Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Sigelosis adalah suatu penyakit radang akut saluran cerna yang
disebabkan oleh bakteri genus shigella. Penyakit ini ditandai oleh
demam, nyeri abdomen dan tinja encer, yang mungkin mengandung
lendir, nanh serta darah atau diare nonsfesifik.
3. Manifestasi-manifestasi klinis.
Selama masa tunas, yang biasanya berlangsung 36-72 jam
setelah pemasukan, Sigela mencapai usus besar. Mula-mula penderita
mengeluh demam dan nyeri abdomen. Demam yang timbul dapat
mencapai lebih dari 40.00 C dan penderita tampak sangat toksis.
Setelah 48 jam, biasanya terjadi diare; yang berlangsung hingga 20
kali/hari, dengan tinja mengandung darah dan lendir. Selanjutnya,
diare yang berdarah dapat terjadi tanpa demam atau nyeri abdomen.
Pada pemeriksaan fisik, anak-anak dapat memperlihatkan nyeri tekan
abdomen dibagian bawah pjada palpasi, tanpa lokalisasi yang jelas.
Pada suatu pengkajian, kejang-kejang terjadi pada 12% dari
seluruh penderita gastroenteritis yang disebabkan oleh Shigella.
Kejang-kejang terutama terjadi pada anak-anak dengan suhu badan
diatas 40.00 C dibandingkan dengan mereka yang suhu badannya
tetap dibawah 390 C. kejang-kejang juga lebih mungkin terjadi pada
anak-anak berusia kurang dari 7 tahun, terutama dibawah 3 tahun.
Gejala-gejala susunan syaraf pusat lainnya meliputi sakit kepala,
kelirium, kaku kuduk, pingsan dan letargi. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang terjadi dapat mengakibatkan dehidrasi, asidosis dan
gangguan-gangguan elektrolit. Anak-anak dapat mengeluh tidak dapat
menahan buang air dan Tenesmus. Pada kasus-kasus berat, terutama
pada penderita malnutrisi, dapat terjadi Prolapsus rectum.
Sigela berhubungan pula dengan infeksi organ lain, selain infeksi
saluran cerna. Kongjungtivitas dapat terjadi akibat inokulasi lokal dari
jari-jari atau benda-benda yang tercemar. Vaginitas dengan nanah
bercampur darah yang memberikan respons terhadap pengobatan
konvensional, dapat terjadi akibat infeksi sigel. Sekret vagina dapat
berlangsung berbulan bulan sebelum diagnosis ditegakkan dan
gastroenteritis shigella yyang diderita sebelumnya dapat berhubungan
dengan Vaginitis. Shigella dapat ditemukan pula pada neonatus,
disertai bermacam manifestasi klinis termasuk karier Asimptomtis,
diare berdarah Epidemis dan/atau meningitis serta sepsis. Di Amerika
tengah dan Bangladesh, shigella disentriae tipe 1 telah dihubungkan
dengan anemia, Trombositopenia serta gagal ginjal akut (Sindroma
hemolitik-uremik). Pada penderita ini, endotoksin yang beredar serta
kompleks imun mempunyai arti penting dalam patogenesis anemia
hemolitik, koagulopati dan mikroangipati ginjal.
4. Patofisiologi
Semua strain kuman Shigella mixbblen disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasa
lunak (tidak cair), disertai eksudat lnflamasi yang mengandung leukosit
polymorphonucleas (PMN) dan darah .
Kolon merupakan tempat utama yang diserang SHIGELLA
namun ileum terminalis dapat juga terserang pada kosus yang sangat
berat dan mematikan kuman dapat ditemukan juga pada lambung
serta usus halus.
Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginfasi
sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak di dalam x. perluasan
invasi kuman kesel sekitar x melalui mekanisme cell-to-cell transfer.
Walaupun lesi awal terjadi di lapisan epitel namun respons inflamasi
lokal yang menyertai cukup berat melibatkan leukosit PMN dan
makrokok. Hal tersebut menyebabkan edema , mikro abses, hilangnya
sel goblet, kerusakan arsitektur jaringan dan ulserasi mukosa. Bila
penyakit berlanjut, terjadi penumpukan sel inplamasi pada lamina
Propria, dengan abses pada kripta merupakan gambaran yang utama.
S. dysenteriae, S. fleksneri, dan S. sennei menghasilkan
eksotoksin antara lain shepi, shet-shet toksin shiga, yang mempunyai
sifat Enperotoksik, siotoloksik, dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor pirulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel epitel mukosa kolou dan memperberat gejala klinis.
Kuman sigella jarang melakukan penetrasi ke jaringan di bawah
mukosa sehingga jarang menyebabkan bakteriemia. Walaupun
demikian pada keadaan mal nutrisi dan pasien
IMUNOCOMPROMIZED dapat terjadi Bakteriemia. Selain itu dapat
pula terjadi politis Nemoragik dan Syndroum hemolitik uremik (SHU).
SHU diduga akibat adanya penyerapan Anterotiksin yang diproduksi
olweh Shigella. Infeksi Shigella menimbulkan imunitas humoral yang
Protektip utuk Spesiea yang sama.
5. Diagnosis.
SHIGELLA harus dipikirkan sebagai kemungkinan agen etiologi
pada setiap penderita diare, terutama yang disertai demam. Pada
pemriksaan di bawa mikroskop, dengan pewarnaan biru metilen,
bahan contoh tinja akan memperlihatkan adanya leukosit dan eritrosit.
Adanya leukosit dalam tinja menunjukkan adanya kolitis, tetapi tidak
menegakkan diagnosis sigellosis, karena penderita infeksi salmonella
dan E. coli enterotoksigenik serta penderita diare yang patogennya
tidak dapat ditentukan, memperlihatkan pula adanya leukosit di dalam
tinja. Tidak adanya leukosit dalam tiunja tidak dapa menyingkirkan
shigella sebagai agen stiologinya. Hitung jenis darah dapat
mengungkapkan Leukositosis yang nyata disertai pergeseran ke arah
leukosit polimorfonuklir imatur.
Diagnosis Sigelosis ditegakkan dengan keberhasilan mengisolasi
organisme tersebut dari biakan tinja atau rectum. Sejumlah media
pilihan seperti Xilosalising Deoksikolat (XLD) dan agar SS harus
diinokulasikan dengan bahan tinja segar. Jika media tersebut tidak
tersedia, tinja hendaknya ditempatkan dalam larutan bugfer gliserol-
saline sebagai pengawet, sebelum bahan tersebut dirim ke
laboratorium. Sigelosis harus dibedakan dari macam penyebab diare
seperti E. coli enterotoksigenik, disentri amuba serta campylobacter
fetus seperti halnya salmonella, gastroenteritis yang disebabkan virus
rota, intususepsi, apendisitis akut dan adenitis iliakal. Sigelosis dapat
menyerupai infeksi susunan syaraf pusat, seperti meningitis dan
ensefalitis, terutama pada penderita dengan demam tinggi disertai
kejang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : diare
Dapat dihubungkan dengan :
- Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi
usus.
- Adanya toksin.
- Penyempitan segmental lumen .
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Peningkatan bunyi usus/peristalitik.
- Defekasi sering dan berair (fase
akut).
- Perubahan warna feses
- Nyeri abdomen; tiba-tiba (nyeri tiba-
tiba perlu defeksi), kram
Hasil yang diharapkan / Kriteria Evaluasi, pasien akan:
- Melaporkan penurunan frekuensi
defekasi, konsistensi kembali normal.
- Mengidentifikasi/menghindari faktor
pemberat.
Tindakan /intervensi
Mandiri
- Observasi dan catat frekuensi - Membantu membedakan penyakit
defekasi, karakteristik, jumlah dan individu dan mengkaji beratnya
faktor pencetus. episode.
- Tingkatkan tirah baring, berikan alat- - Istirahat menurunkan motilitas usus
alat disamping tempat tidur. juga menurunkan laju embolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi, defekasi tiba-tiba dapat
terjadi tanpa tanda dan dapat tak
terkontrol, peningkatan resiko
inkontinensia / jatuh bila alat-alat
tidak dalam jangkauan tangan
- Buang feces dengan cepat. Berikan - Menurunkan bau tak sedap untuk
pengharum ruangan. menghindari rasa malu pasien
- Identifikasi makanan dan cairan yang - Menghindarkan iritan meningkatkan
memcetuskan diare, mis, sayuran istirahat usus.
segar dan buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat, produk susu.
- Mulai lagi pemasukan cairan per oral - Memberikan istirahat kolon dengan
secara bertahap. Tawarkan minuman menghilangkan atau menurunkan
jernih tiap jam; hindari minuman rangsang makanan/cairan. Makan
dingin. kembali secara bertahan cairan
mencegah kram dan diare berulang.
Namun cairan dingin dapat
meningkatkan motilitas usus.
- Berikan kesempatan untuk - Adanya penyakit dengan penyebab
menyatakan frustasi sehubungan tak diketahui sulit untuk sembuh dan
dengan proses penyakit. yang memerlukan intervensi bedah
dapat menimbulkan reaksi stress
yang dapat memperburuk situasi.
- Observasi demam, takikardia, letargi, - Tanda bahwa toksik megakolon atau
leukositosis, penurunan pjrotein perforasi dan peritonitis akan
serum, ansietas, dan kelesuan. terjadi/telah terjadi memerlukan
intervensi
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
- Antikolinergik contoh belladonna - Menurunkan motilitas / peristaltik
Kolaborasi
- Berikan cairan parenteral, - Mempertahankan istirahat usus
transfusi darah sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemia. Catatan : cairan
mengandung natrium dapat dibatasi
pada adanya enteritis regional.
- Awasi hasil laboratorium, contoh - Menentukan kebutuhan
elektrolit (khususnya kalium, penggantian dan diefektifkan terapi.
magnesium) dan GDA (keseimbangan
asam-basa).
Kolaborasi
- Pertahankan puasa sesuai indikasi. - Istirahat usus menurunkan
peristaltik dan diare dimana
menyebabkan
malabsorpsi/kehilangan nutrien.
- Mulai / tambahkan diet sesuai
indikasi, mis. cairan jernih maju menjadi - Memungkinkan saluran usus
France GL, Mormer DJ, Steel RW: Breast-feeding and Salmonella Infection.
Am J Dis Child 134:147, 1980
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu .
Adapun makalah tentang eliminasi ini disusun sebagai tugas untuk
pengganti mid semester. Adapun isi dari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak agar penyusunan makalah berikutnya lebih baik.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
Penyusun
VENTI SUNDARI
NIM. 050647
SIGELOSIS
(DISENTRI BASILER)
Disusun Oleh :
VENTI SUNDARI
050647
Kelas IIIC