Vous êtes sur la page 1sur 32

KATA PENGANTAR

Ilmu kimia pada hakekatnya adalah ilmu yang bersifat eksperimental, maka
percobaan adalah salah satu langkah penting dalam pengembangan ilmu yang
berkaitan dengan kimia.Buku penuntun Praktikum Kimia Dasar ini disusun untuk
memenuhi harapan tersebut.
Dalam buku penuntun praktikum ini telah diberikan beberapa aturan yang
harus di taati oleh mahasiswa yang akan mengikuti Praktikum Kimia Dasar, hal ini
bertujuan agar pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat dalam menjalankan pratikum di
Laboratorium Kimia Dasar sehingga apa-apa yang ditargetkan pada materi kuliah
ini dapat tercapai.Terima kasih.

Laboratorium Kimia Dasar


FMIPA UR

TIM KIMIA DASAR

1
TATA TERTIB LABORATORIUM

A. UMUM
1. Praktikum dimulai pada jadwal yang telah ditetapkan. Praktikan yang datang
terlambat tidak dibenarkan mengikuti praktikum kecuali ada alasan sah yang
dapat dipertimbangkan.
2. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum harus memberi tahu secara
tertulis kepada Dosen atau Asisten pembimbing atau kepada Kepala lab.
3. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum tiga kali berturut-turut tanpa alasan
sah tidak dibenarkan mengikuti praktikum selanjutnya (dinyatakan gagal) dan
harus mengulangi pada tahun berikutnya.
4. Selama kegiatan praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum berwarna
putih.
5. Selama kegiatan praktikum berlangsung, praktikan harus bersikap sopan, tidak
dibenarkan merokok, memakai sandal, atau melakukan kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelancaran jalannya praktikum.
6. Praktikum yang sudah menyelesaikan tugas praktikumnya hanya dibenarkan
meninggalkan ruangan praktikum (pulang) jika telah diizinkan oleh
dosen/asisten pembimbing.

B. KHUSUS
1. Setiap praktikan harus memiliki penuntun praktikum (dapat dihubungi
laboran).
2. Sebelum melakukan praktikum pelajarilah terlebih dahulu penuntun
praktikum yang berhubungan dengan objek percobaan yang akan anda
lakukan.
3. Laporan lengkap praktikum dikerjakan pada blanko laporan yang telah
disediakan labor (dapat dihubungi laboran).
4. Praktikum hanya dibenarkan melanjutkan praktikum berikutnya setelah
menyerahkan laporan lengkapnya dari minggu sebelumnya.

2
C. LAIN-LAIN
1. Praktikan yang merusak atau memecahkan alat-alat laboratorium diwajibkan
mengganti dengan alat yang sama, sebelum ujian praktikum dilaksanakan.
2. Praktikan hanya dibenarkan mengikuti ujian praktikum setelah seluruh
sangkut paut dengan laboratorium diselesaikan.
3. Praktikan harus berhati-hati pada waktu melakukan pemanasan, mengambil,
menuangkan zat-zat berbahaya dan beracun. Untuk ini minta petunjuk kepada
dosen atau asisten pembimbing.
4. Pada waktu pemanasan tabung reaksi, mulut tabung jangan dihadapkan pada
diri atau kepada teman anda. Bila reaksi mungkin memercik atau reaksinya
sangat keras, lebih baik lakukan di lemari asam dengan mulut tabung reaksi
dihadapkan kepada dinding lemari.
5. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur lebih lanjut
oleh kepala lab dalam bentuk pengumuman tersendiri.

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1


TATA TERTIB LABORATORIUM ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 4
PERCOBAAN I Teknik Penggunaan Peralatan Dasar Laboratorium ........ 5
PERCOBAAN II Unsur-Unsur Alkali Tanah .......................................................... 7
PERCOBAAN III Unsur-Unsur Transisi Periode ke Empat .............................. 10
PERCOBAAN IV Larutan Buffer ................................................................................. 11
PERCOBAAN V Indikator dan Penentuan pH ..................................................... 16
PERCOBAAN VI Penurunan Titik Beku .................................................................. 20
PERCOBAAN VII Titrasi Asam Basa........................................................................... 21
PERCOBAAN VIII Karbohidrat ...................................................................................... 23
PERCOBAAN IX Minyak dan Lemak........................................................................ 27
PERCOBAAN X Protein ................................................................................................ 30

4
PERCOBAAN I
TEKNIK PENGGUANAAN PERALATAN DASAR LABORATORIUM

1. Peralatan Dasar Laboratorium


Peralatan Lab sederhana yang biasa digunakan di lab kimia dasar, umumnya
terdiri dari peralatan gelas yang sering digunakan dan sangat diperlukan sebagai
sarana dan alat bantu untuk melakukan percobaan sederhana. Beberapa perlatan
yang umum dipakai di Lab adalah :
Gelas kimia (beaker), berbagai ukuran yang ditulis dibagian luar, ukuran ini
sesuai dengan kapasitas penampungnya. Digunakan untuk menampung cairan
atau larutan, juga memanaskannya, terbuat dari dari gelas bahan kuat pemanasan
misalnya pyrex.
Erlemeyer, seperti halnya gelas kimia, karena berbentuk labu, erlemeyer ini
bisa digunakan untuk mengaduk cairan melalui pengocokan, juga bisa melakukan
titrasi.
Gelas ukur, untuk mengukur volume cairan yang terdapat di dalamnya. Juga
terdiri dari beberapa ukuran/kapasitas.
Labu ukur, tersedia berbagai volume, digunakan untuk menempatkan volume
cairan dalam pembuatan larutan.
Pipet, pipet adalah peralatan untuk memindahkan sejumlah tertentu cairan
dari satu tempat ke tempat lain.
Buret, sama seperti pipet berukuran, hanya buret memiliki kran untuk
mengatur keluarnya cairan, kita tidak perlu membaca setiap waktu ukurannya.
Alat ini digunakan untyk melakukan metoda analisa titrasi.
Tabung reaksi, terbuat dari gelas, berbagai macam ukuran. Digunakan untuk
melakukan reaksi kimia dalam jumlah sedikit.
Kaca arloji, terbuat dari gelas bening, berbagai ukuran diameter, digunakan
untuk wadah menimbang zat padat juga untuk penguapan sederhana.
Corong, terbuat dari gelas atau porselen, digunakan untuk menyaring secara
gravitasi.
Corong buchner, jenis corong yang terbuat dari porselen. Corong ini
digunakan untuk penyaringan cepat dengan cara penyedotan melalui pengisap
vakum, juga dilengkapi dengan labu isapnya.

5
Corong pisah, terbuat dari gelas. Digunakan untuk memisahkan dua lapisan
cairan atau lebih dalam cara ekstraksi.
Cawan, terbuat dari poselen. Digunakan untuk menguapkan larutan.
Cawan krusible, bentuklany lebih tinggi, digunakan untuk menguapkan
dilanjutkan dengan pemijaran zat padatnya.
Plat tetes, terbuat dari porselen, digunakan untuk pengujian warna reaksi
kimia dalam jumlah kecil.
Spatula, dengan berbagai ukuran, terbuat dari besi dan gelas, gunanya untuk
mengambil sejumlah zat padat.
Batang pengaduk, terbuat dari gelas digunakan untuk mengaduk larutan.
Kasa asbes, kawat yang dilapisi asbes, digunakan untuk menahan dan
menyebarkan panas yang berasal dari api bunsen.
Kaki tiga, terbuat dari besi yang menyangga kasa asbes, digunakan untuk
memanaskan.
2. Cara Penggunaan
Cara Membaca Volume (gelas ukur)
Gelas ukur digunakan untuk mengatur jumlah cairan yang terdapat
didalamnya. Oleh karena itu skala 0 mL terletak di bagian bawah. Masukkan
jumlah zat cair yang akan diukur volumenya, lalu tepatkan skala yang diinginkan
dengan pipet tetes. Cara membaca skala harus dibaca garis singgung skala dengan
bagian bawah lengkungan cairan.
Cara Menggunakan Pipet
Secara umum pipet ada 3 jenis :
Pipet tetes, digunakan untuk memindahkan cairan dimana volumenya tidak
diukur. Untuk pengambilan cairan digunakan karet bagian atas setelah ujung
pipet berada dalam cairan.
Pipet seukuran, biasanya disebut pipet gondok, ukurannya tertera di
permukaan gelas. Digunakan untuk memindahkan volume tertentu (dengan
teliti) cairan. Cara menggunakan pipet ini : celupkan bagian bawah pipet ke
dalam cairan, lalu cairan disedot dengan ball pipettor sampai melebihi garis
batas kemudian dikeluarkan cairan sedikit demi sedikit sampai tepat garis
batas.

6
Cara Menggunakan Buret
Cara menyiapkan buret : bagian dalam pipa harus bersih, kran ditutup,
masukkan larutan dari atas melalui corong gelas. Isi sampai melebihi skala 0 mL,
lalu dengan membuka sedikit kran tepatkan permukaan cairan pada skala 0 mL.
Cara menggunakan buret (dalam titrasi) : siapkan labu titrasi (erlemeyer)
yang sudah diisi sejumlah tertentu larutan di bawah kran buret. Pegang kran buret
dengan tangan kiri dimana telapak tangan menggenggam seluruh kran dan
telunjuk-ibu jari bisa memutar kran. Labu titrasi dipegang mulutnya dengan
tangan kanan. Sambil menggoyangkan bagian bawah labu titrasi, kran buret
dibuka berulang ulang kali sampai sudah mendekati titik ekivalen. Jika sudah
mendekati titik ekivalen, atur pengeluaran tetes demi tetes sampai terjadi titik
akhir titrasi.
Cara Memanaskan Cairan/larutan
Cara memanaskan cairan dalam tabung reaksi : jangan mengarahkan
mulut tabung reaksi pada teman atau diri sendiri. Jepit tabung reaksi dekat
mulutnya. Miringkan kearah yang aman, panaskan sambil sebentar-sebentar
dikocok.
Cara memanaskan tabung reaksi dalam penangas air : beaker gelas diisi
dengan air kemudian dipanaskan diatas api bunsen dengan menggunakan kaki tiga
dan kasa asbes. Kemudian tabung rekasi yang akan dipanaskan diletakkan dalam
beaker gelas tadi.

7
PERCOBAAN II
UNSUR-UNSUR ALKALI TANAH

Tujuan Percobaan
Untuk mengenal senyawa Magnesium, Kalsium dan Barium.

Teori
Unsur alkali tanah termasuk golongan IIA dalam sistem periodik. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah unsur-unsur : Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Sifat-
sifat keenam unsur tersebut hampir bersamaan, demikian pula sifat-sifat
senyawanya.

1. Reaksi Pengenalan Senyawa Magnesium


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Bahan bahan yang digunakan :
Larutan magnesium sulfat, MgSO4 0,5M
Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1M
Larutan ammonium karbonat, (NH4)2CO3 0,1M
Larutan natrium fosfat, Na2HPO4 0,1M
Larutan NH4Cl 0,1M
Larutan NH4OH 0,1M
Cara kerja :
Isi 3 buah tabung reaksi masing-masing dengan 3 ml larutan MgSO4.ke dalam
tabung reaksi pertama tambahkan 3 ml larutan NaOH 0,1M. ke dalam tabung
reaksi ke dua tambahkan 3 ml larutan (NH4)2CO3 0,1M. sedang kedalam tabung ke
tiga ditambahkan 2 ml larutan Na2HPO4 0,1M, 2ml larutan NH4Cl 0,1M dan 2 ml
larutan NH4OH 0,1M. Amati keadaan larutan di dalam ketiga tabung reaksi.

8
2. Reaksi Pengenalan Senyawa Kalsium
Alat alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan kalsium klorida, CaCl2 0,1M
Larutan ammonium karbonat, (NH4)2CO3 0,1M
Larutan asam sulfat, H2SO4 1M
Larutan ammonium aksalat, (NH4)2C2O4 0,1M
Cara kerja :
Isi 3 buah tabung reaksi masing-masing dengan 3 ml larutan CaCl2
0,1M.Kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 3 ml larutan (NH4)2CO3 0,1M.ke
dalam tabung reaksi ke dua tambahkan 3 ml larutan H2SO4 1M. sedang kedalam
tabung ke tiga ditambahkan 2 ml larutan (NH4)2C2O4 0,1M. Amati keadaan larutan
di dalam ketiga tabung reaksi.

3. Reaksi Pengenalan Senyawa Barium


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan kalsium klorida, BaCl2 0,1M
Larutan ammonium karbonat, (NH4)2CO3 0,1M
Larutan asam sulfat, H2SO4 1M
Larutan ammonium aksalat, (NH4)2C2O4 0,1M
Cara kerja :
Isi 3 buah tabung reaksi masing-masing dengan 3 ml larutan BaCl2
0,1M.kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 3 ml larutan (NH 4)2CO3 0,1M. ke
dalam tabung reaksi ke dua tambahkan 3 ml larutan H2SO4 1M. sedang kedalam
tabung ke tiga ditambahkan 2 ml larutan (NH4)2C2O4 0,1M. Amati keadaan larutan
di dalam ketiga tabung reaksi

9
PERCOBAAN III
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODA KE EMPAT

Tujuan percobaan
Reaksi-reaksi pengenalan terhadap senyawa-senyawa Mangan, Ferro dan
Ferri.

Teori
Dari semua unsur-unsur transisi yang terdapat dalam periode ke empat,
unsur-unsur Cr, Mn, Co, Fe, Ni, Cu, dan Zn merupakan unsur-unsur yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari demikian pula dengan senyawa-
senyawanya. Reaksi pengenalan terhadap senyawa Cu dan Zn akan ditinjau
bersamaan dengan unsur-unsur golongan IB dan IIB.

1. Reaksi Pengenalan Senyawa Mangan


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Lampu spritus
Penjepit
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan mangan sulfat, MnSO4 0,1M
Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1M
Larutan ammonium sulfide, (NH4)2S 0,5M
Larutan kalium permanganate, KMnO4 0,05M
Larutan hydrogen peroksida, H2O2 5%
Larutan asam oksalat, H2C2O4 0,1M
Larutan asam sulfat, H2SO4 2M
Cara kerja :
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan MnSO4 0,1M. Ke dalam tabung
ini ditambahkan 2 ml larutan NaOH 0,1M. Amati perubahan yang terjadi.
Isi tabung reaksi dengan 3 ml larutan MnSO4 0,1M. Tambahkan ke dalam
tabung reaksi ini 2 ml larutan (NH4)2S 0,5M dan amati perubahan yang terjadi.

10
Isi tabung reaksi dengan 3 ml larutan KMnO4 0,05M. Tambahkan 1 ml larutan
H2SO4 2M kocok dan panaskan larutan sampai 60 oC. teteskan ke dalam larutan
tersebut larutan H22C2O4 0,1M dan amatilah perubahan yang terjadi.

2. Reaksi Pengenalan Senyawa Ferro


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Ferro sulfat, FeSO4
Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1M
Larutan kalium ferri sianida, K3Fe(CN)6 0,1M
Cara kerja :
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml air suling. Masukkan 3 kristal FeSO4 kocok
sampai semua kristal larut.selanjutnya tambahkan 10 tetes larutan NaOH 0,1M.
Perhatikan warna endapan yang terjadi. Setelah beberapa menit amati lagi warna
endapan.
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml air suling, masukkan 3 kristal FeSO4 kocok
sampai semua kristal larut. Selanjutnya tambahkan 10 tetes larutan K3Fe(CN)6 0,1
dan amati perubahan yang terjadi.

3. Reaksi Pengenalan Senyawa Ferri


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan ferri klorida, FeCl3
Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1M
Larutan ferrosianida, K4Fe(CN)6 0,1M
Larutan kalium tiosianat, KSCN 0,1M

11
Cara kerja :
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan FeCl3 0,1M. Tambahkan 10 tetes
larutan NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi.
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan FeCl3 0,1M. tambahkan 10 tetes
larutan K4Fe(CN)6 0,1M dan amati perubahan yang terjadi.
Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml air suling. Tambahkan 5 tetes larutan
FeCl3 0,1M. Kocok dan teteskan 5 tetes larutan KSCN 0,1M. Amati perubahan yang
terjadi.

12
PERCOBAAN IV
LARUTAN BUFFER

Maksud Percobaan
Memperkenalkan cara membuat larutan buffer, pengaruh pengenceran,
pengaruh penambahan asam basa pada buffer.

Teori
Larutan buffer atau larutan penyangga adalah suatu larutan yang terdiri dari
campuran asam lemah dengan garamnya, atau campuran basa lemah dengan
garamnya.Cara kerja larutan buffer berkaitan dengan penagruh ion sejenis/
senama.Fakta bahwa penambahan ion senama dalam larutan asam lemah atau
basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan ke arah molekul asam atau
basa yang tidak terurai.Oleh karena itu larutan buffer dapat didefenisikan sebagai
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam
konjugasinya.

1. Pembuatan Larutan Buffer


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Pengaduk
Gelas ukur
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan CH3COOH 1M
Larutan CH3COONa 1M
Larutan NH4OH 1M
Larutan NH4Cl 1M
Kertas indicator Universal
Cara kerja :
A. Isi sebuah tabung reaksi dengan 10 ml larutan CH3COOH 1M. Tambahkan ke
dalam tabung ini 10 ml larutan CH3COONa 1M. Aduklah larutan tersebut.
Teteskan larutan itu diatas kertas indicator universal sebanyak 1 tetes.

13
Keringkan dan tentukan pH larutan tersebut dengan membandingkan warna
kertas dengan warna standar.
B. Isi sebuah tabung reaksi dengan 10 ml larutan NH4OH 1M. Tambahkan ke
dalam tabung ini 10 ml larutan NH4Cl 1M. Aduklah larutan tersebut dan periksa
pH larutan ini dengan kertas indicator universal.

2. Pengenceran Larutan Buffer


Alat-alat yang digunakan :
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan Buffer A (CH3COOH + CH3COONa)
Larutan Buffer B (NH4OH + NH4Cl)
Indikator Universal
Cara kerja :
Masukkan 5 ml larutan buffer A kedalam tabung reaksi dan encerkan dengan 5 ml
air. Kocok dan periksa pH larutan tersebut dengan kertas indicator. Dengan cara
yang sama encerkan 5 ml larutan buffer B dengan 5 ml air dan periksa pHnya.

3. Penambahan sedikit asam/basa pada larutan buffer


Alat-alat yang digunakan :
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan Buffer A (CH3COOH + CH3COONa)
Larutan Buffer B (NH4OH + NH4Cl)
Indikator Universal
Larutan HCl 0,1M
Larutan NaOH 0,1M

14
Cara kerja :
Masukkan 5 ml larutan buffer A kedalam 2 buah tabung reaksi. Tambahkan
pada tabung reaksi pertama 1 tetes larutan HCl 0,1 M dan pada tabung reaksi ke
dua tambahkan 1 tetes larutan NaOH 0,1M. Kocok masing-masing larutan dan
periksa pH larutan tersebut dengan kertas indicator.
Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan buffer B.

15
PERCOBAAN V
INDIKATOR DAN PENENTUAN PH

Tujuan Percobaan
Menentukan pH dari berbagai bahan.

Teori
Indikator adalah suatu senyawa organik yang warnanya akan berubah pada
suatu pH tertentu. Misalnya indikator lakmus mempunyai daerah perubahan
warna antara pH 5,5 sampai 8,0. Dibawah pH 5,5 warna lakmus adalah merah, dan
diatas pH 8,0 warnanya adalah biru. Indikator ini dapat dibuat dalam bentuk
kertas ataupun larutan. Beberapa indikator yang dibuat dalam bentuk larutan
adalah :
Metil orange dengan daerah perubahan warna antara pH 3,1 4,4
Bromtimol biru dengan daerah perubahan warna antara pH 6,0 - 7,6
Phenolphtalein dengan daerah perubahan warna antara pH 8,2 10,0
Indikator yang dibuat dalam bentuk kertas antara lain adalah kertas lakmus
dan kertas indicator universal (kertas pH). Indikator universal ini mempunyai
warna tertentu pada setiap harga pH. Dengan memakai indikator dapat
diperkirakan harga pH suatu larutan.

1. Penentuan Warna Indikator Larutan Dalam Asam dan Basa


Alat-alat yang digunakan :
Plat tetes
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Air suling
HCL 0,01 M
NaOH 0,01 M
Indikator metil orange
Indicator bromtimol biru
Indicator phenolphthalein

16
Cara Kerja :
Disiapkan sebuah plat tetes dan dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
Kemudian masing-masing diisikan sebanyak 2 tetes air suling, larutan HCl 0,01 M
dan NaOH 0,01 M. Kemudian dtambahkan masing-masing dengan 1 tetes indikator
metil orange. Diamati warna yang terjadi.Diulangi percobaan di atas dengan
menggunakan indikator pp dan bromtimol biru.

2. Indikator Dari Tumbuh-Tumbuhan


Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gunting
Pipet tetes
Plat tetes
Lampu spritus
Beaker gelas
Bahan-bahan yang digunakan :
3 jenis bunga (dibawa dari rumah)
HCL 0,01 M
NaOH 0,01 M
Cara kerja :
Disiapkan 3 jenis bunga yang warnanya berbeda ( dibawa dari rumah).
Dihaluskan mahkota bunga, kemudian ditambah dengan 5 mL alkohol dan
dipanaskan di penangas air. Masing-masing ekstrak bunga ditambahkan kedalam
larutan HCl 0,01M dan larutan NaOH 0,01 M. Dicatat perubahan warna yang terjadi

3. Penentuan pH
Teori
Pada Percobaan ini, akan digunakan kotak Bjerrum. Kotak ini terdiri dari dua
bagian yang masing-masing berbentuk segitiga. Ke dalam salah satu kotak diisikan
200 ml basa NaOH 0,1 M. Ke dalam larutan tadi ditambahkan 20 tetes larutan
indikator.
Melalui bagian depan dari kotak Bjerrum ini, dapat terlihat seluruh daerah
perubahan warna indikator dari keadaan asam sampai basa. Sel percobaan yang

17
mempunyai tebal yang sama dengan tebal kotak tadi diisi dengan 50 mL yang pH
nya akan ditentukan. Tambahkan 5 tetes larutan indikator yang sama. Sel
percobaan ini kemudian digerakkan sepanjang bagian atas dari kotak Bjerrum,
sampai warna yang terlihat dari depan kotak, sama dengan warna yang terlihat
dalam sel percobaan.
Dengan mengetahui tetapan indikator pH larutan tadi dapat dihitung dengan
menurunkan persamaan berikut.
pH = KIn + log [In-]/[HIn]
Jadi warna indikator terlihat pada kotak adalah warna asam dan basa dari
indikator yang terdapat dalam perbandingan tertentu. Karena kedua warna ini,
terdapat dalam dua wadah yang terpisah satu sama lain maka perbandingan
konsentrasinya pada setiap tempat sepanjang kotak dapat segera diketahui dan
dihitung.
[In-]/[HIn] = x/y = a/b
Didalam sel percobaan kedua bentuk asam dan basa juga ada, tetapi
perbandingan tidak diketahui. Dengan cara membandingkan warna antara sel
percobaan dan kotak, pH larutan dapat diketahui dari rumus berikut.
pH = pKIn + log a/b
Indikator hijau-bromkesol dipakai untuk menguji kotak Bjerrum.pH indikator
adalah 3,8-5,4 pKIn = 4,7
Alat-alat yang digunakan :
Kotak Bjerrum
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
NaOH 0,1 M
HCl 0,1 M
Indikator Brom-kresol hijau
Buffer asetat
Cara kerja :
Diisi masing-masing bagian dari kotak bjerrum dengan larutan NaOH dan HCl
0,1 M. kemudian ditambahkan pada larutan asam dan basa tadi indikator brom-
kesol hijau (untuk 200 ml larutan 20 tetes).

18
Kedalam sel percobaan dimasukkan 50 ml larutan buffer.Kemudian
ditambahkan 10 tetes larutan indikator.Dibandingkan warna larutan dalam sel
percobaan terhadap warna dalam kotak bjerrum.Kemudian tandai tempat kotak
bjerrum dimana warna larutan dalam kotak mempunyai warna larutan dalam sel.
Kemudian ukur jarak dari tepi kotak ketempat sel. Hitung pH larutan berdasarkan
rumus.

19
PERCOBAAN VI
PENURUNAN TITIK BEKU

Tujuan Percobaan
Menentukan titik beku ureum.

Teori
Suatu larutan selalu mempunyai tekanan uap jenuh yang lebih rendah dari
pelarut murninya.Hal ini menyebabkan titik beku larutan lebih rendah dari titik
beku pelarutnya.
Alat-alat yang digunakan :
Gelas ukur
Tabung reaksi besar
Gelas kimia
Batang pengaduk
Thermometer
Sendok
Bahan-bahan yang digunakan :
Ureum
Garam dapur
Es
Cara kerja :
Pasang alat-alat seperti gambar di atas. Kedalam tabung reaksi masukkan 1
sendok ureum dan 25 ml air. Tutup tabung tersebut dengan gabus yang telah
dilengkapi dengan thermometer dan batang pengaduk (lihat gambar). Isi gelas
kimia dengan potongan es yang telah dicampur dengan garam. Aduk larutan
ureum dengan kawat pengaduk dan amati temperatur setiap 30 detik sampai
terbentuk kristal-kristal es didalam tabung reaksi. Lanjutkan pengamatan ini
sampai semua cairan dalam tabung reaksi membeku. (ingat bahwa selama
terjadinya proses pembekuan temperatur tidak berubah). Teruskan pengamatan
ini selama 1 menit.

20
PERCOBAAN VII
TITRASI ASAM BASA (VOLUMETRI)

Tujuan

Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang


mengandung asam. Menstandarisasi larutan pentitrasi.

Teori

Konsentrasi suatu asam dan basa dapat ditentukan dengan cara titrasi asam
basa, karena dalam reaksi asam basa akan terjadi reaksi asam basa membentuk
garam. Caranya dengan menambahkan tetes demi tetes larutan basa (yang sudah
distandarisasi) kepada larutan asam sehingga terjadi reaksi, penetesan dihentikan
pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Saat itu larutan bersifat netral
berarti titik ekivalen sudah tercapai. Titik ekivalen dapat diketahui dengan
menggunakan indikator, karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH
tertentu. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah
larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini
disebut juga analisis volumetri, karena yang diukur volume larutan basa yang
dipakai dengan volume tertentu larutan asam. Jika suatu asam/basa dititrasi,
setiap penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan pH. Grafik yang
diperoleh dengan mengalurkan pH terhadap volume pereaksi yang ditambahkan
disebut kurva titrasi. Untuk mengamati titik ekivalen dipergunakan indikator yang
perubahan warna disekitar titik ekivalen.
Alat-alat yang digunakan :
Buret
Statip
Erlenmeyer
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan NaOH standar
Larutan sampel
Indikator phenolphtalein
21
Cara kerja:
Siapkanlah peralatan untuk melakukan titrasi seperti gambar dibawah ini.
Bilaslah buret yang bersih dengan larutan NaOH yang akan dipergunakan.
Masukkan larutan NaOH (sudah distandarisasi/disiapkan) ke dalam buret sampai
tanda garis. Ambil 10 mL larutan sampel HCl ke dalam erlenmeyer 25 mL dengan
menggunakan pipet volume. Tambahkan 1 tetes larutan indikator pp. Lakukan
titrasi sampai tercapai titik ekivalen/warna merah muda (dilakukan tiga kali
pengulangan). Tentukanlah konsentrasi HCl yang dipergunakan.

22
PERCOBAAN VIII
KARBOHIDRAT

Tujuan Percobaan
Mempelajari uji spesifik untuk mengidentifikasi karbohidrat, dan untuk
mengetahui sifat-sifat dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

Teori
Karbohidrat dapat dibagi kedalam 3 golongan yaitu monosakarida
(glukosa, fruktosa dan galaktosa) : Disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa) dan
polisakarida (amilum, selulosa dan glikogen).
Uji molish adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini sangat efektif untuk
senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi
senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubsitusi seperti hidrosimetil
fulfural.

1. Uji Molish
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan glukosa 1 %
Larutan sukrosa 1 %
Larutan fruktosa 1 %
Larutan amilum 1 %
Madu
Reagen molish
H2SO4 pekat
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi beserta rak
Gelas ukur
Pipet tetes

Cara kerja
Disediakan 5 tabung reaksi dan masukkan kedalam tabung berturut-turut
1 ml glukosa, 1 ml sukrosa, 1 ml fruktosa, 1 ml amilum, 1 ml madu.

23
Kedalam masing-masing tabung reaksi tambahkan 3 tetes larutan
molish, kocok pelan
Melalui dinding tabung tambahkan lambat-lambat 1 ml asam sulfat pekat
(miringkan tabung), perhatikan warna yang terbentuk.

2. Reduksi Dengan Garam Perak


Bahan-bahan yang digunakan :
Glukosa 1%
Sukrosa 1%
Larutan NH4OH 1 M
Larutan AgNO3 0,1 M
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Beaker gelas
Kawat kasa, kaki tiga
Lampu spritus
Pipet tetes

Cara kerja
Ambil dua tabung reaksi ( A dan B) kemudian kedalam tabung reaksi
masukkan larutan AgNO3 masing-masing sebanyak 1 ml
Kemudian ke dalam kedua tabung reaksi ini ditambahkan larutan NH4OH
tetes demi tetes, sambil dikocok ( sampai endapan yang terbentuk
melarut lagi )
Ke dalam tabung reaksi A tambahkan 1 ml larutan glukosa dan ke dalam
tabung reaksi B masukkan 1 ml larutan sukrosa
Kedua tabung dipanaskan diatas penangas air selama beberapa menit,
amati perubahan yang terjadi.

3. Uji fehling
Teori
Pereaksi fehling dan benedict merupakan pereaksi oksidator ( CuSO 4
dalam kalium natrium Tartarat dan NaOH). Monosakarida dan beberapa

24
disakarida mempunyai sifat mereduksi. Glukosa mereduksi CU+2 menjadi CU+
dalam suasana basa membentuk endapan merah bata ( Cu 2O) .
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan fehling A
Larutan fehling B
Larutan glukosa 1%
Larutan sukrosa 1%
Larutan amilum 1%
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
Beaker gelas
Kawat kasa, kaki tiga
Lampu spritus
Pipet tetes
termometer

Cara kerja
Masukkan kedalam tabung reaksi 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan
fehling B, campur larutan dan dibagi kedalam 3 tabung reaksi ( A, B dan
C)
Ke dalam tabung reaksi A tambahkan 1 ml larutan glukosa
Ke dalam tabung reaksi B tambahkan 1 ml larutan Sukrosa
Ke dalam tabung reaksi C tambahkan 1 ml larutan Amilum
Panaskan ketiga tabung reaksi dalam penangas air pada suhu 60 oC
selama 10 menit, amati perubahan warna yang terjadi pada masing-
masing tabung reaksi.

4. Hidrolisis Amilum
Teori
Amilum terdiri dari 2 macam polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin.
Amilum tersuspensi didalam larutan air panas menjadi koloid kental. Koloid ini
jika ditambahkan dengan iodium akan berwarna biru. Warna biru dihasilkan
oleh interaksi iodium dengan amilosa, sedangkan dengan amilopektin akan

25
menghasilkan warna ungu. Disamping itu amilum dapat dihidrolisis
menggunakan enzim amilase atau asam dan akan menghasilkan maltosa dan
glukosa.
Bahan-bahan yang digunakan :
larutan amilum 1%
HCl 6M
NaOH 6M
Larutan iodium
Reagen Benedict
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Beaker gelas
Plat tetes
Kawat kasa, kaki tiga
Lampu spritus

Cara kerja
Masukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml amilum.
Kemudian tambahkan 1 ml HCl 6M
Selanjutnya tabung reaksi dipanaskan diatas penangas air selama 20
menit
Setiap 1 menit ambil beberapa tetes larutan dalam tabung reaksi diatas
dan dimasukkan ke dalam plat tetes kemudian ditambah 1 tetes iodium
apabila tidak terbentuk lagi warna biru berarti hidrolisis telah selesai)
Hasil hidrolisis didinginkan kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 6 M
Ambil 1 ml larutan hasil hidrolisis diatas kemudian ditambah dengan 2 ml
reagen Benedict, panaskan diatas penangas air
Perhatikan warna yang terjadi dan tentukan senyawa kimia yang
terbentuk dari hasil hidrolisis tersebut.

26
PECOBAAN IX
MINYAK DAN LEMAK

Tujuan Percobaan
Mempelajari beberapa sifat dari minyak/lemak

Teori
Lemak/minyak adalah senyawa non polar termasuk golongan gliserida
yang merupakan senyawa ester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak
adalah asam karboksilat rantai panjang, rantainya bisa jenuh atau tidak jenuh.

1. Uji Lemak yang mengandung asam lemak Jenuh dan Tidak jenuh
Bahan-bahan yang digunakan :
Minyak Bimoli
Minyak Kelapa
Aseton
Brom dalam CCl4
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Cara kerja :
Ambil dua tabung reaksi (A dan B ) dan kedalam masing-masing tabung
reaksi tambahkan minyak kelapa dan Bimoli sebanyak 1 ml minyak.
Kemudian ke dalam tabung reaksi A dan B masing-masing tambahkan 1
ml aseton dan 2 ml air Brom (dalam CCl4 )
Kemudian di kocok dan amati perubahan yang terjadi.

2. Kelarutan Minyak
Bahan-bahan yang digunakan :
Minyak Bimoli
Minyak Kelapa
Aseton
Brom dalam CCl4
Alat-alat yang digunakan :

27
Tabung reaksi
Pipet tetes
Cara kerja :
Isilah tabung reaksi masing-masing dengan 2 mL air, 2 mL CHCl3, 2 mL
etanol, 2 mL aseton.
Ke dalam setiap tabung reaksi tambahkan 10 tetes minyak kelapa,
kocok.
Amati dalam pelarut yang mana minyaknya dapat larut.

3. Penentuan Bilangan Penyabunan


Teori
Sifat fisik dari minyak antara lain tidak larut dalam air akan tetapi larut
dalam beberapa pelarut organik ( non polar) : Misalnya aseton, kloroform dan
benzen.
Lemak/minyak dapat dihidrolisis dengan basa (NaOH atau KOH)
menghasilkan sabun dan prosesnya disebut dengan proses penyabunan.
Bilangan penyabunan digunakan untuk menentukan jumlah alkali (basa) yang
digunakan untuk menyabunkan sejumlah sampel minyak. Ini sebagai indikasi
banyaknya asam lemak yang terkandung didalam lemak/minyak

H2C O COR1 H2C OH


HC O COR1 HC OH + 3RCOONa
+ NaOH
C O COR1 C OH
H2 H2
(Sabun)
Bilangan penyabunan dihitiung dengan rumus :
Bilangan penyabunan =ml titrasi (blanko-sampel) x N HCl x 56,1
Berat sampel (g)

Bahan-bahan yang digunakan :


Minyak
Larutan KOH 0,5 M
Indikator PP
Larutan HCl 0,5 M
Alat-alat yang digunakan :
Erlenmeyer
28
Gelas ukur
Pipet tetes
Buret dan statip
Cara kerja
Sebanyak 1 g minyak dalam erlenmeyer ditambahkan 10 ml KOH 0,5 M
beralkohol ( SAMPEL), kemudian dipanaskan beberapa menit sampai
tidak kelihatan ada butiran minyak.
Kemudian didinginkan sehingga sampel tersabunkan dengan sempurna.
Setelah dingin, ditambahkan 1 tetes indikator pp.
Kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 M ( sampai warna pink hilang) catat
volume HCl yang terpakai
Untuk blanko, sebanyak 10 ml KOH 0,5 M beralkohol dititrasi dengan
HCl 0,5 M dengan menggunakan indikator pp (titik akhir titrasi ditandai
dengan hilangnya warna merah muda)

29
PERCOBAAN X
PROTEIN

Tujuan Percobaan
Mempelajari beberapa reaksi identifikasi secara kualitattif atau pengenalan
protein dan sifat-sifat dari protein.

Teori
Protein adalah senyawa polimer yang dibentuk oleh monomer-monomer
asam amino yang terikat satu sama lainnya melalui ikatan peptida oleh karena
itu protein dapat juga disebut dengan senyawa polipeptida. Asam amino adalah
asam karboksilat yang mengandung gugus amin, terdiri dari 20 jenis dan
masing-masing asam amino dibedakan oleh gugus R nya.
H

H2N C COOH
R
(Monomer asam amino)
Protein dapat diendapkan dengan beberapa senyawa kimia antara lain
dengan senyawa organik (aseton), garam-garam anorganik (NaCl; (NH4)2SO4)
dan dengan asam (asam aetat)

Protein dapat diendapkan dengan beberapa senyawa kimia antara lain


dengan senyawa organik (aseton), garam-garam anorganik (NaCl; (NH4)2SO4)
dan dengan asam (asam aetat)

1. Koagulasi Protein
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan putih telur 1 : 1
Larutan asam asetat 1 M
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Gelas ukur
30
Beaker gelas
Lampu spritus
Pipet tetes
Penjepit tabung reaksi
Cara kerja
Kedalam sebuah tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan putih telur
Kemudian ditambahkan 5 tetes larutan CH3COOH, dan dikocok.
Setelah itu dipanaskan bagian bawah tabung reaksi sampai larutan mulai
mendidih
Bandingkan bagian bawah dengan bagian atas tabung reaksi.

2. Reaksi Biuret
Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan putih telur
Larutan NaOH 2 M
Larutan CuSO4
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur
Cara kerja
Diisi sebuah tabung reaksi dengan 2 ml larutan putih telur
Tambahkan 1 ml larutan NaOH, kocok
Tambahkan 5 tetes larutan CuSO4, amati perubahan yang terjadi.

3. Reaksi Dengan Ion Logam


Bahan-bahan yang digunakan :
Larutan putih telur (1:4)
Laruatan AgNO3 0,1
Larutan FeCl3 0,1 M
Larutan Pb(NO3)2
Larutan CuSO4
Alat-alat yang digunakan :
Tabung reaksi

31
Gelas ukur
Pipet tetes
Cara kerja
Diisi 4 tabung reaksi (A B C D) masing-masing dengan 1 ml larutan putih
telur
Kedalam tabung reaksi A tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3,
kemudian amati perubahan yang terjadi.
Kedalam tabung reaksi B tambahkan beberapa tetes larutan CuSO 4,
kemudian amati perubahan yang terjadi.
Kedalam tabung reaksi C tambahkan beberapa tetes larutan FeCl 3,
kemudian amati perubahan yang terjadi.
Kedalam tabung reaksi D tambahkan beberapa tetes larutan Pb(NO 3)2,
kemudian amati perubahan yang terjadi.

32

Vous aimerez peut-être aussi