Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sanidhya Nika Purnomo1, Wahyu Widiyanto1, Tika Astritia1 dan Trisna Putri Pratiwi1
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Mayjen Sungkono Km 05 Purbalingga
Email: sanidhyanika_purnomo@yahoo.com
ABSTRAK
Sekitar muara Sungai Ijo yang memiliki profil sungai bermeander dan terletak di pantai Selatan Pulau
Jawa memiliki potensi perubahan morfologi sungai akibat adanya transpor sedimen. Untuk itu perlu
dilakukan analisis sedimentasi dan morfologi di muara Sungai Ijo. Analisis sedimentasi dilakukan
dengan menggunakan data primer berupa data kecepatan aliran, data sedimen melayang, data sedimen
dasar, dan data geometri melintang sungai, sedangkan analisis perubahan morfologi sungai
menggunakan peta satelit. Hasil analisis sedimentasi menunjukkan bahwa terjadi degradasi dasar
sungai di ruas antara Jembatan Jetis dan PPI Logending dan terjadi agradasi di ruas diantara PPI
Logending dan mulut sungai. Untuk morfologi di muara Sungai Ijo dari tahun ke tahun mengalami
perubahan, yaitu terjadinya penyempitan sungai di sekitar Jembatan Jetis dan mulut sungai, dan di
sekitar PPI Logending mengalami pergeseran alur ke arah selatan.
Kata kunci: sedimentasi, perubahan morfologi sungai, muara Sungai Ijo, PPI Logending
1. PENDAHULUAN
Salah satu ciri utama muara sungai yang terletak diselatan Pulau Jawa adalah mulut sungai yang berpindah karena
adanya angkutan sedimen sejajar pantai yang didominasi akibat gelombang. Muara Sungai Ijo merupakan salah satu
sungai yang bermuara di selatan Pulau Jawa, dan saat ini dikembangkan untuk Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)
Logending yang mulai dibangun pada tahun 2012. PPI Logending dibangun dengan tujuan meningkatkan
pendapatan nelayan akan ikan, sehingga masyarakat dapat lebih memanfaatkan hasil kekayaan hayati laut selatan
Jawa. Namun, permasalahan yang kini masih membayangi PPI Logending saat ini adalah kapal-kapal besar
berbobot 5-30 grosston (GT) belum dapat berlabuh akibat adanya proses sedimentasi dari laut dan sungai (Humas
Pemprov Jateng, 2015). Oleh karena adanya ancaman sedimen tersebut, saat ini pembangunan PPI Logending
dilanjutkan dengan tahap pembuatan pemecah gelombang yang digunakan untuk mencegah sedimentasi yang
berasal dari pantai. Akan tetapi, melihat morfologi muara Sungai Ijo yang berkelok, tampaknya ancaman
sedimentasi di Pantai Logending tidak hanya berupa proses sedimentasi yang berasal dari pantai saja (longshore
drift), namun proses sedimentasi juga berasal dari angkutan sedimen dari hulu Sungai Ijo.
Beberapa penelitian mengenai sedimentasi di muara sungai yang digunakan sebagai pelabuhan akibat angkutan
sedimen sejajar pantai telah dilakukan. Hal tersebut tampak dari beberapa publikasi yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Alur pelayaran barat Surabaya (APBS) mengalami pendangkalan akibat adanya angkutan sedimen
yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di APBS (Wahyuni, Armono, & Sujantoko, 2013). Di Pulau
Sumatera, analisis sedimentasi di Pelabuhan Selat Baru Bengkalis juga telah dianalisis dan menghasilkan endapan
sedimen sebesar 0,1 cm/hari (Khatib, Adriati, & Wahyudi, 2013).
Namun, analisis angkutan sedimen di muara perlu dianalisis lebih lanjut. Pada sungai yang bermeander di bagian
muara, sedimentasi di muara sungai kemungkinan besar tidak hanya berasal dari angkutan sedimen sejajar pantai,
karena perubahan morfologi muara dapat juga diakibatkan oleh angkutan sedimen yang berasal dari hulu sungai. Hal
ini membuat perlunya pertimbangan angkutan sedimen yang berasal dari hulu sungai. Analisis mengenai angkutan
sedimen dasar (bedload) di muara yang berasal dari hulu sungai telah dilakukan. Di PPI Logending telah dilakukan
simulasi analisis angkutan sedimen dasar menggunakan software HEC-RAS. Hasil simulasi dan analisis sedimen
dasar (bed load) di PPI Logending menunjukkan bahwa pada bagian penampang sungai yang dekat dengan
Jembatan Jetis mengalami erosi, sedangkan di penampang sungai yang berada 200 m di hulu PPI Logending dan di
mulut Sungai Ijo mengalami deposisi (Purnomo & Widiyanto, 2015). Meskipun telah dilakukan analisis angkutan
sedimen dasar di muara Sungai Ijo, namun perubahan morfologi sungai dan analisis sedimentasi di muara Sungai Ijo
belum dilakukan. Untuk itu pada makalah ini, disajikan mengenai analisis sedimentasi dan perubahan morfologi di
muara Sungai Ijo.
PPI
2 Logending
Titik pengambilan data dipilih dengan cara membagi lebar sungai di tiap lokasi pengambilan data menjadi 5 pias
dengan lebar yang sama. Selanjutnya, pada kelima pias tersebut diambil data-data yang diperlukan untuk dianalisis
lebih lanjut. Data kecepatan aliran, data sedimen melayang, dan data sedimen dasar pada studi ini juga digunakan
oleh (Astritia, 2014) dan (Pratiwi, 2014).
Data Kecepatan Aliran
Data kecepatan aliran diambil dengan menggunakan current meter pada 5 titik kedalaman yang dilakukan di antara
masing-masing pias, yaitu kedalaman yang dekat dengan dasar sungai, 0,2H, 0,6H, 0,8H, dan dekat dengan
permukaan, dimana H adalah kedalaman pias di tiap titik pengambilan. Profil kecepatan di tiap titik pengambilan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Hulu Tengah
3 1.4
4 3 2 1
4 3 2 1
2.5
1,02 m
1.2
Ketinggian Muka Air (m)
0,54 m
1,70 m 0,57 m 0,58 m 1,3 m
2,10 m 2,70 m
1
2
Pias 1 0.8 Pias 1
1.5
Pias 2 0.6 Pias 2
1 Pias 3 Pias 3
0.4
0.5 Pias 4 Pias 4
0.2
0 0
0 0.5 1 1.5 0 1 2 3 4
Kecepatan (m/det) Kecepatan (m/det)
Hilir
1.4
4 3 2 1
1.2
Ketinggian Muka Air (m)
0,45 m
1,15 m 1,2 m 1,15 m
0.8 Pias 1
0.6 Pias 2
0.4 Pias 3
Pias 4
0.2
0
0 1 2 3 4 5
Kecepatan (m/det)
ISBN: 978-602-60286-0-0
439
Dengan menggunakan data konsentrasi sedimen melayang, akan dianalisis profil konsentrasi sedimen melayang
berdasarkan Persamaan Rouse, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan debit sedimen
melayangnya.
Data Sedimen Dasar
Data sedimen dasar diambil di dasar sungai pada masing-masing lokasi pengambilan data menggunakan Ekman
Dredge Sampler. Sampel sedimen dasar yang diambil dari lapangan, selanjutnya diuji di laboratorium sehingga
didapatkan berat jenis sedimen dan gradasi butiran sedimen dari ketiga titik lokasi pengambilan sampel tersebut.
Berdasarkan pengujian di laboratorium, didapatkan berat jenis rata-rata di titik 1, 2, dan 3, berturut-turut adalah
2,67, 2,58, dan 2,63, dan gradasi butiran sedimen dasar di sekitar muara Sungai Ijo ditunjukkan pada Gambar 3.
ISBN: 978-602-60286-0-0
440
Hulu Tengah
100 100
90 90
Persen Lolos, % 80 80
Persen Lolos, %
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
0.001 0.01 0.1 1 10 0.001 0.01 0.1 1 10
Diameter, mm Diameter, mm
Pias 1 Pias 2 Pias 3 Pias 4 Pias 1 Pias 2 Pias 3 Pias 4
Hilir
100
90
80
Persen Lolos, %
70
60
50
40
30
20
10
0
0.001 0.01 0.1 1 10
Diameter, mm
Pias 1 Pias 2 Pias 3 Pias 4
3. ANALISIS SEDIMENTASI
Pada analisis sedimentasi di muara Sungai Ijo, akan dilakukan analisis sedimentasi untuk angkutan sedimen
melayang dan angkutan sedimen dasar di tiap titik pada semua lokasi pengambilan data. Selanjutnya, hasil dari
analisis angkutan sedimen melayang dan angkutan sedimen dasar akan dijumlahkan, sehingga akan didapatkan
angkutan sedimen total di sekitar muara Sungai Ijo
Analisis Angkutan Sedimen Melayang
Cara paling sederhana untuk menghitung debit sedimen suspensi adalah dengan cara menggabungkan data profil
kecepatan aliran dengan data konsentrasi sedimen melayang yang telah diolah menjadi profil konsentrasi sedimen
melayang. Debit konsentrasi sedimen melayang dapat dinyatakan sebagai perkalian antara profil kecepatan aliran
dengan profil konsentrasi sedimen, seperti yang tertera pada Persamaan 1.
D
q s Cu dy (1)
a
dimana C dan u masing-masing adalah konsentrasi sedimen dan kecepatan aliran yang merupakan fungsi kedalaman
aliran, dan qs adalah debit angkutan sedimen yang dinyatakan dalam berat tiap unit waktu dan lebar.
Untuk mencari profil konsentrasi sedimen melayang, salah satu persamaan yang dapat digunakan adalah Persamaan
Rouse. Persamaan Rouse merupakan persamaan yang cukup sederhana, yang digunakan untuk menghitung profil
konsentrasi sedimen yang diturunkan dari persamaan difusi untuk profil konsentrasi pada saluran fluvial pasir (Udo
& Mano, 2011). Persamaan Rouse dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi dari butiran yang memiliki uss
pada jarak y dari dasar, jika memiliki konsentrasi referensi Ca pada sejarak a dari dasar dan diekspresikan dalam
Persamaan 2 (Graf, 1971).
z
C Dy a u
, dimana z ss (2)
Ca y D a ku *
ISBN: 978-602-60286-0-0
441
Nilai C adalah adalah konsentrasi sedimen pada tiap kedalaman muka air y yang dihitung dari dasar sungai, D
adalah kedalaman muka air, z adalah angka Rouse, uss adalah kecepatan pengendapan, adalah konstanta von
Karman yang biasanya diambil sebesar 0,4, dan u* adalah kecepatan geser dasar. Sementara itu nilai Ca merupakan
konsentrasi referensi yang diukur pada kedalaman lapisan saltasi (saltation layer) setinggi y = a (Udo & Mano,
2011). Untuk nilai a, beberapa peneliti mengemukakan hal yang berbeda-beda. Besarnya nilai a pada profil vertikal
secara signifikan pada umumnya adalah 0,05D (Vanoni, 1946, dalam Udo & Mano, 2011); setengah dari ketinggian
bentuk dasar () atau sama dengan tinggi kekasaran (ks) jika dimensi bentuk dasarnya tidak diketahui, dimana nilai
minimum a = 0,01D; atau 100d (d adalah diameter dari partikel pasir) (Shibayama danRattanapitikon, 1993, dalam
Udo & Mano, 2011).
Di sekitar muara Sungai Ijo, profil konsentrasi sedimen di tiap titik pengambilan data menggunakan Persamaan 2
dan Persamaan 3, disajikan pada Gambar 4.
1
z=1,03 z=0,01
0.8 z=0,89 z=0,66 z=0,34
0.6 z=0,52
z=1,46
(y-a)/(D-a)
0.4
0.2
0
0.001 0.01 0.1 1
C/Ca
Hulu Tengah
3.000 1.400
Ketinggian Dari Dasar (m)
Ketinggian Dari Dasar (m)
2.500 1.200
1.000
2.000
0.800
1.500
0.600
1.000
0.400
0.500 0.200
0.000 0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500
Angkutan Sedimen (gr/det) Angkutan Sedimen (gr/det)
Hilir
1.400
Ketinggian Dari Dasar (m)
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
Angkutan Sedimen (gr/det)
ISBN: 978-602-60286-0-0
442
Berdasarkan profil debit angkutan sedimen suspensi pada Gambar 5, tampak bahwa tiap pias menghasilkan debit
sedimen suspensi yang berbeda-beda. Hasil perhitungan angkutan sedimen suspensi menunjukkan bahwa di titik
pengambilan sampel bagian hulu adalah sebesar 0,561 ton/hari, bagian tengah sebesar 0,799 ton/hari, dan bagian
hilir sebesar 0,595 ton/hari, sehingga total angkutan sedimen suspensi di sekitar muara Sungai Ijo adalah sebesar
1,955 ton/hari.
Analisis Angkutan Sedimen Dasar
Persamaan Einstein digunakan untuk menghitung debit sedimen di sekitar muara Sungai Ijo. Hal ini dilakukan
terutama karena model fisik Einstein dibuat cukup luas pada mekanika fluida lanjut (Graf, 1971). Einstein
memberikan dua pertimbangan dasar yang berbeda dengan beberapa pendapat ahli sedimen sebelumnya, yaitu (1)
menentukan definisi nilai kritik pada awal gerak butiran cukup sulit ditentukan, sehingga sebaiknya dihindari. (2)
Angkutan sedimen dasar lebih berhubungan dengan fluktuasi kecepatan dari pada dengan harga rerata kecepatan,
sehingga pergerakan awal dan akhir dari partikel harus diekspresikan dengan konsep probabilitas, yang berhubungan
dengan gaya angkat hidrodinamik sesaat dengan berat partikel di dalam air (Graf, 1971).
Menurut Einstein, jumlah partikel yang terdeposit per unit waktu dalam unit luasan diekspresikan pada Persamaan 3,
sedangkan jumlah partikel yang tererosi per luasan dan waktu dinyatakan pada Persamaan 4, dan persamaan
angkutan sedimen dasar pada kondisi equilibrium dinyatakan pada Persamaan 5 (Einstein, 1950).
i Bq B i bq b
(3)
A L DA 2 D s g A 2 A L gs D 4
3
ibp gs
(4)
A1A 3D 2 Ds
i Bq B ibp gs
(5)
s A 2 A L gD 4
A 3A1D 2
Dsp
dimana qBiB adalah laju angkutan sedimen per unit lebar per unit waktu, D adalah diameter butiran, AL adalah
panjang luasan deposisi yang memiliki unit lebar, A1 adalah konstanta luasan butiran, A2 adalah konstanta volume
partikel, A3 adalah konstanta skala waktu, s adalah rapat massa sedimen, adalah raat massa air, g adalah gravitasi,
dan p adalah probabilitas erosi (Einstein, 1950) (Graf, 1971).
Dengan beberapa penyederhanaan, dibuatlah parameter intensitas sedimen dasar () yang merupakan bilangan tak
berdimensi, yang dinyatakan dalam Persamaan 6.
1 1
q 2 1 2
B (6)
s g s gD3
Einstein juga membuat sebuah parameter aliran yang menghubungkan rapat massa air dan sedimen ( ), diameter
butiran (D), gravitasi (g), kemiringan garis energi (S), dan jari-jari hidraulik yang dipengaruhi oleh parameter
kekasaran dasar sungai (ripple faktor) , dimana RB = .R, serta grafik yang menghubungkan antara dan ,
seperti yang tampak pada Persamaan 7 dan Gambar 6.
s D
(7)
SR'B
Nilai D yang digunakan pada Persamaan Einstein adalah diameter butiran D 35. Ripple factor akibat koefisien Chezy
diberikan oleh Frijlink, dan dinyatakan pada Persamaan 9 (Waterloopkundig-Laboratorium-Delft-Hydraulics-
Laboratory, 1976).
3
C 2
(8)
C'
12R 12R
dengan C 18 log dan C90 18 log
k d 90
ISBN: 978-602-60286-0-0
443
Hasil analisis angkutan sedimen di sekitar muara Sungai Ijo diberikanpada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis angkutan sedimen dasar di sekitar muara Sungai Ijo
ISBN: 978-602-60286-0-0
444
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pada debit sedimen total di bagian hulu lebih kecil dibandingkan dengan
angkutan sedimen di bagian tengah, namun angkutan sedimen tengah lebih besar dibandingkan dengan angkutan
sedimen bagian hilir. Hal ini menunjukkan bahwa di ruas antara bagian hulu dan tengah (bagian 1) terjadi degradasi,
sedangkan di antara ruas tengah dan hilir (bagian 2) terjadi agradasi. Berdasarkan analisis, didapatkan luasan sungai
bagian 1 adalah sebesar 119918.94 m2, dan luasan sungai bagian 2 adalah sebesar 80119.55 m2, sehingga didapatkan
penurunan dasar sungai di bagian 1 adalah sebesar 5,41 m/tahun atau 0,01 m/hari dan di bagian 2 terjadi kenaikan
dasar sungai setinggi 1,46 m/tahun atau 0,004 m/hari.
ISBN: 978-602-60286-0-0
445
PPI Logending
Jembatan Jetis
(a) (b)
PPI Logending
Jembatan Jetis
Legenda:
2005
2014
(c)
Peta diolah dari: (Google-Earth-Pro, 2005), (Google-Earth-Pro, 2014)
Gambar 7. Foto Udara Muara Sungai Ijo Tahun 2005 dan 2014
Untuk mengetahui perubahan morfologi muara Sungai Ijo lebih lanjut, dapat dilihat dari foto udara tahun 2015 yang
dibandingkan dengan foto udara tahun 2005 dan 2015, seperti berturut-turut tampak pada Gambar 8.
PPI Logending
Jembatan Jetis
Legenda:
2005
2014
2015
Berdasarkan Gambar 8 tampak bahwa dari tahun ke tahun, di sekitar Jembatan Jetis dan mulut Sungai Ijo terjadi
penyempitan sungai, sedangkan di ruas sungai di sekitar PPI Logending mengalami pergeseran alur sungainya.
ISBN: 978-602-60286-0-0
446
5. KESIMPULAN
Analisis sedimentasi di sekitar muara Sungai Ijo menunjukkan bahwa angkutan sedimen total di bagian hulu
(Jembatan Jetis), tengah (200 m di hulu PPI Logending), dan di mulut sungai (hulu breakwater) berturut-turut terjadi
angkutan sedimen total sebesar 1395045 ton/tahun, 3045200 ton/tahun, dan 2826364 ton/tahun. Angkutan sedimen
tersebut mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai di ruas antara Jembatan Jetis dan PPI Logending sedalam
5,41 m/tahun atau 0,01 m/hari, sedangkan di ruas diantara PPI Logending dan mulut sungai terjadi kenaikan dasar
sungai sebesar 1,46 m/tahun atau 0,004 m/hari.
Adapun morfologi di muara Sungai Ijo dari tahun ke tahun mengalami perubahan, yaitu terjadinya penyempitan
sungai di sekitar Jembatan Jetis dan mulut sungai, dan di sekitar PPI Logending mengalami pergeseran alur ke arah
selatan.
ISBN: 978-602-60286-0-0