Vous êtes sur la page 1sur 27

ASKEP BAYI BARU LAHIR DENGAN RESIKO TINGGI

MAKALAH

Disusun oleh :
1. Khamin Tohari
2. Levi Aprilian M.
3. M. Choiruman H.
4. M. Sirojuddin
5. Novi Windayani
6. Nur Fikri
7. Nur Imamah

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


BANYUWANGI

TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul ASKEP BAYI BARU LAHIR DENGAN
RESIKO TINGGI meskipun sebelumnya kami banyak menemui hambatan dan
rintangan.
Tugas ini merupakan salah satu cara untuk pendalaman materi salah satu mata kuliah
Keperawatan Maternitas II.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima
kasih kepada ;
1. Bapak Drs. H. Soekardjo, S. Kep., MM selaku Ketua STIKES
Banyuwangi
2. Ibu Ukhtul Izzah, S. Kep. Ns selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas II.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini

Kami menyadari bahwasanya makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dan sempurnanya penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa dan
Mahasiswi STIKES Banyuwangi khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Banyuwangi, Mei 2010


DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi . iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....1
1.2 Perumusan Masalah ...1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi IRDS ....... 3
2.2 Etiologi IRDS ...... 3
2.3 Patifisiologi IRDS .... 4
2.4 Manifestasi Klinis IRDS... 6
2.5 Komplikasi IRDS.. 6
2.6 Faktor resiko IRDS... .... 6
2.7 Pemeriksaan penunjang IRDS....... 7
2.8 Penatalaksanaan IRDS.. 7

Konsep Asuhan Keperawatan


2.9 Pengkajian .... 8
2.10 Diagnosa Keperawatan ...8
2.11 Intervensi Keperawatan ..9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..... 12
3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari, kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada
masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus
biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak
hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi
akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal yang dikategorikan
dalam dua kelompok yaitu : pelayanan dasar dan pelayanan khusus. Pada
kelompok pelayanan dasar meliputi : persalinan aman dan bersih,
mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hipotermia, mempertahankan
pernapasan spontan, ASI eksklusif dan perawatan maternitas. Pada perawatan
khusus meliputi : tatalaksana bayi neonatus sakit, perawtaan bayi kurang bulan
dan BBLR dan imunisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir dengan resiko tinggi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dan konsep asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi

1.4 Manfaat Penulisan


Membantu para mahasiswa dalam memperoleh informasi mengenai konsep
medis dan konsep asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI BBL dengan RESIKO TINGGI


Bayi baru lahir dengan resiko tinggi adalah neonatus yang berusia 0-28 hari
yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami gangguan setelah proses
kelahirannya (kapuk online.com)

2.2 ETIOLOGI BBL dengan RESIKO TINGGI


1. Percobaan pengguguran dan obat-obatan
Kebiasaan merokok, minum alkohol
Kehamilan yang tidak dikehendaki
2. Proses persalinan:
Bayi lahir tidak langsung menangis / asfiksia berat ( nilai Apgar < 5 pada
menit pertama), mendapatkan resusitasi
Bayi lahir dengan umur kehamilan 42 minggu
Berat lahir bayi 4200 gram
Lahir dengan tindakan seperti ekstraksi vakum
Mengalami trauma persalinan : paresis Erbs, perdarahan otak, atau
paresis N VII
3. Setelah Persalinan
Bayi menderita kelainan bawaan (kelainan jantung
kongenital,labioskizis)
Hiperbilirubinemia, terutama dengan kadar bilirubin diatas 15 mg%
Bayi memerlukan perawatan intensif, penggunaan ventilator
Bayi pernah menderita sepsis, infeksi otak, perdarahan otak atau kejang

2.3 JENIS JENIS GANGGUAN pada BBL dengan RESIKO TINGGI


2.3.1 Hipoglikemia
Adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40
mg/dl setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir.
Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau
kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur,
apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum
ASI, menangis dengan sura yang melengking atau melemah,
hipotermia, dhiapporesis, atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi
dengan hipoglikemi dibiarkan tidak mendapat terapi dapat
menyebabkan kerusakan otak dan RM.
2.3.2 Stres Dingin
Timbul ketika bayi diletakkan di lingkungan yang lebih dingin dari
suhu lingkungan netralnya. Ketika bayi menggigil dapat
meningkatkan pamakaian oksigen dan penggunaan glukosa untuk
proses fisiologis.
2.3.3 Sindrom Kegawatan Pernapasan
Adalah kondisi yang berkaitan dengan keadaan preterm dan setiap
factor yang merupakan akibat dari defisiensi fungsi surfaktan, seperti
pada ibu diabetes atau hipoksia.
Manifestasi klinisnya berupa takipnea, pernapasan mendengkur
(stridor), pernapasan cuping hidung pada inspirasi, retraksi subkostal
atau interkostal, sianosis, apnea, kesulitan bernapas, peningkatan
kebutuhan oksigen dan hipotonus.

2.3.4 Bayi Baru Lahir yang Khusus dan Masalah Klinis yang
Menyertainya
Kecil untuk masa gestasi
Masalah Klinis
Asfiksia perinatal
Hipoksia kronik dalam uterus menyebabkan tersedianya sedikit
energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat persalinan dan
kelahiran. Sehingga, asfiksia intrauterine dapat terjadi dengan
masalah sistemik yang mungkin terjadi
Sindrom aspirasi
Ditandai dengan napas tersengal-sengal, sekunder akibat hipoksia
di uterus yang dapat menyebabkan aspirasi cairan amnion ke
dalam jalan napas bagian bawah atau dapat menyebabkan
relaksasi spingter anal disertai dengan keluaran mekonium.
Peristiwa ini menyebabkan aspirasi mekonium saat pertama kali
bernapas
Kehilangan panas
Penurunan kemampuan untuk penyimpanan panas, sebagia hasil
berkurangnya lemak subkutan (yang digunakan untuk bertahan di
uterus), deplesi lemak coklat di uterus dan area permukaan yang
lebar. Area permukaan berkurang karena posisi fleksi yang
diperkiraan karena bayi kecil untuk masa gestasi
Hipoglikemia
Laju metabolic tinggi (sekunder akibat kehilangan panas),
cadangan glikogen hati sedikit dan glukoneogenesis yang
dihambat sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi rendah
Hipokalsemia
Deplesi kalsium sekunder akibat asfiksia kelahiran
Polisitemia
Respons fisiologik terhadap stress hipoksik kronik di dalam uterus
Karakteristik fisik
Kepala tampak melebar dibandingkan dengan proporsi terhadap
dada dan perut
Keriput dan kulit kering
Lemak subkutan tampak jarang dengan penampakan kurus dan
lemah
Penampakan tinggi
Abdomen celong
Rambut kepala jarang
Fontanel anterior dapat tertekan
Dapat menangis kuat dan tampak waspada
Berat badan lahir di bawah 10 persentil
Besar untuk Masa Gestasi, khususnya Bayi dari Ibu Penderita
Diabetes
Masalah Klinis
Hipoglikemia
Meskipun suplai darah ibu yang sebelumnya banyak menghilang,
bayi baru lahir tetap melanjutkan untuk memproduksi kadar
insulin tinggi yang dapat mengurangi jumlah glukosa darah
dalam beberapa jam setelah kelahiran. Ibu yang menderita
diabetes juga memiliki kemampuan yang sedikit untuk
melepaskan glukagon dan katekolamin yang secara normal
menstimulasi pemecahan glukagon dan pelepasan glukosa
Hipokalsemia
Kondisi ini merupakan pengaruh dari preterm dan
hiperfofastemia atau asfiksia
Hiperbilirubinemia
Kondisi ini dapat dilihat pada 48-72 jam setelah kelahiran.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh sedikit penurunan volume
cairan ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan kadar
hematokrit. Sefalohematoma atau perdarahan tertutup yang
merupakan komplikasi dari persalinan pervaginam juga dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia juga terjadi
akibat peningkatan produksi bilirubin saat terjadinya polisitemia
Polisitemia
Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan volume
ekstraseluler pada ibu dengan penderita diabetes. Pada kasus ini
terdapat hemoglobin A1c mengikat oksigen, mengakibatkan
penurunan penyediaan oksigen yang mencukupi ke jaringan bayi.
Jaringan yang hipoksia menstimulasi peningkatan produksi
eritropoetin, sehingga mengakibatkan kenaikan kadar hematokrit
Trauma Kelahiran
Seperti fraktur klavikula, paralis nervus fasialis, paralis Erb dan
paralisis diafragmatik
Kegawatan Pernapasan
Komplikasi ini khususnya terjadi pada bayi baru lahir yang
berasal dari ibu dengan penderita diabetes kelas kelompok ras
kulit putih A-C (Whites classes A-C diabetic mothers). Pada paru
paru ibu dari kelompok ini terjadi gangguan kompoosisi
fosfolipid
Karakteristik fisik
Tampak gemuk dan membesar
Jika bayi yang berasal dari ibu penderita diabetes, bentuk wajah
dan gambaran lehernya seperti chusingnoid (wajah bulat)
Seluruh tubuh berwarna merah terang
Memiliki pembesaran di hati, limpa dan jantung
Pada awalnya letargi, kemudian menjadi peka rangsang dan
gerakan tersentak-sentak

Bayi Preterm
Masalah klinis
Apnea pada preterm
Penghentian napas selama 20 detik atau lebih lama, atau kurang
dari 20 detik jika disertai sianosis dan bradikardi
Patent ductus arteriosus
Kegagalan penutupan duktus arteriosus disebabkan oleh
penutupan sistem otot pada arteriola paru dan hipoksemia
Sindrom kegawatan parnapasan
Kegawatan pernapasan merupakan akibat dari ketidakadekuatan
produksi surfaktan
Perdarahan intraventrikuler
Hingga usia gestasi 35 minggu, ventrikel otak bayi preterm
dibatasi oleh matriks germinal yang sangat tinggi kerentanannya
terhadap terjadinya hipoksia. Matriks germinal sangat banyak
memiliki pembuluh darah dan pembuluh darah ini akan riptur
jika terjadi hipoksia
Hipokalsemia
Bayi preterm mengalami kekurangan jumlah kalsium, sekunder
akibat kelahiran awal dan kebutuhan pertumbuhan
Hipoglikemia
Bayi preterm yang cadangan lemak coklat dan glikogennya
menurun, serta kebutuhan metabolismenya meningkat merupakan
faktor predisposisi bayi mengalami hipoglikemi
Anemia preterm
Beresiko anemia karena laju pertumbuhannya cepat, masa hidup
sel darah merah lebih pendek, pengambilan darah berlebihan
untuk tujuan pengujian, penurunan cadangan zat Fe dan
defisiensi vitamin E.
Hiperbilirubinemia
Fungsi enzim hepatik yang belum matang dapat menurunkan
konjugasi bilirubun, sehingga menghasilkan peningkatan kadar
bilirubin
Infeksi
Respons imunitas pada bayi preterm lebih rentan daripada bayi
aterm karena pada kondisi neonatus telah diperlukan saat
kehamilan trimester terakhir, sehingga jumlah antibodinya telah
berkurang untuk fungsi mekanisme perlindungan yang
mencukupi
Karakteristik fisik
Warna kulit biasanya merah jambu atau merah terang
Jumalah lanugo sangat banyak dan tersebar luas
Ukuran kepala tampak besar jika dibandingkan dengan tubuh
Tulang tengkorak lentur, fontanel lembut dan datar
Kartilago telinga berjumlah minimal, lentur, dapat terlipat
seluruhnya
Kuku lembut dan pendek
Genitalia kecil, testis belum turun
Posisi istirahat kaku seperti posisi katak
Tangisan lemah, kekuatan fisik kurang
Refleks mengisap, menelan dan bersendawa lemah
Aktivitas tersentak-sentak dan pergerakan menyeluruh
abnormal

Bayi pascaterm
Masalah klinis
Hipoglikemia
Suatu keadaaan deprivasi nutrisi serta berkurangnya cadangan
glikogen
Aspirasi mekonium
Respons terhadap kondisi hipoksia di uterus
Polisitemia
Berhubungan dengan peningkatan produksi sel darah merah
sebagai respons terhadap hipoksia
Kelainan kongenital yang idiopatik
Kejang
Berhubungan dengan dampak dari hipoksia
Stres akibat kedinginan
Berhubungan dengan kehilangan atau kurang berkembangnya
lemak subkutan
Karakteristik fisik
Tengkorak tampak lebih besar dikarenakan ukuran tubuh yang
kecil
Kulit kering dan pecah-pecah
Kuku meluas melebihi ujung jari
Tampak kulit rambut sangat banyak
Lapisan lemak subkutan berkurang
Postur tubuh panjang dan kurus
Verniks tidak ada
Sering kali terjadi mekonium yang membekas

2.3.5 Masalah Hematologik pada Bayi Baru Lahir


Anemia
Pada bayi aterm (Hb < 14g/dl)
Pada bayi preterm (Hb < 13g/dl)
Karakteristik
Pucat
CRT 3 detik
Penambahan berat badan yang lambat pada bulan pertama
kehidupan
Takikardia berlebihan > 160 x/menit saat perdarahan
Pollisitemia
Gambaran hematokrit vena sentral >65% dan peningkatan
viskositas yang mengarah pada hambatan aliran darah sepanjang
pembuluh darah dan penurunan transport oksigen.
Karakteristik fisik
Pletorik tapi sianotik ketika menangis
Takipnea, takikkardia, bisa murmur, gagal jantung kongenital,
kegawatan pernapasan, intoleransi ASI
Hipoglikemia, letargi, tremor, hipotonia, refleks yang buruk
dan kemungkinan kejang
Mikrotrombin dapat terjadi di ginjal dan arteri serebral
Ikterik
Hiperbilirubinemia merupakan keadaan jumlah bilirubin dalam
darah yang melebihi kadar normal, sehingga saat kadarnya cukup
tinggi menghasilkan ikterik. Ikterik dapat dilihat sebagai suatu
penampakan kekuning-kuningan pada kulit, mukosa, sklera dan
urine

2.3.6 Bayi Baru Lahir dari Ibu Penyalahguna Zat


Sindrom Alkohol Janin (Fetal Alcohol Syndrome, FAS)
Karakteristik fisik
Kecil untuk masa gestasi
Gambaran abnormal, mikrosefali, ketidaknormalan
kraniofasial, defek pertumbuhan pascanatal, defek jantung
kongenital, RM
Gejala putus obat, hiperaktif, tremor, letargi, refleks mengisap
buruk
Dimulai setelah kelahiran dan menetap selama berbulan-bulan
kehidupan atau lebih lama

BBL pada Ibu yang Mengalami Ketergantungan Obat


Karakteristik fisik
Kecil untuk masa gestasi
Gejala putus obat, hidung tersumbat, bersin, menguap, usaha
menghisap meningkat
Sekresi meningkat, kesulitan minum ASI, muntah, respirasi
meningkat, menangis yang tak henti
Peka rangsang, tremor, hiperaktif, hiperfleksia, refleks moro
meningkat
Kadang kejang
Demam dan diaphoresis
Dehidrasi

2.4 KOMPLIKASI PADA BBL dengan RESIKO TINGGI


1. Gagal tumbuh (peningkatan ukuran antropometri yang lambat) : infeksi
TORCH, ibu makan obat-obat tertentu, ibu menderita asma
2. Hidrosefalus atau mikrosefali : infeksi TORCH, pasca infeksi otak dan
perdarahan otak, berat lahir< 2500gram, lahir tidak langsung menangis
3. Gangguan penglihatan atau korioretinitis: infeksi TORCH, pemakaian
ventilator jangka lama, berat lahir < 2500 gram, usia kehamilan < 37 minggu
4. Gangguan pendengaran atau bicara: infeksi TORCH, pasca infeksi otak,
berat lahir < 2500 gram, hiperbilirubinemia
5. Gangguan perkembangan motorik: infeksi TORCH, seluruh penyebab bayi
risiko tinggi
6. Epilepsi atau kejang demam : infeksi TORCH, pasca infeksi otak, kejang
saat neonatal
7. Gangguan psikososial (hiperaktif, retardasi mental) : seluruh penyebab bayi
risiko tinggi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RDS


2.5 DEFINISI RDS
RDS (Respiratory Distress Syndrome) adalah penyakit karena defisiensi
surfaktan yang menyebabkan kolaps alveoli sehingga mengakibatkan berbagai
gangguan pernapasan terutama pada bayi-bayi prematur (Kamus saku
keperawatan, 2001).

2.6 ETIOLOGI RDS


o Dihubungkan dengan usia kehamilan (prematur)
o Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram
o Sering kali pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram
2.7 PATOFISIOLOGI RDS

Bayi Prematur dengan BBLR/BLK

Imaturitas system pernapasan

Tidak adekuatnya jumlah surfaktan Gangguan pertukaran gas

Sindrom distres pernapasan

Kolaps paru Penurunan ventilasi Hiperekskresi

Penurunan ekspansi paru Retensi CO2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Ketidakefektifan pola nafas PaCO2 meningkat Intubasi trakhea

Sesak napas Ketidak seimbangan asam basa Kehilangan cairan


yg tdk disadari

Gangguan refleks epiglotis


Barotrauma
Ketidakmampuan menelan

Intake in adekuat Resiko injury


Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko kekurangan volume cairan

Hospitalisasi sekunder

Resiko perubahan peran orang tua

2.8 MANIFESTASI KLINIS RDS


1. Tachypnea (> 60x/menit)
2. Retraksi dada (suprasternal, substernal dan intercostalis)
3. Pernapasan terlihat paradoks
4. Pernapasan cuping hidung
5. Apnea
6. Mur-mur
7. Sianosis

2.9 KOMPLIKASI RDS


Pneumothorax Hipernatremi
Pneumomediastinum Pulmonary intertstitial dysplasia
Bronchopulmonary dysplasia (BPD) Patent ductus arteriosus (PDA)
Hipotensi Oliguria
Asidosis Hiponatremi
Hipokalemi Hipoglikemi
Kejang Retinopathy pada prematur
Intraventrikular hemorrhage Infeksi sekunder
Disseminated intravaskuler coagulation (DIC)

2.10 FAKTOR RESIKO RDS


Resiko meningkat apabila ada :
o Prematuritas
o Jenis kelamin laki-laki
o Neonatus dari ibu dengan diabetes
Resiko berkurang apabila ada :
o Stres intaruteri kronis (KPD dalam waktu lama, ibu hipertensi, pemakaian
narkotik, PJT atau KMK).
o Kortikostroid prenatal

2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG RDS


1. Foto roentgen, yang khas menunjukkan adanya pola retikulogranular
seragam dan bronkogram udara
2. Lab : BGA, DL, Cultur darah, dan Imatur lecithin/sphingomyolin (L/S)
2.12 PENATALAKSANAAN IRDS
o Pemberian oksigen
o Pertahankan nutrisi adekuat
o Pertahankan suhu lingkungan netral
o Diit 60 kcal/kg/hari (sesuaikan dengan protokol yang ada) dengan asam
amino yang mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan
ketoasidosis endogenous
o Pertahankan PO2 dalam batas normal
o Intubasi bila perlu dengan tekanan ventilasi positif

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.13 PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
o Antenatal
Redisposisi familial, korioamnionitis, ibu diabetes dan hidrosefalus fetal
o Natal
SC tanpa didahului proses persalinan, kelahiran kurang bulan, bayi laki-
laki lebih beresiko
o Post natal
Asfiksia
3. Pemeriksaan Fisik
o Sistem parnafasan
RR > 60X/menit, retraksi dinding dada, merintih, pernapasan cuping
hidung, mucus putih dan berbusa pada saluran
o Sistem persarafan
Letargis
o Sistem kardiovskuler
Akral dingin, hipotensi, brakikardi atau takikardi
o Sistem perkemihan
Oliguria
o Sistem pencernaan
Pengosonngan lambung lambat, droling
o Musculoskeletal
Hipoaktif, flaksid atau kurang bergerak, cyanosis, kulit pucat atau putih,
edema pitting pada tangan dan kaki serta ikterik.

2.14 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola napas b/d jaringan paru non-komplain penurunan
ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas b/d imatur paru dan dinding dada atau kurangnya
jumlah cairan surfaktan
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi atau pemasangan
intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan napas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menelan
5. Resiko injury b/d ketidak seimbangan asam basa, O2 dan CO2 dan
barotrauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu napas
6. Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan tanpa disadari
(insensible water loss)
7. Resiko perubahan peran orang tua b/d hospitalisasi sekunder dari situasi
krisis pada bayi

2.15 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola napas b/d jaringan paru nonkomplain
penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Terjadi peningkatan ekspansi paru dengan bantuan ventilasi mekanis
Kriteria hasil :
Membuat/mempertahankan pola pernapasan efektif melalui ventilator
dengan tak ada retraksi/penggunaan otot aksesori, sianosis, atau tanda lain
hipoksia, GDA/saturasi oksigen dalam rentang normal.
Intervensi :
1). Observasi pola napas. Catat frekuensi pernapasan, jarak antara
pernapasan spontan dan napas ventilator
R/ : pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi/hipoventilasi,
dispnea dan berupaya memperbaiki kekurangan dengan bernapas
berlebihan
2). Auskultasi dada secara periodik, catat adanya/tak adanya dan kualitas
bunyi napas, bunyi napas tambahan, juga simetrisitas gerakan dada
R/ : memberika informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial
dan ada/tidaknya cairan, obstruksi mukosa
3). Yakinkan pernapasan pasien pada fase dengan ventilator
R/ : penentuan diuperlukan pada volume tidal, frekunsi pernapasan,
dan/ruang mati ventilator atau pasien dapat memerlukan sedasi untuk
menyesuaikan pernapasan dan menurunkan kerja pernapasan
4). Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air.
Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke
dalam wadah
R/ : lipatan selang mencegah pengiriman adekuat dan meningkatkan
tekanan jalan napas. Air mencegah distribusi gas dan pencetus
pertumbuhan bakteri
5). Pertahankan tas resusitasi di samping tempat tidur dan ventilasi manual
kapanpun diindikasikan
R/ : memberika ventilasi adekuat bila pasien atau masalah alat menuntut
pasien sementara dilepas dari ventilator

2. Gangguan pertukaran gas b/d imatur paru dan dinding dada atau
kurangnya jumlah cairan surfaktan
Tujuan :
Di mulainya lagi sintesis surfaktan sehingga kemudian membantu perbaikan
alveoli untuk pengembangan
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
Intervensi :
1). Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi/upaya
pernapasan atau perubahan pola napas
R/ : takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan upaya pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia
2). Catat ada/tidaknya bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh
krekels, mengi
R/ : bunyi napas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang
sakit.. krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebagai akibat peningkatan permeabilitas membran alveolar-kapiler.
Mengi adalah bukti konstriksi bronkus dan/atau penyempitan jlan napas
sehubungan dengan mukosa/edema
3). Kaji adanya sianosis
R/: penurunan oksigenasi bermakna (desaturasi 5 g Hb) terjadi sebelum
sianosis.
4). Observasi kecenderungan tidur, apatis, tidak perhatian, gelisah, bingung,
somnolen
R/ : dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/atau asidosis
5). Auskultasi frekuensi jantung dan irama
R/ : hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada
miokardium, menghasilkan berbagai disritmia
6). Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang
R/: menghemat energi pasien, menurunkan kebutuhan oksigen
7). Kaji foto seri dada
R/ : menunjukkan kemajuan atau kemunduran kongesti paru
8). Awasi/gambarkan seri GDA/oksimetri nadi
R/ : menunjukkan ventilasi/oksigenasi dan atatus asam/basa. Digunakan
sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan
perubahan terapi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi atau pemasangan
intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan napas
Tujuan :
Jalan napas kembali efektif sehubungan dengan ketepatan pemasangan
intubasi trakea dan terbebasnya jalan napas dari obstrukssi akibat sekret
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas jelas dan aspirasi
dicegah
Intervensi :
1). Kaji kepatenan jalan napas
R/: Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi sekret, perlengkatan
mukosa, perdarahan, spasme bronkus, dan/atau masallah dengan posisi
trakeostomi/selang endotrakeal
2). Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi napas bilateral
R/ : gerakan dada simetri dengan bunyi napas melalui area paru
menunjukkan letak selang tepat/tak menutup jalan napas
3). Awasi letak selang endotrakeal. Catat tanda garis bibir dan bandingkan
dengan letak yang diinginkan. Amankan selang dengan hati-hati dengan
plester atau penahan selang. Cari bantuan bila mengganti plester selang
R/ : selang endotrakeal dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga
menghambat aliran udara ke paru kiri dan pasien beresiko untuk
pneumothorak tegangan
4). Hisap sesuai kebutuhan, batasi penghisapan 10 detik atau kurang. Pilih
kateter penghisap yangn tepat, isikan cairan garam faal steril, bila
diindikasikan. Hiperventilasi dengan kantung sebelum penghisapan,
gunakan oksigen 100% bila ada
R/ : penghisapan tidak harus rutin, dan lamanya harus dibatasi untuk
menurunkan bahaya hipoksia
Kolaborasi
1). Berikan fisioterapi dada sesuai indikasi, contoh drainase postural,
perkusi
R/ : meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase
sekret
2). Berikan bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi, contoh
aminophilin, metaproterenol sulfat (Alupent); idoetharine hidroklorida
(bronkosol)
R/ : meningkatkan ventilasi dan membuang sekret dengan relaksasi otot
halus/spasme bronkus

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


menelan
Tujuan :
Menunjukkan aktivitas pemenuhan kebutuhan nutrisi yang ditunjukkan
dengan kemampuan menelan
Kriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman diet individu dan menunjukkan peningkatan berat
badan sesuai tujuan nilai laboratorium normal
Intervensi :
1). Evaluasi kemampuan makan
R/ : Pasien dengan selang trakeostomi dapat makan, tetapi pasien dengan
selang endotrakeal harus makan melalui parenteral atau selang makanan
2). Timbang berat badan sesuai indikasi
R/ : Kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini (7%-10% BB)
dan masukan makanan buruk memberikan petunjuk tentang katabolisme,
simpanan glikogen otot dan sensitivitas kemudi ventilator
3). Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari dalam toleransi jantung
R/ : Mencegah dehidrasi yang dapat meningkat dengan peningkatan
kehilangan cairan tak tampak (contoh ventilator/intubasi) dan
menurunkan resiko konstipasi
4). Kaji fungsi GI : adanya/kualitas bunyi napas; catat perubahan lingkar
abdomen; mual/muntah. Observasi/catat perubahan gerakan usus, contoh
diare/konstipasi;tes semua feses untuk adanya darah
R/ : Fungsi sistem GI penting untuk penggunaan makanan enteral.
Secara mekanik pasien dengan bantuan ventilasi beresiko untuk
mengalami distensi abdomen (udara terjebak dalam ileus) dan
perdarahan gaster (stres ulser)
Kolaborasi
1). Pastikan diet memenuhi kebutuhan pernapasan sesuai indikasi
R/ : Tinggi karbohidrat, protein dan kallori diperlukan selama ventilasi
untuk memperbaiki fungsi otot pernapasan
2). Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh serum,
transferin, BUN/kreatinin, glukosa
R/ : Memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat/perlu
perubahan

5. Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan tanpa disadari


(insensible water loss)
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan tanda-tanda kehilangan volume cairan tubuh
Kriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan normal yang dibuktikan oleh TD, kecepatan
nadi, berat badan dan haluaran urine dalam batas normal
Intervensi :
1). Awasi tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi (kesamaan
volume)
R/ : Kekurangan/perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung,
menurunkan TD dan mengurangi volume nadi
2). Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membran mukosa dan
karakter sputum
R/ : Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/fungsi serebral.
Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor
kulit, membran mukosa kering dan viskositas sekret kental
3). Ukur/hitung masukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan. Catat
kehilangan tak tampak
R/ : Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungan
keseimbangan cairan negatif dapat menunjukkan terjadinya defisit
4). Timbang berat badan setiap hari
Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
Kolaborasi
1). Berikan cairan IV dalam observasi ketat/dengan alat kontrol sesuai
indikasi
R/ : Memperbaiki/mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan
osmotik
2). Awasi/ganti elektrolit sesuai indikasi
R/ : Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai
akibat terapi diuretik
6. Resiko perubahan peran orang tua b/d hospitalisasi sekunder dari
situasi krisis pada bayi
Tujuan :
Mampu menerima keadaan dan beradaptasi terhadap perubahan situasi yang
baru
Kriteria hasil :
Menyatakan/mengkomunikasikan kesadaran perasaan dan cara sehat untuk
menerimanya
Intervensi :
1). Identifikasi persepsi orang tua pasien tentang ancaman yang ada dari
situasi
R/ : Mendefinisikan lingkup masalah orang tua dan mempengaruhi
pilihan intervensi
2). Observasi respons fisik, contoh gelisah, perubahan tanda vital, gerakan
berulang. Catat kesesuaian komunikasi verbal/non-verbal
R/ : Berguna dalam evaluasi luas/derajat masalah, khususnya bila
dibandingkan dengan pernyataan verbal
3). Dorong orang tua untuk mengakui dan menyatakan rasa takut
R/ : Memberi kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas
kenyataan takut dan menurunkan kecemasan sampai ke tingkat yang
dapat diterima
4). Akui kecemasan dan takut terhadap situasi. Hindari pemberian
keyakinan yang tak berarti bahwa segalanya akan baik
R/ : Memvalidasi kenyataan situasi tanpa meminimalkan dampak emosi.
Memberikan kesempatan pada orang tua menerima dan mulai menerima
apa yang terjadi, menurunkan kecemasan
5). Identifikasi kekuatan koping sebelumnya dari orang tua dan area
kontrol/kemampuan
R/ : Memfokuskan perhatian pada kemampuan sendiri, meningkatkan
rasa kontrol
Kolaborasi
1). Rujuk ke kelompok pendukung sesuai kebutuhan
R/ : Mungkin perlu untuk memberikan bantuan tambahan bila orang tua
terdekat tidak menangani ansietas
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari, kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Banyak masalah pada
bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan
lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun
sesudah lahir. Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan
yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal yang
dikategorikan dalam dua kelompok yaitu : pelayanan dasar dan pelayanan
khusus.

2.2 Saran

Semoga makalah kami ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk dapat
memperoleh informasi mengenai konsep medis dan konsep asuhan keperawatan
pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi. Selain itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu kami nantikan demi perbaikan makalah kami ini.
Semoga untuk ke depannya kami dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi
dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doengus, Marilynn.dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta. Buku


Kedokteran : EGC

Kapuk Online. 2009. Askep Bayi Baru Lahir Sakit.


http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:GVF2n55CDssJ:kapukpkusolo.blogspot.com/2010/02/askep-bayi-baru-lahir-
sakit.html+definisi+bayi+baru+lahir+dengan+resiko+tinggi&cd=7&hl=id&ct=clnk&
gl=id

Ladewig, Patricia W. 2006. Buku saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Jakarta.
Buku Kedokteran : EGC

Suryadi. 2001. Askep Pada Anak, edisi 1, Jakarta. PT Fajar interpratama

Yumizone. 2008. Deteksi Dini Ganngguan Tumbuh Kembang Bayi Resiko Tinggi.
http://yumizone.wordpress.com/2008/11/20/deteksi-dini-gangguan-tumbuh-kembang-
bayi-risiko-tinggi/

Vous aimerez peut-être aussi