Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB 1

PENDAHULUAN

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kulawarga. Kata kula berarti ras dan
warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki


hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara
individu tersebut.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara


maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertensi masih rendah
presentasinya. Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi
diabaikan begitu saja. Bagi masyarakat golongan atas hipertensi benar-benar
menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).

Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20


%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di
negara Indonesia rata-rata 6-15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena
jumlah anak di bawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15 % dari
populasi (Rahayu : 2000).

Hipertensi merupakan faktor risiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung


dan stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Silent Disease karena tidak
ditemukan tanda-tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin: 1991).

1
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai
Heterogenus Group of Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak
terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan
jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering
adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati: 2000).

Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun ke atas (Sri Rahayu: 2000: 7).

Untuk mencegah komplikasi diatasi sangat diperlukan perawatan dan pengawasan


yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskular
dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam
mengonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah
raga secara teratur serta merubah kebiasaan hidup lainnya yang dapat mencetus
terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman beralkohol.
Adapun faktor dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan darah
yang meliputi, cara mempertahankan berat badan ideal, Natrium klorida, Kalium,
Kalsium, Magnesium, lemak dan Alcohol. (Dr. Wendra Ali. 1996: 3, 20, 21).

Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Ketidak patuthan diit rendaah garam dan rendah
lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan
tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran
dan berkurangnya pendapatan. Keluarga).
Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana
manifestasinya, dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini
masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion G Bailon dan Aracelis
Maglaya 1989).
2.1.2 Tipe Keluarga
2.1.2.1 Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.
2.1.2.2 Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
2.1.2.3 Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
2.1.2.4 Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
2.1.2.5 Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
2.1.2.6 Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.1.3 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan

3
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai


berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan
spiritual.

2.1.4 Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
2.1.4.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.1.4.2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
2.1.4.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
2.1.4.4 Sosialisasi antar anggota keluarga.
2.1.4.5 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
2.1.4.6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya.
2.1.4.7 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
2.1.4.8 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
2.1.5.1 Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga
dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

4
2.1.5.2 Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam
keluarga dan sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma atau budaya dan perilaku.
2.1.5.3 Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan terhadap
anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit,
kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat : sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari
tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap
masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui
sumber-sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik,
psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang
sakit.
4. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui

5
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
5. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat : apakah keluarga mengetahui keberadaan
fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
2.1.5.4 Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
2.1.5.5 Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan keluarga.

2.1.6 Bentuk Keluarga


Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan
diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

2.1.6.1 Berdasarkan lokasi


Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu
di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediaman kaum kerabat istri.
Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman
kaum kerabat suami.

6
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum
kerabat istri.
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat
suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman
kaum kerabat istri pada masa tertentu pola (bergantian).
Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti
kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami
maupun istri.
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman
saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami.
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami
dan istri masing-masing hidup terpisah dan masing-masing
dari mereka juag tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya
sendiri.
2.1.6.2 Berdasarkan pola otoritas
Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).
Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.

2.1.7 Subsistem sosial


Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-
istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik).
Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang
hidup bersama dengan tujuan eksplisit membangun keluarga. Pasangan

7
ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan
membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari
yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-
subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran
seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan
pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi
orang tua dan anak.

2.2. Deskripsi Penyakit


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik
dan diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi
penyakitt kardiovaskuler. (Soekarsohardi, 1999: 151).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic


diatas standar dihubungkan dengan usia. (Gede Yasmin, 1993: 191).

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa: Hipertensi


adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik
diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu factor resiko
terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.

2.2.2 Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori:
2.2.2.1 Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang
jelas. Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab

8
hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor psikologis ,
dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui
penyebabnya.
2.2.2.2 Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti
stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio
aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral
kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti,
keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan,
pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi
Purwati, 2000 : 25).

2.2.3 Patofisiologi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac
output dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan
peningkatan kardiak output dan tekanan perifer menurun.

Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan


meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan
kardiak ouput. Dalam sistem Renin Angiotensien aldosterone pada
pathogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor
penyebab oleh karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah
angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE).

Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus


pereifer yang mengaktifkan sistem simpatik dan menyebabkan retensi
vaskuler perifer meningkat. Disamping itu angiotensin II mempunyai
efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis.
Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang
akan meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium.
Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan
kardiak output. (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999).

9
2.2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward K Chung (1995)
adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
artei tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini meruapakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan. Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala . Bila demikian gejala baru muncul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung,. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang,
dan pusing.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti, penyakit


jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, dan
kerusakan pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2000: 22,23 dan
patologi penyakit jantung RSUD. dr Soetomo,1997).

Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :


1. Pengaturan diit
2. Berolah raga
3. Menghilangkan rasa takut
4. Obat-obatan penurun takanan darah
a) Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
b) Betabloker :Proparnolol, dll.
c) Alfabloker : Prazosin dll.
d) Penghambat ACE : Kaptopril dll.
e) Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)

10
2.2.5 Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan,
derajat hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum
pemberian nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan
tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa
(untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 - 6000 mg per hari ).
Sebagian besar natrium berasal dari garam dapur.

Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan


tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis
besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu:
a. Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan
mengkonsumsi Makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai
kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain
makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono
Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat
biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat
dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet
pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut:
1) Jangan menggunakan garam dapur
2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega,
keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-
lain.
3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan
bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
4) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium. Batasi minuman yang bersoda seperti
cocacola, fanta, sprite.
b. Diet rendah kolesterol / lemak
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,
trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 50 % kolesterol berasal

11
dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi
yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,
hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan
kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi
adalah :
1. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan
mentega.
2. Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
3. Gunakan susu full cream.
4. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per
minggu.
5. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-
kacang lainnya.
6. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti
sirup, dodol.
7. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah buahan.
c. Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi
terkena hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan
melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga
normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau
500 kalori untuk penurunan 0,5kg berat badab per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat
gizi.
3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

2.2.6 Dampak Masalah


2.2.6.1 Terhadap Individu
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

12
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien
terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa
gejala yang khas.
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala
pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan
muntah.
c. Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan
tersinggung.

d. Pola tidur dan istirahat.


Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering
terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher
bagian belakang.
e. Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur
pengobatan yang lama ,diet, olah raga, merokok, minuman
beralkohol.
f. Pada pola tata nilai dan kepercayaan.
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan
merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.

2.2.6.2 Terhadap keluarga


a. Merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan diet,
mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup yang
terus - menerus.
b. Produktifitas menurun.
Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan
sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, maka

13
akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan
seperti semula.
c. Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.

2.2.6.3 Terhadap masyarakat


Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan
terjadi perubahan peran dalam masyarakat Selain itu akan
menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya.
a. Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin
meningkat,maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di
masa yang akan datang.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Pengkajian
Anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan
pemeriksaan fisik. Metode pengkajian yang digunakan untuk
mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi beberapa cara
di antaranya head to toe, teknik persistem, maupun
berdasarkan atas Pengkajian dilakukan secara komprehensif
dengan berbagai metode pengkajian seperti kebutuhan dasar
manusia.
2.3.1.2 Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan
penanggung jawabnya.
2.3.1.3 Keluhan Utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasa nya sering
mengalami sakit kepala, mengeluh sakit pada tengkuk kepala,
mata berkunang-kunang. Biasanya dibawa kepelayanan
kesehatan atau puskesmas.
2.3.1.4 Riwayat Penyakit

14
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena
riwayat kesehatan terutama berhubungan dengan hipertensi
sangat membantu dalam menentukan diagnosa.

2.3.1.5 Data Bio-Psiko-Sosial-Spritual


Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan
berbagai metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara
umum menjadi data subjektif dan objektif.
2.3.1.6 Data Subjektif
Adanya keluhan tentang penyakit hipertensi. Seperti mengeluh
pusing, sakit kepala, sakit pada tengkuk kepala dll.
2.3.1.7 Data Objektif
Factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin,
umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol
dan social ekonomi, tampak gelisah, terlihat lemah,
penurunan kesadaran.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet
pada klien hipertensi adalah:
2.3.2.1 Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2.3.2.2 Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat
dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
2.3.2.3 Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
tepat.

15
2.3.2.4 Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
2.3.2.5 Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat
tanaman obat tersebut.

2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54).

Rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan khusus


diet pada klien hipertensi adalah:
2.3.3.1 Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar.
1. Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
2. Kriteria Hasil
Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas
pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita
hipertensi.
Keluarga dapat memahami danmampu mengambil
tindakan sesuai anjuran.

Rencana Tindakan
1. Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang
benar bagi penderita hipertensi.
Rasional : Dengan diberikan penjelasan diharapkan
keluarga menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga

16
dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah
khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi.

2. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman


caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi.
Rasional : Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu
menyajikan makanan yang rendah garam.

2.3.3.2 Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk


mengatur diet terhadap anggota keluarga yang menderita
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet.
1. Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan
diet untuk klien hipertensi.
2. Kriteria Hasil
Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat
pengaturan diet bagi klien hiperetensi.
Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk
klien hipertensi.
Rencana Tindakan
1. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat
pengaturan diet untuk klien hipertensi.
Rasional : Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga
mampu melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
2. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien
hipertensi.
Rasional : Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan
untuk penderita hipertensi.

2.3.3.3 Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus

17
bagi penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar.
1. Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
2. Kriteria Hasil
Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus
untuk penderita hipertensi.
Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah
yang tepat bagi klien hipertensi.
Rencana Tindakan
1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
Rasional : Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien
dan keluarga dapat cara pengolahan makanan untuk klien
hipertensi.
2. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.
Rasional : Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan
sesuai yang dianjurkan.
3. Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk
membuat makanan dengan jumlah yang tepat.
Rasional : Dengan diberikan contoh sederhana caara
membuat makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan
keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.

18
2.3.3.4 Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan
dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam.
1. Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari
mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
2. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan
yang rendah garam.
Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan
yang banyak mengandung garam.
Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
garam.
Rencana Tindakan
1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh
garan terhadap klien hipertensi.
Rasional : Diharapkan klien dan keluarga memahami dan
mengerti tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi.
2. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang
banyak mengandung garam.
Rasional : Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari
makanan yang banyak mengandung garam.
3. Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka
mampu untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut
yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
Rasional : Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan
kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi
sehat.

19
2.3.3.5 Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman
obat keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna
dari tanaman obat keluarga.
1. Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan
sumber tanaman obat keluarga.
2. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang
dapat membantu untuk pengobatan hipertensi.
Rencana Tindakan
1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat memahami
manfaat Toga.
2. Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
Rasional : Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis
tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah.
3. Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha
memiliki tanaman obat keluarga.
Rasional : Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat
mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja
diperlukan.

2.3.4 Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out
put) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat
meliputi penilaian input dan porses.

Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi:


2.3.4.1 Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil
dari tindakan keperawatan.
2.3.4.2 Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka
dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan

20
bahan.
2.3.4.3 Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah.
2.3.4.4 Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family
Healt Care, 1989: 97).

21
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan terapi. Edisi IV: FKUI. 1995. Jakarta

Ir.Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien hipertensi. Jakarta

Jurnalistik Guedilines for the management hipertention:1997

Jurnalistik International of Cardiovasculer Medicine,Surgery and pathology:


1997

Marcia Stanhope dan Ruth N. Knollmueler. 1997. Keperawatan Komunitas dan


kesehatan rumah ,pengkajian intervensi dan penyuluhan: buku kedokteran
EGC. Jakarta

Nasrul Effendi editor Yasmin Asih. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan


Komunitas edisi II: buku kedokteran EGC. Jakarta

Patologi hipertensi Lab. SMF. Penyakit jantung. RSUD. Dr. Soetomo: 1997.
Surbaya

Prof. Dr. Moerdono. 1994. Masalah hipertensi: Penerbit Bhrata Karya Aksara.
Jakarta.

Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim kardiovasculer. Editor Ni


Luh Gede Yasmin S.Kp: Penerbit buku kedokteran EGC I: 1993 Jakarta.

22

Vous aimerez peut-être aussi