Vous êtes sur la page 1sur 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena,
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat laporan ini. Laporan ini
ditulis dengan tujuan untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dalam beberapa
kajian tentang Farmakognosi. Penyusunan materi dalam laporan ini kami tulis
berdasarkan hasil kegiatan yang telah kami lakukan. Dan beberapa materi
penyusunan laporan ini kami kutip dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena itu
kami menerima masukan dari semua pihak demi penyempurnaan laporan ini.
Maaf apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan kata-kata dalam laporan ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2017

Kelompok V

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .... ................................................................................ i
Daftar Isi .............................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN.................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
I.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 2
I.3 Prinsip ...................................................................................... 2
Bab II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 3
II.1 Dasar Teori .......................................................................... 3
II.2 Uraian Bahan ....................................................................... 7
Bab III METODE KERJA ............................................................... 11
III.1 Waktu dan Tempat .............................................................. 11
III.2 Alat dan Bahan ................................................................... 11
III.3 Cara Kerja .......................................................................... 12
Bab IV PEMBAHASAN .................................................................... 13
IV.1 Hasil Pengamatan ............................................................... 13
IV.2 Pembahasan ........................................................................ 13
Bab V PENUTUP ............................................................................ 16
V.1 Kesimpulan ......................................................................... 16
V.2 Saran .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara pembuatan,
mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standardisasi obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaanya yang aman (Syamsuni, 2006).
Dalam ilmu farmasi tidak hanya membahas seputaran obat saja,
tetapi mempelajari tentang pemeriksaan makroskopis (membandingkan
morfologi tumbuhan) dan mikroskopik (pemeriksaan terhadap sebuah
kering serta penapisan fitokimia yang berasal dari alam (Sulianti, 2005)
Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang melimpah
akan sumber daya alamnya salah satunya adalah bahan makanan. Bahan
makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu, dan
kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal
dari tumbuhan atau senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar
adalah karbohidrat (Poedjiadi, 2009)
Karbohidrat merupakan segolongan besar senyawa organik yang
paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam
tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada
hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin
pada hewan dan jamur) (Poedjiadi, 2009)
Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat. Hasil dari metabolisme primer
turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida yaitu
amilum. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di
seluruh penduduk dunia (Poedjiadi, 2009)
Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel
tumbuhan, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter
berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras,

1
2

gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan
banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti
singkong, kentang atau ubi. Didalam berbagai produk pangan, pati
umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa rantai panjang yang
tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa
dengan susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa
dan amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan, dimana produk
pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin mudah
untuk dicerna (Fahn, 1995)
Melihat pentingnya uraian diatas, maka dilakukan praktikum
Farmakognosi dengan judul percobaan amilum pada beras dan kacang
hijau.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan
amilum dan bentuk-bentuk amilum yang terkandung pada tanaman serta
kegunaan amilum dalam dunia farmasi.
1.2.2 Tujuan percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan amilum dan bentuk-
bentuk amilum dari beras (Oryza sp) dan Kacang hijau (Vigna radiata).
1.3 Prinsip percobaan
Dalam percobaan pembuatan amilum ini, amilum dibuat dari
sampel beras dengan menggunakan metode yang telah ditentukan.
Pembuatan amilum dimulai dari penyiapan sampel, penimbangan sampel
hingga pengolahan sampel menjadi amilum. Selain itu, dilakukan
pengamatan amilum dari segi mikroskopinya dengan menggunakan
mikroskop.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Pati
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air,berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada
satu senyawa organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan
tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari
dalam daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk
fotosintesis, pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen
untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang , akar tanaman
menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandumdan
80% bahan kering umbi jalar (Claus,et al,1970).
Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan
yang karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granul
seringkali khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan
untuk identitas tanaman asalnya (Claus,et al,1970).
Tanaman yang mengandung pati diunakan dalam farmasi seperti Zea
mays (jagung), Oryza sativa (beras), Solamum uberosum (kentang),
Trilicum aesticu (gandum), Maranta arudinacea (garut), Ipomea batatas
(ketela rambat), Manihot utilisima (ketela pohon) (Claus,et al,1970).
Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut dalam air
(amilosa) dan 80%, bagian tang tidak larut dalam air(amilopektin).
Amilosa merupakanmolekul yang lurus , terdiri dari 250 sampai 300 satuan
D-glukopiranosa dan dihubungkan secara seragam oleh ikatan alfa-1,4-
glukosida yang cenderung menyebabkan molekul tersebut dianggap
berbentuk seperti uliran (helix).amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih
satuanglikosa yang kebanyakan juga dihubungkan dengan hubungan alfa-
1,4. Namun terdapat juga sejumlah hubungan alfa-1,6yang terdapat pada
titik-titik percabangan. Jumlah hubungan semacam ini terdapat kurang
lebih dari 4%dari jumlah hubungan atau satu untuk setiap 25 satuan
glukosa.

3
4

Oleh karena perbedaan struktur ini maka amilosa lebih larut dalam air
dibandingkan dengan amilopektin. Hal ini digunakan untuk memisahkan
kedua kompenen tersebut. Pemisahan lebih efisien dilakuan dengan
mengendapkan dan membuat senyawa kompleks berwarna biru tua,
sedangkan amilopektin memberikan warna violet kebiruan atau ungu.
II.2 Uraian Tanaman
II.2.1 Beras (Oryza sp)
a. Klasifikasi (Grist,1960)
Divisio: Spermatophyta
Sub divisio: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Poales,
Famili: Graminae Gambar II.3.1
Genus: Oryza Linn Beras (Oryza sp)
Species : Oryza sativa L.
b. Morfologi
Padi merupakan tanaman semusim dengan sistem perakaran
serabut. Terdapat dua macam perakaran padi yaitu akar seminal yang
tumbuh dari akar primer radikula pada saat berkecambah dan akar
adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda
bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal.
Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas
serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara
lebih efisien terutama pada saat pengisian gabah (Suardi 2002).
Batang padi berbentuk bulat, berongga dan beruas-ruas. Antar ruas
dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas sangat pendek pada awal
pertumbuhan dan memanjang serta berongga pada fase reproduktif.
Pembentukan anakan dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam
dan teknik budidaya. Batang berfungsi sebagai penopang tanaman,
mendistribusikan hara dan air dalam tanaman dan sebagai cadangan
makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan hasil tanaman secara
5

drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau patahnya


ruas batang terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm (Makarim dan
Suhartatik 2009).
Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada
tiap buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang
membungkus ruas, telinga daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun
teratas disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak
berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh
memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh, sedangkan
pada fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu
8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas.
Varietasvarietas baru di daerah tropis memiliki 14-18 daun pada
batang utama (Makarim dan Suhartatik 2009).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada
malai dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal
buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ
lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada
cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder.
Tiap unit bunga padi pada hakekatnya adalah floret yang hanya terdiri
atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina (pistil) dan enam
organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang
ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri
atas satu ovul yang menopang dua stigma (Makarim dan Suhartatik
2009).
c. Manfaat (Daniel, 2002)
Di Indonesia masyarakat mengonsumsi padi yang telah digiling
kulitnya (beras) sebagai sumber energi yang hebat karena nasi itu
banyak mengandung karbohidrat yang bertindak sebagai bahan bakar
bagi tubuh dan membantu dalam fungsi normal otak. Manfaat lainnya
adalah bebas kolesterol yang sangat baik bagi kesehatan, karena nasi
tidak mengandung lemak yang berbahaya, yaitu kolesterol atau
6

sodium. Nasi menjadi salah satu bagian dari diet yang seimbang, lalu
kaya akan vitamin, misalnya niacin, vitamin D, kalsium, serat, zat besi,
thiamine, dan riboflavin.
d. Kandungan Kimia (Astawan, 2004).
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat
Indonesia. Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup
tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar
6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-
masing 6 dan 0,8 mg.
II.2.2 Kacang Hijau (Vigna radiata)
a. Klasifikasi (Purwono dan hartino,2005)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyldonae
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminosae
Gambar II.3.2
Genus : Vigna Kacang Hijau (Vigna
Spesies : Vigna radiate L. radiata)

b. Morfologi
Kacang hijau memiliki sistem perakaran yang bercabang banyak
dan membentuk bintil - bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil akar
merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen
dengan tanaman kacang-kacangan sehingga tanaman mampu mengikat
nitrogen bebas dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi
kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara sehingga meningkatkan
kesuburan tanah (Rukmana, 1997)
Rukmana (1997) mengungkapkan kacang hijaumemiliki ukuran
batangyangkecil,berbulu, berwarna hijau kecoklat-coklatan atau
kemerah-merahan. Batang tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm
110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun kacang hijau
7

adalah daun majemuk, dengan tiga helai anak daun per tangkai. Helai
daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau.Rukmana
(1997:16) mengungkapkan bunga kacang hijau berkelamin sempurna
atau hermaphrodite, berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning.
Purwono dan Hartono (2005), menyebutkan proses penyerbukan bunga
kacang hijau (Vigna radiata L.) terjadi pada malam hari, pada pagi hari
bunga akan mekar dan menjadi layu pada sore hari.Buah kacang hijau
berbentuk polong dengan panjang antara 6 cm 15 cm. Tiap polong
berisi 6 -16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan
bobot (berat) tiap butir 0,5 mg 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara
36 g 78 g (Rukmana,1997: 16). Biji umumnya berwarna hijau kusam
atau hijau mengkilap, namun adapula yang berwarna kuning dan coklat
(Fachruddin, 2000).
c. Manfaat (Faridah, 2008)
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
sebesar 22% dan merupakan sumber mineral penting, antara lain
kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam
lemak tak jenuh.
Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat
untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah
lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi
lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau
menyebabkan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang
hijau tidak mudah berbau.
Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan
27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi
penting untuk menjaga kesehatan jantung. Kacang hijau mengandung
vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan.
8

d. Kandungan Kimia (Mustakim, 2014)


Kacang hijau memiliki 3,16 gram protein / saji dan kacang hijau
termasuk makanan nabati yang mempunyai sedikit lemak jenuh dan
kolesterol.
Memiliki fungsi untuk membantu mengurangi resiko penyakit
jantung, kecacatan saat kelahiran, memberikan kontribusi pada
pertumbuhan sel normal, membantu metabolisme protein, membentuk
sel darah merah dan proses penyembuhan dalam tubuh.
II.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Kimia : H2O
Berat Molekul :18,02
Bentuk molekul :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat tambahan, sebagai fase cair
Khasiat : sebagai pelarut pada saat melarutkan senyawa
2. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus kimia : C2H5OH
Berat molekul : 72,0526
9

Bentuk Molekul :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
Khasiat : Untuk mensterilkan alat, pelarut parfum, pelarut
cat, pernis, anti septic.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Nama Organoleptik Gambar
Bahan Warna Bau Rasa Hasil Mikroskop
Beras Putih busuk Tidak
(Oryza sp) susu berasa

Kacang Hijau busuk Tidak


Hijau muda berasa
(Vigna
radiata)

IV.2 Pembahasan
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum
juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk
tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun,
dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80%
bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Pada praktikum kali ini dilakukan cara pembuatan amilum serta
mengamati bentuk amilum dari beras (Oryza sp) dan kacang hijau (Vigna
radiata). Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
serta membersihkan dengan alkohol 70% karena menurut Salim (2013), ini
berguna agar menghilangkan semua jenis organisme hidup yang terdapat
dalam alat yang akan digunakan.

10
11

Selanjutnya beras dan kacang hijau ditimbang masing-masing 1000


gr menggunakan neraca ohauss. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik
daripada neraca pasar yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung.
Setelah sampel ditimbang, yang pertama dimasukkan ke dalam blender
adalah beras. Sebelum diblender, ditambahkan aquadest sebanyak 500 ml
agar memudahkan pada saat di blender. Sampel di blender sampai pada
derajat yang paling halus.
Selanjutnya sampel yang telah halus, disaring menggunakan kain
saring agar terpisah antara filtrat dan residu. Menurtu Chang, R. (2010),
filtrat adalah zat yang lolos dari penyaringan sedangkan residu adalah sisa
dari penyaringan. Filtrat diletakkan pada loyang bening agar memudahkan
dalam melihat endapan sampel.
Filtrat yang ada didalam loyang bening didiamkan sampai terjadi
adanya endapan dibagian dasar loyang. Ketika telah terjadi endapan,
dipisahkan antara endapan dan filtrat. Hasil dari endapan tersebut
diletakkan dalam cawan porselen.
Selanjutnya timbang massa cawan porselen kosong sebagai nilai
M1 dan ditimbang massa cawan porselen yang sudah ada endapan sebagai
nilai M2. Dari penimbangan tersebut, kami menghitung berat endapan awal
dengan rumus M2- M1. Berat endapan awal untuk beras adalah 20 gr dan
endapan awal kacang hijau sebanyak 6,9 gr.
Selanjutnya endapan sampel yang ada di cawan porselen
dimasukkan dalam oven dan diamati setelah didiamkan selama 2 x 24 jam.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sampel kacang hijau.
Dari hasil pengamatan mikroskopik, amilum dari beras yaitu
berupa butiran kecil dengan ukuran kira-kira 3-12 um, berbentuk
poligonal bersudut tajam. Hilus hanya tampak pada granul yang besar dan
terdapat di tengah lamela tidak jelas. Sedangkan menurut Poedjiadi (2009),
amilum padi yakni butir bersegi banyak 2m sampai 5m, hilus ditengah
tidak terlihat jelas, tidak ada lamela konsentris.
12

Pada amium kacang hijau, Hasil pengamatan dibawah mikroskop


menggunakan medium aquadest dan pembesaran 40 kali yakni amilum
bertipe kosentrik, terdapat hilus dan lamela, namun hilusnya tidak terlalu
jelas kelihatan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dalam percobaan pembuatan amilum ini, amilum dibuat dari
sampel beras dengan menggunakan metode yang telah ditentukan.
Pembuatan amilum dimulai dari penyiapan sampel, penimbangan sampel
hingga pengolahan sampel menjadi amilum. Selain itu, dilakukan
pengamatan amilum dari segi mikroskopinya dengan menggunakan
mikroskop.
Dari hasil percobaan didapatkan bentuk amilum dari beras
yaitu berupa butiran kecil dengan ukuran kira-kira 3-12 um, berbentuk
poligonal bersudut tajam. Hilus hanya tampak pada granul yang besar dan
terdapat di tengah lamela tidak jelas. Sedangkan, untuk amilum kacang
hijau yakni amilum bertipe kosentrik, terdapat hilus dan lamela, namun
hilusnya tidak terlalu jelas kelihatan.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk praktikan
Diharapkan kepada praktikan bahwa saat melakukan praktikum
untuk lebih konsentrasi, teliti agar hasil yang didapatkan dalam praktikum
lebih akurat.
V.2.2 Saran untuk asisten
Diharapkan kepada asisten agar lebih mengawasi dan membimbing
praktikan saat melakukan praktikan agar tidak banyak terjadi kesalahan
dan kekeliruan pada saat melakukan percobaan.
V.2.3 Saran buat jurusan
Saran kami kepada pihak jurusan agar memperhatikan keadaan
laborotorium dan melengkapi alat-alat praktikum yang masih kurang untuk
kepentingan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Karim Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman


Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukabumi. Subang
Anni Faridah. 2008. Patiseri Jilid 1 Untuk SMk: Jakarta: Directorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejujuran.
Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo: Tiga
Serangkai.
Claus, E.P., Tyler, V.E., and Brady, L.R., 1970, Pharmacognosy., Lea-Febiger,
USA.
Daniel, 2002; Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara,

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departement


Kesehatan RI
Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press

Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan, D, Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya
Grist D.H., 1960. Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural
Service, Malaya. Longmans, Green and Co Ltd. London.
Mustakim, M. 2014. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Yogyakarta. :
Pustaka Baru Press.
Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Purwono dan R. Hartono, 2005. Kacang Hijau. Jakarta :Penebar Swadaya,

Rahmat Rukmana. 1997. Usaha Tani Jagung. Jogjakarta : Penerbit Kanisius.

Sulianti. 2005. Dasar-dasar Farmakologi. Jakarta: Direktoral Pembinaan


Suardi, D. 2002. Perakaran Padi Dalam Hubungannya dengan Toleransi
Tanaman Terhadap Kekeringan dan Hasil. Jurnal. Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.

Syamsuni, 2006. Ilmu Resep. Yogyakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

.
a. Kentang (Solanum tuberosum)

Berat cawan kosong = 48,02 g

Berat cawan beserta isi = 48,14 g

Berat endapan (amilum) = Berat cawan beserta isi - Berat cawan kosong

= 48,14 48,02

= 0,12 g

b. Sagu (Metroxylon sagu)

Berat cawan kosong = 48,02 g

Berat cawan beserta isi = 54,13 g

Berat endapan (amilum) = Berat cawan beserta isi - Berat cawan kosong

= 54,13 48,02

= 6,11 g

Vous aimerez peut-être aussi