Vous êtes sur la page 1sur 27

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

DI RUANG PRABU SILIWANGI RSUD GUNUNG JATI


KOTA CIREBON

Disusun Oleh:

NAMA : NENENG VITRIYAH


NIM : D1017064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi
2017 - 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI REGIO INGUINALIS


1. Regio Inguinalis
Regio Inguinalis adalah area pertemuan antara dinding anterior abdomen dan regio
femoralis. Di daerah ini, dinding abdomen lemah karena perubahan selama masa
perkembangan dan saccus atau diverticulum peritonealis, dengan atau tanpa isi
abdomen, dan karenanya dapat menyebabkan penonjolan yang di sebut denga hernia
inguinalis (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
Regio Inguinalis terdiri dari beberapa lapisan diantaranya:
a. Kulit (kutis)
b. Jaringa
n sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak. Fasia ini terbagi dua
bagian, superfisia (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke
depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha,
bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia
Buck).
c. Innomi
nate fasia (Gallaudet): lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan luar dari
fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
d. Appon
eurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale merupakan
penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari
SIAS sampai ke ramus superior tulang publis. Lakunar Merupakan paling bawah
dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus
yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45
derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk
pinggir medial kanalis femoralis. Ligamentum ini dibentuk dari serabut
aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea
alba.
\

Gambar 1. Dinding Kanalis Inguinalis

Gambar 2. Spermatic cord

e. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis


muskulus obliqus internus, falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon
f. Fasia transversalis dan aponeurosis yang
berhubungan dengan ligamentum pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx
inguinalis dan fasia transversalis
g. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
h. Peritoneum
i. Superfisial dan deep inguinal ring

(Way, Lawrence W., 2003)

Gambar 3. Regio Abdomen


Kelemahan yang ada didinding anterior abdomen pada region inguinalis ini
dikarenakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi selama perkembangan gonad.
Sebelum testis dan ovarium turun dari posisi asalnya yang tinggi di dinding posterior
abdomen, terbentuklah kantong keluar peritoneum (prosesus vaginalis). Yang dilapisi oleh
beberapa lapisan dinding anterior abdomen.

Selanjutnya prosesus vaginalis membentuk struktur tabung tubuler dengan penutup


berlapis dari lapisan dinding anterior abdomen yang membentuk struktur dasar
canalis inguinalis.peristiwa akhir pada perkembangan ini adalah turunnya testis kedalam
cavitas pelvis. Proses ini tergantung pada perkembangan gubernaculum, yang terbentang
dari batas inferior gonad yang sedang berkembang sampai ke tonjol labioscrotalis di
dalam perineum yang juga sedang berkembang.

Prosesus vaginalis berada tepat di anterior gubernaculum di dalam canalis inguinalis.


Pada pria, ketika testis turun, testis dan vas deferen, ductus dan nervi yang
menyertainya melewati canalis inguinalis dan karenanya dikelilingi oleh
lapisan-lapisan fascia yang sama dari dinding abdomen. Turunnya
testis menyempurnakan pembentukan funiculus spermaticus pada pria. Pada wanita,
ovarium turun ke dalam cavitas pelvis dan terkait dengan perkembangan uterus. Oleh
karenannya, struktur yang melewati canalis inguinalis hanyalahligamentum teres
uteri, yang merupakan sisa gubernaculum. Pada kedua jenis kelamin rangkaian
perkembangan ini diakhiri saat prosesus vaginalis menutup. Jika tidak menutup atau tidak
sempurna menutup. Kelemahan dapat terjadi di dinding anterior abdomen dan hernia
inguinalis dapat terjadi (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).

2. Kanalis Inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran sempit yang terbentang dengan arah ke bawah
dan ke medial, tepat di atas dan pararel dengan separuh bagian bawah ligamentum
inguinale. Struktur ini dimulai pada annulus inguinalis profundus dan berlanjut sampai
kira-kira 4 cm, berakhir di annulus inguinalis superficialis. Isi canalis inguinalis adalah ramus
genitalis nervus genitofemoralis, funiculus spermaticus pada pria dan ligamentum
teres uteri pada wanita. Selain itu, pada pria dan wanita, nervus ilioinguinalis berjalan
melewati bagian canalis inguinalis, keluar melalui annulus inguinalis superficialis
dengan isi yang lain (Snell,
Richard S, 2006).

Gambar 4. Anatomi Regio


Inguinalis

a. Annulus
Inguinalis Profundus (
Internal Ring)
Annulus inguialis
profundus adalah pintu permulaan canalis inguinalis dan berada
pada titik pertengahan antara SIAS dan simphysis pubica. Struktur ini merupakan defek
yang berbentuk U pada fasia transversalis yang membentuk dinding posterior
kanalis inguinalis Annulus inguinalis terletak 1,25 cm di atas titik tengah ligamentum
inguinalis dan tepat di lateral vasa epigastrica inferior. Meskipun terkadang disebut
sebagai lubang atau suatu kelemahan fascia tranversalis, sesungguhnya struktur ini
dimulai dengan evaginasi tubuler/tabung fascia transversalis yang membentuk salah satu
penutup. Fascia spermatica interna (funiculus spermaticus pada pria atau ligamentum teres
uteri pada wanita (Luthfi Achmad, 2016).
b. Annulus Inguinalis Superficialis ( Superficial Ring)
Annulus Inguinalis adalah suatu defek triangulari pada aponeurosis oblikus
eksternus abdominis. Struktur ini dibatasi oleh krura lateral dan medial yang
dibentuk oleh aponeurosis oblikus eksternus abdominis dan basis segitiga yang dibentuk

oleh krista pubik. Seperti dengan annulus inguinalis profundus, annulus inguinalis
superficialis sebenarnya merupakan permulaan evaginasi tubuler aponeurosis
musculus obliquus externus abdominis ke dalam struktur- struktur yang melewati
canalis inguinalis dan muncul dari annulus inguinalis superficialis.terusan jaringan
yang lewat di atas funiculus spermaticus ini adalah fascia spermaticus externa
(Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).

c. Dinding Anterior Canalis Inguinalis


Seuruh dinding anterior canalis inguinalis terbentuk oleh aponeurosis musculus
obliquus externus abdominis. Struktur ini juga di perkuat di lateral oleh sabut-sabut
bagian bawah musculus obliquus internus abdominis yang berasal dari 2/3 lateral
ligamentum inguinale. Hal ini menambah penutup tmbahan di atas annulus ingunalis,
yang merupakn suatu daerah potensi lemah pada dinding anterior abdomen. Terlebih
lagi, selain musculus obliquusnternus abdominis menutup annulus inguinalis profundus,
struktur ini juga menyumbangkan suatu lapisan (fasciacremasterica yang berisi
musculus cremaster) untuk menutupi struktur-struktur yang melewati canalis
inguinalis (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
d. Dinding Posterior Canalis Inguinalis
Dinding posterior canalis inguinalis terbentuk di sepanjang fascia transversalis. Dinding
ini di perkuat di 1/3 medialnya oleh tenso conjuntivus. Tendo ini adalah insersi
gabungan musculus transversus abdominis dan musculus obliquus internus abdominis

kedalam crista pubicum dan linea pectine(Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
Seperti dengan penguatan musculus obliquus internus abdominis terhadap daerah
annulus inguinalis profundus, posisi tendo conjunctivus di sebelah posterior
terhadap annulus inguinalis superficialis menyediakan tambahan penopang bagi daerah
potensi lemah dinding anterior abdomen.
e. Atap/Dinding Superior Canalis Inguinalis
Atap canalis inguinalis dibentuk oleh sabut-sabut melengkung musculus transversus
abdominis dan musculus obliquus internus abdominis. Struktur ini berjalan dari titik
lateral origonya dari ligamentum inguinale menuju perlekatan bersama di medial/conjoint
tendo/tendo conjunctivus (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
f. Dasar/Dinding Inferior Canalis Inguinalis
Dasar (dinding inferior) canalis inguinalis dibentuk oleh separuh bagian medial
ligamentum inguinale. Dasar yang menggulung di bawah, tepi bebas bagian
terbawah aponeurosis musculus obliquus externus abdominis ini membentuk parit atau
saluran, tempat isi canalis inguinalis berada. Ligamentum lacunare memperkuat
sebagian besar pars medialis parit ini (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).

Gambar 5. Kanalis Inguinalis

Isi Canalis Inguinalis


Isi canalis ingunalis terdiri dari:

1) Funiculus spermaticus pada pria,


2) Ligamentum teres uteri, dan
3) Ramus genitalis nervus genitofemoralis pada wanita.
Structur structur ini memasuki canalis ingunalis melalui annulus inguinalis profundus
dan keluar melalui annulus inguinalis superficialis.Lebih lanjut, nervus ilioinguinalis (L1)
melewati bagian canalis inguinalis. Nervus ini adalah cabang plexus lumbalis, dan
masuk ke dinding abdomen di posterior dengan menembus musculus obliquus ionternus
abdominis. Saat berlanjut untul melintas ke arah inferomedial, nervus ini masuk ke canalis
inguinalis. Saraf ini terus menuruni canal dan keluar melalui annulus inguinalis
superficialis (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
4) Funiculus Spermaticus
Funiculus spermaticus dimulai dari proximal pada annulus ingunalis profundus dan berisi
struktur-struktur yang berjalan di antara cavitas abdominopelvicum dan testis, dan tiga fascia
penutup yang membungkus struktur-strukrur yang berjalan di antara cavitas
abdominopelvicum dan testis, dan tiga fascia penutup yang membungkus struktur-
struktur ini.
Struktur-struktur di dalam funiculus spermaticus meliputi:
a) Ductus deferens

b) Arteria untuk duktus deferens (dari arteria vesicalis inferior),

c) Arteria testicularis (dari aorta abdominalis)

d) Plexux venosus pampiniformis (venae testicularis),

e) Arteria dan vena cremasterica (vasa kecil terkait fascia cremasterica),

f) Ramus genitalis nervus genitofemoralis

g) (mempersarafi musculus cremaster),

h) Serabut-serabut nervus afferentes viscerales dan symphatici, dan

i) Sisa-sisa processus vaginalis.


(Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).

Struktur-struktur ini memasuki annulus inguinalis profundud, berlanjut menuruni


canalis inguinlis, dan keluar dari annulus superficialis, setelah mendapatkan tiga fascia
penutup selama perjalanannya. Kumpulan struktur dan fascia ini berlanjut ke dalam
scrotum, dan struktur-struktur ini berhubungan dengan testis dan fascia yang
mengelilinginya.
Fascia yang membungkus isi funiculus spermaticus meliputi:
a) Fascia spermatica interna, yang merupakaan lapisan terdalam, berasal dari
fascia transfersalis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis profundus;
b) Fascia cremasterica dengan musculus cremaster terkait, yang merupakan lapisan
tengah fascia dan berasal dari musculus obliquus abdominis; dan
c) Fascia spermatica externa, yang merupakan penutup terdangkal funiculus
spermaticus, berasal dari aponeurosis musculus obliquus externus abdominis, dan
melekat ke tepi annulus inguinalis superficialis.

5) Ligamentum teres uteri


Ligamentum teres uteri adalah suatu struktur mirip pita yang berjalan dari uterus sampai annulus
inguinalis profundus, yang selanjutnnya ligamentum ini memasuki kanalis inguinalis. Ligamentum ini
berjalan turun melewati kanalis inguinalis dan keluar melalui annulus inguinalis superficialis. Pada titik
ini, ligamentum ini telah berubah dari struktur mirip pita menjadi struktur seperti beberapa lembar
jaringan, yang melekat ke jaringan ikat terkait dengan labium majus pudendi. Saat ligamentum ini
melintasi canalis inguinalis, ligamentum ini mendapatkan lapisan penutup yang serupa dengan
funiculus spermaticus pada pria (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).

6) Orifisium Miopektineal
Orificium miopektineal dari Fruchaud adalah area lemah yang merupakan tempat dari semua
hernia lipat paha. Area ini merupakan area antara ligamentum inguinalis disebelah anterior
dan traktus illiopubik di sebelah posterior.
a) Traktus Iliopubik: Penebalan margoinferior fasia transversalis yang tampak
sebagai pita fibrosa yang berjalan sejajar dan disebelah posterior (dalam) dari
ligamentum inguinalis. Traktus iliopubik berinsertio ke ramus pubik superior untuk
membentuk ligamentum alkunaris
b) Batas-batas orifisium miopektineal
Superior: Serabut oblikus internus yang melengkung.
Nedial: Tepi lateral otot rektus abdominis
Inferior: Pektinea Pubik.
c) Makna bedah traktus iliopubik: Pengenalan traktus iliopubik ini
merupakan salah satu tahap repair laparoskopik (tahap awal) visualisasi dari dalam.
Struktur ini memperkuat dinding posterior dan dasar kanalis inguinalis seraya
menjembatani struktur yang melintasi ruang sub- inguinalis (Luthfi Achmad, 2016).

3. Mekanisme Pertahanan Inguinal


a) Kanalis inguinalis yang berjalan oblik (pada anak-anak kanalis inguinalis
berjalan lurus).
b) Selama mengejan atau batuk, conjoined tendon berkontraksi, dan karena
conjoined tendon membentuk batas-batas anterior, superior dan posterior, conjoined
tendon menutup kanalis inguinalis. Hal ini merupakan efek buka tutup atau efek yang
menyerupai sfingter.
d) Peningkatan tekanan intra-abdomen menimbulkan efek sumbat pada
ring/cincin eksterna. Ring interna tertarik ke atas dan lateral karena melekat pada permukaan
posterior dari otot transversalis. Hal ini akan menghasilkan oklusi anulus dan mencegah tyerjadinya
herniaso yang merupakan efek dari katup bola (Luthfi Achmad, 2016).

B. HERNIA
1. DEFINISI
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan abnormal bagian
organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam selaput

pembungkus, membran, otot, atau tulang Dorland, W.A. & Newman. (2012). Hernia
berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya (Townsend, Courtney M.,
2004).

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia:
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya

Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna, yaitu bayi sudah menderita hernia kerena adanya
defek pada tempat - tempat tertentu
b. Hernia kongenital tidak sempurna, yaitu bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampa tapi dia mempunyai defek pada tempat- tempat tertentu (predisposisi) dan
beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
(mengejan, batuk, menangis)
Aquisata/didapat, yaitu hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi, banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat defekasi maupun miksi. Juga bisa terjadi karena batuk
yang kronis, dan Asites
b. Konstitusi tubuh, rrang kurus cenderung terkena hernia kareana jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan
ikat penyokong pada area dinding abdomen yang lemah
c. Kelemahan dari conjoined tendon/ruptur beberapa serabut. Hal ini terjadi
akibat beberapa faktor seperti mengangkat beban berat, post apendiktomi (trauma
pada nervus ilioinguinalis), Kelainan kronis/penyakit kelemahan fisik yang
menyebabkan kelemahan fasia transversalis di area Hasselbach
d. Banyaknya preperitoneal fat yang banyak terjadi pada orang gemuk
e. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal
f. Sikatrik
g. Penyakit yang melemahkan dinding perut
h. Merokok
i. Diabetes militus
(Brunicardi, F Charles., 2005; Karen, M.D, 2009; Townsend, Courtney M., 2004)

3. BAGIAN DAN JENIS HERNIA


Bagianbagian hernia (Tjandra J.J., Gordon J.A., et al, 2006)
1) Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2) Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Cincin/Pintu Hernia
Merupakan bagian awal atau pintu yang berbentuk cincin dari kantong hernia.
4) Leher hernia
Bagian tersempit dari kantong hernia yang sesuai dengan ukuran kantong hernia.
5) Locus minoris resistence (LMR)
Penonjolan Penonjolan organ visceral/isi rongga melalui melalui dinding dinding yang
lemah.

Jenis-jenis hernia:
Menurut Letak Anatomis:
a) Hernia inguinalis, adalah hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut
b) Hernia umbilicus, adalah hernia inguinalis yang terjadi di pusar
c) Hernia femoralis, adalah hernia yang terjadi di bagian paha
(Tjandra J.J., Gordon J.A., et al, 2006; Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi
Achmad, 2007)
Menurut penyebabnya:
a) Hernia kongenital atau bawaan, adalah hernia yang sudah ada sejak lahir
b) Hernia aquisata, adalah hernia yang terjadi karena suatu faktor tertentu.
c) Hernia insisional, adalah hernia akibat pembedahan sebelumnya.
(Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi Achmad, 2007; Karen, M.D, 2009)
Menurut terlihat dan tidaknya:
a) Hernia external, adalah hernia yang terlihat nampak misalnya hernia
inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b) Hernia internal, adalah hernia yang tidak terlihat nampak misalnya hernia
diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia obturaforia.
Menurut nama penemunya:
a) Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosakral.
b) Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis di atas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian
lateral.
c) Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
(Brunicardi, F Charles, 2005)
Menurut sifatnya:
a) Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
(Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi Achmad, 2007; Brunicardi, F Charles. 2005)

Hernia irreponibel terbagi menjadi 3 yaitu:


a) Hernia akreta, yaitu hernia yang bila hanya perlekatan akibat fibrosis. Tanpa ada gejala
dan gangguan pasase usus
b) Hernia inkarserata (terperangkap), yaitu bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut serta sudah
mengalami gangguan pasase isi usus.
c) Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.

Jenis hernia lainnya:


a) Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi pada satu
sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b) Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
c) Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

C. HERNIA INGUINALIS LATERALIS


1. DEFINISI
Hernia ingunalis adalah hernia yang terjadi pada dinding abdomen di regio
inguinalis. Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL)
dan hernia inguinalis medialus (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama
lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya keluarnya tidak langsung
menembus dinding abdomen melainkan melalui cincin kanalis inguinalis. Sedangkan
hernia medialis mempunyai nama lain hernia directa yang artinya keluarnya langsung
menembus dinding abdomen. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui
anulus inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar
rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Kapita Selekta
Kedokteraan Edisi 3, Marilynn E. Donges).

Perbedaan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis (HIL dan HIM):
Tipe Deskripsi Hubunga Dibungkus Onset
n dg oleh fascia biasanya
vasa spermatica pada
epigastri interna waktu
ca
inferior
Hernia Penojolan Lateral Ya Kongenital
Ingunalis Melewati cincin Dan bisa pada
Lateralis Inguinal akibat Waktu
Kegagalan Dewasa
Penutupan cincin
Ingunalis interna
Pada waktu

Embrio setelah
Penurunan testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa

Ingunalis Langsung
Medialis Menembus fascia

Dinding abdomen

2. ETIOLOGI HERNIA INGUINALIS


Hernia Inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominus yang menutup annulus inguinalis internus. Ketika berkontraksi dan
adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi trigonum haselback yang
umumnya hampir tidak berotot, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia

3. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan mengatakan
adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau
menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada waktu defikasi atau
miksi, mengangkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau
gejala mual dan muntah ada komplikasi.

4. PATHWAYS HERNIA INGUINALIS

Kehamilan, batuk kronis, Kelemahan otot abodmen


Obesitas karena usia atau secara congenital

Tekanan intra
Abdomen

Peregangan rongga dinding

Herniasi

Cincin hernia

Hernia Inguinalis

Penekanan pembuluh darah Gangguan penyaluran isi (usus)

Strangulasi Makan tidak dapat di cerna

Penekanan Pembedahan Lama tersimpan simpul

Gangguan rasa terputusnya kontinuitas Perubahan nutrisi


Nyaman dan nyeri jaringan lunak kurang dari kebutuhan

Proses terputusnya destruksi keterbatasan


Penyembuhan simpul pertahanan gerak
Peningkatan gangguan rasa porte de hipoperistaltik usus
Metabolisme nyaman nyeri

Kebutuhan nutrisi masuknya ganggunan eliminasi


Mikroorganisme BAB konstipasi

Perubahan
nutrisi kerang Resiko tinggi
infeksi Kurang perawatan Gangguan mobilitas
dari kebutuhan diri fisik

5. PATOFOSIOLOGI HERNIA INGUINALIS


a. Kongenital
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums
bilateral. Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis
testes akan turun melewati kanalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,
angka kejadian hernia inguinalis lateralis pada pria lebih sering terjadi pada sisi
kanan daripada sisi kiri.

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal
yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis
yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka
hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan
terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena
kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang
terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup (Snell, Richard S,
2006).

b. Aquisata
Biasanya terjadi pada orang usia lanjut, pada orang usia lanjut otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur usia, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik,
bersin yang kuat dan mengangkat barang - barang berat, mengejan dan sebagainya.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akibat terdorongnya sesuatu jaringan tubuh yang keluar melalui defek tersebut
(Lutfi Achmad, 2007).

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi) penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis (Brunicardi, F
Charles. 2005).

Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut
terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus
sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis (Tjandra J.J., Gordon J.A., et al, 2006).

6. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS


Hernia Inguinalis terbagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis.
a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini disebut medialis karena menonjol dari perut di bagian medial
dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat
(akuisita) disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke
ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak
berhubungan dengan prosesaus vaginalis, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami
inkarserasi dan strangulasi (Greenfield at.al, 2011).

Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

- Inferior: Ligamentum Inguinale

- Lateral: Vasa epigastrika inferior

- Medial: Tepi m. rectus abdominis

b. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di bagian lateral
pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui
dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia
lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Onset hernia ini dapat terjadi pada saat
bayi atau saat dewa (Fitzgibbons & Forse, 2015).

Onset henia Inguinalis Lateralis pada bayi terjadi bila processus vaginalis peritonei pada
waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap
berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan
mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut. Sementar jika onsetnya terjadi pada
dewasa kemungkinan terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis
yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria
testis (Lutfi Achmad, 2007).
Gambar 6. Hernia Inguinalis Indirekta

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LAB


Pada Pasien yang hernia yang sudah mengalami strangulasi biasanya akan pada
pemeriksaan lab akan ditemukan Leukocytosis dengan shift to the left. Pemeriksaan
Elektrolit, BUN, dan kadar Kreatinin juga dilakukan untuk mengetahui derajat
dehidrasi yang mungkin timbul akibat muntah-muntah. Tes Urinalisis juga dilakukan untuk
menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.Ultrasonografi dapat
digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga

membedakan penyebab pembengkakan testis.2 Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal


dengan pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi
juga berguna untuk membedakan hernia inkarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan
nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT
scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator (Karen,
M.D, 2009).

8. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.
b. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera (Lutfi Achmad, 2007).
c. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur
hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja
dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada tangki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
d. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotom, dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting artinya
dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy. Dikenal berbagai
metode hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
tertutup, menutup dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan pertemuan
M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus abdominis yang dikenal
dengan nama conjoint tendon keligamentum inguinale Poupart menurut metode
Bassini, atau menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus
internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel; ini dapat terjadi kalau
herniaterlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau
hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula
terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau
parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku
seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam
kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf
W.

Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam
hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu.
Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut ((Lutfi Achmad, 2007).

10. PENCEGAHAN
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan, menderita batuk
menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan ketika
berkemih. Pengobatan terhadap berbagai keadaan diatas bisa mengurangi resiko
terjadinya hernia (Karen, M.D, 2009).
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Data Subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
b) Data objektif.
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.
c) Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
d) Data pemeriksaan diagnostik : X ray
e) Potensial komplikasi :
- Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
- Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyak usus yang
naik.
- Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
- Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan okstipasi.
- Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam asidosis metabolik dan
akses.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI


Sebelum operasi :
1) Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pada selangkang.
KH : Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap pasien dapat beradaptasi
dengan nyeri.
Intervensi :
- Obsevasi tanda tanda vital
- Observasi keluhan nyeri, kolasi, jenis dan intensitas nyeri
- Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara menguranginya.
- Beri posisi tidur yang nyaman.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
2) Kecemasan anak berhubungan dengan akan diadakan tindakan
pembedahan.
KH : anak hiperaktif dalam asuhan keperawatan expresi wajah tenang.
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan pasien.
- Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambila darah,
puasa, jam operasi.
- Dengarkan keluhan anak.
- Beri kesempatan anak untuk bertanya.
- Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan dikamar
operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
- Jelaskan tentang keadaan pasien setelah operasi.
3) Kecemasan orang tua berhubungan dengan akan dilakukan tindakan
pembedahan
KH : Orang tua kooperatif dalam pendampingan perawatan.
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan orang tua
- Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah,
waktu puasa dan jam operasi.
- Dengarkan keluhan orang tua.
- Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya.
- Jelaskan pada orang tua tentang apa yang akan dilakukan di kamar
operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
- Jelaskan keadaan pasien setelah operasi.
4) Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
KH : Torgor kulit elastis
Intervensi :
- Obsevasi tanda vital setiap 4 jam
- Puasa makan minum
- Timbang berat badan anak setiap hari
- Kalau perlu pasang infus dan NGT sesuai program dokter
- Hentikan makan minum yang meransang mual dan muntah
- Obsevasi jumlah dan isi muntah
- Catat dan informasikan kepada dokter tentang muntahnya.
- Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.

Sesudah Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
KH : Nyeri berkurang secara bertahap
Intervensi :
- Kaji intensitas nyeri pasien.
- Observasi tanda tanda vital dan keluhan pasien.
- Letakkan anak pada tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai
dengan pembedahan yang dilakukan.
- Beri posisi tidur yang menyenangkan dan aman.
- Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktifitas secara
bertahap.
- Beri terapi analgesik sesuai program medik
- Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati hati.
- Anjurkan teknik relaksasi.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
setelah pembedahan.
KH : Turgor kulit elastik, tidak kering mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
- Obsevasi tanda tanda vital tiap 4 jam
- Monitor pemberian infus.
- Beri makan dan minum secara bertahap.
- Monitor tanda tanda dehydrasi.
- Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar.
- Timbang berat badan setiap hari.
- Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka opersai.


KH : Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak, tidak ada perdarahan.
Intervensi :
- Obsevasi keadaan luka operasi dari tanda tanda peradangan, demam,
merah, bengkak, dan keluar cairan.
- Rawat luka dengan teknik steril.
- Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
- Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk makan.
- Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan
lingkungannya.
- Kalau perlu ajarkan keluarga dalam pearwatan luka operasi
4) Resiko tinggi hipertensi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
KH : Luka operasi bersih, kering, tidak bengkak, dan tidak ada perdarahan,
suhu dalam batas normal ( 36 37 C ).
Intervensi :
- Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam
- Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
- Beri kompres hangat.
- Monitor pemberian infus.
- Rawat luka operasi dengan teknik steril.
- Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.
5) Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan
kurang informasi .
KH : Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi. Orang tua dapat
memelihara kebersihan luka operasi dan perawatannya.
Intervensi :
- Anjurkan kepada orang tua cara merawat luka operasi dan menjaga
kebersihannya.
- Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
- Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
- Anjurkan untuk meneruskan pengobatan / minum obat secara teratur
di rumah dan kontrol kembali ke dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik KotaTangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka Tahun
2013. Tangerang Selatan; 69-70.
Brunicardi, F Charles. (2005). Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
Dorland, W.A. & Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku
zKedokteran EGC; 504
Fitzgibbons R.J., Forse R.A. Groin Hernias in Adults.n engl j med 2015. 372-8
Frank, H., Netter, MD. Atlas anatomi Manusia Edisi 5. Elsrevier Saunders : 254-5
Karen, M.D. Hernia &Other Lessions of abdominal Wall. Dalam: Doherty G . Current
Diagnosis and Treatment Surgery: Thirteenth Edition, 13 edition.2009 ed. McGraw-
Hill Medical, New York. 768-81
Luthfi Achmad. Hernia. Bedah Digestif. Dalam Shenoy K.R, Nileswhar A.N. Buku ajar Ilmu
Bedah Ilustrasi Berwarna; Edisi 3 jilid 2.2016. Tangerang Karisma Publishing. 386-
93
Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium, dan
Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-41
Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W. (2014). Grays Anatomy: Anatomy of the Human
Body. Elsevier : 143-8.
Snell, Richard S. (2006). Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana
Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC. hal. 148-65, 189-90
Townsend, Courtney M. (2004). Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
Tjandra J.J., Gordon J.A., et al. Text Book Of Surgery. (2006). USA. Blackwell
Publishing. 345-52.
Way, Lawrence W. (2003). Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-89

Vous aimerez peut-être aussi