Vous êtes sur la page 1sur 18

SIGELOSIS

1. Pengertian
Sigelosis adalah suatu penyakit radang akut saluran cerna yang
disebabkan oleh bakteri genus shigella. Penyakit ini ditandai oleh
demam, nyeri abdomen dan tinja encer, yang mungkin mengandung
lendir, nanh serta darah atau diare nonsfesifik.

2. Bagian-Bagian Genus Shigella


Genus shigella terbagi dalam 4 grup (A,B,C dan D), berdasarkan
reaksi-reaksi biokimia dan komposisi antigennya. Grup A mengandung
10 serotipe, dimana shigella gejala klinis tipe berat merupakan
anggota terpenting. Tetapi shigella dysenteriae sering menyebabkan
wabah dinegara yang sedang berkembang jarang ditemukan di
Amerika serikat, kecuali jika terjadi pada kasus-kasus inpor. Shigella
grup B mengandung 6 grup Serologis, dimana shigella Flexneri palling
sering didilolasi di Amerika serikat; strain- strain grup C meliputi
S. Boydii yang jarang diisolasi di amerika serikat; S. Sonnei gejala
klinis yang teringan adalah satu-satunya serotipe yang terdapat
didalam grup D dam merupakan serotype Shigella yang paling sering
diisolasi di Amerika.

3. Manifestasi-manifestasi klinis.
Selama masa tunas, yang biasanya berlangsung 36-72 jam
setelah pemasukan, Sigela mencapai usus besar. Mula-mula penderita
mengeluh demam dan nyeri abdomen. Demam yang timbul dapat
mencapai lebih dari 40.00 C dan penderita tampak sangat toksis.
Setelah 48 jam, biasanya terjadi diare; yang berlangsung hingga 20
kali/hari, dengan tinja mengandung darah dan lendir. Selanjutnya,
diare yang berdarah dapat terjadi tanpa demam atau nyeri abdomen.
Pada pemeriksaan fisik, anak-anak dapat memperlihatkan nyeri tekan
abdomen dibagian bawah pjada palpasi, tanpa lokalisasi yang jelas.
Pada suatu pengkajian, kejang-kejang terjadi pada 12% dari
seluruh penderita gastroenteritis yang disebabkan oleh Shigella.
Kejang-kejang terutama terjadi pada anak-anak dengan suhu badan
diatas 40.00 C dibandingkan dengan mereka yang suhu badannya
tetap dibawah 390 C. kejang-kejang juga lebih mungkin terjadi pada
anak-anak berusia kurang dari 7 tahun, terutama dibawah 3 tahun.
Gejala-gejala susunan syaraf pusat lainnya meliputi sakit kepala,
kelirium, kaku kuduk, pingsan dan letargi. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang terjadi dapat mengakibatkan dehidrasi, asidosis dan
gangguan-gangguan elektrolit. Anak-anak dapat mengeluh tidak dapat
menahan buang air dan Tenesmus. Pada kasus-kasus berat, terutama
pada penderita malnutrisi, dapat terjadi Prolapsus rectum.
Sigela berhubungan pula dengan infeksi organ lain, selain infeksi
saluran cerna. Kongjungtivitas dapat terjadi akibat inokulasi lokal dari
jari-jari atau benda-benda yang tercemar. Vaginitas dengan nanah
bercampur darah yang memberikan respons terhadap pengobatan
konvensional, dapat terjadi akibat infeksi sigel. Sekret vagina dapat
berlangsung berbulan bulan sebelum diagnosis ditegakkan dan
gastroenteritis shigella yyang diderita sebelumnya dapat berhubungan
dengan Vaginitis. Shigella dapat ditemukan pula pada neonatus,
disertai bermacam manifestasi klinis termasuk karier Asimptomtis,
diare berdarah Epidemis dan/atau meningitis serta sepsis. Di Amerika
tengah dan Bangladesh, shigella disentriae tipe 1 telah dihubungkan
dengan anemia, Trombositopenia serta gagal ginjal akut (Sindroma
hemolitik-uremik). Pada penderita ini, endotoksin yang beredar serta
kompleks imun mempunyai arti penting dalam patogenesis anemia
hemolitik, koagulopati dan mikroangipati ginjal.

4. Patofisiologi
Semua strain kuman Shigella mixbblen disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasa
lunak (tidak cair), disertai eksudat lnflamasi yang mengandung leukosit
polymorphonucleas (PMN) dan darah .
Kolon merupakan tempat utama yang diserang SHIGELLA
namun ileum terminalis dapat juga terserang pada kosus yang sangat
berat dan mematikan kuman dapat ditemukan juga pada lambung
serta usus halus.
Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginfasi
sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak di dalam x. perluasan
invasi kuman kesel sekitar x melalui mekanisme cell-to-cell transfer.
Walaupun lesi awal terjadi di lapisan epitel namun respons inflamasi
lokal yang menyertai cukup berat melibatkan leukosit PMN dan
makrokok. Hal tersebut menyebabkan edema , mikro abses, hilangnya
sel goblet, kerusakan arsitektur jaringan dan ulserasi mukosa. Bila
penyakit berlanjut, terjadi penumpukan sel inplamasi pada lamina
Propria, dengan abses pada kripta merupakan gambaran yang utama.
S. dysenteriae, S. fleksneri, dan S. sennei menghasilkan
eksotoksin antara lain shepi, shet-shet toksin shiga, yang mempunyai
sifat Enperotoksik, siotoloksik, dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor pirulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel epitel mukosa kolou dan memperberat gejala klinis.
Kuman sigella jarang melakukan penetrasi ke jaringan di bawah
mukosa sehingga jarang menyebabkan bakteriemia. Walaupun
demikian pada keadaan mal nutrisi dan pasien
IMUNOCOMPROMIZED dapat terjadi Bakteriemia. Selain itu dapat
pula terjadi politis Nemoragik dan Syndroum hemolitik uremik (SHU).
SHU diduga akibat adanya penyerapan Anterotiksin yang diproduksi
olweh Shigella. Infeksi Shigella menimbulkan imunitas humoral yang
Protektip utuk Spesiea yang sama.

5. Diagnosis.
SHIGELLA harus dipikirkan sebagai kemungkinan agen etiologi
pada setiap penderita diare, terutama yang disertai demam. Pada
pemriksaan di bawa mikroskop, dengan pewarnaan biru metilen,
bahan contoh tinja akan memperlihatkan adanya leukosit dan eritrosit.
Adanya leukosit dalam tinja menunjukkan adanya kolitis, tetapi tidak
menegakkan diagnosis sigellosis, karena penderita infeksi salmonella
dan E. coli enterotoksigenik serta penderita diare yang patogennya
tidak dapat ditentukan, memperlihatkan pula adanya leukosit di dalam
tinja. Tidak adanya leukosit dalam tiunja tidak dapa menyingkirkan
shigella sebagai agen stiologinya. Hitung jenis darah dapat
mengungkapkan Leukositosis yang nyata disertai pergeseran ke arah
leukosit polimorfonuklir imatur.
Diagnosis Sigelosis ditegakkan dengan keberhasilan mengisolasi
organisme tersebut dari biakan tinja atau rectum. Sejumlah media
pilihan seperti Xilosalising Deoksikolat (XLD) dan agar SS harus
diinokulasikan dengan bahan tinja segar. Jika media tersebut tidak
tersedia, tinja hendaknya ditempatkan dalam larutan bugfer gliserol-
saline sebagai pengawet, sebelum bahan tersebut dirim ke
laboratorium. Sigelosis harus dibedakan dari macam penyebab diare
seperti E. coli enterotoksigenik, disentri amuba serta campylobacter
fetus seperti halnya salmonella, gastroenteritis yang disebabkan virus
rota, intususepsi, apendisitis akut dan adenitis iliakal. Sigelosis dapat
menyerupai infeksi susunan syaraf pusat, seperti meningitis dan
ensefalitis, terutama pada penderita dengan demam tinggi disertai
kejang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : diare
Dapat dihubungkan dengan :
- Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi
usus.
- Adanya toksin.
- Penyempitan segmental lumen .
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Peningkatan bunyi usus/peristalitik.
- Defekasi sering dan berair (fase
akut).
- Perubahan warna feses
- Nyeri abdomen; tiba-tiba (nyeri tiba-
tiba perlu defeksi), kram
Hasil yang diharapkan / Kriteria Evaluasi, pasien akan:
- Melaporkan penurunan frekuensi
defekasi, konsistensi kembali normal.
- Mengidentifikasi/menghindari faktor
pemberat.

Tindakan /intervensi
Mandiri
- Observasi dan catat frekuensi - Membantu membedakan penyakit
defekasi, karakteristik, jumlah dan individu dan mengkaji beratnya
faktor pencetus. episode.
- Tingkatkan tirah baring, berikan alat- - Istirahat menurunkan motilitas usus
alat disamping tempat tidur. juga menurunkan laju embolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi, defekasi tiba-tiba dapat
terjadi tanpa tanda dan dapat tak
terkontrol, peningkatan resiko
inkontinensia / jatuh bila alat-alat
tidak dalam jangkauan tangan
- Buang feces dengan cepat. Berikan - Menurunkan bau tak sedap untuk
pengharum ruangan. menghindari rasa malu pasien
- Identifikasi makanan dan cairan yang - Menghindarkan iritan meningkatkan
memcetuskan diare, mis, sayuran istirahat usus.
segar dan buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat, produk susu.
- Mulai lagi pemasukan cairan per oral - Memberikan istirahat kolon dengan
secara bertahap. Tawarkan minuman menghilangkan atau menurunkan
jernih tiap jam; hindari minuman rangsang makanan/cairan. Makan
dingin. kembali secara bertahan cairan
mencegah kram dan diare berulang.
Namun cairan dingin dapat
meningkatkan motilitas usus.
- Berikan kesempatan untuk - Adanya penyakit dengan penyebab
menyatakan frustasi sehubungan tak diketahui sulit untuk sembuh dan
dengan proses penyakit. yang memerlukan intervensi bedah
dapat menimbulkan reaksi stress
yang dapat memperburuk situasi.
- Observasi demam, takikardia, letargi, - Tanda bahwa toksik megakolon atau
leukositosis, penurunan pjrotein perforasi dan peritonitis akan
serum, ansietas, dan kelesuan. terjadi/telah terjadi memerlukan
intervensi

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
- Antikolinergik contoh belladonna - Menurunkan motilitas / peristaltik

tinktur, atropin,difenoksilat (lomotil): GI dan menurunkan sekresi digestif

anodin supositoria. untuk menghilangkan kran dan diare.


Catatan : Penggunaan dengan hati-
hati pada PKU karena dapat
mencetuskan toksik megakolon.

- Sulfasalazin (Azulfidine). - Berguna pada pengobatan


eksaserbasi ringan/sedang.
Penggunaan jangka panjang dapat
mengurangi lamanya. Catatan :
Dianjurkan bentuk berlapis enteric.

- Loperamid (Imodium); kodein. - Diperlukan untuk diare


menetap/berat. Catatan :
penggunaan dengan hati-hati
karena tokdik dilatasi dapat terjadi.

- Mesalamin (rowasa). - Diberikan sebagai enema dengan


Aulfidin untuk pasien yang sensitif
terhadap obat sulfa.

- Psillium (Metamucil); - Mengabsorpsi air untuk


meningkatkan bulk feses, sehingga
menurunkan diare.

- Kolestiramin (questran) - Mengikat garam empedu,


menurunkan diare yang diakibatkan
oleh kelebihan asam empedu.

- Steroid , mis.. ACTH . - Diberikan untuk menurunkan


hidrokortison, prednisolon (delta proses inflamasi. Catatan
cortef); prednisone (deltason). Kontraindikasi pada penyakit crhon
bila abses intraabdomen dicurigai.
- Azatioprin (imuran); - Imunoupresan dapat diberikan
untuk menghambat respons
inflamasi, menurunkan kebutuhan
steroid, meningkatkan penyembuhan
fistula. Mungkin diberikan bersma
dengan sulfasalazn.
- Antasida; - Menurunkan iritasi gaster,
mencegah inflamasi dan
menurunkan resiko infeksi pada
- Enema (hidrokortison) kolitis.
dengan/tanpa supositoria - Enema steroid dapat diberikan
pada penyakit ringa/ sedang untuk
membantu absopsi obat. Mungkin
diberikan dengan atropin sulfat atau
- Antibiotik . belladonna supositoria.
- Bantu/siapkan intervensi bedah. - Mengobati infeksi supuratif lokal.
- Mungkin perlu bila perforasi atau
obstruksi usus terjadi atau penyakit
tidak berespons terhadap
pengobatan medik.
2. Diagnosa Keperawatan : Kekurangan Volume Cairan, Risiko
Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi :
- Kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).
- Status hipermetabolik
- Pemasukan terbatas (mual)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- (tidak dapat diterapkan; tanda-tanda dan gejala-gejala membuat
diagnosa aktual)
Hasil yang diharapkan / Kriteria Evaluasi, pasien akan :
- Mempertahankan volume cairan adekuat buktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dn pengisian kapiler baik;
tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine
normal dalam konsentrasi/jumlah.
Mandiri
- Awasi masukan dan haluaran, - Memberikan informasi tentang
karakter, dan jumlah feses; perkiraan keseimbangan cairan, fungsi ginjal
kehilangan yang tak terlihat, misal, dan kontrol penyakit khusus
berkeringat. Ukuran berat jenis urine; merupakan pedoman untuk
observasi oliguria. pengganti cairan.
- Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu). - Hipotensi (termasuk postural),
takikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan
- Observasi kulit kering berlebihan dan - Menunjukkan kehilangan cairan
membran mukosa, penurunan turgor berlebihan/dehidrasi.
kulit, pengisian kapiler lambat.
- Ukur berat badan tiap hari. - Indikator cairan dan status nutrisi.
- Pertahankan pembatasan per oral, - Kolon diistirahatkan untuk
tirah baring; hindari krja. penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
- Observasi pendarahan dan tes fases - Diet tak adekuat dan penurunan
tiap hari untuk adanya darah samar. absorpsi dapat menimbulkan
defisiensi vitamin K dan merusak
koagulasi, potensial resiko
pendarahan.
- Catat kelemahan otot umum atau - Kehilangan usus berlebihan dapat
disritmia jantung. menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit mis. Kalium, yang perlu
untuk fungsi tulang dan jantung.
Gangguan minor pada kadar serum
dapat mengakibatkan adanya
dan/atau gejala ancaman hidup.

Kolaborasi
- Berikan cairan parenteral, - Mempertahankan istirahat usus
transfusi darah sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemia. Catatan : cairan
mengandung natrium dapat dibatasi
pada adanya enteritis regional.
- Awasi hasil laboratorium, contoh - Menentukan kebutuhan
elektrolit (khususnya kalium, penggantian dan diefektifkan terapi.
magnesium) dan GDA (keseimbangan
asam-basa).

Berikan obat sesuai indikasi :


- Antidiare (rujuk ke DK: diare) - Menurunkan kehilangan cairan
dari usus.
- Digunakan untuk mengontrol
- Antiemetik, mis.,
mual/muntah pada eksaserbasi akut.
trimetobenzamida (tigan);
hidroksin(vistaril); prokloperazin
(compazine) - Mengontrol demam, menurunkan
- Antipiretik, mis. Asetaminofen kehilangan tak terlihat.
(Tyenol). - Elektrolit hilang dalam jumlah
- Elektrolit, Mis, tambahan kalium besar, khususnya pada usus yang
(LCI-IV; K-lyte, slow-K) gundul, area ulku, dan diare dapat
juga menimbulkan asidosis
metabolik karena kehilangan
bikarbonat (HCO3).
- Merangsang pembentukan
- Vitamin K (mephyton). protrombin hepatik, menstabilitasi
koagulasi dan menurunkan risiko
pendarahan
3. Diagnosa keperawatan : nutrisi, perubahan : kurang dari
kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan :
- Gangguan absorpsi nutrien.
- Status hipermetabolik
- Secara medik masukan di batasi : takut makanan dapt
menyebabkan diare.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Penurunan berat badan : penurunan lemak subkutan / massa
otot : tonus otot buruk.
- Bunyi usus hiperaktif : steaturea.
- Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
- Menolak untuk makan.
Hasil yang diharapkan / Kriteria Evaluasi, pasien akan :
- Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tak ada tanda
malnutrisi.
Mandiri
- Timbang berat badan tiap hari - Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet/keefektikan terapi
- Dorong tirah baring dan / atau - Menurunkan kebutuhan metabolik
pembatasan aktivitas selama fase untuk mencegah penurunan kalori
sakit akut. dan simpanan energi.
- Anjurkan istirahat sebelum makan. - Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
- Berikan kebersihan oral. - Mulut yang bersih dapat
meningkatkan rasa makanan.

- Sediakan makanan dalam ventilasi - Lingkungan yang menyenangkan


yang baik, lingkungan menurunkan stress dan lebih
menyenangkan, dengan situasi tidak kondusif untuk makan.
terburu-buru, temani.
- Mencegah serangan
- Batasi makan yang dapat
akut/eksaserbasi gejala.
menyebabkan kram abdomen, flatus
(mis. Produk susu)
- Catat masukan dan perubahan - Memberikan rasa kontrol pada
simtomatologi. pasien dan kesempatan untuk
memilih makanan yang
diinginkan/dinikmati, dapat
meningkatkan masukan.
- Dorong pasien untuk menyatakan - Keragu-raguan untuk makan
perasaan masalah mulai makan diet. mungkin diakibatkan oleh takut
makanan akan menyebabkan
eksaserbasi gejala.

Kolaborasi
- Pertahankan puasa sesuai indikasi. - Istirahat usus menurunkan
peristaltik dan diare dimana
menyebabkan
malabsorpsi/kehilangan nutrien.
- Mulai / tambahkan diet sesuai
indikasi, mis. cairan jernih maju menjadi - Memungkinkan saluran usus

makanan yang dihancurkan, rendah sisi: untuk mematikan kembali proses


kemudian protein tinggi, tinggi kalori, dan pencernaan. Protein perlu untuk
rendah serat sesuai indikasi penyembuhan integritas jaringan.
Rendah bulk menurun respons
peristaltik terhadap makan.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
- Donnatal, natrium barbital dengan
belladonna (Butibel); propantelen
bromida (ProBanthine).
- Antikolinergik diberikan 15-30
menit sebelum makan memberikan
penghilangan kram dan diare,
menurunkan motilitas gaster dan
meningkatkan waktu untuk absorpsi
- Besi (Imeron yang disuntikkan)
nutrien.
- Mencegah/mengobati anemia.
Rue oral untuk tambah besi tidak
- Vitamin B12 (Crystimin Rubisol) efektif karena gangguan usus yang
berat menurunkan absorpsi.
- Malabsorpsi B12 akibat
kehilangan nyata fungsi ileum.
Penggantian mengatasi depresi
sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, meningkatkan
- Asam folat (folvite)
produksi SDM/memperbaiki anemia.
- Kekurangan folat umum pada
adanya penyakit chorn sehubungan
dengan penurunan
masukan/absorpsi, efek terapi obat
Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV
(azulfidine).
sesuai indikasi
- Program ini mengistirahatkan
saluran GI sementara memberikan
nutrisi penting
DAFTAR PUSTAKA

Asekorf B, Bennett JV : Effect of Therapy in acute Salmonellosis on


Salmonellase in Feces. N Engl J Med 281:636,1969

Cherry WB, Thomason BM: Fluorescen Antibody Techniques for Salmonella


an other Enteric Pathogenis. Pub Helath Rep 84 : 867, 1969

France GL, Mormer DJ, Steel RW: Breast-feeding and Salmonella Infection.
Am J Dis Child 134:147, 1980

Gianella RA: Importance of the Intestinal Inflammatory Reaction on


Salmonella Mediated Intestinal Inflammmatori Reaction on
Salmonella Mediated Intertinal Secretion. Infect immun 23 : 140,
1979

Gianella RA, Formal SB, Dammin GJ, et al : Pathogenesis of Salmonellosis.


J Clin Invest 52 : 441,1973
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu .
Adapun makalah tentang eliminasi ini disusun sebagai tugas untuk
pengganti mid semester. Adapun isi dari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak agar penyusunan makalah berikutnya lebih baik.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini

Makassar 7 november 2005

Penyusun

VENTI SUNDARI
NIM. 050647
SIGELOSIS
(DISENTRI BASILER)

Disusun Oleh :

VENTI SUNDARI
050647
Kelas IIIC

UPTD AKPER ANGING MAMMIRI


MAKASSAR
2007

Vous aimerez peut-être aussi