Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
DEASSY BUSTAMI
NIM : 16174001
Pembimbing :
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Deassy Bustami
NIM : 16174001
PEMBIMBING :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
Dengan rasa hormat, saya juga menyampaikan rasa terima kasih atas
dr. Maulida, Sp.S selaku dosen pengajar di SMF bagian Neurologi dan
Saya menyadari sepenuhnya laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saya menerima saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan laporan kasus ini agar lebih baik. Harapan saya semoga laporan
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. 2
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 4
2.7 Diagnosis................................................................................................ 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka di mana sistem kekebalan
seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot bahkan
apabila parah bisa terjadi kelumpuhan. Hal ini terjadi karena susunan syaraf tepi
yang menghubungkan otak dan sumsum belakang dengan seluruh bagian tubuh
kita rusak. Kerusakan sistem syaraf tepi menyebabkan sistem ini sulit
diperantarai sistem imun yang secara umum dicirikan dengan disfungsi motorik,
sensorik dan otonom. Dalam bentuknya yang klasik, GBS adalah suatu acute
kelemahan otot simetris ascending progresif, dan hiporefleks dengan atau tanpa
gejala sensorik atau otonom; walapun begitu varian yang melibatkan saraf
kranialis atau keterlibatan motorik murni dapat juga dijumpai. Selain AIDP,
bentuk yang paling umum dikenali, varian lainnya mencakup acute motor axonal
Pada kasus yang berat, kelemahan otot dapat menyebabkan gagal nafas, dan
penting dari acute flaccid paralysis. Penyakit ini terjadi di seluruh dunia dan
4
mengenai anak-anak maupun orang dewasa. Guillain Barre Syndrome adalah
diagnosis yang secara utama dibuat dengan riwayat penyakit dan gejala klinis.2
kasus.2
organisme penginfeksi yang paling sering dijumpai namun hanya dijumpai pada
panjang yang penting untuk sedikitnya 1,000 orang tiap tahun di Amerika Serikat.
Karena GBS terjadi pada umur yang relatif muda dan harapanhidup yang masih
residual dari GBS. Lebih kurang 40% pasien yang diopname dengan GBS akan
5
sering dijumpai pada tahap awal penyembuhan. Berbagai Universitas Sumatera
hiperkalsemia akibat immobilisasi dan dekubitus juga dapat dijumpau pada tahap
adalah hal yang sering pada beberapa bulan awal penyakit namun tampaknya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya
motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang
sisanya dengan beberapa sisa kelemahan. Penyakit adalah akibat dari peradangan
dan kerusakan mielin (material lemak, terdiri dari lemak dan protein yang
membentuk selubung pelindung di sekitar beberapa jenis serat saraf) yang mirip
adalah bahwa multiple sclerosis menyerang sistem saraf pusat, sedangkan pada
saraf ini dianggap sebagai hasil dari reaksi kekebalan yang abnormal terhadap
mielin sistem saraf perifer. Perbedaan lain adalah bahwa sindrom Guillain-Barre
2.2 EPIDEMIOLOGI
7
Di Amerika Serikat, insiden terjadinya GBS berkisar antara 0,4 2,0
per 100.000 penduduk. GBS merupakan a non sesasonal disesae dimana resiko
terjadinya adalah sama di seluruh dunia pada pada semua iklim. Perkecualiannya
GBS dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun
ras. Insiden kejadian di seluruh dunia berkisar antara 0,6 1,9 per 100.000
tersering adalah gagal jantung dan gagal napas. Kesembuhan total terjadi pada
permanen.3
2.3 ETIOLOGI
hilangnya myelin, material yang membungkus saraf. Hilangnya myelin ini disebut
tersebut menjadi lambat atau berhenti sama sekali. GBS menyebabkan inflamasi
dan destruksi dari myelin dan menyerang beberapa saraf. Oleh karena itu GBS
(AIDP).3,4
8
Penyebab terjadinya inflamasi dan destruksi pada GBS sampai saat ini
penyakit autoimun.3
Operasi
Virus Epstein-Barr
Penyakit Hodgkin
Mononucleosis
2.4 KLASIFIKASI
adalah jenis paling umum ditemukan pada GBS, yang juga cocok dengan gejala
9
kelemahan anggota gerak proksimal dibanding distal. Saraf kranialis yang
bahwa pada AIDP terdapat infiltrasi limfositik saraf perifer dan demielinasi
segmental makrofag.5
panas SGB epidemik pada tahun 1991 dan 1992 di Cina Utara dan 55% hingga
65% dari pasien SGB merupakan jenis ini. Jenis ini lebih menonjol pada
yang baik. Sepertiga dari pasien dengan AMAN dapat hiperrefleks, tetapi
10
dan bulbar palsy mungkin terjadi pada beberapa pasien. Hampir semua
imunitas tampak terjadi di daerah paranodal pada saraf kranialis III, IV, VI,
2.5 PATOFISIOLOGI
Infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen
lain memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen
teori mengenai pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah virus dan bakteri
mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya
sebagai benda asing. Teori yang kedua mengatakan bahwa infeksi tersebut
disebabkan oleh karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan
myelin. Hal ini menyebabkan terjadinya respon imun terhadap myelin yang di
invasi oleh antigen tersebut. Destruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel sel
saraf tidak dapat mengirimkan signal secara efisien, sehingga otot kehilangan
kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima lebih
11
2.6 MANIFESTASI KLINIS
baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisa ke empat
ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini bervariasi
diplegia. Kelemahan otot pernapasan dapat timbul secara signifikan dan bahkan
20% pasien memerlukan bantuan ventilator dalam bernafas. Anak anak biasanya
untuk berjalan, tidak mampu untuk berjalan, dan akhirnya menjadi tetraplegia.
dengan kelemahan pada otot. Saraf yang diserang biasanya proprioseptif dan
sensasi getar. Gejala yang dirasakan penderita biasanya berupa parestesia dan
disestesia pada extremitas distal. Rasa sakit dan kram juga dapat menyertai
kelemahan otot yang terjadi terutama pada anak anak. Rasa sakit ini biasanya
merupakan manifestasi awal pada lebih dari 50% anak anak yang dapat
12
aritmia bahkan cardiac arrest , facial flushing, sfincter yang tidak terkontrol, dan
disfagia, kesulitan dalam berbicara, dan yang paling sering ( 50% ) adalah
untuk mulai BAK, inkontinensia urin dan alvi, konstipasi, kesulitan menelan dan
bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur
(blurred visions).
2.7 DIAGNOSIS
a. Klinis
Gejala utama
1. Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan
13
Gejala tambahan
2. Biasanya simetris
Pemeriksaan LCS
1. Peningkatan protein
Pemeriksaan elektrodiagnostik
b. Pemeriksaan Fisik
bersifat difus dan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau bahkan
14
pada otot otot intercostal. Tanda rangsang meningeal seperti perasat kernig dan
kaku kuduk mungkin ditemukan. Refleks patologis seperti refleks Babinsky tidak
ditemukan.3
c. Pemeriksaan Penunjang
Sebuah tekan tulang belakang (tusuk lumbal) dan tes fungsi saraf
Barre:
untuk jenis tertentu perubahan yang biasanya terjadi pada orang yang
memiliki sindrom Guillain-Barre. Jika Anda memiliki GBS, tes ini dapat
tulang belakang tanpa diikuti kenaikan jumlah sel lain sebagai tanda infeksi
lain.3,4
pada pasien akan menunjukkan jumlah sel yang kurang dari 10 / mm3 pada
15
- Elektromiografi membaca aktivitas listrik dalam otot Anda untuk
masih dalam batas normal, kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan
puncaknya pada akhir minggu kedua dan pada akhir minggu ke tiga
terlihat adanya penurunan potensial aksi (CMAP) dari beberapa otot, dan
3. MRI
dilakukan kira kira pada hari ke 13 setelah timbulnya gejala. MRI akan
4. Pemeriksaan Serum CK
16
Pemeriksaan serum CK biasanya normal atau meningkat sedikit.
Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada stadium awal. Pada
gravis juga harus dibedakan dengan GBS. Pada botulism terdapat keterlibatan otot
otot extraoccular dan terjadi konstipasi. Sedangkan pada myasthenia gravis terjadi
ophtalmoplegia.3
2.9 PENATALAKSANAAN
17
Terapi imunomodulator seperti plasmaferesis atau imunoglobulin intravena (IVIg)
sering digunakan. Manfaat kortikosteroid pada GBS masih belum jelas. Dapat
dan lamanya waktu antara gejala pertama dengan manifestasi klinisnya. Nyeri
yang timbul pada GBS dapat diberikan Gabapentin (15 mg/kgBB/hari) atau
antibodi tersebut. IVIg juga dapat mempercepat katabolisme IgG, yang kemudian
menetralisir antigen dari virus atau bakteri sehingga T cells patologis tidak
terbentuk. Pemberian IVIg ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala muncul
dengan IVIg tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hanya
18
Fisiotherapy juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan
2.10 KOMPLIKASI
a. Kesulitan bernapas
pernapasan anda. Anda mungkin butuh bantuan sementara dari mesin untuk
atau hanya kecil, kelemahan residu atau sensasi abnormal, seperti mati rasa atau
tahun atau lebih. Kurang dari 1 dalam 10 orang dengan pengalaman sindrom
Guillain-Barre.4
jantung.4
19
Tingkat keparahan, gejala awal sindrom Guillain-Barre secara
2.11 PROGNOSIS
fungsi otonom. Kematian pada penderita biasanya disebabkan oleh aritmia, gagal
dalam bentuk yang berat memiliki dampak jangka panjang yang serius
onset gejala.
prognostik negatif yang menentukan dalam perkembangan GBS ialah usia lanjut,
aksonal.5
20
BAB III
KESIMPULAN
spesifik, sekitar 5 % dari pasien GBS dapat mengalami kematian dan 12 % tidak
dapat berjalan tanpa bantuan selama 48 minggu setelah gejala pertama muncul
Selama ini para peneliti tetap mencari alternatif yang paling baik dan
paling efektif dari PE dan IVIg, dan para dokter harus dapat mengenali gejala
21
BAB IV
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Nn. Mawarni
b. Umur : 19 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Silih Nara
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Mahasiswi
g. Status Perkawinan : Belum menikah
h. Tanggal Masuk RS : 22 Juli 2017
i. Tanggal Pemeriksaan : 30 Juli 2017
j. No. RM : 1567XX
2. Anamnesis :
a. Keluhan utama
Ekstremitas sulit digerakkan
22
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Hipertensi (-)
- Diabetes mellitus (-)
- Stroke (-)
- Penyakit jantung (-)
e. Riwayat Kebiasaan
- Merokok (-)
- Konsumsi kopi (-)
3. Pemeriksaan Fisik
GCS : E4V5M6
Nadi : 64 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37,8oC
NPS : 0
a. Status Internus
- Kulit
warna : kuning langsat
turgor : kembali cepat
sianosis : (-)
ikterus : (-)
23
- Kepala
Rambut : hitam (+) distribusi tidak merata.
Wajah : simetris,oedema (-), deformitas (-)
Mata : Pupil : isokor (+/+)
Congjungtiva palpebra : pucat (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
24
- Thorax :
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung 1 > bunyi jantung II, bising (-)
- Abdomen
25
- Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
Gerakan Tidak terbatas Tidak terbatas Terbatas Terbatas
Kekuatan Lateralisasi dextra
b. Status Neurologi
- GCS : E4V5M6
- Nervus Kranial
1. N I (Olfactorius)
Daya penciuman : normal
2. N II (Optikus)
Visus : 6/60
Lapangan pandang : normal
Pengenal warna : tidak dinilai
Refleks cahaya langsung : (+/+)
3. N III (Oculomotorius)
Bentuk : Kanan (normal), Kiri (normal)
Ukuran : Kanan (3mm), Kiri (3mm)
Reflek pupil indirect : (+/+)
Nistagmus : normal
Strabismus : normal
*Nervus III, IV,VI (Gerakan Okuler)
Pergerakan bola mata
Kanan Kiri
Lateral normal
Atas normal
Bawah normal
26
Medial normal
Diplopia (-) (-)
4. N V (Trigeminus)
Motorik : Menggigit : normal
Mengunyah : Normal
Membuka mulut : Normal
Sensorik : Fungsi sensasi wajah : Normal
Refleks Kornea : (+/+)
5. N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi : Normal
Sudut bibir : Normal
Menutup mata : Normal
Mengembungkan pipi : Normal
Memperlihatkan gigi : Normal
Fungsi pengecapan : Normal
6. N VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran : Baik
7. N IX (Glossofaringeus) dan N X (Vagus)
Bicara : Baik
Refleks menelan : Baik
8. N XI (Accesorius)
Memutar kepala : Normal
Angkat bahu : Normal
9. N XII (Hipoglossus)
Sikap lidah : Normal
Artikulasi : Normal
Menjulurkan lidah : Normal
27
- Rangsangan meningeal
1. Kaku kuduk : (-)
2. Brudzinski I : (-)
3. Brudzinski II : (-)
4. Kernig sign : (-)
5. Laseque : (-)
- Refleks
1. Gerakan Abnormal (-)
2. Tonus
Tangan : Kanan (Normotoni), Kiri (Normotoni)
Kaki : Kanan (Normotoni), Kiri (Normotoni)
3. Klonus
Paha : (-)
kaki : (-)
- Reflek Fisiologis
1. Biceps : Kanan (+), Kiri (+)
2. Triceps : Kanan (++), Kiri (+)
3. Patella : Kanan (-), Kiri (+)
4. Achilles : Kanan (+), Kiri (+)
- Reflek Patologis
1. Hofman tromer : Kanan (-), Kiri (-)
2. Babinski : Kanan (-), Kiri (-)
3. Chaddock : Kanan (-), Kiri (-)
4. Gordon : Kanan (-), Kiri (-)
5. Gonda : Kanan (-), Kiri (-)
6. Openheim : Kanan (-), Kiri (-)
7. Bing : Kanan (-), Kiri (-)
28
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 10,92 [103/UL] 4,0-11,0 [103/UL]
PLT 293 [103/UL] 150-400 [103/UL]
HGB 11,0 [g/dL] 12-16 [g/dL]
Glukosa Sewaktu 111 mg/dl < 180 mg/dl
Ureum 23 mg/dl 10 50 mg/dl
Creatinin 0,3 mg/dl < 1,4 mg/dl
2. RO Thorax AP/Lat
29
5. Resume
Pasien datang dengan keluhan kedua kaki tidak bisa di gerakkan, keluhan
sudah dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk RS. Awalnya kaki terasa kebas
yang menjalar dari jari kaki menjalar ke pinggang. Kaki tidak bisa di
gerakkan kira-kira 4 jam dari pertama kali kaki terasa kebas.
Seminggu sebelum kaki kebas pasien ada demam selama 2 hari, mual dan
muntah disangkal. Riwayat trauma disangkal. BAB tidak ada sejak kemarin
dan BAK tidak ada sejak tadi pagi.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan kekuatan otot
lateralisasi dextra, refleks fisiologis normal pada kedua tangan dan menurun
pada kedua kaki. Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Pada
pemeriksaan RO Thoracal AP/Lat didapatkan kesan normal.
6. Diagnosa
- Diagnosa Klinis : Paraparese Dextra at Sinistra
- Diagnosa Etiologi : GBS
7. Terapi
- IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Lapibal 500mg/8 jam
- Inj. Methyl Prednisolon 1 vial/8 jam
- Inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam
- Paracetamol 3 x 500mg
- Pasang DC
8. Prognosis
30
FOLLOW UP
31
- Inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam
- Paracetamol 3 x 500mg
S/ kaki kanan kebas dan susah digerakkan Mata : pupil isokor (+)
Refleks Patologis : -
32
Th/ - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam (HIV)
- Inj. Lapibal 500mg/8 jam
- Inj. Methyl Prednisolon 1 vial/8 jam
- Inj. Omeprazole 1gr/Hr
- Paracetamol 3 x 500mg
33
Tanggal 27 Juli 2017
34
- Inj. Omeprazole 1gr/12 jam
- Paracetamol 3 x 500mg
- Sucralfat syr 2xC1
+ Eperison syr 2xC1
+ Imunos 3x1
35
Tanggal 30 Juli 2017
- Paracetamol 3 x 500mg
Refleks Patologis : -
- Sucralfat syr 2xC1
- Eperison syr 2xC1
- Imunos 3x1
P/ PBJ
- Lapibal 3 x 500mg
- Omeprazole 2 x 1
- Methyl Prednisolon 3 x 1
- Paracetamol 3 x 500mg
- Eperison syr 2 x CI
- Imunos 3 x 1
36
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24601/Chapter%20I.pd
EGC.
37