Vous êtes sur la page 1sur 58

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

FARMASI PERAPOTEKAN

LAPORAN TUGAS KHUSUS


DI APOTEK KIMIA FARMA 199 ERLINA MAKASSAR
GELOMBANG I
PERIODE 02 FEBRUARI 28 FEBRUARI 2017

MERCHANDISING

MARCE DATU RANDA


N211 16 032

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Profesi Aporeker

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
FARMASI PERAPOTEKAN

LAPORAN TUGAS KHUSUS


DI APOTEK KIMIA FARMA 199 ERLINA MAKASSAR
GELOMBANG I
PERIODE 2 FEBRUARI 28 FEBRUARI 2017

MARCE DATU RANDA


N21116032

Menyetujui,
Pembimbing Teknis
Manajer Apotek Pelayanan Kimia Farma 199 Erlina

Sri Dian Fitria, S.Si.., Apt.

Mengetahui,

Koordinator PKPA Perapotekan PT. Kimia FarmaApotek


Program Studi Profesi Apoteker BM Makassar
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Dr. Aliya, M.Si.,Apt. Muhardiman, S.Si., Apt


NIP. 19570704 198603 2 001 No.SIPA:446/20904/SIPA/DKK/IX/2012

Makassar, 5 Maret 2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus untuk setiap hikmat dan
anugerah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas khusus tentang Merchandising pada Praktik Kerja Profesi Apoteker di
Apotek Kimia Farma 199 Erlina Makassar.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
yang tulus kepada :
1. Bapak Muhardiman, S.Si., Apt, selaku Manajer Bisnis Apotek Kimia Farma
Wilayah Makassar.
2. Ibu Sri Dian Fitria, S.Si., Apt. dan Ibu Yulfie, S.Si., Apt. selaku pembimbing
merchandising dan secara khusus kepada Ibu Sri Dian Fitria, S.Si., Apt. selaku
Apoteker Penanggung Jawab di Kimia Farma 199 Erlina
3. Dekan Fakultas, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Hasanuddin.
5. Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.
6. Segenap dosen-dosen, pegawai dan pengelola Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
7. Seluruh staf, karyawan dan karyawati Apotek Kimia Farma 199 Erlina.
8. Peserta PKPA Farmasi Perapotekan Apotek Kimia Farma 199 Erlina atas
kerja samanya selama pelaksanaan PKPA Perapotekan.
9. Orang tua serta adik-adik yang senantiasa memberikan semangat dan doa
kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Atas segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, penulis ucapkan
banyak terima kasih semoga Tuhan selalu memberi berkat yang tak terhingga
kepada kita sekalian.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dari penyusunan tugas sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian. Amin.

Makassar, Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Maksud dan Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum Apotek 3
II.2 Tinjauan Khusus Kimia Farma 16
II.3 Tugas Khusus 23
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 35
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan 38
IV.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Menurut Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu
tempat tertentu dilakukannya erkerjaan farmasi, penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek merupakan salah satu
sarana yang turut serta mewujudkan tercapainya pembangunan nasional di bidang
kesehatan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan
bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien
(patient oriented).
Apoteker merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap
seluruhkegiatan yang berlangsung di apotek. Seorang apoteker diharapkan
mampu menguasai segala kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan teknis
farmasi dan non teknis farmasi, yang meliputi kegiatan perencanaan persediaan,
pelayanan, pemberian informasi mengenai obat yang diberikan dan segala macam
kegiatan administrasi yang dilakukan di apotek (Hartono, 1998). Oleh karena itu,
seorang apoteker harus mempunyai kemampuan manajemen untuk pengelolaan
apotek yang dikelolanya sehingga dapat mendapatkan keuntungan bagi apotek
tersebut. Selain itu, apoteker juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi
dalam menyampaikan informasi obat kepada pelanggan tentang dosis, cara
pemakaian, waktu penggunaan, dan lainnya.
Untuk mengelola apotek dibutuhkan seorang Apoteker sebagai tenaga
profesional yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, karena memiliki pengetahuan tentang
obat-obatan serta manajemen apotek mulai dari kelayakan, pengadaan barang
hingga pengelolaan apotek.
Sebagai perantara, apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan
perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, memiliki beberapa fungsi
kegiatan yaitu : pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan, dan
pembukuan, sehingga agar dapat di kelola dengan baik, maka seorang Apoteker
Pengelola Apotek (APA) di samping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga
diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu Pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi
(accounting). Tidak dapat dipungkiri bahwa apotek adalah salah satu model
badan usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya.
Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk menjual komoditinya, dalam
hal ini obat dan alat kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan
keuntungan.
Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan keuntungan perlu
dilaksanakan salah satunya dengan kegiatan merchandising. Merchandising
adalah aktivitas/kegiatan yang berhubungan langsung dengan penjualan produk
kepada konsumen dan merupakan bidang yang berperan dalam menentukan
keunggulan bersaing dari retailer.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apakah merchandising yang diterapkan di Kimia Farma 199 Erlina sudah
sesuai standar yang ditetapkan?
2) Apakah terjadi peningkatan omset setelah dilakukannya proses merchandising
di Apotek Kimia Farma 199 Erlina ?

I.3 MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Untuk mengetahui pengaruh penerapan mercahdising terhadap
omset yang diperoleh di Kimia Farma 199 Erlina.
2. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam rangka pengembangan praktik farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Apotek


II.1.1 Pengertian apotek
Menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (Permenkes, 2014). Apotek
merupakan salah satu sarana pelayanan untuk masyrakat di bidang kesehatan.
Untuk mengelolah apotek, dibutuhkan seorang apoteker sebagai tenaga
profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian, karena memiliki pengetahuan tentang obat-
obatan serta manajemen apotek (1).
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi
pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented).
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas
Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat
dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
II.1.2 Landasan Hukum Apotek
Landasan hukum pendirian sebuah apotek berpedoman pada: (2)
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat
Wajib Apotek
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993/Tentang Kriteria
Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993/ Tentang Obat
Wajib Apotek 2
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 925/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar
Perubahan Golongan Obat No.1
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 Tentang
Peredaran Psikotropik
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Obat
Wajib Apotek No.3
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Ketentua dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 187/Menkes/Per/III/1991 Tentang
Pelaksanaan Masa Bakti dan ijin Kerja Apoteker
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 397b/Menkes/SK/VII/1991 Tentang
Larangan Peredaran Obat Tradisional yang Tidak Terdaftar.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian ijin Apotek (Hardjono, 2001).
15. Peranturan Pemerintah No. 72 Tentang Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993 Tentang
Ketentuan dan Pembarian Ijin Apotek sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1322/Menkes/Per/IX/202 Tentang
Ketentuan Pemberian Ijin Apotek
17. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
18. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
20. Undang-undang No. 5 Tahun1997 Tentang Psikotropika.
21. Undang - undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (Bpmpts
Palembang).

II.1.3 Operasional Apotek


Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: (3)
1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan
obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi
lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun
kepada masyarakat, pengamatan pelaporan mengenai khasiat, keamanan,
bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
2. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,
keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan
bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

Pelayanan kefarmasian menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 adalah


suatau pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
2 (dua) kegiatan yaitu pelayanan yang berdisat manajerial berupa pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengontrolan,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang
meliputi pelayanan resep,dan pemberian informasi obat dan atau sediaan farmasi
lainnya. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek harus
menjamin ketersediaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau, serta wajib mengikuti
standar pelayanan kefarmasian sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah.Sediaan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana
dan prasarana (4).

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pelihan jenis, jumlah dan
harga dalam rangkah pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari
kekosongan barang. Dalam giatan perencanaan perlu dilakukan
pengumpulan data obat yang akan dipesan. Data obat tersebut biasanya
ditulis dalam defekta, yaitu jumlah barang habis atau persediaan menipis
berdasarkan jumlah barang yang tersediah pada bula-bulan sebelumnya
(1).
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai perluh diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat (4).
2. Pengadaan
Dalam pengadaan perbekalan farmasi penting mempertimbangkan
pemilihan distributor yang meliputi legalitas, harga yang kompetitif,
palayanan yang cepat, potongan harga yang diberikan, taenggang waktu
pembayaran, serta dapat membelih barang dalam jumlah yang sedikit.
Pemesanan barang dapat dilakukan dengan menghubungi pemasok
melalui telepon atau dengan menggunakan serat pesanan (1).

3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (4).
4. Penyimpanan Obat
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darutat dimana isi dipindahkan ke wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baruh. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch, dan tanggal kedaluarsa. Penyimpanan
obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan obat, kelas terapi
serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO
(First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) (4)
5. Pemusnahan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotik atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (4)
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehiangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. (4)
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya sesuai
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. (4)
8. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek meliputi:
a. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi: nama
pasien, umur, jenis kelamin, berat, badan, nama dokter, nomor surat izin
praktek, alamat, nomor telepon, paraf, tanggal penulisan resep. Kajian
kesesuaian farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas,
kompatibilitas. Kajian klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat,
aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi atau polifarmasi, reaksi
obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, interaksi. Jika ditemukan
adanya ketidaksesuaian dari hasil skrining maka apoteker harus
menghubungi dokter penulis resep untuk mengkonfirmasi (4).
b. Dispensing
Dispensing terdirih dari penyiapan, penyarahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka dilakukan hal-
hal seperti menyiapkan obat sesuai dengan resep, melakukan peracikan
jika perlu, memberikan etiket, memasukkan obat dalam wadah. Setelah
dilakukan penyiapan obat, dilakukan cek kembali kesesuaian obat yang
telah disiapkan dengan yang tertulis pada resep (4).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi obat yang diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi,
rute, cara pemberian, farmakokinetik, farmakologi, keamaan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, harga,
dan lain-lain (4).
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien, atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahanman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dlam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker wajib mengawali denga
three prime question. jika dinilai pengetahuan pasien rendah, akan
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker wajib
melakukan verivikasi bahwa pasien atau keluarga pasien benar-benar
mengerti tentang obat yang digunakan (4).
Kriteria pasien yang perluh diberikan konsumen adalah pasien
kondisi khusus (pediatrik, geriatri, gangguan fungsi hati atau ginjal, ibu
hamil dan ibu menyusui), pasien dengan terapi obat jangka panjang
(TB,DM,AIDS,epilepsi), pasien yang menggunakan obat dengan instruksi
khusus (penggunaan kortikosteroid), pasien yang menggunakan obat
dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoi, teofilin), pasien dengan
polifarmasi, dan pasien denga tingkat kepatuhan rendah. (4)
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
apoteker adalah penilaian masalah yang nberhubungan dengan
pengobatan, mengidentifikasi kepatuhan pasien, pendampingan
pengelolaan obat atau alat kesehatan di rumah, konsultasi masalah obat,
monitoring pelaksanaan, dan dokumentasi pelaksanaan (4).
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO),
PTO merupakan proses yang memastikab bahwa pasien mendapatkn
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
memiimalkan efek samping (4).
g. Monitoring Efek Samping Obat.
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
onbat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjad pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (4).
9. Pengelolaan Psikotropika (5)
Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997
merupakan zat atau oabt, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi 4 beberapa golongan, yaitu:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mnyebabkan
ketergantungan.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan
ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengbatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunya potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan untuk terapi dan untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:


a. Pemesanan Psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat
lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditanda tangani oleh APA
yang dikirim ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pemesanan psikotropik
memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek ke PBF atau
pabrik obat. Penyaluran psikotropik diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1997 pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa penyerhan psikotropik oleh apotek
hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengonatan, dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropik
memuat satu items obat psikotropika (6).
b. Penyimpanan Psikotropik
Obat golongan psikotropika merupakan salah satu golongan obat yang
cenderung disalahgunakan, sehingga disaranakan untuk menyimpan obat
psikotropika dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah denga obat lain
(6).
c. Penyerahan Psikotropik
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengoatan, dokter dan kepada pasien
berdasarkan resep dokter (6).
d. Pelaporan Psikotropika
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana
peyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan lembaga penelitaian dan atau kegiatan yang
berhubungan denga spikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri
Kesehatan secara berkala, yaitusetiap bulan paling lambat tanggal 10 kepada
Dina Kesehatan Propins dengan tembusan kepada Kepala Dinkes setempat dan
BPOM (6).
e. Pemusnahan Psikotropika
Berdasaran Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang
psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan
tindak pidanana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku atau tidak dapat digunakan lagi dalam proses psikotropika, kadaluarsa
atau tidak memenui syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh
pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita
acara tersebut memuat:
1) Hari, tanggal , bula dan tahun pemusnahan
Nama pemengang ijin khusus atau apoteker pengelolah apotek
2) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek
lain
3) Nama dan jumlah pskotropika yang dimusnahkan
4) Cara pemusnahan
5) Tada tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi (6)
10. Pengelolan Narkotika (5)
Berdasarkan Undang-Undang N0. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika, narkotika dideinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yatu:
1. Narkotika golongan 1 adalah narkotika yang hanya digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi menyebabkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunaan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi ringan menyebabkab ketergantungan.
Narkotik sangat bermanfaat untuk pengobatan dan ilmu
pengetahuan, namun dapat menimulkan ketergantungan yang merugikan dan
sering disalahgunakan oleh karena itu dalam rangka mempermudah penggunaan
Narkotik di Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai
satu-satunya perusahaan yang diijinkan untuk memproduksi, mengimpor, dan
mendistribusikan narkotika. Pengelolaan narkotika meliputi:
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh PBF Kimia farma.
Pemesanan narkotik bagi apotek harus ditanda tangani oleh APA dengan
menggunkan surat pesanan 4 rangkap dimana tiap jenis pemesanan narkotik
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker
dan stempel apotek.
b. Penyimpanan Narkotika
Narkotik yang ada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh MENKES dalam UU No. 35 tahun 2009 pasa 14
ayat (1). Syarat tempat penyimpanan narkotik:
1) Seluruhnya terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat
2) Mempunyai kunci ganda yang kuat
3) Dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin
dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian
kedua digunakan untuk menyimpan narkotika lain yang dipakai sehari-
hari.
4) Apabilah tempat tersebut berukran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari
tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai (7).
c. Pelayanan Resep Narkotik
Apotek hanya melayani pembelian narkotik berdasarkan resep dokter. Denga
ketentuan yang dimuat dalam surat edaran BPOM No. 336/EE/SE/1977 yang
menyatakan bahwa:
1) Apoteker dilarang melayani resep yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali
2) Untuk resep narkotika yang beru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep
aslinya
3) Salinan resep dari resep narkotik dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan
tulisan iter pada resep yang mengandung narkotik (7).
d. Pelaporan Narkotik
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa
industri farmasi, PBF, saranan penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan
lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan pengeluaran narkotik. Laporan
tersebut meliputi laporan pemakaian narkotik dan laporan pemakaian morfin
dan petidin. Laporan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek
dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas, stempel apotek, kemudian dikirim
kepada Kepala DINKES RI Propinsi setempat dengan tembusan kepada:
1) Kepala DINKES Kabupaten/Kota
2) BPOM setempat
3) Penanggungjawab narkotik PT. Kimia Farma
4) Arsip
Laporan yang ditandantangani oleh APA meliputi:
1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik
2) Laporan penggunaan bahan baku narkotik
3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin
Laporan narkotik dibuat setiap sebulan sekali selambat-lambatnya setiap
tanggal 10 bulan berikutnya (7).
e. Pemusnahan Narkotika
Menurut PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal 9 menyatakan
bahwa pemegang khusus dan atau APA dapat memusnahkan narkotika yang
rusak atau tidak memenuhi syarat.
Pemusnahan narkotika dilakukan apabilah:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan
tidak dapat digunakan dalam proses produksi
2) Kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan
4) Berkaitan dengan tindak pidana.
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal 61, pemusnahan
narkotik dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan usaha yagn
bertanggungjawab atas produksi atau peredaran narkotika, saranan kesehatan
tertentu serta lembaga ilmu pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh MENKES. Pelaksanaan pemusnahan narkotik yang rusak atau tidak
memenuhi persyaratan pada apotek adalah:
1) Bagi apotek di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan
oleh petugas dari BPOM
2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan disaksikan Kepala
DINKES Tingkat II.

Pemusnahan narkotik yang telah dilakukan harus dibuatka berita acara


pemushnahan paling sedikit 3 rangkap, yang memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
2) Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelola
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek
tersebut
4) Nama dan jumlah narkotik yan dimusnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi (7)
f. Pelanggaran Terhadap Ketentuan Pengelolaan Apotek
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 009 tentang Narkotik, dijelaskan
bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan
narkotika dapat dikenakan sanksi administratif oleh MENKES, yang berupa
teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan, atau
pencabutan ijin (7).

II.2 Kimia Farma (Persero) Tbk


II.2.1 Sejarah Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

II.2.2 Logo Kimia Farma

Gambar 1. Logo kimia farma

Simbol matahari
a. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang lebih
baik.
b. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energy, cahaya terebut
adalah penggambaran optimism PT. Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
c. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam arah barat
secara teratur dan terus-meneru, memiliki makna adanya komitmen dan
konsistensi dlam menjalankan segala tugas yang diemban oleh PT. Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
d. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan PT.
Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi
kesehatan masyarakat.
e. Semangat yang abadi, wrna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian.Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu
semangat yang abadi.
Jenis Huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT.Kimia Farma (Persero) Tbk yang
disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energy bagi PT. Kimia
Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah
ada.
Sifat Huruf
a. Kokoh, memperlihatkan PT.Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
c. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

II.2.3 Struktur Organisasi Kimia Farma


PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang membawahi 4 Direktorat yaitu Direktorat produksi dan supply chain,,
Direktorat pengembangan bisnis, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan
human capital

Gambar 2. Struktur organisasi PT.Kimia Farma Tbk.


II.3 Kimia Farma Apotek
PT Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan Perseroan yang
didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003. Sejak tahun 2011.
KFA menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi
(apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One
Stop Health Care Solution (OSHcS) sehingga semakin memudahkan masyarakat
mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Komposisi pemegang saham PT
Kimia Farma (Persero) Tbk yaitu 99.99% dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga
Kimia Farma (YKKKF) 0.01%.

II.3.1 Visi dan Misi Kimia Farma Apotek


II.3.1.1 Visi
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan
mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di indonesia.
II.3.1.2 Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahan melalui:
1. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek- klinik-
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal
3. Mengembangkan bisnis waralaba dan peningkatan pendaratan lainnya (fee-
based income)
II.3.2 Budaya Kimia Farma
Kimia Farma mempunyai 5 asas sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang
terdiri dari:
a. Kerja ikhlas:
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
b. Kerja cerdas:
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi yang
tepat
c. Kerja keras:
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk
mendapatkan hasil terbaik
d. Kerja Antusias:
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk mencapai
tujuan bersama
e. Kerja tuntas:
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan output
yang maksimal sesuai dengan harapan

Perseroan juga telah menetapkan motto perusahaan yang merupakan nilai-


nilai inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi
acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah budaya
perusahaan (corporate culture) perseroan :

Gambar 3. Motto Kimia Farma

Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun produk
unggulan
Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai miitra kerja
Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan dengan memegang teguh profesialisme, integritas dan kerja sama
Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah.
Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang
ramah lingkungan

II.4 Kimia Farma Apotek BM Makassar

Apotek Kimia Farma Makassar memiliki 19 yang tersebar di beberapa


daerah, yaitu:
Tabel II.1 Daftar Apotek Kimia Farma yang termasuk dalam BM Makassar

No BM Nama Apotek Alamat No. Telp

1 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Sultan 0411-


Sultan Hasanuddin Hasanuddin 3617110
No.46

2 Makassar Kimia Farma Pettarani Jalan Andi 0411-


Pangeran 857287
Pettarani No.18

3 Makassar Kimia Farma l. Cendrawasih 0411-


Cendrawasih No.233 875940

4 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Urip 0411-


199 Erlina Sumoharjo No.32 449936

5 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Dr. Ratulangi 0411-


Rexa 873789

6 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Urip 0411 -


Urip Sumoharjo No.30 447940
7 Makassar Kimia Farma Perintis Jl. Perintis 0411-
Kemerdekaan 8958915

8 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Hertasning No. 0411-


Hertasning 11 442945

9 Makassar Apotek Kimia Farma Jalan Boulevard 0411-


Boulevard Ruko Ruby No. 442098
17
10 Makassar Apotek Kimia Farma Jalan 0411-
Pengayoman Pengayoman C2 438432
No.16
11 Makassar Kimia Farma Perintis Jl. Perintis 0411-
Kemerdekaan 11 8958915
No.7
12 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Ahmad Yani 0411-
33 Ahmad Yani No.17 3620942

13 Makassar Kimia Farma Sudiang Jl. Perintis 08133874


Kemerdekaan 6757
No.237, Sudiang

14 Makassar Kimia Farma Daya Jl. Perintis 0411-


Kemerdekaan, 518291
Daya

15 Makassar Kimia Farma Dg. Tata Jalan Dg. Tata 0411-


Raya No. 69A 880685

16 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Slt. Alauddin 0411-


Adaraen No. 305 845064

17 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Tamalanrea 0411-


BTP Raya BTP Blok 4773598
M No.39

18 Makassar Kimia Farma RSUP Jl. Perintis 0411-


UNHAS Kemerdekaan Km 591332
11

19 Makassar Apotek Kimia Farma Jl. Perintis 0411-


RSUP Wahidin S. Kemerdekaan Km 585904
Husodo No.11

20 Makassar Apotek Kimia Farma Jalan Adyaksa 0411-


Lacasino Baru No. 45 4673896

21 Makassar Apotek Kimia Farma 9 Jl. Sultan 0411-


Gowa Hasanudin No.9 869842

22 Makassar Kimia Farma KIMA JL Kima XV, 0411-


Daya, Kawasan 510054
Industri Kav. R
No. 4A

23 Makassar Kimia Farma Maros Jl. Poros 0411-


Makassar - Maros 372020

24 Makassar Kimia Farma Toraja JL. Pongtiku 0423-


Raya No.486 24141

25 Makassar Kimia Farma Jl. Lanto Dg 0413 -


Bulukumba Pasewang 2510117

26 Makassar Kimia Farma Jl. 0421-


Nurussamawati Nurussamawati, 22237
Bumi Harapan,
Pare-pare

27 Makassar Kimia Farma Jl. Pettanarajeng 0421-


Pettanarajeng No. 5, Pare-pare 24467

28 Makassar Kimia Farma Ambon Jl. Dr. Kayadoe 0911-


351677

II.5 Kimia Farma 199 Erlina


Apotek Kimia Farma Sudiang terletak di Jl. Urip Sumoharjo No. 32, Kec.
Maccini, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Apotek Kimia Farma 199 Erlina terdiri dari 2 lantai, memiliki 1 orang
APA, 1 orang Aping, 6 orang Asisten Apoteker dan 1 orang juru racik. Apotek
Kimia Farma 199 Erlina buka selama 24 jam degan 3 shift terbagi yaitu shift
pagi, shift siang dan shift malam dengan durasi jam kerja tiap shift adalah 7 jam.
Apotek Kimia Farma 199 Erlina dekat dengan Rumah Sakit Awal Bross dan
puskemas sehingga memudahkan pasien/pelanggan untuk datang ke apotek Kimia
Farma 199 Erlina.
Pembagian ruangan dalam hal pelayanan di Apotek Kimia Farma 199
Erlina yakni terdiri dari berbagai area yaitu, area penyiapan resep atau ruang
peracikan dan area swalayan farmasi. Pada area pelayanan resep terdiri dari
bagian penerimaan resep, kasir pelayana, penyediaan dan peracikan obat,
penyerahan obat dan ruang tunggu. Area swalayan farmasi, konsumen dapat
langsung melihat dan memilih obat atau alat kesehatan yang diinginkan dan dapat
dibantu oleh petugas untuk mencari obat yang diinginkan. Sedangkan area
pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi apotek dan pelanggan.

II.6 Tugas Khusus


II.6.1 Pengertian merchandising
Merchandising adalah segenap upaya yang dilakukan terkait dengan
pengadaan dan penanganan barang dengan jenis yang tepat, dengan harga yang
tepat/pantas, dalam jumlah yang tepat/cukup, pada saat yang tepat dan di tempat
yang pas/tepat pula. Merchandisng Process memungkinkan terjadinya perputaran
barang mulai dari barang datang, masuk gudang, dipajang, terjual, kemudian
diorder lagi, dan seterusnya. Oleh karena itu dalam merchandisng process
terdapat aktivitas-aktivitas fisik seperti: ordering, receiving, warehousing, selling,
returning, breakage/wastage, dan internal transaction (purchase/sale) (9).
Merchandising menekankan pada persediaan, harga, kualitas dan manfaat
produk bagi konsumen. Prinsip respon cepat terhadap kebutuhan dan keinginan
pelanggan harus dapat dilaksanakan dengan baik. Merchandise terbagi atas dua,
yaitu : (1)
1. Merchandise Promotion adalah upaya mendongkrak penjualan untuk
barang barang tertentu dalam periode waktu tertentu. Event promosi
ini bisa merupakan program dari supplier/produk principal atau
diagendakan oleh retailer sebagai bagian dari program marketingnya.
Bentuk promosi yang umum biasanya berupa pemberian potongan
harga, dan lain-lain.
2. Merchandise structure adalah suatu cara untuk membuat kategorisasi
atau barang-barang yang dijual sehingga ada kesamaan persepsi atas
data dan informasi barang dari keseluruhan pihak yang terlibat. Ada 3
hal terpenting dalam merchandise structure, yaitu:
a. Merchandise classification, yaitu suatu cara pengelompokan barang
berdasarkan suatu hierarki menurut kelompok kebutuhan konsumen.
b. Items data maintenance, yaitu suatu cara untuk mengidentifikasikan
suatu items dan membedakannya dari items lainnya dalam
merchandise classification
c. Supplier data maintenance, yaitu suatu cara untuk mengidentifikasi
supplier yang menjadi sumber dari bahan uang dijual. Komponen
supplier data juga menjadi salah satu dari komponan pembedah dalam
identifikasi suatu items (1).
II.6.2 Fungsi merchandising
Secara umum merchandising berfungsi sebagai berikut:
1. Menolong pelanggan mengelompokkan barang, dengan logika urutan dari
suatu visualisasi (petunjuk arah, warna, ukuran, dan jenis), pelanggan akan
lebih mudah menemukan barang yang dibutuhkan.
2. Menarik perhatian pelanggan, dengan pajangan yang sesuai dengan prinsip
visualisasi warna, ukuran, dan keselarasan interior, pelanggan cenderung
tertarik dengan apa yang dilihatnya.
3. Membangkitkan perasaan pelanggan, melalui visual, sentuhan, dan aroma,
pelanggan dapat merasakan barang yang ada secara langsung.
4. Menstimulasi ketertarikan pada produk, ini dapat terjadi melalui kemasan,
informasi, atau pamflet/selebaran dalam toko.
5. Menolong pelanggan untuk segera membuat keputusan.
6. Mempunyai stok di rak barang-barang yang fast moving
7. Menjaga keamanan stok. Dengan merchandise yang dipajang rapi
keamanan barang akan lebih terjaga (1).
a. Elemen- elemen yang Termasuk di dalam Merchandising antara lain :
1. Pemajangan, yaitu teknik memajang barang di dalam apotek, baik dalam
rangka mengkomunikasikan di bagian depan apotek maupun
mengoptimalkan pajangan barang stok di dalam apotek.
2. Iklan, yaitu mengkomunikasikan tema dan konsep barang dagangan
kepada pelanggan melalui media cetak, media elektronik, serta media
indoor dan out door
3. Promosi, maksudnya memberikan potongan harga melalui coupon
sampling, premium, bonus pack, discount, stamps, contest, dan bazar
4. Tata letak dalam apotek, menyangkut pengkondisian suasana apotek
yang berdampak langsung pada kenyamanan berbelanja pelanggan.
5. Kemasan, yaitu keberadaan kemasan yang dapat menimbulkan citra bagi
barang tersebut (1).
b. Ada beberapa ketentuan dalam menentukan Struktur Merchandise suatu
produk di PT. Kimia Farma Apotek
1. Semua Vitamin golongan obat bebas (lingkaran Hijau) dan obat bebas
terbatas (lingkaran biru) masuk dalam Departement : Health Group
: Vitamin & Supplement Category : Vitamin and Mineral,
sedangkan Vitamin sediaan Injeksi/ infus masuk Departement :
Prescription Group : Drugs Category : Intravenous & Other
Sterile Solutions, sedangkan vitamin atau nutrisi golongan obat keras
atau enteral masuk Departement : Prescription Group : Drugs
Category : Vitamins & Nutritions
2. Khusus Produk yang mengandung Bahan Alami/ ekstrak (spt. Imunos,
Imboost, Lanavision dll) yang berfungsi sebagai anti oksidan,
penambah stamina, daya tahan tubuh masuk Departement : Health
Group : Vitamin & Supplement Category : Vitamin and Mineral
3. Produk yang mengandung Vitamin dan Herbal atau Natural atau
Bahan Alam yang berfungsi sebagai multivitamin atau berkhasiat obat
dan di produksi oleh produsen khusus Food Supplement masuk Group
: Vitamin & Supplement Category : Food Supplement
4. Untuk produk sediaan Oral yang mengandung Herbal atau Natural
atau Bahan Alam dan di produksi oleh produsen jamu maka masuk
Category : Traditional Medicine Sub Category : Jamu
5. Untuk produk sediaan Oral yang mengandung Herbal atau Natural
atau Bahan Alam dan di produksi oleh bukan produsen Jamu dan
bukan produsen khusus food supplement maka masuk Category :
Traditional Medicine Sub Category : Fito Farmaka/ Herbal/
Natural
6. Produk yang masuk Fito Farmaka adalah produk yang mengandung
bahan alami yang telah ada uji klinis
7. Semua jenis Obat Kumur ( bahan alami/ medicine/ kesegaran ) masuk
dalam Group : Beauty Care Category : Oral Care Sub Category
: Oral Hygiene
8. Obat Gosok yang berupa Jamu seperti Minyak Gosok (Minyak Tawon,
Minyak Kayu Putih dll) tidak masuk Group : Traditional Medicine
tapi masuk dalam Group : Medicine Cabinet Category : Topical
Sub Category : Minyak Kayu Putih, sedangkan Obat Gosok
(Minyak Telon) masuk dalam Deptement : Baby Products Group :
Baby & Child Care Category : Bath, Skin & Hair Care Sub
Category : Minyak Telon
9. Obat Panas Dalam ( Lasegar, Larutan Kaki 3 dll ) masuk dalam
Departement : Household Group : Household Items Category :
Drinks Sub Category : Energy & Health Drink
10. Bedak/ Lotion Gatal/ Biang Keringat/ Anti Jamur (bedak purol, bedak
caladin, bedak daktarin dll) masuk Departement : Baby Products
Group : Baby & Child Care Category : Bath, Skin & Hair Care
Sub Category : Baby Powder, Medicated Powder
11. Shampo Antiseptic/ Jamur masuk Departement Personal & Beauty
Group Beauty Care Category Hair Care Sub Category Hair
Tonic, Medicated Shampoo
12. Sabun Kesehatan/ Anti Septik masuk Departement : Personal &
Beauty Group : Beauty Care Category : Soap & Bodywash
Sub Category : Medicated Soap
13. Yang masuk Group : Traditional Medicine adalah sediaan Oral, selain
sediaan Oral masuk dalam Group : Medicine Cabinet Category :
Topical atau Departement : Personal & Beauty atau Baby Products
tergantung fungsi produknya
14. Semua Obat Batuk/ Pilek/ Analgesik/ Antipiretik golongan obat bebas
(lingkaran Hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) masuk
dalam Departement : Health Group : Medicine Cabinet, sedangkan
golongan obat keras masuk Departement : Prescription Group :
Drugs
15. Semua Obat Pencernaan (stomach) golongan obat bebas (lingkaran
Hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) masuk dalam
Departement Health Group Medicine Cabinet Category
Stomach, sedangkan golongan obat keras masuk Departement :
Prescription Group : Drugs
16. Produk pemutih masuk Category Skin Care
17. Botol obat, pot salep dan serta wadah lain masuk Departement
Prescription Group Raw Material Category Raw Material
18. Produk Kapas Non Kecantikan masuk dalam Departement Health
Medical Equipment First Aid Medical Cottons. Sedangkan
Produk Kapas untuk Kecantikan masuk dalam Departement Personal
& Beauty Beauty Care Skin Care Facial Cottons
19. Semua Minuman Kesehatan/ yang Berkhasiat Obat masuk dalam
Departement : Household Group Household Items Category
Drinks
20. Produk yang berhubungan dengan kelengkapan dalam perawatan
seperti tempat bedak, pisau kecil, gunting kuku, hiasan rambut, sisir
dll masuk Departement Personal & Beauty Group Beauty Care
Category Cosmetics Cosmetics Accessories.
c. Faktor-Faktor Merchandising
Untuk dapat menarik pelanggan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah
mendeskripsikan segmen pasar atau segmen pelanggan. Setelah itu
mengoptimalkan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui
merchandising. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan secara seksama dan dapat
menarik konsumen melalui merchandising adalah (9):
a. Citra toko (Store Image)
Pelanggan akan mempunyai kesan mendalam terhadap suatu toko
berdasarkan pada pengalamannya. Semakin banyak kesukaan akan citra
toko yang pernah dilihatnya, semakin memungkinkan bagi pelanggan
untuk loyal. Aspek eksterior (logo, nama toko, petunjuk, pesan
toko/slogan yang ditonjolkan) juga perlu dioptimalkan. Meskipun hanya
bagian kecil, kebersihan pintu masuk, keset, dan bagian depan toko juga
harus terus diupayakan.
b. Pajangan depan (Window Display)
Pajangan di depan toko yang mengesankan dan jendela samping (kiri dan
kanan) sangat berpengaruh dalam menciptakan kesan positif pelanggan.
Pajangan di depan semestinya memiliki tema khusus. Ini berguna untuk
mempengaruhi pelanggan agar bersedia memiliki barang yang dijual
apotek tersebut. Tema yang sering diangkat sepanjang tahun adalah tahun
baru (masehi, imlek), liburan sekolah, hari Valentine, Lebaran, dan Natal.
Pajangan di depan juga dianjurkan memakai warna yang harmonis dan
dioptimalkan dengan penyinaran lampu yang luks. Kebersihan kaca-kaca
dan bagian dalam harus terus dijaga. Secara periodik pajangan depan harus
diganti sesuai dengan jangka waktu yang dijadwalkan dan tema yang
ditentukan.
c. Bagian dalam toko (Inside the Store)
Toko harus dibuat bersuasana penuh merchandising (item barang lengkap,
keluasan, dan kedalamannya baik jenis maupun ukurannya), namun tidak
semrawut, dan berkesan mengundang rasa ingin tahu serta membangkitkan
minat pembeli.
d. Lampu penerangan
Penerangan yang baik sangat efektif dalam membangkitkan perhatian
pelanggan. Penerangan bahkan terbukti mampu menciptakan semangat
membeli pelanggan. Penerangan juga memilki kualitas dan warna untuk
memberikan gambaran terbaik bagi merchandise toko. Untuk menciptakan
semangat membeli pelanggan, dianjurkan memakai lampu berwarna dan
penerangan yang lembut. Barang yang ada di tempat-tempat pajangan
harus diberi penerangan khusus agar lebih menarik pelanggan.
e. Exterior display
Memajang barang-barang diluar tokoh, misalnya pada waktu mengadakan
obral dan pasar malam. Tujuan dari display exterior adalah untuk:
a. Memperkenalkan suatu produk secara cepat dan ekonomis
b. Membantu parah konsumen yang menyalurkan barang-barangnya
dengan cepat dan ekonomis
c. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, misalnya pada
hari raya, ulang tahun, dll
d. Menyebabkan adanya kontinuitas skema dan tema warna dari
pembungkus
e. Membantu mengkoordinasikan advertising dan merchandising
f. Kekuatan warna
Warna adalah alat atau sesuatu yang sangat kuat dalam visualisasi
merchandising. Warna disini dipakai untuk menciptakan daya tarik,
menumbuhkan perhatian, menciptakan semangat, dan merangsang setiap
orang untuk bertindak.
II.6.3 Mengoptimalkan story lay out
Lay Out dalam merchendasing sangat penting, keputusan Lay Out
interior harus disesuaikan dengan tipe toko dan faktor tingkat penetapan self
service. Story Lay Out merupakan cara mengatur bagian selling dan non-
selling, lorong, rak, pajangan, serta pemajanga barang dan alat-alat yang
saling berhubungan dan menjadi element yang menyatu dalam sruktur
bangunan (9).
1. Dasar story lay out
Tujuan Story Lay Out adalah untuk memaksimalkan penjualan dan
mempertahankan konsistensi profit dengan selalu mempertimbangkan
kenyamanan pelanggan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menampilkan barang yang sebanyak mungkin kepada pelanggan. Ada dua
prinsip yang perluh diperhatikan dalam membuat Lay Out untuk memenuhi
kepuasan pelanggan, diantaranya:
a. Pajangan akhir (end display) untuk gondola di depan mesin kasir
Study tentang antrean pembelian konsumen menunjukkan bahwa
frekuensi pembelian barang yang terpajang pada pajangan akhir relatif
rendah. Item yang menunjukkan frekuensi penjualan paling tinggi
sebaiknya diletakkan di depan kasir.
b. Penempatan oleh kekuatan yang menggerakkan
Produk yang banyak dibeli oleh pelanggan seringkali karena barang itu
sendiri memiliki kekuatan yang menggerakkan pelanggan untuk
membeli, biasanya merupakan kebutuhan harian, seperti susu, sabun
cuci, pasta gigi, dan pembersih lain di supermarket. Agar pajangan lebih
lengkap, masing-masing lorong pajangan setidaknya diisi dua kategori
barang yang memiliki kekuatan menggerakkan pelanggan untuk
membeli.
2. Lay out dan implikasinya
Lay Out adalah penataan letak dan susunan lemari obat di apotek
dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dan kecepatan kepada
pegawai dalam menyiapkan obat yang dibutuhkan oleh konsumen. Jenis-
jenis lay out:
a. Lay Out dengan pola kotak-kotak besi (Lay Our beralian lurus)
Rak disusun satu dengan yang lainnya dan menutupi dinding. Kelebihan
dari pola ini adalah:
a) Aliran lalu lintas pelanggan lebih efisien
b) Keamanan dan kontrol barang lebih baik,
c) Memunginkan semua lantai ruangan digunakan, dan
d) Pelanggan dapat berbelanja dengan cepat.
Kekurangan dari pola ini adalah:
a) Pelanggan serba ingin cepat,
b) Suasana dingin biasa-biasa saja, dan
c) Mengurangi kesukaan pelanggan untuk melihat-lihat.
b. Desain kurva atau aliran bebas
Pola seperti ini umumnya digunakan oleh departemen store dan
memungkinkan pelanggan bergerak ke seluruh apotek dan melihat-lihat
bagian yang bervariasi secara bebas. Kekurangannya ialah petugas lebih
sulit untuk mengamati dan mengontrol barang dan lebih banyak
menggunakan ruangan.

II.6.4 Cara Menata Perbekalan Farmasi di Apotek


Tata cara penataan obat di apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (11)
1. Di ruangan peracikan atau penyiapan counter (ethical counter)
Hal yang menjadi pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi bagian di
etical conter antara lain:
a. Peraturan, terutama yang mengatur tentang narkotik, psikotropik, dan
obat keras daftar G.
a) Narkotik di ruangan peracikan disimpan di lemari khusus narkotik,
ditempatkan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
b) Psikotropik di ruang peracikan ditempatkan di lemari khusus
terpisah dengan perbekalan farmasi lainnya.
c) Untuk golongan obat keras daftar G dan obt ethical lainnya,
diletakkan di ruang peracikan disimpan di lemari khusus yang
dibagi menjadi 4 bentuk perbekalan farmasi, yaitu:
Lemari penyimpanan obat solid yaitu lemari penyimpanan khusus
untuk obat yang berbentuk solid seperti tablet, kaplet, kapsul dan
pil.
(a) Lemari perekalan semisolid yaitu lemari penyimpanan khusus obat
yang berbentuk semisolid seperti cream, salep, pasta, jelly, dll
(b) Lemari perbekalan obat cairan, yaitu lemari khusus penyimpanan
obat yang berbentuk cairan seperti injeksi, ampul, sirup
(c) Lemari pendingin (kulkas) yaitu tempat penyimpanan obat yang
harus disimpan di tempat sejuk atau dingin seperti vaksin, ovula,
suppo, insulin.
b. Bentuk dan tanda lemari (rak) obat
a) Bentuk lemari (rak) obat
Bentuk lemari dibuat seperti sarang tawon yang dapat menampung
banyak jenis obat, sehingga penyimpanan obat menjadi lebih efisien
dan mempermudah dalam proses penyiapan obat.
b) Tanda lemari obat yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat bentuk
perbekalan farmasi disetiap lemari atau rak obat yang terdapat di
perackan, agar da[pat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
menyiapkan obat yang dibutuhkan oleh konsumen. Tandanya dapat
berupa: tergantung diatas lemari obat, nempel pada lemari obat.
c) Kebersihan obat yang terdapat dalam lemari agar kualitas obat
terjamin dan terjaga sehingga tidak rusak.
2. Di ruangan penjualan obat bebas (OTC Counter)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menata perbekalan farmasi dalam OTC
Counter antara lain:
1. Lay Out atau tata letak suasana barang yang dapat memberikan
kenyamanan, kemudahan bagi konsumen dalam memperoleh obat
2. Estatika atau seni menata dan mendesain rak obat bebas, obat bebas
terbatas, dan OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan
membeli bagi setiap konsumen dalam memperoleh obat yang
dibutuhkan.
3. Tanda atau petunjuk mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat di
setiap lemari atau rak obat.
a. Cara menataethical dan OTC Counter
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menata kedua ruangan tersebut:
a) Estetika, bersih, indah dan menyenangkan
b) Informatif, ada tanda tentang golongan fungsi obat
c) Pada ethical Counter harus dibuat menjadi dua ruangan, yaitu:
(a) Tempat membuat atau meracik obat seperti pulveres, capsul,
salep, krim pada ruangan khusus tertutup kaca, agar konsumen
dapat melihat bagaiman obat tersebut disiapkan.
(b) Tempat menyiapkan dan memberi etiket obat jadi, pada ruangan
peraciakn tidak perluh dilihat oleh konsumen.
(c) Kenyamanan, ethical dan OTC counter harus dipisah untuk
mencegah penumpukan konsumen pada satu tempat.
II.6.5 Kriteria Barang dan Posisi Pajangan (9)
Kategori barang dan kebutuhan panjangnya adalah sebagai berikut:
1. Barang paling laku best seller
Ada dua tipe barang best seller yang posisi panjangnya perlu
diperhatikan, diantaranya jenis barang kebutuhan dasar harus diletakkan
ditempat yang memungkinkan untuk memacuh penjualan barang lain.
Jenis barang promosi (sale items) diposisikan di tempat yang utama.
2. Barang dengan laba tinggi (hight profit) harus diletakkan di tempat
utama
Barang yang memancing untuk dibeli (impuls items) diletakkan di
pajangan yang muda dilihat dan didekati untuk memancing pelanggan
agar berani melihat dan pada akhirnya membeli.
3. Barang spesial, harus muda dilihat dan punya tanda khusus sehingga
pelanngan dapat langsung kelokasi dan melihatnya untuk membeli
4. Barang musiman (seasonal items) yang merupakan barang yang
membutuhkan lokasi utama agar pelanggan tahu bahwa barang ini ada di
tokoh.
5. Barang dengan persediaan bermasalah, tidak boleh dipajang ditempat
utama karena penjualan bisa tidak banyak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Apotek Kimia Farma 199 Erlina


Apotek kimi Farma 199 Erlina memiliki lokasi yang cukup strategis yaitu
berdekatan dengan rumah sakit Awal Bross dan puskesmas Maccini. Kimia
Farma 199 Erlina berada di pinggir jalan poros dengan gedung yang cukup luas
dan tedapat klinik dengan praktek dokter seperti dokter umum, dokter gigi dan
spesialis penyakit dalam. Selain itu, terdapat perawat yang dapat membantu
pasien dalam mengurus admintrasi sebelum berobat ke dokter. Apotek kimia
farma Erlina juga menyediakan sales yang dapat membantu mempromosikan
produk food supplement yang ada di apotek. Hal tersebut dapat menunjang
meningkatnya penjualan di Apotek Kimia Farma 199 Erlina.
Dari segi atmosfer store Kimia Farma 199 Erlina telah memenuhi syarat
dari segi pencahayaan dan warna. Pencahayaan di Kimia Farma 199 Erlina telah
sesuai dengan standar yang ditetapkan begitu pula dengan warna Kimia Farma
199 Erlina juga telah memenuhi standar. Namun di Kimia Farma 199 Erlina
tidak terdapat hiburan seperti televise dan musik serta aroma yang khas.
Kimia Farma 199 Erlina memiliki konsep merchandising dengan membagi
ruangan menjai 2 yaitu ruang racik dan swalayan. Swalayan terletak dibagian
depan pintu masuk apotek dimana area ini menyediakan berbagai kebutuhan
klinis dari konsumen yang dapat dibeli untuk penggunaan sendiri baik itu obat-
obatan yang diletakan di area yang dekat dengan area prescription karena
digolongkan menjadi tujuan utama konsumen sehingga dapat diawasi langsung
oleh petugas serta yang non medicine yang diletakaan dibagian terluar atau
paling dekat dengan pintu/arah masuk konsumen untuk menghasilkan image
yang seimbang atas kelengkapan Apotek Kimia Farma 199 Erlina yang juga
menyediakan produk-produk Personal & Beauty care. Diarea swalayan terdapat
sarana promosi meliputi brosur, neon box (dura trans) dan pamflet.
Kimia Farma 199 Erlina juga menerapkan merchandising dengan
meletakkan barang/produk yang tidak terlalu diminati konsumen di bagian depan
dan meletakkan barang/produk yang diminati konsumen di bagian belakang.
Kimia Farma 199 Erlina juga memiliki area khusus untuk meletakkan produk
Kimia Farma di bagian depan.
Kimia Farma 199 Erlina Sudiang memiliki sarrana display berupa 7 wall
gondola, 8 island gondola, 8 end gondola, 1 perforate, dan 2 cooler, 1 freezer
namun tidak difungsikan, front counter, floor display, check out counter, front
counter, back counter, namun Kimia Farma 199 Erlina belum memiliki sarana
display berupa standing rack. Berikut ini adalah denah layout Kimia Farma 199
Erlina:

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa gondola memiliki sign


category yang telah ditentukan. Namun ada bebrapa gondola yang belum
memiliki sign category seperti untuk hair care dan skin care. Selain itu ada
beberapa barang yang diletakkan tidak sesuai ddengan sign category yang telah
ditentukan seperti pada sign category paper product isinya dalah susu dan pada
sign category milk and Nutrien isi gondolanya adalah tissue dan diapers. Kimia
Farma 199 Erlina menyusun barang dirak gondola berdasarkan efek farmakologi,
bentuk sediaan, tujuan penggunaan dan disusun secara alpabetik. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah konsumen atau petugas dalam mengambil
obat/barang. Setiap obat yang ada diswalayan diberi label nama untuk lebih
memudahkan konsumen menemukan obat yang ingin dibeli.
Principal yang memasukkan barangnya di Apotek Kimia farma 199 Erlina,
semua barangnya dipajang pada wall gondola dan disusun secara rapi dan
dikelompokkan sesuai dengan pabrik dari masing-masing barang.
Berdasarkan pengamatan selama beberapa hari, diperoleh urutan gondola
dari yang paling sering dikunjungi ke yang paling jarang dikunjungi, yaitu
gondola medicine (analgesik, antipiretik, anti inflamasi), gondola vitamin and
mineral (penambah nafsu makan, daya tahan tubuh), gondola food and
supplement (daya tahan tubuh, kesehatan organ tubuh), gondola topical
(santifungi, antibakteri, analgesik), gondola first aid (kapas, masker, sarung
tangan, pelster), gondola personal Care (kondom, alat tes kehamilan ), gondola
skin care ( hand body) gondola hair care (shampoo), gondola soap and body wash
(sabun), gondola oral care (pasta gigi, dan penyegar mulut), milk and nutrition
(susu), paper product and Diaper ( popok, pembalut wanita ).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa medicine merupakan gondola yang
paling sering dikunjungi, hal ini tidak dapat dipungkiri karena Kimia Farma
merupakan apotek penyedia obat-obatan sehingga konsumen yang datang
umumnya mencari obat-abatan.
Oleh sebab itu, penerapan sistem merchandising yang baik menjadi hal
yang penting karena dapat berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan bagi
apotek Kimia Farma 199 Erlina.
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
1. Letak Apotek Kimia Farma 199 Erlina cukup stategis.
2. Penerapan Merchandising khususnya pemberian sign category dan
penempatan produk sesuai category di Apotek 199 Erlina belum optimal.

IV.2 SARAN
1. Produk-produk obat di Apotek sebaiknya disediakan lengkap, terlebih
produk yang sering dicari konsumen.
2. Sebaiknya masing-masing produk diberi label harga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pasaribu, Juliana Sari. 2008. Laporan Praktek Kerja Farmasi


Komunitas/Apoteker di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar. E-repository.
Universitas Sumatera Utara. Medan

2. Hardjono, S. 2001. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Apotek.


Fakultas Farmasi Universitas Gaja Mada. Yogyakarta

3. DEPKES RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1332/Menkes/SK/X/2002 Ketentuan Pemberian Ijin Apotek. Jakarta

4. DEPKES RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1027/MENKES/SK/IX/2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek.
Jakarta

5. DEPK Hartini, S. Yustin., Sulasmono. 2007. Apotek Edisi Revisi. Universitas


Sanata Darma. Yogyakarta

6. DEPKES RI. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang


Psikotropik. Jakarta

7. D DEPKES RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang


Narkotik. Jakarta

8. Http/: www. Kimiafarma apotek.co.id diakses tanggal 8 Oktober 2016

9. Sarlo, Evan Rano. Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 38
Medan. E-Repository. Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Medan
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek

Lampiran 2. Struktur organisasi PT. kimia farma apotek


Lampiran 3. Struktur organisasi unit makassar

Lampiran 4. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 199 Erlina

Pharmacy Manager

Apoteker Pendamping

Non AA
Asisten Apoteker (Kasir dan Juru
Racik)
Lampiran 5. Skema pengadaan perbekalan farmasi

Bagian Pengadaan
(Gudang)
3 SPB
2
Barang
4/5
+ Faktur
Pelunasan Faktur
Faktur Asli 1 Pemasok/PBF
Barang/faktur
Surat pesanan
Bon
pinjam 6 Copy R/ 8
APP KF lain APP KF 578 Apotek III
Sudiang
Barang/ faktur Barang + kwitansi
7 9

Mendesak

Keterangan:
APP : Apotek Pelayanan
PBF : Pedagang Besar Farmasi
SPB : Surat Permintaan Barang
Lampiran 6. Skema pengadaan narkotika

BM
(PENGADAAN) SP Khusus
Narkotika
SP khusus
2
Faktur
4 Faktur
+Barang 3
SP khusus
APP DISTRIBUTOR

Lampiran 5. Skema pengadaan psikotropika

1 BM
Faktur SP Khusus
2 BPBA (PENGADAAN) Psikotropika

SP khusus SP khusus
Faktur
SPB +Barang 3
SPB
PsikttropikAPP
DISTRIBUTOR
Psikttropik
a a
Lampiran 7. Form surat pesanan narkotika

SURAT PESANAN NARKOTIKA


Nomor :

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan pesanan narkotika kepada :
Nama distributor :
Alamat :
Telp :
Dengan Narkotika yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
huruf)

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk :


Nama sarana :
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catatan:

- Satu surat pesan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika


- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap
Lampiran 8. Form surat pesanan psikotropika

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA


Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan pesanan Psikotropika kepada :
LampiranNama7. distributor
Form Surat pesanan obat jadi prekursor
:
Alamat :
Telp :
SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FRMASI
dengan Psikotropika yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
Nomor
huruf)SP :

Yang bertanda tangan


Psikotropika tersebutdiakan
bawah ini :
dipergunakan untuk :
Nama :
Nama sarana
Jabatan :
:
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catt:

- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap


Lampiran 9. Contoh format surat pesanan obat jadi prekursor farmasi

SURAT PESANAN OBAT JADI PREKURSOR FARMASI


Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan pesanan Psikotropika kepada :
Nama distributor :
Alamat :
Telp :
Dengan Obat Jadi Prekursor Farmasi yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
huruf)

Obat Jadi Prekursor Farmasi tersebut akan dipergunakan untuk :


Nama sarana :
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catt:

- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap


Lampiran 10. Manajemen merchandise di Apotek Kimia Farma 199 Erlina
o Cooler dan Freezer
o Floor display
o island Gondola
o End Gondola

o Perforate

Vous aimerez peut-être aussi