Vous êtes sur la page 1sur 12

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.


Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.
APBN merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan
fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus
dikelola secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktik
penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Sesuai pasal 26 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setelah APBN ditetapkan dengan
undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden.
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan Negara sebagai konsekuensi
penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban Negara yang
dapat dinilai dengan uang yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.

Fungsi APBN
APBN memiliki beberapa fungsi yang diatur dalam Pasal 3 ayat (4) UU Nomor 17
tahun 2003 yaitu:
1. Fungsi Otorisasi
APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
APBN sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
APBN harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi dan Stabilisasi
APBN harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Struktur Utama APBN


APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan negara menurut Pasal 1 angka 13 UU No. 17 Tahun 2003
mendefinisikan pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
1. Pendapatan Negara menurut Pasal 11 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2003 terdiri dari:
a. Penerimaan pajak
b. Penerimaan bukan pajak
c. Hibah
2. Belanja Negara menurut Pasal 1 angka 14 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan
belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Belanja Negara menurut Pasal 11 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2003 terdiri dari:
a. Belanja pemerintah pusat
b. Belanja pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 11 ayat 5, Belanja negara dirinci
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat. Rincian belanja negara
menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban
dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
3. Pembiayaan menurut Pasal 1 angka 17 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan
Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan terdiri dari:
a. Pembiayaan dalam negeri
b. Pembiayaan luar negeri

Faktor-faktor Penentu APBN


Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
b. kebijakan pendapatan negara;
c. kebijakan pembangunan ekonomi;
d. perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum; dan
e. kondisi dan kebijakan lainnya.
2. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. asumsi dasar makro ekonomi;
b. kebutuhan penyelenggaraan negara;
c. kebijakan pembangunan;
d. resiko (bencana alam, dampak kirisi global) dan
e. kondisi dan kebijakan lainnya.
3. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. asumsi dasar makro ekonomi;
b. kebijakan pembiayaan; dan
c. kondisi dan kebijakan lainnya.
Penyusunan dan penetapan APBN menurut UU No. 17 Tahun 2003
Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam UU No. 17
Tahun 2003 meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah,
penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem
penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan
penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.
Ketentuan umum penyusunan APBN (Pasal 12):
1. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
Dalam menyusun APBN, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui
pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah
dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
3. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.
Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
4. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip
pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk
pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan
sosial.

Keterkaitan antara Perencanaan dan Penganggaran


Keterkaitan antara perencanaan dapat dilihat sebagai berikut:
Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional membagi dokumen perencanaan pembangunan nasional berikut.
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP)
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)
c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Di samping ketiga dokumen perencanaan nasional tersebut, ada juga dokumen
perencanaan K/L yang mempunyai keterkaitan dengan ketiga dokumen
perencanaan pembangunan nasional di atas. Dokumen dimaksud adalah Rencana
Strategis Kementerian/lembaga (Renstra K/L) dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Proses perencanaan tahunan menghasilkan dokemen RKP berisi prioritas
pembangunan nasional, rencana kerangka ekonomi makro, arah kebijakan fiskal,
program kementerian, lintas kementerian, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang
memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang
berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari
generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks
memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan nasional.

Dokumen perencanaan ini mempunyai rentang waktu 20 (dua puluh) tahun. Dengan
demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang
mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana
jangka menengah dan tahunannya.

Rencana pembangunan jangka panjang nasional yang dituangkan dalam bentuk


visi, misi dan arah pembangunan nasional adalah produk dari semua elemen
bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi
kemasyarakatan dan organisasi politik.Pihak yang terlibat dalam tahap perencanaan
ini terutama adalah Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 9 ayat 1, penyusunan
RPJP dilakukan melalui urutan:
a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan
Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional yang digunakan sebagai bahan
utama bagi Musrenbang.
b. Musyawarah perencanaan pembangunan
Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional. Musrenbang
diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat. Musrenbang
Jangka Panjang Nasional dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan.
c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional. RPJP Nasional ditetapkan dengan
Undang-undang.

Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Nasional dilakukan oleh masing-


masing pimpinan kementerian/lembaga. Kementerian PPN (Perencanaan
Pembangunan Nasional)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan RPJP
Nasional dari masing-masing pimpinan kementerian/lembaga.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang digunakan saat ini yaitu
RPJP Tahun 2005 2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen
perencanaa pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakat bersama sehingga
seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis,
koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan
pola tindak.

Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025


Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20
tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan
nasional tahun 20052025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8


(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab.
2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera
3. Terwujudnya Indonesia yang demokratis,berlandaskan hukum dan berkeadilan
4. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
6. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari
7. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
8. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia
internasional

Untuk mencapai tingkat kemajuan, kemandirian, serta keadilan yang diinginkan,


arah pembangunan jangka panjang selama kurun waktu 20 tahun mendatang
adalah sebagai berikut.
1. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab.
a. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran
agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina
akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi
kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan.
b. Pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditujukan untuk mewujudkan
karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern, dan unggul.
c. Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar bangsa
Indonesia menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan global.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera
a. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas
b. Memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing
global
c. Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi
d. Sarana dan prasarana yang memadai da maju
e. Reformasi hukum dan birokrasi
3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis,berlandaskan hukum dan berkeadilan
a. Penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses
pelembagaan demokrasi
b. Penataan peran negara dan masyarakat dititikberatkan pada pembentukan
kemandirian dan kedewasaan masyarakat serta pembentukan masyarakat
madani yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan.
c. Penataan proses politik yang dititikberatkan pada pengalokasian/representasi
kekuasaan
d. Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai
demokratis
e. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang ditekankan pada
pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik
f. Sistem hukum nasional yang mantap bersumber pada Pancasila dan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
g. Pembaruan produk hukum untuk menggantikan peraturan perundang-
undangan warisan kolonial
h. Memantapkan dan mengefektifkan berbagai organisasi dan lembaga hukum,
profesi hukum, dan badan peradilan
i. Penerapan dan penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM)
j. Peningkatan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum
yang tinggi terus ditingkatkan
k. Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan aparatur negara
4. Mewujudkan rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri
a. Keterpaduan pembangunan pertahanan, pembangunan keamanan dalam
negeri, dan pembangunan keamanan sosial
b. Pembangunan pertahanan yang mencakup sistem dan strategi pertahanan,
postur dan struktur pertahanan, profesionalisme TNI, pengembangan
teknologi pertahanan
c. Sistem dan strategi pertahanan nasional secara terus menerus
disempurnakan
d. Postur dan struktur pertahanan diarahkan untuk dapat menjawab berbagai
kemungkinan tantangan, permasalahan aktual, dan pembangunan kapabilitas
jangka panjang
e. Peningkatan profesionalisme Tentara Nasional Indonesia
f. Peningkatan kondisi dan jumlah alutsista setiap matra
g. Pemantapan komponen cadangan dan pendukung pertahanan negara
h. Perlindungan wilayah yurisdiksi laut Indonesia ditingkatkan dalam upaya
melindungi sumber daya laut bagi kemakmuran sebesar-besarnya rakyat
i. Peningkatan profesionalisme Polri beserta institusi terkait
j. Peningkatan profesionalisme lembaga intelijen dan kontra intelijen
5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
a. Memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau
laut di setiap wilayah
b. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah wilayah strategis dan
cepat tumbuh didorong
c. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah-
wilayah tertinggal dan terpencil
d. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah
kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward
looking menjadi outward looking
e. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil
diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem
pembangunan perkotaan nasional.
f. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu
sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien
dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang
berkelanjutan.
g. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan,
terutama di luar Pulau Jawa.
h. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan
kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis
i. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri
padat pekerja.
j. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan.
k. Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif, serta
melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah.
l. Kapasitas pemerintah daerah terus dikembangkan
m. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif.
n. Menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional.
o. yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan.
p. Memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang
beruntung.
q. Pembangunan kesejahteraan sosial
r. Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan dikembangkan
s. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
t. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan
sanitasi
u. Penanggulangan kemiskinan
6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
a. Mendayagunakan sumber daya alam yang terbarukan
b. Mengelola sumber daya alam yang tidak terbarukan
c. Menjaga keamanan ketersediaan energi
d. Menjaga dan melestarikan sumber daya air
e. Mengembangkan potensi sumber daya kelautan
f. Meningkatkan nilai tambah atas pemanfaatan sumber daya alam tropis yang
unik dan khas
g. Memerhatikan dan mengelola keragaman jenis sumber daya alam yang ada
di setiap wilayah
h. Mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia
i. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan
j. Meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup
k. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup
7. Mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
a. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari
b. Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di bidang
kelautan
c. Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan
hal-hal terkait di dalamnya
d. Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset
Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan
f. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut
g. Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir
8. Mewujudkan peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia
internasional
a. Penekanankan pada proses pemberdayaan posisi Indonesia sebagai negara
b. Penguatan kapasitas dan kredibilitas politik luar negeri
c. Peningkatan kualitas diplomasi di fora internasional
d. Peningkatan efektivitas dan perluasan fungsi jaringan kerjasama
e. Pemeliharaan perdamaian dunia
f. Penguatan jaringan hubungan dan kerja sama yang produktif antar aktor-
aktor negara dan aktor-aktor nonnegara

Vous aimerez peut-être aussi