Vous êtes sur la page 1sur 15

ANALISIS RASIO KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT UMUM

BAHTERAMAS SULAWESI TENGGARA

JURNAL

OLEH:

KURNIAWAN KAHAR
NIM. B1 C2 12 023

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ANALISIS RASIO KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
SULAWESI TENGGARA

JURNAL

OLEH:

KURNIAWAN KAHAR
B1 C2 12 023

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

Jurnal Akuntansi (JAk) 2


ANALISIS RASIO KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
SULAWESI TENGGARA

Kurniawan Kahar
Dr. H. Arifuddin Masud, S.E., M.Si., Ak. CA,
Sitti Nurnaluri, SE, M.Si.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo Kendari,
Sulawesi Tenggara

ABSTRACT
Monetary Ratio Analysis Performance of Common Hospital of Bahteramas Sulawesi
South-East. Skripsi. Majors Accountancy, Faculty Of Economics, University of Halu Oleo
Kendari, target of in this research is to know increase trend / degradation of monetary ratio of
RSU Bahteramas Sulawesi South-East. Method data collecting by conducting survey and
calculation of data with ratio analysis analysis which consist of: ratio of likuiditas, solvency ratio
and rentability ratio.
Result of this research indicate that till year 2015 RSU Bahteramas Sultra ratio current
equal to 5,23, its meaning each;every fluent debt equal to Rp 1,- can be guaranteed with fluent
asset equal to Rp 5,23. That way also Debt Assets Ratio to representing the part of solvency ratio
namely equal to 0,0182, its meaning each;every totalizeing asset equal to Rp 1,82,- can be
financed by debt equal to Rp 1,-Percentage 1,82% is good enough because smaller this ratio
hence will progressively goodness. In the year 2015 value of ROA representing the part of tired
rentability ratio value 0,75, its meaning of ability of capital to asset of RSU Bahteramas to yield
advantage of neto is equal to 75%. Each;Every totalizeing asset equal to Rp 1,- yielding surplus
equal to Rp 0,75.
Conclusion in this research is ratio analilis of likuiditas RSUD Sultra bahteramas can be
concluded that during year priode 2013 - 2015 happened increase to third ratio ratio that is
Current Ratio, Quick Ratio and of Cash Ratio. This Matter is caused by ever greater fluent asset
value and followed by fluent debt value which smaller. While solvability analysis of RSUD
Bahteramas sultra during year priode 2013 - 2015

Keyword : Ratio analysis, Monetary Performance.

I. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk dari Badan Layanan Umum dalam instansi
pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 pasal 1 disbutkan: Badan
layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
dan prodiktifitas. Rumah Sakit Badan Pelayanan Umum merupakan bagian dari instansi
pemerintahan umum yang aktivitasnya juga melakukan penjualan barang atau jasa sama dengan
yang dilakukan perusahaan orientasi laba (profi torganization) pada umumnya. Beda halnya
dengan pemerintah daerah yang sama sakali tidak berorientasi pada laba (non profit
organization) karena berbasis anggaran dimana dana disediakan untuk dihabiskan sesuai
anggaran yang tersedia.

Jurnal Akuntansi (JAk) 3


peraruran menteri keuangan Nomor 44 tahun 2009 tetang rencana bisnis dan anggaran
dijelaskan bahwa dalam catatan atas laporan keuangan harus mengungkapkan dan mejelaskan
tentang rasio keuangan dari badan layanan umum. Menurut peraturan menteri keuangan nomor
44 tahun 2009 bahwa dalam catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan dengan
menggunakan rasio keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dimana
untuk rasio badan layanan umum digunakan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
Rumah Sakit Badan Layanan Umum dalam menyusun laporan keuangan tahunannya
membuat dua jenis laporan keuangan yaitu laporan keuangan berdasarkan PP No.24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahaan dan laporan keuangan berdasarkan peraturan menteri
keuangan No.76 Tahun 2008. Olehnya itu, meskipun sudah berstatus Badan Layanan Umum
RSU Bahteramas tetap membuat laporan keuangan berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Laporan Keuangan tersebut digunakan untuk keperluan
konsolidasi laporan keuangan rumah sakit yang merupakan instansi pemerintah daerah.
Sedangkan laporan keuangan berdasarkan Peraturan menteri Keuangan No.76 2008 digunakan
untuk kepentingan stakeholder. Berikut ini adalah neraca dan laporan aktivitas RSU Bahteramas
Sultra Tahun 2013 dan 2014 berstatus Badan Layanan Umum yang berpengaruh terhadap rasio
likiuditas, solvabilitas dan rentabilitas
Fenomena yang terjadi setelah RSU berubah status menjadi BLU dan berubah nama
menjadi RSU Bahteramas yaitu nilai total aset yang mengalami penurunan dari 411 juta di tahun
2013 menjadi 402 juta di tahun 2014. Selain itu realisasi pendapatan dan realisasi belanja RSU
setelah berstatus BLU mengalami peningkatan yang sangat besar hingga mencapai dua kali lipat
jika dibandingkan RSU masih berstatus UPTD.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan pokok yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kenaikan/penurunan rasio keuangan RSU
Bahteramas Sulawesi Tenggara? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui trend kenaikan
/penurunan rasio keuangan RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Definisi Konsep Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
relevan dan signifikan (berarti). Menurut Simamora (2010), rasio keuangan merupakan cara
penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen
dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan
menjelaskan dan menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi
keuangan suatu perusahaan.

Menurut Roos, Westerfield & Jordan (2004:78) Rasio Keuangan adalah Hubungan yang
dihitung dan informasi keuangan suatu perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan.
Sedangkan menurut Jumingan (2006:242) Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis dengan
membandingkan satu pos laporan dengan dengan pos laporan keuangan lainnya, baik secara
individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam
neraca maupun dalam laporan laba rugi. Rasio mengambarkan suatu hubungan dan
perbandingan antara jumlah tertentu dalam satu pos laporan keuangan dengan jumlah yang lain
pada pos laporan keuangan yang lain. Dengan menggunakan metode analisis seperti berupa rasio
ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau

Jurnal Akuntansi (JAk) 4


posisi keuangan suatu perusahaan. Dengan rasio keuangan pula dapat membantu perusahaan
dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.

2. Laporan Keuangan
Munawir (2004), laporan keuangan adalah hasil dua daftar yang disusun oleh akuntan
pada akhir periode untuk suatu perusahaan Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar
posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Menurut Harahap (2004) laporan
keuangan menggambarkan kondisi dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan
rugi/laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.
Menurut PSAK No. 1 (2007), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: (a)
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan, (b)
Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar
pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, (c)
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta
arus kas di masa depan.
Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan Badan Layanan
Umum yang terdiri atas neraca, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan. (1) Laporan Aktivitas, Laporan aktivitas adalah laporan operasional Badan Pelayanan
Umum yang mencerminkan pendapatan yang dihasilkan Badan Layanan Umum serta biaya yang
dikeluarkan kemudian dilihat apakah dari hasil kegiatan tesebut dihasilkan surplus atau defisit.
(2)Neraca, Menurut Soemarso (2004) neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi
informs tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pemebelanjaan untuk
memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan. Ikatan Akuntansi
Indonesia (2009:9) menyatakan bahwa unsur yang berkaitan secara langsung dengan posisi
keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Masing-masing unsur tersebut dapat diuraikan
sabagai berikut : 1) Aset (Assets), 2) Kewajiban (Liabilities, 3) Equitas

3. Jenis-Jenis Rasio Keuangan


Menurut Riyanto (2010), pada umumnya rasio keuangan dapat dikelompokkan dalam 3
(tiga) tipe dasar, yaitu: (1) Rasio Likuiditas,adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya yang dapat di hitung melalui: a) Current
ratio (rasio lancar), b) Quick ratio atau acitd test ratio (rasio sangat lancar), c) Rasio Kas (cash
ratio). (2) Rasio Solvabilitas,adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan di belanjai
dengan hutang yang dapat di hitung melalui: a) Debt to asset ratio (rasio utang terhadap aset), b)
Debt to equity ratio (rasio utang modal). (3) Rasio Rentabilitas,adalah rasio yang mengukur hasil
akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan keputusan yang dapat di hitung melalui: a) Net
Return On Assets (ROA), b) Net Return On Equit.

4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Harun Rongrean (2012) yang berjudul
Evaluasi Kinerja Keuangan PT. Dachtraco Raya Kendari membahas mengenai evaluasi kinerja
perusahaan menggunakan rasio keuangan untuk melihat kinerjanya di mana rasio yang di jadikan
alat analisis data adalah rasio likuiditas solvabilitas & profitabilitas. PT. Dachtraco Raya Kendari

Jurnal Akuntansi (JAk) 5


setelah dianalisis menggunakan rasio keuangan ternyata menurut hasil penelitian rasio likuiditas
dan solvabilitasnya dalam keadaan yang sehat sedangkan rasio profibilitasnya kurang sehat
karena terjadi penurunan jumlah dan angkanya berada di bawah kisaran kriteria yang sehat.
Penelitian selanjutnya oleh Samuel Tandungan (2012) yang berjudul Analisis Sistem
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi
Tenggara bertujuan untuk melihat seberapa jauh implementasi dari peraturan Menteri
Keuangan No 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Badan Layanan Umum
dan menyimpulkan bahwa Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara telah menerapkan
Peraturan Menteri Keuangan No 76 Tahun 2008 dengan baik.
Rendi Irawan (2011), dengan judul penelitian Analisis Rasio Profitabilitas Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta melakukan penelitian terhadap 3 rumah sakit jiwa yang berada di
daerah Semarang dengan menggunakan analisis profitabilitas. Dengan menggunakan rasio BEP,
ROI, ROA dan TAT disimpulkan bahwa rasio profitabilitas rumah sakit jiwa daerah Semarang
berfluktuatuf yang disebabkan jumlah surplus yang berubah signifikan.

5. Kerangka Pikir Penelitian


Penelitian ini menganalisis laporan keuangan RSU Provinsi Sultra dan RSU Bahteramas
dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Adapun rasio keuangan yang digunakan ada tiga
yaitu 1) rasio liquiditas, 2) solvabilitas dan, 3) rentabilitas.
Adapun skema dari kerangka pikir dapat dilihat sebagai berikut :

Rasio Keuangan RSU:


Laporan Keuangan RSU 1. Rasio Likuiditas
Bahteramas Sultra 2. Rasio Solvabilitas
Tahun 2013 2015 3 Rasio Rentabilitas

Sumber: Munawar (2009)

III. Metodologi penelitian


Objek penelitian ini adalah laporan keuangan RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara yang
berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk periode tahun 2013 dan 2015 yang
beralamat di jalan Kapten Pierre Tendean No. 50 Kelurahan Watubangga, Kecematan Baruga
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Metode deskriptif jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data
kualitatif berupah opini, sikap, pengalaman karateristik dan seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi responden. (2) Data Kuantitatif adalah data dalam bentuk angka-angka berupa
faktur, jurnal, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program dan laporan
keuangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen, bukti,
catatan atau bahan bahan laporan historis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Semua data yang dianalisis dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan RSU Bahteramas
Sultra tahun 2013 dan 2015.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Metode
wawancara (interview) Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengajukan pernyataan kepada responden. Wawancara ini bersifat tidak
terstruktur dan di lakukan kepada pihak manajemen RSU Bahteramas sultra, khususnya dengan

Jurnal Akuntansi (JAk) 6


kepala bagian keuangan dan bendahara RSU Bahteramas sultra. (2) Dokumentasi Pengumpulan
data dengan cara melakukan pencairan data dan dokumen milik RSU Bahteramas sultra yang
relevan dan mendukung penelitian ini. (3) Studi pustaka (library research) Studi pustaka
sebagain dari langkah studi deskriptif yang di butuhkan melalui buku-buku dan sumber data
tertulis lainnya baik yang berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya ( findings
) yang berhubungan dengan masalah penelitian guna mendapatkan landasan teoritis yang
memedai dan bukan berasal dari objek yang diteliti.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis rasio keuangan rumah sakit
setelah berstatus Badan Layanan Umum di gunakan rumus sebagai berikut: (1) Analisis rasio
likuiditas: a) Current ratio, b) Quick ratio, c) Cash ratio. (2) Analisis rasio solvabilitas: a) Debt
to Asset ratio, b) Debt to Equity ratio. (3) Analisis rasio rentabilitas: a) Net Return On Asset, b)
Net Return On Equity.

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebaga berikut :


1. Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
di jual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatan
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas alat koperasi.
2. Rasio Keuangan adalah alat analisis keuangan untuk mengukur tinkat kinerja keuangan
suatu entitas.
3. Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
entitas dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan
komponen di pasiva lancar.
4. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang di gunakan untuk mengukur sejaauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang dengan membandingkan utang dengan aktiva ataupun
modal kerja.
5. Rasio Rentabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan.

IV. Hasil dan pembahasan


1. Hasil penelitian
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas dalam penelitian ini memiliki tiga komponen yang dapat dihitung sebagai
berikut :

a. Current Ratio
Berdasarkan lampiran I, current ratio RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut: Current Ratio =

Current ratio (CR) tahun 2013:


CR 2013 = X 100%
= 5,45 atau 545 %
Current ratio (CR) tahun 2014:
CR 2014 = X 100%
= 7,64 atau 764 %

Jurnal Akuntansi (JAk) 7


Current ratio (CR) tahun 2015:
CR 2015 = X 100%
= 5,23 atau 523 %

b. Quick Ratio
Berdasarkan lampiran I, quick ratio RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Quick Ratio =

Quick ratio (QR) tahun 2013 :


QR 2013 = X 100%
= X 100% = 4,90 atau 490%
Quick ratio (QR) tahun 2014 :
QR 2014 = X 100%
= X 100% = 6,71 atau 671%
Quick ratio (QR) tahun 2015 :
QR 2015 = X 100%
= X 100% = 6,02 atau 602%

c. Cash Ratio
Berdasarkan lampiran I, cash ratio RSU Bahteramas Sultra sebagai berikut :
Cash Ratio =

Cash Ratio (CR) Tahun 2013:


CR 2013 = X 100% = 3,41 atau 341%

Cash Ratio (CR) Tahun 2014:


CR 2014 = X 100% = 5,72 atau 572%
Cash Ratio (CR) Tahun 2015:
CR 2015 = X 100% = 2,97 atau 297%

2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dalam penelitian ini memiliki dua komponen yang dapat diukur
sebagai berikut:
a. Debt to asset ratio
Berdasarkan lampiran I, debt to asset ratio RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
DAR =

Jurnal Akuntansi (JAk) 8


Debt to asset ratio (DA) Tahun 2013:
DA 2013 = X 100% = 0,0120 atau 1,20%
Debt to asset ratio (DA) Tahun 2014:
DA 2014 = X 100% = 0,0106 atau 1,06%
Debt to asset ratio (DA) Tahun 2015:
DA 2015 = X 100% = 0,0182atau 1,82%

b. Debt to equity ratio


Berdasarkan lampiran I, Debt to Equity ratio RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
DER =

Debt to Equity Ratio (DE) Tahun 2013 :


DE 2013 = X 100% = 1,29 atau 129%
Debt to Equity Ratio (DE) Tahun 2014 :
DE 2014 = X 100% = 1,34 atau 134,4%
Debt to Equity Ratio (DE) Tahun 2015 :
DE 2015 = X 100% = 0,083 atau 83%

3) Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas dalam penelitian ini memiliki tiga komponen yang dapat diukur
sebagai berikut :
a. Net Return On Assets (ROA)
Berdasarkan lampiran I, net return on assets RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
ROA =

Net Return on Assets (ROA) Tahun 2013 :


ROA 2013 = X 100% = 1,09 atau 109%
Net Return on Assets (ROA) Tahun 2014 :
ROA 2014 = X 100% = 0,26 atau 26 %
Net Return on Assets (ROA) Tahun 2015 :
ROA 2015 = X 100% = 0,75atau 75 %

Jurnal Akuntansi (JAk) 9


b. Net Return On Equity (ROE)
Berdasarkan lampiran I, net return on equity RSU Bahteramas Sultra dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut : ROE =

Net Return on Equity (ROE) Tahun 2013 :


ROE 2013 = X 100% = 1,28 atau 128 %
Net Return on Equity (ROE) Tahun 2014 :
ROE 2014 = X 100% = 0,33 atau 33%
Net Return on Equity (ROE) Tahun 2015 :
ROE 2015 = X 100% = 3,46 atau 346%

Tabel 1
Rekapitulasi rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas RSU Bahteramas Sultra.

Tahun
No. Rasio
2013 (%) 2014 (%) 2015 (%)
1 Likuiditas
a. Current ratio 545 764 523
b. Quick ratio 490 671 602
2 c. Cash ratio 341 572 297
Solvabilitas
a. Debt to assets 1,20 1,06 1,82
3 b. Debt to equality 1,29 1,34 0,83
Rentabilitas
a. ROA 109 26 75
b. ROE 128 33 346
Sumber : data diolah tahun 2016

2. Pembahasan
1) Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan entitas untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Cara untuk menghitung current ratio yaitu dengan
membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin besar rasio menandakan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya demikian pula
sebaliknya semakin kecil. Current ratio maka entitas tersebut dalam kondisi yang kurang baik.
Current ratio yang baik adalah 200% atau 2:1.
Hasil analisis dapat dilihat current ratio RSU Bahteramas Sultra Tahun 2013 dan 2015
sebagai berikut : (1) Pada tahun 2013 current ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 5,45 artinya
setiap Rp 1,- utang lancar dapat dijamin dengan aset lancar sebesar Rp 5,45,-. (2) Pada tahun
2014 current ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 7,64, artinya setiap utang lancar sebesar Rp
1,- dapat dijamin dengan aset lancar sebesar Rp 7,64,-. (3) Pada tahun 2015 current ratio RSU

Jurnal Akuntansi (JAk) 10


Bahteramas Sultra sebesar 5,23, artinya setiap utang lancar sebesar Rp 1,- dapat dijamin dengan
aset lancar sebesar Rp 5,23,-
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa untuk tahun 2013 dan 2014 current ratio sedang
mengalami kenaikan sebesar 219 %. Angka persentase kenaikan tersebut sangat baik karena
mencapai 200% artinya dikatakan RSU Bahteramas Sultra sedang dalam keadaan likuid.
Kenaikan ini terjadi karena jumlah aset lancar yang meningkat dari tahun 2013 sebesar Rp
27.044.401.538 dan di tahun 2014 sebesar Rp 39.847.882.138 dan diikuti jumlah utang lancar
yang semakin menurun di tahun 2013 sebesar Rp 4.959.574.764 dan di tahun 2014 sebesar Rp
5.211.185.372.
b. Quick Ratio
Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
finansial atas aktiva yang paling likuid. Semakin besar rasio menandakan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Rasio ini tidak harus 100%
atau 1:1 namun disarankan agar nilainya diatas 100%.
Hasil analisis data dapat dilihat quick ratio RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 - 2015
sebagai berikut : (1) Pada tahun 2013 quick ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 4,90, artinya
setiap utang lancar sebesar Rp 1,- dapat dijamin sebesar Rp 4,90,- dengan aset lancar tanpa
memperhitungkan persediaan. (2) Pada tahun 2014 quick ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar
6,71, artinya setiap uang lancar sebesar Rp 1,- dapat dijamin sebesar Rp 6,71,- dengan aset lancar
tanpa memperhitungkan persediaan. (3) Pada tahun 2015 quick ratio RSU Bahteramas Sultra
sebesar 6,02, artinya setiap uang lancar sebesar Rp 1,- dapat dijamin sebesar Rp 6,02,- dengan
aset lancar tanpa memperhitungkan persediaan.
Berdasarkan hasil analisis diatas terlihat bahwa untuk tahun 2013 - 2014 quick ratio
sedang mengalami kenaikan sebesar 181%. Angka persentase kenaikan tersebut sangat baik
karena melewati 100% artinya RSU Bahteramas Sultra sedang dalam keadaanlikuid sehingga
bisa dikatakan RSU bahteramas Sultra dapat menjamin utang lancar dengan aset lancarnya tanpa
memperhitungkan persediaan. Kenaikan ini terjadi karena jumlah aset lancar yang mengikat di
tahun 2014 dan diikuti jumlah utang lancar yang semakin menurun di tahun 2014. Selain itu nilai
persediaan juga meningkat dari tahun 2013.

c. Cash Ratio
Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memnuhi kewajiban
finansial menggunakan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Ratio ini disarankan harus
berada di atas 100% kerana rasio ini memperlihatkan aset yang sangat likuid. Semakin kecil
rasio menandakan semakin kecil pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiaban
finansialnya.
Hasil analisis data dapat dilihat cash ratio RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 dan 2015
sebagai berikut: (1) Pada tahun 2013 cash ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 3,41, artinya
setiap utang lancar sebesar Rp 1,- dapat dijamin dengan kas dan setara kas sebesar Rp 3,41,-.
(2) Pada tahun 2014 cash ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 5,72, artinya setiap utang lancar
sebesar Rp 1,- dapat dijamin dengan kas dan setara kas sebesar Rp 5,72,-. (3) Pada tahun 2015
cash ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 2,97, artinya setiap utang lancar sebesar Rp 1,- dapat
dijamin dengan kas dan setara kas sebesar Rp 2,97,-.
Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa untuk tahun 2013 dan 2014 cash ratio
sedang mengalami kenaikan sebesar 231%. Angka tersebut berada di atas 100% artinya RSU
Bahteramas Sulta sedang dalam keadaan yang sangat likuid. Hal ini dipengaruhi meningkatnya

Jurnal Akuntansi (JAk) 11


jumlah kas dan setara kas dari tahun 2013 sebesar Rp 16.954.092.221 dan tahun 2014 sebesar Rp
29.848.958.313. Jumlah utang lancar meningkat pada tahun 2013 sebesar Rp. 4.959.574.764 dan
tahun 2014 sebesar Rp 5.211.185.372.

2) Rasio Solvabilitas
a. Debt to assets
Debt rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
utang dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari aset yang
dibiayai oleh utang dan dapat digunakan untuk menjamin utang. Dari hasil analisis data dapat
dilihat Debt to Assets Ratio RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 - 2015 sebagai berikut : (1) Pada
tahun 2013 Debt to Assets Ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 0,029, artinya setiap total aset
sebesar Rp 2,9,- dapat dibiayai oleh utang sebesar Rp 1,-. Persentase 2,9% adalah cukup baik
karena semakin kecil persentase rasio ini semakin baik. (2) Pada tahun 2014 Debt to Assets Ratio
RSU Bahteramas Sultra sebesar 0,0107, artinya setiap total aset sebesar Rp 1,06,- dapat dibiayai
oleh utang sebesar Rp 1,-. Persentase 1,06% adalah lebih baik dari tahun sebelumnya. (3) Pada
tahun 2015 Debt to Assets Ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 0,0182, artinya setiap total aset
sebesar Rp 1,82,- dapat dibiayai oleh utang sebesar Rp 1,-. Persentase 1,82%.
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa tahun 2013 - 2014 Debt to Assets Ratio sedang
mengalami penurunan sebesar -0,14%. Angka tersebut berarti RSU bahteramas Sultra untuk
membayar utang jangka panjangnya mengalami penurunan sebesar -0,14% dengan
memperhatiakn rasio total utang terhadap total aset.
b. Debt to equity
Debt to equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
total utang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar modal
sendiri untuk menjamin utang-utangnya. Rasio ini digunakan untuk mengetahui bagian dari
setiap rupiah ekuitas yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Dari hasil analisis data
dapat dilihat Debt to equality ratio RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 - 2015 sebagai berikut :
(1) Pada tahun 2013 Debt to equality ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 0,0129, artinya setiap
total utang sebesar Rp 1,- dapat dijamin dengan modal sebesar Rp 1,29,-. (2) Pada tahun 2014
Debt to equality ratio RSU Bahteramas Sultra sebesar 1,34, artinya setiap total utang sebesar Rp
1,- dapat dijamin dengan modal sebesar Rp 1,34,-. (3) Pada tahun 2015 Debt to equality ratio
RSU Bahteramas Sultra sebesar 0,83, artinya setiap total utang sebesar Rp 1,- dapat dijamin
dengan modal sebesar Rp 0,83,-..
Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa untuk tahun 2013 - 2014 Debt to equality
ratio sedang mengalami kenaikan sebesar 5 %. Angka tersebut berarti RSU Bahteramas Sultra
untuk membayar utang jangka panjangnya mengalami kenaikan sebesar 5 % dengan
memperhitungkan rasio total utang dengan modal.

3) Rasio Rentabilitas
a. Net Return on Assets
ROA merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Artinya rasio ini digunakan
untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi entitas. Dari hasil analisis data dapat dilihat
ROA RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 - 2015 sebagai berikut : (1) Pada tahun 2013 ROA
RSU Bahteramas Sultra sebesar 1,09, artinya kemampuan modal terhadap aset Rumah Sakit

Jurnal Akuntansi (JAk) 12


Umum Bahteramas untuk menghasilkan keuntungan neto adalah sebesar 109%. setiap total aset
sebesar Rp 1,- menghasilkan surplus sebesar Rp 1,9. (2) Pada tahun 2014 ROA RSU Bahteramas
Sultra sebesar 0,26, artinya kemampuan modal terhadap aset Rumah Sakit Umum Bahteramas
untuk menghasilkan keuntungan neto adalah sebesar 26%. Setiap total aset sebesar Rp 1,-
menghasilkan surplus sebesar Rp 0,26. (3) Pada tahun 2015 ROA RSU Bahteramas Sultra
sebesar 0,75, artinya kemampuan modal terhadap aset Rumah Sakit Umum Bahteramas untuk
menghasilkan keuntungan neto adalah sebesar 75%. Setiap total aset sebesar Rp 1,-
menghasilkan surplus sebesar Rp 0,75.
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa untuk tahun 2013 - 2014 ROA sedang
mengalami peningkatan sebesar 82,5%. Peningkatan ini dipengaruhui oleh surplus, karena pada
tahun 2014 Rumah Sakit Umum Bahteramas terus melakukan pembenahan.
b. Net Return on Equality
Rasio ini menunjukan berapa persen laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin
besar rasio ini semakin bagus. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik untuk
menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tingg rasio ini semakin
tinggi keuntungan karena semakin efisien modal yang ditanamkannya. Dari hasil analisis data
dapat dilihat ROE RSU Bahteramas Sultra tahun 2013 - 2015 sebagai berikut : (1) Pada tahun
2013 ROE RSU Bahteramas Sultra sebesar 1,28 artinya kemampuan modal Rumah Sakit Umum
Bahteramas untuk menghasilkan keuntungan neto adalah sebesar 128 %. Setiap modal sebesar
Rp 1,- menghasilkan surplus sebesar Rp 1,28-. (2) Pada tahun 2014 ROE RSU Bahteramas
Sultra sebesar 0,33, artinya kemampuan modal Rumah Sakit Umum Bahteramas untuk
menghasilkan keuntungan neto adalah sebesar 33%. Setiap modal sebesar Rp 1,- menghasilkan
surplus sebesar Rp 0,33-. (3) Pada tahun 2015 ROE RSU Bahteramas Sultra sebesar 3,46, artinya
kemampuan modal Rumah Sakit Umum Bahteramas untuk menghasilkan keuntungan neto
adalah sebesar 346%. Setiap modal sebesar Rp 1,- menghasilkan surplus sebesar Rp 3,46-.
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa untuk tahun 2013 - 2015 ROE sedang
mengalami peningkatan sebesar 95%. Peningkatan ini dipengaruhui oleh surplus, karena pada
tahun 2014 dan 2015 Rumah Sakit Umum Bahteramas mengalami peningkatan pendapatan yang
cukup pesat.

V. Kesimpulan dan saran


a. kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa: (1) Hasil analilis rasio likuiditas RSUD bahteramas Sultra dapat disimpulkan bahwa
selama priode tahun 2013 - 2015 terjadi kenaikan untuk ketiga rasio rasio yaitu Current Ratio,
Quick Ratio dan Cash Ratio. Hal ini disebabkan nilai aset lancar yang semakin besar dan diikuti
nilai utang lancar yang semakin kecil. (2) Hasil analisis solvabilitas RSUD Bahteramas sultra
dengan dua rasio yaitu Debt to Assets dan Debt to Equality, dapat disimpulkan bahwa selama
priode tahun 2013 - 2015 terjadi penurunan untuk kedua rasio ini. Hal ini sangat baik karena
semakin kecil rasio ini maka semakin baik. (3) Hasil analisis rasio rentabilitas RSUD
Bahteramas Sultra dengan menggunakan dua rasio yaitu Return on Assets dan Return on
Equality dan dapat disimpulkan bahwa selama priode tahun 2013 - 2015 terjadi penurunan yang
cukup signifikan.

Jurnal Akuntansi (JAk) 13


b. Saran
1. Bagi pihak penentu kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas diharapkan
menambah lagi SDM di bidang akuntansi agar laporan keungan yang disusun lebih
cepat dan dapat diaudit tepat waktu.
2. Penurunan Rasio rentabilitas tahun 2014 akibat tidak mendapatkan dana APBN,
oleh karena itu pihak manajemen Rumah Sakit diharapkan mencari cara agar hal ini
dapat diantisipasi dengan lebih meningkatkan pendapatan oprasional dan juga
mencari dana-dana lain seperti sumbangan dari pihak ketiga.
3. Bagi para peneliti selanjutnya agar meneliti lebih mendalam tentang tingkat kinerja
Rumah Sakit berstatus badan layanan umum Daerah serta menambahkan variabel
lain dalam mengukur tingkat tingkat kinerja keuangan.

Jurnal Akuntansi (JAk) 14


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 2010. Implementasi


Pengelolaan Keuangan BLU. Surakarta:.Ditjen Perbendaharaan Departemen
Keuangan RI.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan: Panduan Bagi Akademisi, Manajer dan
Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung:
Alfabeta.
Harafah, L.M, 2008. Kesepadanan Sains: Sekelumit Filsafat, Ekonomi dan Metodologi
Penelitian, Kendari: Unhalu Press.
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo .
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Irawan, Rendy. 2011. Analisis Rasio Profitabilitas Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi.
Semarang: Fekon Universitas Semarang
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2012. Standar Akuntasi Keuangan, Jakarta: Penerbit Salemba.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers
Munawir, Slamet. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pangaribuan dan Yahya. 2009. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Penilaian Kinerja
Keuangan Pada PT.Pelabuhan Indonesia 1 Medan. Jurnal Akuntansi 46 (online).
www.google.com.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 2009 Tentang Rencana Bisnis Anggaran Badan
Layanan Umum.
___________________________________76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman Akuntansi
Badan Layanan Umum.
Prastowo, Dwi dan Rifka Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP-YKPN.
Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan. Cetakan 1.
Jakarta: PPM.
Riyanto. 2010. Dasardasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Rongrean, Harun. 2012. Evaluasi Kinerja Keuangan PT. Dachtraco Raya Kendari. Skripsi.
Kendari: Fekon Universitas Haluoleo.
Soemarso. 2004. Akuntansi: Suatu Pengantar. Edisi Kelima Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Tandungan, Samuel. 2012. Analisis Implementasi PPK-BLUD Pada RS Provinsi Sultra. Skripsi.
Kendari: Universitas Haluoleo.
Tribowo, Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Nurhamedika.

Jurnal Akuntansi (JAk) 15

Vous aimerez peut-être aussi