Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asma Bronkial

Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau

sukar bernapas. Menurut United States National Tuberculosis Association 1967,

Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang

meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan

manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang

menyeluruh dari saluran napas.10

Gambar 2.1. Normal dan Asma Bronkial11

Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik

saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai

rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,
sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang

umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.12

Asma Bronkial dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi.

Gejala-gejala tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Penyempitan

tersebut disebabkan oleh mengkerutnya otot-otot yang melingkari saluran napas,

membengkaknya dan meradangnya jaringan sekitar selaput lendir saluran dan

meningkatnya produksi lendir atau dahak yang ditumpahkan ke saluran napas.

Akibatnya aliran udara yang masuk maupun keluar dari paru terganggu.10

Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa

gejala, tidak menganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan

sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.12

2.2 Anatomi Paru-Paru

2.2.1 Trakea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,

panjangnya sekitar 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm. Tersusun dari 16 sampai 20

cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakangnya.

Terdapat silia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin. Pada ujung trakea

bercabang 2 kanan dan kiri disebut bronkus.

2.2.2 Bronkus

Trakea bercabang menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri

yang menyalurkan udara kesetiap paru-parunya. Bronkus kemudian bercabang-

cabang sampai lebih kurang 25 kali sebelum mencampai percabangan terkecil yang
mempunyai diameter 0,5 mm. berfungsi menghangatkan, melembabkan dan

membersihkan udara.

2.2.3 Alveoli

Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung

jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu

sisinya. Disini terjadi pertukaran gas antara gas bersih (O2) dengan gas kotor (CO2).13

2.3 Klasifikasi Asma Bronkial

2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya

1. Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergik/Atopik

a. Asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari, makanan

dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal).

b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga.

c. Biasanya dimulai sejak kanak-kanak.

2. Asma Bronkial Non Atopik /Intrinsik/Non Alergenik

a. Faktor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernapasan atas,

aktivitas, emosi/stress, dan polusi lingkungan. Beberapa agen farmakologi

seperti bahan sulfat (penyedap makanan)

b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat berkembang

menjadi bronkitis dan empisema

c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran

d. Biasanya dimulai ketika dewasa.


3. Asma Bronkial Campuran / Mixed Asma Bronkial

a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan

b. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi dan

non alergi.14

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial (GINA, 2007)

1. Asma Bronkial Intermiten

Gejala-gejala kurang dari satu kali perminggu, kekambuhan

(eksaserbasi) sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per

bulan, APE (Arus Puncak Ekspirasi) 80% prediksi, variabilitas APE < 20%.

2. Asma Bronkial Persisten Ringan

Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali

per hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di

malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE 80% prediksi, variabilitas

APE < 20-30 %.

3. Asma Bronkial Persisten Sedang

Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas

dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE

80% prediksi dan variabilitas APE > 30%.

4. Asma Bronkial Persisten Berat

Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala-gejala Asma

Bronkialdi malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik,

APE < 60% prediksi, variabilitas APE > 30%.15


2.4 Gejala Asma Bronkial

Gejala Asma Bronkial bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau

tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :

1. Batuk terutama pada malam atau dini hari

2. Sesak napas

3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat menghembuskan napas

4. Rasa berat di dada

5. Dahak sulit keluar

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang

termasuk gejala yang berat adalah :

1. Serangan batuk yang hebat

2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal

3. Sianosis

4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk

5. Kesadaran menurun.16

2.5 Epidemiologi Asma Bronkial

2.5.1 Distribusi Frekuensi Asma Bronkial (Orang, Tempat dan Waktu)

Penyakit Asma Bronkial biasa terjadi pada semua kelompok umur baik laki-

laki maupun perempuan dan dapat muncul kapan saja. Menurut angka kejadian Asma

Bronkial diseluruh dunia (GINA/Global Initiative For Asthma) tahun 2003, lebih dari

5,2 juta orang Inggris mendapat terapi Asma Bronkial. Jumlah ini terdiri dari 1,1 juta

anak-anak dan 4,1 juta orang dewasa.17


Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan Asma Bronkial pada anak laki-laki

dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia

yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai pada umur lebih

dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di Inggris perbandingan

tersebut 25% perempuan dan 10% pria.10

Penelitian Feni,dkk (2008) prevalensi Asma Bronkial pada siswa SLTP yang

berusia 13-14 tahun di daerah hijau di Jakarta Selatan adalah 129 orang (6,4%)

terdiri atas 63 orang (48,8%) laki-laki dan 66 orang (51,2%) perempuan.18 Penelitian

wahani (2007) di Rs Prof.R.D.Kandouw Malalayang Manado menyebutkan bahwa

berdasarkan usia kejadian Asma Bronkial terbanyak pada usia 5-9 tahun adalah

(58,1%), jenis kelamin laki-laki (52,5%).19

Penelitian Sundaru H tahun 1990, prevalensi Asma Bronkial pada usia > 14

tahun di kelurahan Utan Kayu Jakarta sebesar 6,91 %.20 Berdasarkan hasil

RISKESDA tahun 2007 prevalensi Asma Bronkial pada anak 14 tahun sebesar 2%

jauh dibawah hasil temuan Depkes pada tahun 1995 Asma Bronkial pada anak usia

13-14 tahun sebesar 5,2%.21


2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial

2.5.2.1 Faktor Host (Penjamu)

Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi

tempat persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena

penyakit.22

1. Genetik

Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan.

Asma Bronkial tidak dapat timbul semata mata hanya karena faktor lingkungan,

namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki

Asma Bronkial.8 Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi,

kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah

50-75% bila kedua orangtuanya menderita alergi.23

2. Hipereaktivitas saluran napas

Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran

napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti

iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Sebagian

hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.24

3. Umur

Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah

kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.

Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun, masalah pengobatan timbul
justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial

pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma

Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia

14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma

Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi

atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika

menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling

tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi

jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun

anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.23

4. Jenis kelamin

pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak

dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.23 Berdasarkan

penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan

bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah

perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki (38,6%).25

2.5.2.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi

luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan

penyakit.22
1. Alergen

Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering

dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma

Bronkial :

a. Debu rumah dan tungau

Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan

berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber

alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah

kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat.

Tungau (Dermatophagoides pteronyssynus) selalu terdapat dalam debu

rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di

kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas

sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang

berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat

ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati

yang berasal dari tungau.

b. Hewan peliharaan

Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti :

anjing, kucing, kelinci serta kuda.23

c. Makanan

Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada

beberapa orang. Alergi makanan ditemukan pada susu, telur, kacang, gandum,
ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial

pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam

benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri

makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma

Bronkial.17,23

2. Infeksi Saluran Napas

Diperkirakan 2/3 penderita Asma Bronkial anak dan 1/3 penderita Asma

Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran

napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada

penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.

3. Tekanan Jiwa

Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma

Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang

sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati,

penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat

nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa

membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma

Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah,

pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya.

4. Olah Raga/Kegiatan Jasmani

Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma

Bronkial jika melakukan olah raga yang cukup berat. Macam, lama, dan beratnya
olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah

menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan

kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan

jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara 10-

60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah

raga.

5. Obat-Obatan

Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat

yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama

beta-blocker golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit

jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat

mencetuskan serangan Asma 2-10% penderita Asma Bronkial.23

6. Polusi Udara

Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan.

Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan

uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya.

Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat

nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial. Bagi

penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok

dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial

tertentu, seperti kortikosteroid inhalasi (suatu obat pencegah/preventer), sehingga

tidak dapat bekerja dengan semestinya. Pada orang yang tidak merokok, terhirup
asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma

Bronkial.17,23

Asma Bronkial pekerjaan (occupational asthma) adalah Asma Bronkial

yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim

bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan

kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam

klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah

penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul

setelah 6-12 jam terpapar.23

2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial

Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya

serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor

penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk

mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.7

2.6.1 Pencegahan Primordial

Primordial prevention (pencegahan tingkat awal) memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan

primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam

masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau

berlangsung dalam masyarakat.26 Upaya yang dapat dilakukan antara lain : berprilaku
hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna,

makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.

2.6.2 Pencegahan Primer

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan

penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik,

minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita

dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit

lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan

mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah

dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma

Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang

minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas

cepat dan dalam.

Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi

timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan,

Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran

pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat

perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak.

Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain :

1. Bersihkan debu (gunakan alat penyedot debu) diseluruh rumah secara teratur.

2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal

menggunakan air panas.


3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan

bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala

Asma Bronkial.

Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian

dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak

memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap

rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang

mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari.

Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim

atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat

perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan

serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman

seperti masker dan lain-lain.23

2.6.3 Pencegahan Sekunder

Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap

timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan

Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau

mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti

menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang

sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma

Bronkial jangan kembali.23


2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang

1. Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara

obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat

yang digunakan disebut spirometer.

Gambar 2.2 Spirometri27

Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma

Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan

spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler

atau nebulizer). Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya

lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat

spirometer.28 Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi

paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow

meter.29

2. Pemeriksaan Darah

Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit

dapat meningkat (15.000/mm3), sedangkan eosinofil meningkat diatas nilai


normal (normal = 250/mm3). Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat

meningkat sampai 800-1000/mm3. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi

1000/mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil

tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut

steroid resistant bronchial asthma.10

Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang

berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah

terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan

Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida

dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini

menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah

menjadi asam.

3. Uji Kulit

Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam

tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak

selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya.

4. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma

Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan

saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk

melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau

komplikasi Asma Bronkial, seperti infeksi paru atau pecahnya alveoli.


5. Uji Provokasi Bronkus

Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat

memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai

macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus

dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi

bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani,

udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.23

Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia.

Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat

selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum.

Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)

paling sedikit 10%. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan

pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.28

2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :

1. Obat pereda/pelega (reliever)/Golongan bronkodilator

a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.

b. Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot

saluran napas yang sedang mengkerut.


2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial (preventer)/Golongan kortikosteroid

sistemik

a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan

mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat

menimbulkan serangan Asma Bronkial.

b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk

mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.

c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.17

3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti

Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.

2.6.4 Pencegahan Tersier

1. Psikologik

Pada sebagian penderita, bila Asma Bronkialnya sukar dikendalikan

meskipun telah mencoba berbagai macam obat antiasma. Dalam keadaan seperti

ini penderita memerlukan motivasi untuk membesarkan hati.

2. Latihan pernapas dan kesegaran jasmani

Latihan pernapasan ini untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan

mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. Latihan dilakukan secara

teratur dan dilakukan diluar serangan agar mendapatkan manfaat yang sebesar-

besarnya.23
2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Penderita Asma Bronkial

1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Agama
Pekerjaan
Status Perkawinan
Daerah Asal
2. Lama Rawatan Rata-rata
3. Keadaan Sewaktu Pulang
4. Sumber Biaya

Vous aimerez peut-être aussi