Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun oleh :
1. Khamin Tohari
2. Levi Aprilian M.
3. M. Choiruman H.
4. M. Sirojuddin
5. Novi Windayani
6. Nur Fikri
7. Nur Imamah
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul ASKEP BAYI BARU LAHIR DENGAN
RESIKO TINGGI meskipun sebelumnya kami banyak menemui hambatan dan
rintangan.
Tugas ini merupakan salah satu cara untuk pendalaman materi salah satu mata kuliah
Keperawatan Maternitas II.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima
kasih kepada ;
1. Bapak Drs. H. Soekardjo, S. Kep., MM selaku Ketua STIKES
Banyuwangi
2. Ibu Ukhtul Izzah, S. Kep. Ns selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas II.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwasanya makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dan sempurnanya penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa dan
Mahasiswi STIKES Banyuwangi khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi . iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....1
1.2 Perumusan Masalah ...1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi IRDS ....... 3
2.2 Etiologi IRDS ...... 3
2.3 Patifisiologi IRDS .... 4
2.4 Manifestasi Klinis IRDS... 6
2.5 Komplikasi IRDS.. 6
2.6 Faktor resiko IRDS... .... 6
2.7 Pemeriksaan penunjang IRDS....... 7
2.8 Penatalaksanaan IRDS.. 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.4 Bayi Baru Lahir yang Khusus dan Masalah Klinis yang
Menyertainya
Kecil untuk masa gestasi
Masalah Klinis
Asfiksia perinatal
Hipoksia kronik dalam uterus menyebabkan tersedianya sedikit
energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat persalinan dan
kelahiran. Sehingga, asfiksia intrauterine dapat terjadi dengan
masalah sistemik yang mungkin terjadi
Sindrom aspirasi
Ditandai dengan napas tersengal-sengal, sekunder akibat hipoksia
di uterus yang dapat menyebabkan aspirasi cairan amnion ke
dalam jalan napas bagian bawah atau dapat menyebabkan
relaksasi spingter anal disertai dengan keluaran mekonium.
Peristiwa ini menyebabkan aspirasi mekonium saat pertama kali
bernapas
Kehilangan panas
Penurunan kemampuan untuk penyimpanan panas, sebagia hasil
berkurangnya lemak subkutan (yang digunakan untuk bertahan di
uterus), deplesi lemak coklat di uterus dan area permukaan yang
lebar. Area permukaan berkurang karena posisi fleksi yang
diperkiraan karena bayi kecil untuk masa gestasi
Hipoglikemia
Laju metabolic tinggi (sekunder akibat kehilangan panas),
cadangan glikogen hati sedikit dan glukoneogenesis yang
dihambat sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi rendah
Hipokalsemia
Deplesi kalsium sekunder akibat asfiksia kelahiran
Polisitemia
Respons fisiologik terhadap stress hipoksik kronik di dalam uterus
Karakteristik fisik
Kepala tampak melebar dibandingkan dengan proporsi terhadap
dada dan perut
Keriput dan kulit kering
Lemak subkutan tampak jarang dengan penampakan kurus dan
lemah
Penampakan tinggi
Abdomen celong
Rambut kepala jarang
Fontanel anterior dapat tertekan
Dapat menangis kuat dan tampak waspada
Berat badan lahir di bawah 10 persentil
Besar untuk Masa Gestasi, khususnya Bayi dari Ibu Penderita
Diabetes
Masalah Klinis
Hipoglikemia
Meskipun suplai darah ibu yang sebelumnya banyak menghilang,
bayi baru lahir tetap melanjutkan untuk memproduksi kadar
insulin tinggi yang dapat mengurangi jumlah glukosa darah
dalam beberapa jam setelah kelahiran. Ibu yang menderita
diabetes juga memiliki kemampuan yang sedikit untuk
melepaskan glukagon dan katekolamin yang secara normal
menstimulasi pemecahan glukagon dan pelepasan glukosa
Hipokalsemia
Kondisi ini merupakan pengaruh dari preterm dan
hiperfofastemia atau asfiksia
Hiperbilirubinemia
Kondisi ini dapat dilihat pada 48-72 jam setelah kelahiran.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh sedikit penurunan volume
cairan ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan kadar
hematokrit. Sefalohematoma atau perdarahan tertutup yang
merupakan komplikasi dari persalinan pervaginam juga dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia juga terjadi
akibat peningkatan produksi bilirubin saat terjadinya polisitemia
Polisitemia
Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan volume
ekstraseluler pada ibu dengan penderita diabetes. Pada kasus ini
terdapat hemoglobin A1c mengikat oksigen, mengakibatkan
penurunan penyediaan oksigen yang mencukupi ke jaringan bayi.
Jaringan yang hipoksia menstimulasi peningkatan produksi
eritropoetin, sehingga mengakibatkan kenaikan kadar hematokrit
Trauma Kelahiran
Seperti fraktur klavikula, paralis nervus fasialis, paralis Erb dan
paralisis diafragmatik
Kegawatan Pernapasan
Komplikasi ini khususnya terjadi pada bayi baru lahir yang
berasal dari ibu dengan penderita diabetes kelas kelompok ras
kulit putih A-C (Whites classes A-C diabetic mothers). Pada paru
paru ibu dari kelompok ini terjadi gangguan kompoosisi
fosfolipid
Karakteristik fisik
Tampak gemuk dan membesar
Jika bayi yang berasal dari ibu penderita diabetes, bentuk wajah
dan gambaran lehernya seperti chusingnoid (wajah bulat)
Seluruh tubuh berwarna merah terang
Memiliki pembesaran di hati, limpa dan jantung
Pada awalnya letargi, kemudian menjadi peka rangsang dan
gerakan tersentak-sentak
Bayi Preterm
Masalah klinis
Apnea pada preterm
Penghentian napas selama 20 detik atau lebih lama, atau kurang
dari 20 detik jika disertai sianosis dan bradikardi
Patent ductus arteriosus
Kegagalan penutupan duktus arteriosus disebabkan oleh
penutupan sistem otot pada arteriola paru dan hipoksemia
Sindrom kegawatan parnapasan
Kegawatan pernapasan merupakan akibat dari ketidakadekuatan
produksi surfaktan
Perdarahan intraventrikuler
Hingga usia gestasi 35 minggu, ventrikel otak bayi preterm
dibatasi oleh matriks germinal yang sangat tinggi kerentanannya
terhadap terjadinya hipoksia. Matriks germinal sangat banyak
memiliki pembuluh darah dan pembuluh darah ini akan riptur
jika terjadi hipoksia
Hipokalsemia
Bayi preterm mengalami kekurangan jumlah kalsium, sekunder
akibat kelahiran awal dan kebutuhan pertumbuhan
Hipoglikemia
Bayi preterm yang cadangan lemak coklat dan glikogennya
menurun, serta kebutuhan metabolismenya meningkat merupakan
faktor predisposisi bayi mengalami hipoglikemi
Anemia preterm
Beresiko anemia karena laju pertumbuhannya cepat, masa hidup
sel darah merah lebih pendek, pengambilan darah berlebihan
untuk tujuan pengujian, penurunan cadangan zat Fe dan
defisiensi vitamin E.
Hiperbilirubinemia
Fungsi enzim hepatik yang belum matang dapat menurunkan
konjugasi bilirubun, sehingga menghasilkan peningkatan kadar
bilirubin
Infeksi
Respons imunitas pada bayi preterm lebih rentan daripada bayi
aterm karena pada kondisi neonatus telah diperlukan saat
kehamilan trimester terakhir, sehingga jumlah antibodinya telah
berkurang untuk fungsi mekanisme perlindungan yang
mencukupi
Karakteristik fisik
Warna kulit biasanya merah jambu atau merah terang
Jumalah lanugo sangat banyak dan tersebar luas
Ukuran kepala tampak besar jika dibandingkan dengan tubuh
Tulang tengkorak lentur, fontanel lembut dan datar
Kartilago telinga berjumlah minimal, lentur, dapat terlipat
seluruhnya
Kuku lembut dan pendek
Genitalia kecil, testis belum turun
Posisi istirahat kaku seperti posisi katak
Tangisan lemah, kekuatan fisik kurang
Refleks mengisap, menelan dan bersendawa lemah
Aktivitas tersentak-sentak dan pergerakan menyeluruh
abnormal
Bayi pascaterm
Masalah klinis
Hipoglikemia
Suatu keadaaan deprivasi nutrisi serta berkurangnya cadangan
glikogen
Aspirasi mekonium
Respons terhadap kondisi hipoksia di uterus
Polisitemia
Berhubungan dengan peningkatan produksi sel darah merah
sebagai respons terhadap hipoksia
Kelainan kongenital yang idiopatik
Kejang
Berhubungan dengan dampak dari hipoksia
Stres akibat kedinginan
Berhubungan dengan kehilangan atau kurang berkembangnya
lemak subkutan
Karakteristik fisik
Tengkorak tampak lebih besar dikarenakan ukuran tubuh yang
kecil
Kulit kering dan pecah-pecah
Kuku meluas melebihi ujung jari
Tampak kulit rambut sangat banyak
Lapisan lemak subkutan berkurang
Postur tubuh panjang dan kurus
Verniks tidak ada
Sering kali terjadi mekonium yang membekas
Hospitalisasi sekunder
2.13 PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
o Antenatal
Redisposisi familial, korioamnionitis, ibu diabetes dan hidrosefalus fetal
o Natal
SC tanpa didahului proses persalinan, kelahiran kurang bulan, bayi laki-
laki lebih beresiko
o Post natal
Asfiksia
3. Pemeriksaan Fisik
o Sistem parnafasan
RR > 60X/menit, retraksi dinding dada, merintih, pernapasan cuping
hidung, mucus putih dan berbusa pada saluran
o Sistem persarafan
Letargis
o Sistem kardiovskuler
Akral dingin, hipotensi, brakikardi atau takikardi
o Sistem perkemihan
Oliguria
o Sistem pencernaan
Pengosonngan lambung lambat, droling
o Musculoskeletal
Hipoaktif, flaksid atau kurang bergerak, cyanosis, kulit pucat atau putih,
edema pitting pada tangan dan kaki serta ikterik.
2. Gangguan pertukaran gas b/d imatur paru dan dinding dada atau
kurangnya jumlah cairan surfaktan
Tujuan :
Di mulainya lagi sintesis surfaktan sehingga kemudian membantu perbaikan
alveoli untuk pengembangan
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Intervensi :
1). Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi/upaya
pernapasan atau perubahan pola napas
R/ : takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan upaya pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia
2). Catat ada/tidaknya bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh
krekels, mengi
R/ : bunyi napas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang
sakit.. krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebagai akibat peningkatan permeabilitas membran alveolar-kapiler.
Mengi adalah bukti konstriksi bronkus dan/atau penyempitan jlan napas
sehubungan dengan mukosa/edema
3). Kaji adanya sianosis
R/: penurunan oksigenasi bermakna (desaturasi 5 g Hb) terjadi sebelum
sianosis.
4). Observasi kecenderungan tidur, apatis, tidak perhatian, gelisah, bingung,
somnolen
R/ : dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/atau asidosis
5). Auskultasi frekuensi jantung dan irama
R/ : hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada
miokardium, menghasilkan berbagai disritmia
6). Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang
R/: menghemat energi pasien, menurunkan kebutuhan oksigen
7). Kaji foto seri dada
R/ : menunjukkan kemajuan atau kemunduran kongesti paru
8). Awasi/gambarkan seri GDA/oksimetri nadi
R/ : menunjukkan ventilasi/oksigenasi dan atatus asam/basa. Digunakan
sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan
perubahan terapi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi atau pemasangan
intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan napas
Tujuan :
Jalan napas kembali efektif sehubungan dengan ketepatan pemasangan
intubasi trakea dan terbebasnya jalan napas dari obstrukssi akibat sekret
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas jelas dan aspirasi
dicegah
Intervensi :
1). Kaji kepatenan jalan napas
R/: Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi sekret, perlengkatan
mukosa, perdarahan, spasme bronkus, dan/atau masallah dengan posisi
trakeostomi/selang endotrakeal
2). Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi napas bilateral
R/ : gerakan dada simetri dengan bunyi napas melalui area paru
menunjukkan letak selang tepat/tak menutup jalan napas
3). Awasi letak selang endotrakeal. Catat tanda garis bibir dan bandingkan
dengan letak yang diinginkan. Amankan selang dengan hati-hati dengan
plester atau penahan selang. Cari bantuan bila mengganti plester selang
R/ : selang endotrakeal dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga
menghambat aliran udara ke paru kiri dan pasien beresiko untuk
pneumothorak tegangan
4). Hisap sesuai kebutuhan, batasi penghisapan 10 detik atau kurang. Pilih
kateter penghisap yangn tepat, isikan cairan garam faal steril, bila
diindikasikan. Hiperventilasi dengan kantung sebelum penghisapan,
gunakan oksigen 100% bila ada
R/ : penghisapan tidak harus rutin, dan lamanya harus dibatasi untuk
menurunkan bahaya hipoksia
Kolaborasi
1). Berikan fisioterapi dada sesuai indikasi, contoh drainase postural,
perkusi
R/ : meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase
sekret
2). Berikan bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi, contoh
aminophilin, metaproterenol sulfat (Alupent); idoetharine hidroklorida
(bronkosol)
R/ : meningkatkan ventilasi dan membuang sekret dengan relaksasi otot
halus/spasme bronkus
2.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari, kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Banyak masalah pada
bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan
lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun
sesudah lahir. Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan
yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal yang
dikategorikan dalam dua kelompok yaitu : pelayanan dasar dan pelayanan
khusus.
2.2 Saran
Semoga makalah kami ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk dapat
memperoleh informasi mengenai konsep medis dan konsep asuhan keperawatan
pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi. Selain itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu kami nantikan demi perbaikan makalah kami ini.
Semoga untuk ke depannya kami dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi
dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ladewig, Patricia W. 2006. Buku saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Jakarta.
Buku Kedokteran : EGC
Yumizone. 2008. Deteksi Dini Ganngguan Tumbuh Kembang Bayi Resiko Tinggi.
http://yumizone.wordpress.com/2008/11/20/deteksi-dini-gangguan-tumbuh-kembang-
bayi-risiko-tinggi/