Bersih


0 (210 juta)
1 80 juta
2 75,2 juta
3 72,32 juta
4 70,59 juta
5 71,88 juta
NPV pada k = 10% adalah 72,05 juta sehingga
mesin ini sebaiknya di beli.

5. PT. DALLAS COWBOYS membeli sebuah mesin 5 tahun yang silam seharga 100
juta. Mesin ini memiliki usia 10 tahun (pada saat dibeli) dengan nilai sisa 10 juta pada
akhir tahun ke 10. Mesin ini telah didepresiasi dengan metode garis lurus selama lima
tahun. Mesin baru dapat dibeli dengan harga 150 juta, memiliki usia 5 tahun dan dapat
mengurangi biaya operasi sebesar 50 juta per tahun. Penjualan diperkirakan tidak
berubah dengan adanya mesin baru ini. pada akhir tahun ke 5, mesin baru ini tidak
berharga lagi. Mesin lama dapat dijual 65 juta hari ini. tingkat pajak 15% dan biaya
modal perusahaan 20%. Apakah mesin baru ini sebaiknya dibeli untuk menggantikan
mesin lama?

Depresiasi mesin lama = (harga beli nilai sisa) / usia


= (100 10) / 10
= 9 juta per tahun
Nilai buku mesin lama saat ini = harga beli akumulasi depresiasi
= 100 ( 9 x 5 )

27
= 55 juta
Keuntungan jika menjual mesin lama sekarang = 66 -55
= 10 juta
Pajak pada keuntungan menjual mesin lama = 10 x 15% = 1,5 Juta

Depresiasi mesin baru (menggunakan metode double declining balance) :

tahun depresiasi
1 2/5 X 150 = 60 Juta
2Arus Kas Bersih pada2/5t=0 : - 60) = 36 juta
x (150
3Harga 2/5 x (150 - 96) = 21,6 juta (150 Juta)
4Penjualan mesin
2/5 xlama
(150 - 117,6)= 12,96 juta 65 Juta
5pajak pada keuntungan penjualan
Sisa = mesin
19, 44 juta ( 1,5 Juta)
lama 150 Juta
(86,5 Juta)
Tahun depresiasi mesin baru depresiasi mesin lama perubahan
1 60 9 51
2 36 9 27
3 21,6 9 12,6
Dalam
4 12,96 9 3,96
5 19,44 9 10,44
menghitung arus kas untuk proyek penggantian (replacement) semacam ini kita harus
menggunakan konsep incremental. Artinya kita tidak menghitung efek apa yangdiberikan
mesin baru, tapi lebih pada kelebihan proyek baru dari proyek lama

Tambahan arus kas = = ( biaya operasi ) ( 1 T ) + ( depresiasi ) ( T ).

( biaya operasi ) ( 1 T ) = 50 ( 1 0,15 ) = 42,5 juta

Arus Kas Operasi :

tahun ( biaya operasi ) ( 1 T ) ( depresiasi ) Arus Kas (CFt)


1 42,5 51 x 0,15 = 7,65 50,15
2 42,5 27 x 0,15 = 4,05 46,55

28
3 42,5 12,6 x 0,15 = 1,89 44,39
4 42,5 3,96 x 0,15 = 0,59 43,09
5 42,5 10,44 x 0,15 = 1,56 44,06

Arus Kas Terminal :

Nilai sisa mesin baru 0


Nilai sisa mesin lama (opportunity cost) ( 10 juta )
( 10 juta )

Nilai sisa mesin lama dianggap sebagai opportunity cost karena dengan mengganti mesin
lama, kita kehilangan kesempatan menjual mesin lama pada akhir proyek (kita
mengorbankan nilai sisa mesin lama)

Tahun Arus Kas Bersih


0 ( 190 Juta)
1 50,51 Juta NPV proyek pada k = 20% adalah
2 46,55 Juta 47,77 juta, sehingga proyek
3 44,39 Juta sebaiknya diterima.
4 43,09 Juta
5 44,06 juta + ( 10 Juta) 6. PT. NEW YORK GIANTS
sedang mempertimbangkan
penggantian mesin lama yang telah habis usia ekonomisnya. 2 mesin baru
dipertimbangkan : mesin A yang berharga 190 juta, usia 3 tahun dan memberikan arus
kas setelah pajak (penghematan biaya tenaga kerja ditambah depresiasi) 87 juta
pertahun; serta mesin B yang berharga 360 juta, usia 6 tahun, dan arus kas setelah
pajak 98,3 juta. Biaya modal perusahaan adalah 14%. Mesin baru mana yang
sebaiknnya dipilih?

Jawab :

Mesin A

Tahun Arus Kas Bersih


0 ( 190 Juta)
1 87 juta
2 87 juta
3 87 juta

29
NPV mesin A pada k = 14% adalah 11,98 juta
Mesin B

Tahun Arus Kas Bersih


0 330 juta
1 98,3 juta
2 98,3 juta
3 98,3 juta
4 98,3 juta
5 98,3 juta
6 98,3 juta

NPV mesin B pada k = 14% adalah 22,25 juta. Walau NPV mesin B lebih
besar, kita belum dapat mengatakan mesin B lebih baik karena usia ke 2
mesin berbeda
Membanding 2 mesin yang memiliki usia berbeda dengan metode
replacment chain:
Mesin A

Tahun Arus Kas Bersih


0 ( 190 juta )
1 87 juta
2 87 juta
3 87 juta + (190 juta)
4 87 juta
5 87 juta
6 87 juta

NPV mesin A pada k = 14% adalah 20,07 juta cara lain :

NPV mesin A = 11,98 + = 20,07 juta

30
Kita sebaiknya memiliki mesin B karena mesin B memiliki NPV lebih besar.

Masalah ini dapat pula diselesaikan dengan metode Equivalent Annual


Annuity
Mesin A

PVA = PMT (PVIFA,k,n)

11,98 = EAA (PVIFA, 14%,3)

EAA = 5,161 juta

Mesin B

PVA = PMT (PVIFA, k,n)

22,25 = EAA (PVIFA, 14%, 6)

EAA = 5,723 juta

Karena EAA mesin B lebih besar, kita sebaiknya memilih proyek B

7. PT. MIAMI DOLPHINS baru-baru ini membeli sebuah mobil pick up baru seharga
22,5 juta. Mobil ini diharapkan dapat menghasilkan arus kas setelah pajak sebesar 6,25
juta per tahun. Usia mobil 5 tahun. Nilai meninggalkan (abandoment value) untuk
mobil ini (yang adalah nilai sisa setelah disesuaikan dengan pajak) adalah sebagai
berikut :

Tahun arus kas operasi tahunan abondonment value


0 (22,5 juta) 22,5 juta
1 6,25 juta 17,5 juta
2 6,25 juta 14 juta
3 6,25 juta 11 juta
4 6,25 juta 5 juta
5 6,25 juta 0
31
Apakah perusahaan sebaiknya mengoperasikan mobil hingga 5 tahun, jika tidak, berapa
tahun kita harus mengoprasikan mobil tersebut dan kemudian dijual? Biaya modal
perusahaan adalah 10%.

Jawab :

NPV jika meninggalkan proyek setelah 0 tahun :


= - 22,5 + 22,5 = 0
NPV jika meninggalkan proyek setelah 1 tahun :

= - 22,5 + = -0,91 juta

NPV jika meninggalkan proyek setelah 2 tahun :

= - 22,5 + + = -0,08 juta

NPV jika meninggalkan proyek setelah 3 tahun :

= - 22,5 + + + = 1,307 juta

NPV jika meninggalkan proyek setelah 4 tahun :

= - 22,5 + + + + = 0,727 juta

NPV jika meninggalkan proyek setelah 5 tahun :

= - 22,5 + + + + + = 1,192 juta

Jika perusahaan mengoperasikan mobil hingga 5 tahun, NPV adalah 1,192


juta. Jika mengeoperasikan mobil hingga 3 tahun, NPV adalah 1,307 yang
adalah kemungkinan NPV tersebar. Maka nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan dengan meninggalkan proyek 3 tahun.

8. PT. LOS ANGELES CLIPPERS sedang mengevaluasi suatu proyek yang memerlukan
investasi awal 188 milyar dengan usia 3 tahu. Arus kas proyek selama 3 tahun
diperkirakan sebagai berikut :

tahun 1 tahun 2 tahun 3


Penghasilan 300 M 300 M 300 M
biaya variable 150 M 150 M 150 M
biaya tetap 65 M 65 M 65 M
Depresiasi 67 M 89 M 44 M

32
Perusahaan dikenai pajak 20%. Biaya hutang perusahaan 15%, biaya modal sendiri
20%. Biaya ini sudah termasuk premi inflansi yang diperkirakan. Target struktur modal
perusahaan adalah 50% hutang, 50% modal sendiri.
a. Hitunglah WACC nominal dan WACC riil perusahaan.
b. Hitunglah arus kas riil yang relevan. Discount rate mana yang harus digunakan
untuk menghitung NPV yang berdasarkan arus kas riil? Berapa NPV proyek ini?
haruskah proyek diterima?
c. Sekarang, asumsikan bahwa semua penghasilan dan biaya ( tidak termasuk
depresiasi) akan naik 6% akibat inflansi. Berapa arus kas nomial proyek dan
NPV berdasarkan arus kas ini? mengapa NPV ini berbeda dengan hasil
perhitungan pada bagian b)?
Jawab :
a. WACC nominal :
= WACC = wd.kd (1-T) + ws.ks
= 0,5 (0,15%) (1-20%) + 0,5 (20%) = 6% + 10% = 16%

WACC riil (Kr) :

Rumus fisher:

(1 + ) = (1 + ) (1 + I)

Dimana :

= suku bunga nominal

= suku bunga riil

= Inflansi yang diperkirakan

(1 + Kr ) =

Kr = 1,0943 1 = 0,0943 = 9,43%

b. Arus Kas pada t=0 adalah -188 M (milyar)

33
Arus Kas Operasi :

pada t=1
penghasilan 300 M
biaya variable (150 M)
biaya tetap ( 65 M)
depresiasi (67 M)
EBT 18 M
Pajak (20%) (3,6 M)
EAT 14,4 M

Arus Kas = EAT + Depresiasi = 14,4 + 67 = 81,4 juta

Cara singkat dengan menggunakan rumus :


CF = ( R C) (1 T) + T.D
= ( R VC FC) (1-T) + T.D
= (300 150 65) (1-0,2) + (0,2) (67)
= 68 + 13,4 = 81,4 juta

Pada t=2

CF2 = (300 -150-65) (1-0,2) + (0,2) (89)


= 68 + 17,8 = 85,8 juta
Pada t=3
CF3 = (300 150 65) (1-0,2) + (0,2) (44)
= 68 + 8,8 = 76,8 juta

Jika menghitung NPV dengan menggunakan arus kas riil, kita harus
menggunakan WACC riil. Jika kita menggunakan WACC nomial, discount
rate ini telah memasukan premi untuk inflansi, sedangkan arus kas tidak.
Akibatnya akan terjadi bias, dimana NPV menjadi lebih kecil dari yang
sebenarnya.

NPV proyek = -188 + + +

= 16,64 M

Maka proyek sebaiknya diterima.


Jika kita menghitung NPV dengan menggunakan arus kas riil dan WACC
nominal, NPV proyek adalah :

NPV = -188 + + +

34
= -4,86 M
Proyek harus ditolak. Kesalahan ini membuat kita menolak proyek yang
sebenarnya NPV harus positif

Arus Kas nominal dengan asumsi penghasilan dan biaya naik 6%.

t=0 t =1 t=2 t=3


Investasi -188
Penghasilan 318 337,08 357,3
biaya variable 159 168,54 178,65
biaya tetap 68,9 73,03 77,42
penghasilan bersih 90,1 95,51 101,23
penghasilan bersih (1 -
T) 72,08 76,41 80,98
depresiasi x pajak 13,4 17,8 8,8
arus kas bersih -188 85,48 94,21 89,78

Catatan :
Penghasilan pada t=1 adalah 300 x (1 + 6%) = 318
Penghasilan pada t=2 adalah 318 x (1 + 6%) = 337,08 demikian seterusnya.

NPV proyek = -188 + + +

= 2,44 M

NPV proyek dengan menggunakan arus kas dan WACC nominal adalh lebih
kecil karena depresiasi tidak dipengaruhi oleh inflansi (sehingga
penghematan pajak dari depresiasi tidak bertambah akibat inflansi). Pada
NPV proyek dengan menggunakan arus kas dan WACC riil, depresiasi
dianggap dipengaruhi oleh infansi. Karena yang benar adalah depresiasi tidak
dipengaruhi oleh inflansi, NPV dengan menggunakan arus kas dan WACC
nominal memberikan hasil yang lebih tepat.

35
BAB III
PENUTUP

Penganggaran Modal (capital budgeting) sangatlah penting dalam menentukan


alur kas,investasi dan penanaman saham. Dimana bila perhitungan atau keputusan
untuk pengambilan penganggaran modal tepat, maka keuntungan bagi perusahaan
akan meningkat sesuai dengan perhitungan. Dan sangatlah penting bagi manajer
keuangan untuk sangat hati-hati dalam mengambil keputusan dengan keadaan
keuangan suatu perusahaan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Lukas Setia Atmaja, M.Sc.Manajemen Keuangan.Andi.Yogyakarta.2008

37

Vous aimerez peut-être aussi