Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ilmu hukum sebagai sebuah kajian sarat akan nilai-nilai moral sehingga pada
setiap praktek penegakan hukum selalu mempertimbangkan nilai-nilai yang
hidup didalam masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai moralitas,
permasalahan pornografi merupakan fenomena yang harus disikapi dengan
arif, karena hal ini terkait dengan permasalahan nilai moralitas dan budaya
bangsa. Pro dan kontra terhadap permasalahan pornografi merupakan bukti
adanya kepedulian bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai moralitas dan hak
asasi manusia.
Namun demikian permasalahan pornografi sudah demikian komplek sehingga
pemerintah harus menentukan alternatif penyelesaian masalah tersebut,
kebijakan yang diambil Negara dalam hal ini adalah kebijakan penal yaitu
kebijakan dengan menggunakan peraturan perundang-undangan. Sehingga
pemerintah mengesahkan RUU menjadi undang-undang yakni UU Nomor 44
Tahun 2008 tentang pornografi yang dijadikan acuan normatif penyelesaian
permasalahan pornografi.
Atas dasar itulah maka penulis dalam menyusun skripsi ini mengambil judul
Analsis Yuridis Mengenai Penyebaran Video Porno Dihubungkan dengan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat ditarik suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya penanggulangan Tindak Pidana peredaran video porno
tersebut dan kaitannya dengan ketentuan Undang-undang Nomor 44 Tahun
2008 tentang pornografi ?.
2. Faktor-faktor apakah yang dapat menghambat dalam pengungkapan tindak
pidana peredaran video porno tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui, memahami dan mengkajiupaya Penanggulangan Tindak
Pidana peredaran video porno tersebut dan kaitannya dengan ketentuan
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi.
2. Untuk mengetahui, memahami dan mengkaji faktor-faktor apakah yang
dapat menghambat dalam pengungkapan tindak pidana peredaran video porno
tersebut
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan
akademis maupun kepentingan praktis sosiologis, yaitu :
1. Manfaat Akademis
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
hukum, khususnya bidang pornografi dan pornoaksi dan penyebaran video
porno, serta bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya terutama yang berkenaan dengan pornografi dan
pornoaksi. Secara sosiologis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan kepada masyarakat tentang penerapan Undang-undang Nomor 44
Tahun 2008 tentang pornografi, khususnya dalam bidang penyebaran video
porno.
E. Kerangka Pemikiran
1. Pengertian dan Tindak Pidana Pornografi
Perbuatan pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa
yang konkret dalam lapangan hukum pidana, sehingga perbuatan pidana
haruslah diberi arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk
dapat memisahkannya dari istilah yang dipergunakan sehari-hari dalam
masyarakat.
Pemakaian istilah perbuatan pidana beranekaragam. Didalam perundang-
undangan dipakai istilah perbuatan pidana (didalam UU Darurat No. 1 tahun
1951), istilah peristiwa pidana (didalam Konstitusi RIS maupun dalam UUDS
1950), dan istilah tindak pidana yang sering dipergunakan dalam UU
Pemberantasan Korupsi, Subversi, dan lain-lain.Sedangkan didalam beberapa
kepustakaan sering dipakai istilah pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh
dihukum, perkara hukuman perdata dan sebagainya.Didalam ilmu pengetahuan
hukum secara universal dikenal dengan istilah delik.
Perumusan perbuatan pidana dapat dibedakan menjadi tiga bentuk disebabkan
karena sumber dan dasar penentuan arti perbuatan pidana.Perumusan
perbuatan pidana menurut peraturan undang-undang dirumuskan sebagai
perbuatan yang dapat diancam dengan pidana.Perumusan yang pertama ini
bersifat lebih sempit karena hanya terikat pada peraturan undang-
undang.Sedangkan Moeljatno merumuskan perbuatan pidana dalam arti suatu
perbuatan yang dilarang dan barangsiapa yang melanggar larangan tersebut
diancam dengan pidana.Perumusan yang kedua ini tampaknya tidak
mengikatkan diri pada peraturan undang-undang saja tetapi luas.Perumusan
perbuatan pidana yang terakhir adalah suatu perbuatan pidana bagi barang
siapa yang melanggar larangan tersebut.Rumusan ini melengkapi rumusan
kedua dengan mengandung kalimat aturan hukum pidana. Rumusan ketiga
ini akan memenuhi keadaan hukum di Indonesia yang masih mengenal
kehidupan hukum yang tertulis maupun tidak tertulis, sehingga perumusan
yang ketiga inilah yang dianggap lebih lengkap.
Tindak pidana dapat diberi batasan sebagai perbuatan yang dilarang oleh
Undang-undang disertai ancaman pidana terhadap barang siapa yang
melakukan perbuatan tersebut. Sementara itu menurut Undang-undang
Pornografi, Pornografi adalah gambar, sketsa, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh atau bentuk pesan lain melalui berbagai bentuk media komunikasi
dan/atau pertunjukkan dimuka umum yang membuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat .
Berdasarkan pengertian tindak pidana dan pornografi tersebut, dapat diberikan
batasan tindak pidana pornografi adalah perbuatan dengan segala bentuk dan
caranya mengenai dan yang berhubungan dengan gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun percakapan, gerak
tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi
dan/atau pertunjukkan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi
seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat yang dirumuskan
dalam Undang-Undang pornografi dan diancam pidana bagi siap yang
melakukan perbuatan tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, pengertian objek pornografi
lebih luas dari pada objek pornografi menurut KUHPidana. KUHPidana
menyebut tiga objek, yaitu tulisan, gambar dan benda. Adapun yang termasuk
benda ialah alat untuk mencegah dan menggugurkan kehamilan. Objek
pornografi menurut Undang-Undang Pornografi telah diperluas sedemikian
rupa termasuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi.
Dalam objek pornografi mengandung tiga sifat, yaitu (1) isinya mengandung
kecabulan, (2) eksploitasi seksual, dan (3) melanggar norma kesusilaan.
Sementara itu, KUHPidana menyebutkan dengan melanggar kesusilaan. Antara
benda pornografi dengan sifat kecabulan dan melanggar norma kesusilaan
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena memuat
kecabulan, maka melanggar norma kesusilaan. Kecabulan merupakan isi dari
pornografi. Pornografi yang mengandung isi kecabulan tersebut harus
terbentuk dalam suatu wujud, misalnya dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun percakapan. Pada
wujud inilah terdapat isi kecabulan.
Objek pornografi yang menjadi landasan utama pembentukan tindak pidana
pornografi disebut secara limitatif dan bersifat terbuka. Disebutkan macam-
macam objek pornografi dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-undang pornografi.
Akan tetapi, masih dimungkinkan hakim menentukan objek lain, khususnya
mengenai objek pesan melalui alat-alat komunikasi. Kiranya dengan cara
merumuskan yang demikian itu, memberi kemungkinan ke depan memasukkan
pesan melalui alat komunikasi babaru yang sekarang belum dikenal.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengkaji data sekunder sebagai data utamanya.Jadi dalam
penelitian ini data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan sumber data
sekunder dengan menggunakan metode pendekatan yuridis, yaitu menganalisis
permasalahan dari sudut pandang/menurut ketentuan hukum/perundang-
undangan yang berlaku.
2. Sumber Data
Data yang butuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan yang berupa bahan-bahan hukum.
Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari :
a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, yang
berupa:
1) Undang-Undang Dasar
2) KUH Pidana
3) Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951
4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi
Elektronik
5) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang bersifat menjelaskan
terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur, artikel,
hasil penelitian (wawancara) dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini.
c) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari:
1) Kamus Umum Bahasa Indonesia
2) Kamus Istilah Hukum
3) Ensiklopedia
3. Metode Pengumpulan Data
a) Penelitian lapangan, dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dan mengajukan daftar pertanyaan kepada yang berkenaan
dengan penelitian ini di sespimpol, Pengadilan Negeri kelas I Bandung, kantor
pengacara Roberto Hutagalung SH. MH di dago Bandung.
b) Penelitian kepustakaan, dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan cara studi dokumen, yaitu mengkaji, mengolah dan menelaah bahan-
bahan hukum yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah normatif kualitatif,
yaitu data yang diperoleh dari penelitian disajikan secara deskriptif dan
dianalisis secara kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Data penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian
b) Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematisasikan
c) Data yang telah disistematisasikan kemudian dianalisis untuk dijadikan
dasar dalam mengambil kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan dalam memahami isi dari skripsi ini, berikut disajikan
Sistematika Penulisan dari skripsi ini yang terbagi ke dalam beberapa bab dan
masing-masing bab terbagi ke dalam beberapa sub-sub. Adapun masing-
masing bab tersebut adalah :
BAB I.
Pada bab pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah dan tinjauan penelitian yang merupakan bekal dasar bagi penulis
dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya pada bab pendahuluan ini juga
diuraikan tentang tujuan penelitian dan metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan
analisis data. Pada akhir dari bab ini disajikan sistematika penulisan skripsi.
BAB II.
Pada bab ini diuraikan dan dibahas tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
pornografi dan tindak pidana pornografi. Adapun uraian dan pembahasan
dalam bab ini meliputi : pengertian dan pengaturan tindak pidana, dan faktor-
faktor yang melatarbelakangi dilakukannya tindak pidana
pornografi.Selanjutnya pada akhir dari bab ini akan diuraikan dan di bahas
tentang kemampuan hukum pidana untuk menanggulangi tindak pidana
pornografi.
BAB III
Pada bab ini diuraikan dan dibahas tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
tindak pidana pornografi. Adapun pembahasan dalam bab ini meliputi :
pengertian tindak pidana pornografi, dan upaya hukum.
BAB IV
Pada bab ini diuraikan dan sekaligus dilakukan pembahasan dan analisis
terhadap tindak pidana pornografi dalam UU No 44 Tahun 2008. Adapun
uraian dari pembahasan pada bab ini meliputi : prosedur pengungkapan tindak
pidana peredaran video porno tersebut dan kaitannya dengan ketentuan
Undang-undang pornoaksi dan pornografi, faktor-faktor apakah yang dapat
menghambat dalam pengungkapan tindak peredaran dari video porno tersebut,
dan cara mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat dalam pengungkapan
tindak pidana peredaran video porno.
BAB V
Pada bab ini disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
permasalahan dalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang merupakan
sumbangan pemikiran dan rekomendasi dari penulis terhadap tindak pidana
pornografi