Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari
Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang
diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu
penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhipendengaran dan
keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang
berupavertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara
progresif, biasanya pada satutelinga.
Diperkirakan bahwa 2,4 juta orang di Amerika Serikat menderita
penyakit Meniere. Lebih sering pada orang dewasa, dengan rata-rata
usia awitan pada usia 40-an. Gejalabiasanya dimulai antara umur 20 dan
6; namun ada juga dilaporkan diderita oleh anak-anakpada usia 4 dan
dewasa pada semua usia sampai usia 90-an. Penyakit Meniere nampaknya
sama pada kedua jenis kelamin, dan telinga kanan maupun kiri
dapat terkena dengankecenderungan yang sama. Terjadi bilateral
pada 20% pasien dan sampai 20% pasienmempunyai riwayat
keluarga yang positif terhadap penyakit ini.
Penyakit Meniere disebabkan oleh peningkatan volume dan
tekanan dari endolimfe padatelinga dalam. Maniere merupakan suatu
kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias
gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan
vertigo (Kapita Selekta Edisi 3). Penyakit Pengertian vertigo berasal dari
bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.Pengertian vertigo adalah :
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungansekitarnya,
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan
alatkeseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu
gejala pusing saja,melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri
dari gejala somatik (nistagmus,unstable), otonomik (pucat, peluh dingin,
mual, muntah) dan pusing. Tinnitus merupakan gangguan pendengaran

2
dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan
bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu
sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit
sehingga harus di ketahui penyebabnya.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa meniere merupakan
penyakit pendegaran yang bisa menyerang anak-anak maupun dewasa.
Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai penyakit meneire muali
dari penyebab, gelaja dan penaganan yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari meniere ?
2. Apa klasifikasi meniere ?
3. Apa etiologi meniere ?
4. Bagaimana patofisiologi dari meniere ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari meniere ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari meniere ?
7. Bagaimana komplikasi dari meniere ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dari meniere ?
9. Bagaimana pathways meniere ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari meniere ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari meniere
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari meniere
3. Untuk mengetahui etiologi dari meniere
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari meniere
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari meniere
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari meniere
7. Untuk mengetahui komplikasi dari meniere
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari meniere
9. Untuk mengetahui pathways meniere
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari meniere

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Meniere dinamakan sesuai nama seorang dokter Perancis,
Prosper meniere yang pada tahun 1981 pertama kali menerangkan
mengenai trias gejala (vertigo tak tertahankan episodik, tinitus dan
kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi) sebagai penyakit
telinga dan bukan merupakan penyakit sentral atau otak. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Penyakit Maniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya
belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo (Mansjoer, 2009).
Penyakit Meniere adalah gangguan kronis saluran semisirkular dan
labirin telinga dalam, tampak berhubungan dengan over produksi
endolimfe di telinga dalam (Elizabeth J Corwin, 2009).
Penyakit Meniere adalah gangguan telinga bagian dalam yang
menyebabkan pusing berat (vertigo), telinga berdenging (tinnitus),
gangguan pendengaran, dan telinga terasa penuh. Penyakit meniere
biasanya hanya mempengaruhi satu telinga.(NIDCD, 2010).
Penyakit Meniere adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
episode intermiten vertigo dengan sensorineural terkait gangguan
pendengaran, tinnitus dan sensasi tekanan aural.(Joseph Manjaly, 2011)
Penyakit meniere yang juga dikenal sebagai hidrops endolimfatik,
merupakan disfungsi labirintin yang menyebabkan vertigo parah,
kehilangan pendengaran sensorineural dan tinitus. (William & Wilkins,
2011).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyakit Meniere Disease adalah penyakit yang juga dikenal
sebagai hidrops endolympatik yang merupakan gangguan kronis saluran
semisirkular dan labirin telinga dalam serta mempunyai trias gejala yang
khas yaitu gangguan pendengaran, telinga berdenging (tinitus) dan dapat
menyebabkan pusing berat (vertigo).

4
B. Klasifikasi
1. Penyakit meniere vestibuler
a. Vertigo hanya bersifat episodic
b. Penurunan respons vestibuler atau takada respons pada
telinga yang sakit
c. Tak ada gejala koklea
d. Tak ada kehilangan pendengaranobjektif
e. Kelak dapat mengalami gejala dan tandakoklear
2. Penyakit meniere klasik
a. Mengeluh vertigo
b. Kehilangan pendengaran sensorineuralberfluktuasi
c. Tinnitus
3. Penyakit meniere koklea
a. Kehilangan pendengaran berfluktuasi
b. Tekanan atau rasa penuh aural
c. Tinnitus
d. tak ada vertigo
e. uji labirin vestibuler normal
kelak akan menderita gejala dan tandavestibule

C. Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda.
Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena
adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan
hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe
mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media.
Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat
dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya
hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri

5
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan endolimfa
5. Infeksi telinga tengah
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7. Trauma kepala
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat
mencetuskan penyakit Meniere:
1. Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada
laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes
simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan
juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat
perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya
karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang
tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter
dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran
endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya
mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan
panyakit Meniere adalah sebagai berikut : Sakus endolimfatikus
mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada
saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu. Kompleks
antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari

6
sakus endolimfatikus. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus
yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat
menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini
diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat
fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops
endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini
dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001
bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6%
dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang
banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada
sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere
diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan
penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun
terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga
mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere
didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah
seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti
Sjoegren. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)

D. Patofisiologi
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan
pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran reissner. Terdapat
penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea
(helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea,
kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.

7
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh
pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut
dapat terjadi ruptur membran reissner sehingga endolimfe bercampur
dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara
yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan
endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang
reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari
membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala
vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo
kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari
labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara
mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan
penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya
tekanan endolimfatikus.

E. Manifestasi Klinis
Penyakit Meniere ditandai dengan empat gejala diantaranya ;
1. Kepenuhan Aural
Kepenuhan aural adalah perasaan penuh atau tekanan dalam
telinga. Gejala penyakit meniere dimulai dengan perasaan penuh
di telinga kemudian terjadi tinnitus penurunan fungsi pendengaran
diikuti degan vertigo yang berat disertai mual muntah.
2. Gangguan Pendengaran
Pada penyakit meneire dapat berfluktasi, terutama pada permuaan
penyakit.
3. Tinnitus atau suara berdenging
Tinitus dan rasa penuh dalamtelinga mungkin hanya ada sebelum
serangan, atau bisa juga menetap. Perubahan tekananPerubahan

8
tekananbarometric atau posisi dapat terjadi memicu terjadinya
serangan.
4. Vertigo
Tubuh akan merasa seolah-olah ruangan berputar dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo biasanya berlangsung dari beberapa menit
sampaibeberapa jam dan dapat disertai mual dan atau muntah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes gliserin
Pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali
dan dibandingkan.
2. Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya
dapat ditemukan rekrutinen.
3. Elektrokokleografi
Menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita
penyakit meniere.
4. Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan
respons vestibuler.
5. CT scan atau MRI kepala
6. Elektroensefalografi
7. Stimulasi kalorik (Mandal, Ananya : 2013)

G. Komplikasi
1. Neuronitis vestibularis
Suatu penyakit yang ditandai oleh adanya serangan vertigo
(perasaan berputar) mendadak akibat peradangan pada saraf yang
menuju ke kanalis semisirkularis. Serangan vertigo yang pertama
sangat berat, disertai dengan mual dan muntah dan berlangsung
selama 7-10 hari
2. Labarinitis (vestibular neuritis)
Pembengkakan dan inflamasi di telinga bagian dalam yang
biasanya disebabkan visus atau (meskipun jarang) bakteri. Gejala

9
labaritis yang paling umum antara lain, kehilangan pendengaran,
vertigo,pusing, hilang keseimbangan dan mual.
3. Tuli total
4. Vertigo posisi paroksimal jinak (VJJP)
5. Vertigo servical

H. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang
mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi
penyakit.
1) Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3
kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain
adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator
digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan
vaskuler.
2) Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori
bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan
saraf autonom di telinga dalam.
3) Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa
hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops
endolimfatik.
b. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat
defisiensi vitamin.Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B
kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid
(Lipoflavonoid).
1) Diet rendah garam dan Pemberian diuretic

10
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah
agar menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga
menurunkan cairan endolimfe.
2) Program pantang makanan
Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan
akibat terjadinya suatu alergi makanan.
c. Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi
hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab
dasar penyakit Meniere.
1) Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer
seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan
menurunkan frekuensi serangan vertigo.
2) Antihistamine dan antiemetic
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau
mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere.
Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat
(dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang
biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
d. Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi
keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi
penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.

2. Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan
terapi.Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus
endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga
yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko
menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi
serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan

11
dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan
bedah nondestruktif.
a. Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus,
merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit
Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada
telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila
kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat
sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi
normalnya.
b. Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet
rendah garam (2000 mg/hari).Jumlah natrium merupakan salah satu faktor
yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.Retensi natrium dan
cairan dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan
perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau
ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah.Makanan
berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium
daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya
berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat
atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau
senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.

Makanan yang diperbolehkan adalah :


c. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang
berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
- Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula
pasir.

12
- Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang
hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar,
oncom.
- Minyak goreng, margarin tanpa garam
- Sayuran dan buah-buahan
- Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri,
kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
d. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.
e. Minuman seperti the, sirup, sari buah.
Makanan yang perlu dibatasi adalah semua bahan makanan segar atau
diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
- Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur dan atau soda.
- Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin,
ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
- Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
- Margarin, mentega.
- Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
- Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
- Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco,
tomato ketcup. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang
mengandung lebih banyak natrium.
Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan adalah Kafein dan nikotin
merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat
mengurangi gejala.Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh
reaksi alergi terhadap alkohol yang di hasilkan dari proses fermentasi dari
ragi.

13
J. Asuhan Keperawatan

Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan, nama
ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1) Keluhan Utama : vertigo
2) Riwayat Penyakit Sekarang : tinnitus (suara meraung, seperti mesin atau
bordering dalam telinga). Biasanya tinnitus memburuk atau akan tampak
tepat sebelum timbulnya vertigo. Gangguan pendengaran : suara-suara
yang keras mungkin menjadi tidak nyaman dan mungkin tampak
menyimpang pada telinga.
3) Riwayat Penyakit dahulu :terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah
yang abnormal yang disebabkan oleh malabsorpsi dalam sakus
endolinfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang
menderita penyakit meniere mengalami sumbatan pada duptus
endolinfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hydrop
endolinfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolin fatikus. Baik
peningkatan tekanan dalam sistem ataupun rupture membran telinga
dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala meniere.
4) Riwayat Keluarga : pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien
mempunyai orang tua yang menderita penyakit meniere juga. Predisposisi
herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis
saluran endolinfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
c. Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda-Tanda Vital :
Suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate (RR)
3. Pemeriksaan pendengaran

17
a. Tes Weber :untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien. Pada pasien meniere pemeriksaan weber
mendapatkan hasil suara hanya terdengar pada telinga kiri.
b. Tes Rinne
c. Tes Swabach

4. Pemeriksaan per sistem :


a. B1 : Breathing (Sistem Pernapasan)
a) Bentuk dada
b) Pola nafas : normal
c) Suara napas : normal
d) Retraksi otot bantu napas : tidak ada
e) Alat bantu pernapasan : tidak ada
b. B2 : Blood (Sistem Kardiovaskular)
a) Irama jantung : regular; S1,S2 tunggal
b) Akral : normal
c) Tekanan darah : hipotensi
c. B3 : Brain (Sistem Persyarafan)
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo
d. B4 : Bladder (Sistem Perkemihan)
Normal
e. B5 : Bowell (Sistem Pencernaan)
Asupan nutrisi : terganggu akibat mual, muntah dan
anoreksia
f. B6 : Bone (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal)
a) Turgor kulit : menurun
b) Mobilitas fisik : lemah, malaise
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pneumo-otoskopi untuk melihat ada tidaknya nistagmus
a. Romberg test
b. Fukuda marching step test
c. Dix-Hallpike test atau tes kalori bitermal
a) Audiogram

18
b) Tes gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah
diperiksa kalori dan audiogram. Setelah 2 jam
diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan
bermakna menunjukkan adanya hidrops
endolimfatikus.
2) Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang
menderita penyakit meniere.
3) Politom Elektronistagmogram
Bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
a) CT scan atau MRI kepala
b) Elektroensefalografi
c) Stimulasi kalorik
d) Videonistagmography

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah :
intake tidak adekuat.
2. Resiko cidera berhubungan dengan cara berjalan terganggu.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan vertigo.
4. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan ketulian
sementara.
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

19
ASUHAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Perencanaan keperawatan


O keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Resiko kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan catatan intake dan
volume cairan keperawatan selama 1x24 jam output yang akurat.
berhubungan diharapkan cairan elektrolit 2. Monitor status hidrasi
dengan mual dalam tubuh simbang, intake (kelembaban membran mukosa,
muntah : intake cairan adekuat, nutrisi nadi adekuat, tekanan darah
tidak adekuat. terpenuhi dengan kriteria ortostastik), jika diperlukan.
hasil 3. Monitor vital sign.
1. Mempertahankan urine 4. Monitor masukan makanan/
output sesuai dengan cairan dan hitung intake kalori
usia dan BB, BJ urine harian.
normal, HT normal. 5. Kolaboreasikan pemberian
2. Tanda-tanda vital dalam cairan IV.
rentang normal (RR:16- 6. Monitor status nutrisi.
24, nadi:110-120 7. Tawarkan snack (jus buah, buah
sistole/70-80 diastole). segar).
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
4. Elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
2. Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan 1. Sediakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam aman untuk pasien.
dengan cara diharapkan pasien terbebas 2. Identifikasi kebutuhan
berjalan terganggu. dari resiko cidera dengan keamanan pasien, sesuai
kriteria hasil : dengan kondisi fisik dan
1. Klien terbebas dari cidera. fungsi kognitif pasien dan
2. Klien mampu menjelaskan riwayat penyakit terdahulu

20
cara/metode untuk pasien.
mencegah injury/cedera. 3. Menganjurkan keluarga
3. Klien mampu menjelaskan untuk menemani pasien.
faktor resiko dari 4. Berikan penjelasan pada
lingkungan/perilaku pasien dan keluarga atau
personal. pengunjung adanya
4. Mampu memodifikasi perubahan status kesehatan
gaya hidup untuk dan penyebab penyakit.
mencegah injury.
5. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
3. Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian pola tidur
tidur berhubungan keperawatan selama 1x24 jam pasien, karakteristik, dan
dengan vertigo. diharapkan klien dapat lebih penyebab kurang tidur.
rileks dan lebih segar dengan 2. Lakukan mandi air hangat
kriteria hasil : sebelum tidur.
1. Pasien tidak sering 3. Anjurkan makan yang cukup
terbangun. satu jam sebelum tidur.
2. Pasien tampak segar dan 4. Pastikan keadaan tempat tidur
tidak mengalami nyaman, bersih dan bantal
gangguan pola tidur. yang digunakan nyaman.
5. Berikan pengobatan seperti
analgetik dan sedatife
setengah jam sebelum tidur.
6. Bantu pasien untuk melakukan
relaksasi misalnya dengan
mendengarkan musik.
4. Gangguan persepsi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji penyebab, lokasi
sensori keperawatan 3x24 jam ganguan pendengaran pada
pendengaran diharapkan klien tidak klien dan waktu mulai
berhubungan mengalami ketulian dengan terjadinya gangguan
dengan ketulian kriteria hasil : pendengaran.

21
sementara. 1. Pasien tidak mengalami 2. Kaji tingkat ketajaman
gangguan pendengaran. audiotorius dengan mengkaji
kemampuan klien dalam
mendengarkan, seperti
membisikankata atau dengan
detakan jam tangan.
3. Monitor tingkat kelemahan
persepsi klien.
4. Bantu klien memperbaiki
komunikasi seperti berbicara
dengan tegas dan jelas.
5. Ajarkan cara berkomunikasi
yang tepat yaitu
menggunakan tanda non
verbal seperti ekspresi wajah,
menunjukkan dengan sikap
tubuh.
6. Mengurangi kegaduhan
lingkungan.
5. Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 menenangkan.
dengan kurangnya jam diharapkan klien dapat 2. Nyatakan dengan jelas
pengetahuan. mengontrol kecemasannya harapan terhadap pelaku
dan tingkat kecemasan klien pasien.
dapat berkurang dengan 3. Jelaskan semua prosedur dan
kriteria hasil : apa yang dirasakan selama
1. Klien mampu prosedur.
mengidentifikasi dan 4. Pahami prespektif pasien
mengungkapkan gejala terhadap situasi stress.
cemas. 5. Temani pasien untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi takut.

22
menunjukkan tehnik 6. Identifikasi tingkat
untuk mengontrol cemas kecemasan.
3. Vital sign dalam batas 7. Dorong pasien untuk
normal. mengungkapkan perasaan,
4. Postur tubuh, ekspresi ketakutan, persepsi.
wajah, bahasa tubuh dan 8. Instruksikan pasien
tingkat aktivitas menggunakan teknik
menunjukkan relaksasi.
berkurangnya
kecemasan.
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Kolaborasikan dengan tenaga
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam rehabilitasi medik dalam
dengan kelemahan diharapkan klien mampu merencanakan program terapi
fisik. beraktivitas normal dengan yang tepat.
kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
aktivitas fisik tanpa yang mampu dilakukan.
disertai peningkatan 3. Bantu untuk memilih
tekanan darah, nadi dan aktivitas konsisten yang
RR. sesuai dengan kemampuan
2. Mampu melakukan fisik, psikologi dan social.
aktivitas sehari-hari 4. Bantu untuk mengidentifikasi
(ADLs) secara mandiri. dan mendapatkan sumber
3. Tanda-tanda vital normal. yang diperlukan untuk
4. Energy psikomotor. aktivitas yang diinginkan
5. Level kelemahan. 5. Bantu untuk mendapatkan
6. Mampu berpindah: alat bantuan aktivitas seperti
dengan atau tanpa bantuan kursi roda, kruk.
alat. 6. bantu klien untuk membuat
7. Status kardiopulmunari jadwal latihan di waktu
adekuat. luang.
8. Sirkulasi status baik. 7. Bantu pasien atau keluarga

23
9. Status respirasi: untuk mengidentifikasi
pertukaran gas dan kekuranga dalam beraktifitas.
ventilasi adekuat. 8. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Meniere dinamakan sesuai nama seorang dokter
Perancis, Prosper Meniere, yang pada tahun 1861 pertama kali
menerangkan mengenai trias gejala (vertigo tak tertahankan episodik,
tinitius, dan kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi) sebagai
penyakit telinga dan bukan merupakan penyakit sentral atau otak. Etiologi
penyakit Meniere tidak diketahui, namun terdapat berbagai teori termasuk
pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal-abnormal pada aliran darah
yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi
alergi, dan gangguan autoimun. Beberapa ahli menyalahkan gangguan
mikrovaskular di telinga dalam sehingga terjadi peningkatan di atas
normal kadar metabolit (glukosa, insulin, trigliserida, dan kolesterol)
dalam darah.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana
terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang
disebabkan oleh malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada
bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere
mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya,
selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang
endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun rupture
membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere,
seperti trauma, infeksi, alergi, dan fistula perilimfe, dan otosklerosis.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi
penyusun.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua.

25
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan
anak fakultas kedokteran universitas Indonesia

Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC

Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA, HIDUNG,
TENGGOROKAN, KEPALA dan LEHER edisi keenam. Balai penerbit FKUI:
Jakarta.

Baughman C. Diane (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit buku


kedokteran ECG, Jakarta.

Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Soepardi, Eflaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan, Kepala & Leher. Jakarta : FKUI.

Robert Priharjo. (2002). Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin H, dkk. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda&NIC-NOC jilid 2. Jogjakarta : Mediaction.

26

Vous aimerez peut-être aussi