Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2. Kanalis Inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran sempit yang terbentang dengan arah ke bawah
dan ke medial, tepat di atas dan pararel dengan separuh bagian bawah ligamentum
inguinale. Struktur ini dimulai pada annulus inguinalis profundus dan berlanjut sampai
kira-kira 4 cm, berakhir di annulus inguinalis superficialis. Isi canalis inguinalis adalah ramus
genitalis nervus genitofemoralis, funiculus spermaticus pada pria dan ligamentum
teres uteri pada wanita. Selain itu, pada pria dan wanita, nervus ilioinguinalis berjalan
melewati bagian canalis inguinalis, keluar melalui annulus inguinalis superficialis
dengan isi yang lain (Snell,
Richard S, 2006).
a. Annulus
Inguinalis Profundus (
Internal Ring)
Annulus inguialis
profundus adalah pintu permulaan canalis inguinalis dan berada
pada titik pertengahan antara SIAS dan simphysis pubica. Struktur ini merupakan defek
yang berbentuk U pada fasia transversalis yang membentuk dinding posterior
kanalis inguinalis Annulus inguinalis terletak 1,25 cm di atas titik tengah ligamentum
inguinalis dan tepat di lateral vasa epigastrica inferior. Meskipun terkadang disebut
sebagai lubang atau suatu kelemahan fascia tranversalis, sesungguhnya struktur ini
dimulai dengan evaginasi tubuler/tabung fascia transversalis yang membentuk salah satu
penutup. Fascia spermatica interna (funiculus spermaticus pada pria atau ligamentum teres
uteri pada wanita (Luthfi Achmad, 2016).
b. Annulus Inguinalis Superficialis ( Superficial Ring)
Annulus Inguinalis adalah suatu defek triangulari pada aponeurosis oblikus
eksternus abdominis. Struktur ini dibatasi oleh krura lateral dan medial yang
dibentuk oleh aponeurosis oblikus eksternus abdominis dan basis segitiga yang dibentuk
oleh krista pubik. Seperti dengan annulus inguinalis profundus, annulus inguinalis
superficialis sebenarnya merupakan permulaan evaginasi tubuler aponeurosis
musculus obliquus externus abdominis ke dalam struktur- struktur yang melewati
canalis inguinalis dan muncul dari annulus inguinalis superficialis.terusan jaringan
yang lewat di atas funiculus spermaticus ini adalah fascia spermaticus externa
(Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
kedalam crista pubicum dan linea pectine(Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
Seperti dengan penguatan musculus obliquus internus abdominis terhadap daerah
annulus inguinalis profundus, posisi tendo conjunctivus di sebelah posterior
terhadap annulus inguinalis superficialis menyediakan tambahan penopang bagi daerah
potensi lemah dinding anterior abdomen.
e. Atap/Dinding Superior Canalis Inguinalis
Atap canalis inguinalis dibentuk oleh sabut-sabut melengkung musculus transversus
abdominis dan musculus obliquus internus abdominis. Struktur ini berjalan dari titik
lateral origonya dari ligamentum inguinale menuju perlekatan bersama di medial/conjoint
tendo/tendo conjunctivus (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
f. Dasar/Dinding Inferior Canalis Inguinalis
Dasar (dinding inferior) canalis inguinalis dibentuk oleh separuh bagian medial
ligamentum inguinale. Dasar yang menggulung di bawah, tepi bebas bagian
terbawah aponeurosis musculus obliquus externus abdominis ini membentuk parit atau
saluran, tempat isi canalis inguinalis berada. Ligamentum lacunare memperkuat
sebagian besar pars medialis parit ini (Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W, 2014).
6) Orifisium Miopektineal
Orificium miopektineal dari Fruchaud adalah area lemah yang merupakan tempat dari semua
hernia lipat paha. Area ini merupakan area antara ligamentum inguinalis disebelah anterior
dan traktus illiopubik di sebelah posterior.
a) Traktus Iliopubik: Penebalan margoinferior fasia transversalis yang tampak
sebagai pita fibrosa yang berjalan sejajar dan disebelah posterior (dalam) dari
ligamentum inguinalis. Traktus iliopubik berinsertio ke ramus pubik superior untuk
membentuk ligamentum alkunaris
b) Batas-batas orifisium miopektineal
Superior: Serabut oblikus internus yang melengkung.
Nedial: Tepi lateral otot rektus abdominis
Inferior: Pektinea Pubik.
c) Makna bedah traktus iliopubik: Pengenalan traktus iliopubik ini
merupakan salah satu tahap repair laparoskopik (tahap awal) visualisasi dari dalam.
Struktur ini memperkuat dinding posterior dan dasar kanalis inguinalis seraya
menjembatani struktur yang melintasi ruang sub- inguinalis (Luthfi Achmad, 2016).
B. HERNIA
1. DEFINISI
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan abnormal bagian
organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam selaput
pembungkus, membran, otot, atau tulang Dorland, W.A. & Newman. (2012). Hernia
berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya (Townsend, Courtney M.,
2004).
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia:
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya
Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna, yaitu bayi sudah menderita hernia kerena adanya
defek pada tempat - tempat tertentu
b. Hernia kongenital tidak sempurna, yaitu bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampa tapi dia mempunyai defek pada tempat- tempat tertentu (predisposisi) dan
beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
(mengejan, batuk, menangis)
Aquisata/didapat, yaitu hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi, banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat defekasi maupun miksi. Juga bisa terjadi karena batuk
yang kronis, dan Asites
b. Konstitusi tubuh, rrang kurus cenderung terkena hernia kareana jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan
ikat penyokong pada area dinding abdomen yang lemah
c. Kelemahan dari conjoined tendon/ruptur beberapa serabut. Hal ini terjadi
akibat beberapa faktor seperti mengangkat beban berat, post apendiktomi (trauma
pada nervus ilioinguinalis), Kelainan kronis/penyakit kelemahan fisik yang
menyebabkan kelemahan fasia transversalis di area Hasselbach
d. Banyaknya preperitoneal fat yang banyak terjadi pada orang gemuk
e. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal
f. Sikatrik
g. Penyakit yang melemahkan dinding perut
h. Merokok
i. Diabetes militus
(Brunicardi, F Charles., 2005; Karen, M.D, 2009; Townsend, Courtney M., 2004)
Jenis-jenis hernia:
Menurut Letak Anatomis:
a) Hernia inguinalis, adalah hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut
b) Hernia umbilicus, adalah hernia inguinalis yang terjadi di pusar
c) Hernia femoralis, adalah hernia yang terjadi di bagian paha
(Tjandra J.J., Gordon J.A., et al, 2006; Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi
Achmad, 2007)
Menurut penyebabnya:
a) Hernia kongenital atau bawaan, adalah hernia yang sudah ada sejak lahir
b) Hernia aquisata, adalah hernia yang terjadi karena suatu faktor tertentu.
c) Hernia insisional, adalah hernia akibat pembedahan sebelumnya.
(Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi Achmad, 2007; Karen, M.D, 2009)
Menurut terlihat dan tidaknya:
a) Hernia external, adalah hernia yang terlihat nampak misalnya hernia
inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b) Hernia internal, adalah hernia yang tidak terlihat nampak misalnya hernia
diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia obturaforia.
Menurut nama penemunya:
a) Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosakral.
b) Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis di atas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian
lateral.
c) Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
(Brunicardi, F Charles, 2005)
Menurut sifatnya:
a) Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
(Townsend, Courtney M. 2004.; Lutfi Achmad, 2007; Brunicardi, F Charles. 2005)
Perbedaan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis (HIL dan HIM):
Tipe Deskripsi Hubunga Dibungkus Onset
n dg oleh fascia biasanya
vasa spermatica pada
epigastri interna waktu
ca
inferior
Hernia Penojolan Lateral Ya Kongenital
Ingunalis Melewati cincin Dan bisa pada
Lateralis Inguinal akibat Waktu
Kegagalan Dewasa
Penutupan cincin
Ingunalis interna
Pada waktu
Embrio setelah
Penurunan testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
Ingunalis Langsung
Medialis Menembus fascia
Dinding abdomen
3. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan mengatakan
adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau
menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada waktu defikasi atau
miksi, mengangkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau
gejala mual dan muntah ada komplikasi.
Tekanan intra
Abdomen
Herniasi
Cincin hernia
Hernia Inguinalis
Perubahan
nutrisi kerang Resiko tinggi
infeksi Kurang perawatan Gangguan mobilitas
dari kebutuhan diri fisik
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal
yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis
yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka
hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan
terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena
kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang
terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup (Snell, Richard S,
2006).
b. Aquisata
Biasanya terjadi pada orang usia lanjut, pada orang usia lanjut otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur usia, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik,
bersin yang kuat dan mengangkat barang - barang berat, mengejan dan sebagainya.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akibat terdorongnya sesuatu jaringan tubuh yang keluar melalui defek tersebut
(Lutfi Achmad, 2007).
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi) penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis (Brunicardi, F
Charles. 2005).
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut
terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus
sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis (Tjandra J.J., Gordon J.A., et al, 2006).
Onset henia Inguinalis Lateralis pada bayi terjadi bila processus vaginalis peritonei pada
waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap
berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan
mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut. Sementar jika onsetnya terjadi pada
dewasa kemungkinan terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis
yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria
testis (Lutfi Achmad, 2007).
Gambar 6. Hernia Inguinalis Indirekta
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.Ultrasonografi dapat
digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga
8. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.
b. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera (Lutfi Achmad, 2007).
c. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur
hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja
dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada tangki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
d. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotom, dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting artinya
dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy. Dikenal berbagai
metode hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
tertutup, menutup dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan pertemuan
M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus abdominis yang dikenal
dengan nama conjoint tendon keligamentum inguinale Poupart menurut metode
Bassini, atau menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus
internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel; ini dapat terjadi kalau
herniaterlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau
hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula
terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau
parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku
seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam
kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf
W.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam
hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu.
Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut ((Lutfi Achmad, 2007).
10. PENCEGAHAN
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan, menderita batuk
menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan ketika
berkemih. Pengobatan terhadap berbagai keadaan diatas bisa mengurangi resiko
terjadinya hernia (Karen, M.D, 2009).
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Data Subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
b) Data objektif.
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.
c) Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
d) Data pemeriksaan diagnostik : X ray
e) Potensial komplikasi :
- Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
- Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyak usus yang
naik.
- Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
- Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan okstipasi.
- Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam asidosis metabolik dan
akses.
Sesudah Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
KH : Nyeri berkurang secara bertahap
Intervensi :
- Kaji intensitas nyeri pasien.
- Observasi tanda tanda vital dan keluhan pasien.
- Letakkan anak pada tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai
dengan pembedahan yang dilakukan.
- Beri posisi tidur yang menyenangkan dan aman.
- Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktifitas secara
bertahap.
- Beri terapi analgesik sesuai program medik
- Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati hati.
- Anjurkan teknik relaksasi.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
setelah pembedahan.
KH : Turgor kulit elastik, tidak kering mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
- Obsevasi tanda tanda vital tiap 4 jam
- Monitor pemberian infus.
- Beri makan dan minum secara bertahap.
- Monitor tanda tanda dehydrasi.
- Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar.
- Timbang berat badan setiap hari.
- Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik KotaTangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka Tahun
2013. Tangerang Selatan; 69-70.
Brunicardi, F Charles. (2005). Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
Dorland, W.A. & Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku
zKedokteran EGC; 504
Fitzgibbons R.J., Forse R.A. Groin Hernias in Adults.n engl j med 2015. 372-8
Frank, H., Netter, MD. Atlas anatomi Manusia Edisi 5. Elsrevier Saunders : 254-5
Karen, M.D. Hernia &Other Lessions of abdominal Wall. Dalam: Doherty G . Current
Diagnosis and Treatment Surgery: Thirteenth Edition, 13 edition.2009 ed. McGraw-
Hill Medical, New York. 768-81
Luthfi Achmad. Hernia. Bedah Digestif. Dalam Shenoy K.R, Nileswhar A.N. Buku ajar Ilmu
Bedah Ilustrasi Berwarna; Edisi 3 jilid 2.2016. Tangerang Karisma Publishing. 386-
93
Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium, dan
Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-41
Richard, L. D., Vogl W., & Mitchell W. (2014). Grays Anatomy: Anatomy of the Human
Body. Elsevier : 143-8.
Snell, Richard S. (2006). Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana
Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC. hal. 148-65, 189-90
Townsend, Courtney M. (2004). Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
Tjandra J.J., Gordon J.A., et al. Text Book Of Surgery. (2006). USA. Blackwell
Publishing. 345-52.
Way, Lawrence W. (2003). Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-89