Vous êtes sur la page 1sur 8

PREPARASI SAMPEL

Pada preparasi sampel digunakan metode destruksi yaitu pelarutan menggunakan pelarut yang
bersifat asam kuat

Preparasi larutan standar, larutan standar Fe disiapkan dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm.
Nilai absorbans larutan standar dibaca pada SSA. Preparasi larutan sampel dan pengukuran
absorbans. Sejumlah tablet dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 7 ml HCl pekat,
kemudian dipanaskan secara perlahan menggunakan lempeng hangat pada ruang asam hingga
larut. Setelah itu tambahkan air deionisasi dan disaring saat dimasukkan ke dalam labu takar 25
ml. Diencerkan lagi ke dalam labu takar 10 mL dan ditera dengan air deionisasi. Preparasi sampel
dilakukan 6 kali ulangan. Nilai absorbans larutan sampel dibaca pada AAS.

PRINSIP :
Menentukan kadar besi dalam multivitamin menggunakan metode AAS berdasar pada prinsip
penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Sampel dialirkan pada alat kemudian di tembak dengan lampu katoda yang sesuai (khusus untuk
Fe) menghasilkan atom-atom dan menghasilkan informasi berupa nilai absorbans yang terukur.

FUNGSI PENAMBAHAN BAHAN ;


- Penambahan HNO3 pekat bertujuan agar serbuk multivitamin larut sempurna, karena
serbuk multivitamin ini sukar larut dalam air
- tujuan dilakukan di ruang asam agar asap dari hasil reaksi pelarutan serbuk dengan
HNO3 pekat tidak tersebar ke lingkungan luar karena asap HNO3 termasuk berbahaya
untuk kesehatan (Kristianingrum 2012).
- Selain itu Pelarutan sampel menggunakan HNO3 bertujuan mencegah terbentuknya
endapan Fe(OH)3. Di dalam air, ion besi dapat mengalami hidrolisis dan membentuk
padatan Fe(OH)3 yang dapat mengurangi ketepatan pengukuran

-
Metode Kalibrasi Instrument

Kalibrasi adalah suatu proses menghubungkan sinyal analitik yang diukur (respon
alat) dengan konsentrasi analit. Terdapat tiga macam metode kalibrasi instrument, yaitu
kurva kalibrasi, metode adisi standard, dan metode standard internal

I. Kurva Kalibrasi

a. Terminologi

Dalam metode kurva kalibrasi ini digunakan serangkaian larutan standar yang
mengandung konsentrasi analit yang telah diketahui. Larutan ini dapat menjangkau
interval konsentrasi yang diinginkan dan mempunyai komposisi matriks semirip mungkin
dengan larutan sampel yang ada.

b. Prosedur

Sejumlah larutan baku dengan dengan variasi konsentrasi disiapkan, kemudian diukur
menggunakan instrumen, dan respon instrumen dicatat.

Larutan Baku merupakan larutan analit yg telah diketahui konsentrasinya. Larutan


baku dibuat agar dalam pengukuran menggunakan instrumen tidak melampaui batas
linearitas (LOL = Limit of Linearity) dari instrumen. Sementara itu untuk kurva
kalibrasinya dilakukan dengan mem-plot konsentrasi baku (sumbu x) versus respon
instrumen (sumbu y), dimana hubungan antara konsentrasi baku dan respon instrumen
adalah linier.

Jika hasil dari plot tersebut adalah non-linear, electronic hardware dan software
komputer dapat digunakan untuk mengganti lengkungan dan menghasilkan output yang
merupakan fungsi linear dari konsentrasi. Jumlah larutan standar yang dianalisa dalam
daerah non-linear dapat meningkat untuk mempertahankan keakurasian analisis dari
sampel yang tidak diketahui.

Linearitas dapat juga dicapai dalam beberapa analisis dengan memvariasikan


parameter instrument yang digunakan. Hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah
untuk merekam atau menyimpan semua parameter instrument yang digunakan dalam
pengambilan data kurva kalibrasi karena variasi kecil dalam parameter dapat
mempengaruhi slope dari kurva kalibrasi. Kurba kalibrasi harus diperiksa pada waktu-
waktu tertentu (secara periodik) menggunakan larutan dengan konsentrasi yang telah
diketahui untuk mendeteksi perubahan dalam respon instrument.

c. Kalkulasi

Cara mengukur yang dilakukan (perhitungan) adalah dengan menggunakan metode


regresi linier untuk menghitung persamaan fitting

y = mx + b
d. Kekurangan dan Kelebihan

Metode kurva kalibrasi digunakan hanya ketika dalam analisis tersebut melibatkan
jumlah sampel yang besar dalam sebuah matriks dengan komposisi umum yang telah
diketahui.

II. METODE ADISI STANDARD

a. Terminologi

Metode ini digunakan untuk analit dalam matriks yang kompleks, yg mengakibatkan
terjadinya interferensi dalam respon instrumen (RI). Contohnya antara lain darah,
sedimen, serum, dll. Metode ini sering disebut juga sebagai metode SPIKING. Respon
dari instrument harus merupakan fungsi linear dari konsentrasi analit terhadap interval
konsentrasi dan juga harus tidak mempunyai intersep.

b. Prosedur

1. Siapkan beberapa aliquot identik, Vx, dari sampel.

2. Tambahkan sejumlah volume tertentu secara bervariasi, Vs, larutan baku yang telah
diketahui konsentrasinya, cs, pada tiap aliquot.

3. Encerkan (tambahkan) masing2 larutan hingga volume tertentu, Vt

4. Ukurlah dengan instrumen untuk mendapatkan respon instrumen, S

5. Hitung konsentrasi sampel, cx, dengan persamaan adisi standard


c. Kalkulasi

Persamaan Adisi Standard

S= sinyal atau respon instrumen

k = konstanta proporsionalitas

Vs = volume standard yg ditambahkan

cs = konsentrasi standard

Vx = volume aliquot sampel

cx = konsentrasi sample

Vt = volume total pengenceran

Plot respon instrumen (S) vs volume standard (Vs)

d. Kekurangan dan Kelebihan

Pada umumnya metode adisi standar digunakan ketika hanya beberapa sampel yang akan
dianalisis dalam matriks kompleks. Metode ini telah digunakan secara luas dalam kimia
elektroanalitik untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat daripada menggunakan kurva
kalibrasi. Karena larutan yang tidak diketahui dan larutan standar diukur dalam kondisi
yang sama, teknik voltametrik sensitif maktriks seperti anodic stripping voltammetry
bergantung secara khusus pada adisi standar untuk hasil yang kuantitatif. Absorpsi atomik
dan spektrofotometri emisi api menggunakan metode ini dengan sampel matriks
kompleks, dimana viskositas, tegangan permukaan, pengaruh api, dan sifat lain dari
larutan sampel tidak dapat secara akurat di dihasilkan dalam larutan kalibrasi. Hasil dari
adisi standar dapat juga menyediakan cara (alat) sistematis untuk mengidentifikasi
sumber eror dalam analisis, seperti kekurangan uji reagen, kerusakan instrument, atau
larutan standar yang tidak akurat.

III. METODE STANDARD INTERNAL

a. Terminologi

Metode ini digunakan untuk meminimalisir perbedaan dalam sifat fisika dari beberapa
sampel larutan yang mengandung analit yang sama.

b. Prosedur

Dalam metode ini, suatu senyawa murni dengan kuantitas tertentu (sudah pasti)
ditambahkan ke dalam sampel dan larutan standar. Respon dari analit dan standar internal
ditentukan dan rasio dari kedua respon dikalkulasikan. Jika parameter yang
mempengaruhi respons yang telah terukur

dikontrol, respon dari garis standar internal akan menjadi konstan karena konsentrasi dari
standar internal sudah pasti. Akan tetapi jika satu atau lebih dari parameter yang
mempengaruhi respons yang telah diukur bervariasi, maka respon dari analit dan standar
internal harus dipengaruhi secara sama. Jadi rasio dari respon (analit ke standar internal)
bergantung hanya pada konsentrasi analit. Sebuah plot dari rasio respon sebagai fungsi
dari konsentrasi analit akan menghasilkan sebuah kurva kalibrasi. Senyawa standard
harus ditambahkan di awal analisis untuk memberikan kesempatan terhadap pelarutan,
pencampuran, dan reaksi lain terjadi sebelum pengukuran dilakukan. Penambahan zat
standard terhadap sampel yang larut akan memberikan hasil yang tidak benar jika reaksi
yang mungkin antara zat standard dan komponen tidak dianggap.

Suatu senyawa reference/pembanding (standard internal) dengan volume/massa yg


konstan ditambahkan ke dalam larutan standar dan sampel.

c. Kalkulasi

Persamaan yang digunakan:

Rasio konsentrasi (X/S) sampel = rasio signal (X/S) sampel


rasio konsentrasi dlm camp. Standar rasio signal campuran standar

Dengan bentuk persamaan perhitungan sebagai berikut:

[X1]/[S1] = AX2/AS2

[X2]/[S2] AX1/AS1
Keterangan :

[X1] = Konsentrasi analit yang tidak diketahui [S1] = Konsentrasi standar 1

[X2] = Konsentrasi analit yang diketahui [S2] = Konsentrasi standar 2

AX2 = Luas puncak kurva analit yang diketahui AS$= Luas puncak kurva standar
2

AX1 = Luas puncak kurva analit yang tidak diketahui AS1= Luas puncak kurva
standar 1

Rasio analit terhadap standard internal digunakan sebagai sumbu Y dalam plot kurva
kalibrasi dan untuk menetapkan sampel.

d. Kekurangan dan kelebihan

Metode ini hanya digunakan jika diperlukan pemisahan kuantitatif yang rumit. Metode ini
secara ekstensif telah digunakan dalam kromatografi gas dan analis absorpsi atomik dan
dalam cakupan yang lebih kecil dalam infrared dan penentuan spektroskopik emisi.

Vous aimerez peut-être aussi