Vous êtes sur la page 1sur 12

A.

JUDUL PERCOBAAN
Penentuan berat molekul (Mr) berdasarkan penurunan titik beku larutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan berat molekul (Mr) naftalena berdasarkan penurunan titik
beku larutannya dalam pelarut benzena murni.

C. LANDASAN TEORI
Berat molekul suatu senyawa kimia sebagai perbandingan berat atau molekul
senyawa bersangkutan terhadap berat suatu atom oksigen, yang ditetapkan 16.
Dengan kata lain berat molekul suatu molekul sama dengan jumlah berat atom-
atom penyusunnya. Jadi, berat molekul gas oksigen adalah 2 x 16 = 32 dan gas
hydrogen 2 x 1,008132 = 2 ( Wospakrik, 2005: 48 )
Tekanan Uap suatu zat cair menentukan titik beku (dan juga titik didih) dari
zat cair itu sendiri. Adanya zat terlarut didalam suatu pelarut dapat menyebabkan
perubahan tekanan uap, dan berarti menyebabkan perubahan titik beku. Dengan
menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron, maka terhadap larutan ideal yang
encer berlaku :
ln P0 / P = Hf / R x T / T0T
ln P0 / P = XB dari kedua persamaan diperoleh
XB = Hf / R x T / T0T

Dimana Hf = entalpi pembekuan ; R = tetapan gas dan XB = mol fraksi zat


terlarut. Jika T = Tf (penurunan titik beku) dan nilai T = T0 sehingga (T0.T)
T02 disubtitusi ke persamaan diatas maka diperoleh :

Tf = RT2 / Hf . XB

Sementara itu untuk larutan encer berlaku XB = nB / npelarut dan bila dinyatakan ke
dalam satuan molalitas diperoleh hubungan :

Tf = RT2 MA / 1000 Hf . m
Suku dalam kurung terdiri dari besaran-besaran yang memiliki harga yang tetap,
sehingga keseluruhannya juga merupakan harga yang tetap (merupakan tetap)
untuk pelarut tertentu. Tetapan ini dikenal sebagai tetapan penurunan titik beku
molal atau tetapan krioskopik (Kf) dari suatu pelarut. Persamaan diatas dapat
dinyatakan dalam bentuk :
M = Kf ( 1000 WB / Wpelarut Tf )
Dengan :

M = Bobot molekul zat terlarut


WB = Massa zat terlarut
Wpelarut = massa pelarut ( Tim Dosen, 2016: 29-30 )

Persamaan CLAUSIUS-CLAYPERON untuk kesetimbangan padat cair


mempunyai bentuk


dP =

sehingga :

2
=
2

Jika dan tidak bergantung pada T dan P, persamaan diatas menjadi :

`
P1 P2 = ln

Dengan Tm adalah titik leleh pada tekanan P1 dan ` titik leleh pada tekanan P2.
Karena ` biasanya sangat kecil, dengan demikian persamaan menjadi :


P =

Untuk kesetimbangan fasa, terkondensasi, baik padat ataupun cair dengan uapnya
kita mempunyai :

= = ( )

Dengan merupakan kalor penguapan molar cairan atau kalor sublimasi molar
dari padatan dan adalah volume molar padatan atau cairan. Pada umumnya

dan dengan mengasumsikan gas sebagai gas ideal = ,

maka persamaan diatas menjadi :


= atau = 2
2

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan Clausius-Clayperon. Jika tidak


bergantung pada suhu, maka integrasi persamaan tersebut menghasilkan :


= 2
dT
0 0

1 1
n = - ( ) = - +
0 0 0

Dengan : 0 = tekanan uap pada 0


P = tekanan uap pada T
Jika 0 = 1 atm, maka 0 adalah titik didih normal dari cairan (titik sublimasi
normal dari padatan) dengan demikian :

ln P = -
1 2

1
dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa jika ln P dialurkan terhadap akan


diperoleh kurva linier dengan kemiringan sama dengan . Perpotongan

1
terhadap sumbu tegak pada = 0 menghasilkan . Jadi dari kemiringan dan
0

perpotongan tadi dapat ditentukan baik maupun 1 . Kalor penguapan dan


sublimasi seringkali di tentukan melalui pengukuran tekanan uap yang ada pada
zat tersebut sebagai fungsi suhu ( Rohman : 162-163 ).
Penentuan Berat Molekul Penentuan berat molekul dilakukan dengan
menggunakan SDS-PAGE dan dikonfirmasi dengan zimogram. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh 4 pita protein dari isolat LnA4. yang memiliki berat
molekul sebesar 73.96, 53.70, 36.70, dan 29.71 kDa Dari empat pita protein yang
diperoleh belum diketahui apakah semuanya memiliki aktivitas protease. Oleh
karena itu digunakan zimogram untuk mengkonfirmasi pita aktif yang memiliki
aktivitas Berdasarkan hasil zimogram dapat diketahui bahwa hanya ada satu pita
protein yang menunjukkan aktivitas protease yaitu pada berat molekul 29.71 kDa.
Adanya aktivitas protease pada zimogram ditunjukkan dengan terbentuknya zona
bening. Daerah yang membentuk zona bening merupakan daerah substrat kasein
yang telah didegradasi oleh enzim protease. Menurut Mehzard et al. (2005), zat
warna Coomassie Brilliant Blue G250 (CBBG) akan berikatan dengan protein
yang mengandung residu asam amino dengan rantai samping aromatik (Tirosin)
membentuk komplek warna biru. Gel SDS-poliakrilamid berkopolimerisasi
dengan kasein membentuk sebuah zona bening akibat adanya degradasi oleh
enzim protease ( Wardani, 2012 : 154-155 )
Penentuan Berat Molekul Dengan Metode Viskositas, hasil perhitungan
berat molekul -selulosa tanaman alang-alang (Imperata Cylindrica) memiliki
berat molekul paling besar yaitu sekitar 8394,7, dan ampas tebu (Saccharum
Officinarum) yaitu sekitar 4508,96. Tingginya berat molekul pada alang-alang
(Imperata Cylindrica) berbanding lurus dengan waktu alirnya yang tinggi, diikuti
dengan ampas tebu (Saccharum Officinarum) yang diukur pada konsentrasi yang
sama. ( Marpongahtum, 2013 : 249 )
Penentuan Nilai Berat Molekul Dengan Menggunakan Persamaan Mark-
Houwink, berat molekul dihitung menggunakan persamaan Mark-Houwink :

[] = KM

Dengan K, = Konstanta Mark-Houwink (K= 9,8 x 10-3 dan = 0,9).


[] = Viskositas intrinsik
Penentuan Nilai Viskositas Intrinsik dan Berat Molekul Selulosa Viskositas
diukur pada konsentrasi sekitar 0,5 g/100 mL pelarut. Untuk memperoleh nilai
viskositas intrinsik dapat dicari dengan menggunakan metode Least Square.
Dari persamaan least square diperoleh suatu kurva garis lurus, sehingga didapat
intersept dari garis lurus tersebut. Intersept dari garis lurus tersebut dinamakan
dengan viskositas intrinsik. Sedangkan untuk memperoleh nilai berat molekul
dapat dicari dengan menggunakan persamaan Mark-Kuhn-Houwink. Dari
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa viskositas intrinsik berbanding lurus
dengan berat molekul. Berat molekul selulosa sangat bervariasi tergantung pada
asal sampelnya dan pada viskositas dari larutannya ( Habibah, 2013 : 3-4 )
Seorang yang bukan ilmuwan mungkin tidak akan pernah menyadari
fenomena kenaikan titik didih, tapi seorang pengamat jeli yang hidup di iklim
dingin terbiasa dengan penurunan titik beku. Es di trotoar yang beku akan meleleh
bila ditaburi garam seperti NaCl atau CuCl2. Cara pelelehan semacam ini berhasil
karena dapat menurunkan titik beku air. Penurunan Tekanan uap larutan
menggeser kurva padatan cairan kea rah kiri. Akibatnya, garis ini memotonggaris
horizontal pada suhu yang lebih rendah daripada titik beku air. Penurunan titik
beku Tb didefinisikan sebagai :

Tb = T0b - Tb

Dimana T0b adalah titik beku pelarut murni, dan Tb adalah titik beku larutan.
Sekali lagi Tb berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.

Tb m

Tb = Kbm

Dimana dalam persamaan ini m adalah konsentrasi dari zat terlarut dalam satuan
molalitas, dan Kb ialah konstanta penurunan titik beku molal. Seperti halnya Ka Kb
mempunyai satuan 0C/M. Penjelasan kualitatif untuk fenomena penurunan titik
beku ialah sebagai berikut, pembekuan melibatkan transisi dari keadaan tidak
teratur ke keadaan teratur. Agar proses itu terjadi, energi harus diambil dari
sistem. Karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut, maka lebih
banyak energi yang harus diambil darinya untuk menciptakan keteraturan
diabandingkan kasus pelarut murni.Jadi, larutan memiliki titik beku lebih rendah
dibandingkan pelarut. Perhatikan bahwa bila larutan membeku, padatan yang
memisah ialah komponen pelarutnya. Sementara zat terlarut harus bersifat tidak
mudah menguap dalam kasus kenaikan titik didih, pembatasan ini tidak berlaku
untuk penurunan titik beku ( Chang, 2004 : 15-16)
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
b. Gelas kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas ukur 50 mL 1 buah
d. Tabung reaksi besar 1 buah
e. Thermometer -10oC 50oC 1 buah
f. Botol semprot 1 buah
g. Batang pengaduk 1 buah
h. Stopwatch 1 buah
i. Neraca analitik 1 buah
2. Bahan
a. Benzena (C6H6)
b. Naftalena (C10H8)
c. Es batu
d. Aquadest

E. Prosedur Kerja
a. Penentuan titik beku pelarut
1. Memasukkan 30 mL benzene ke dalam tabung reaksi besar
2. Menempatkan thermometer dan batang pengaduk dalam tabung reaksi
tersebut
3. Meletakkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi es batu
4. Mengaduk larutan secara perlahan
5. Membaca skala thermometer (Suhu) setiap 30 detik samapai suhu konstan
pada 4-5 kali pembacaan
6. Mengeluarkan tabung dari gelas kimia dan dibiarkan pada suhu kamar
b. Penentuan titik beku larutan
1. Menimbang 0,8435 gram (0,25 molal) naftalena
2. Memasukkan zat hasil penimbangan ke dalam tabung reaksi yang berisi
pelarut kemudian mengaduk sampai larut
3. Memasukkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi es batu
4. Mencatat suhu larutan setiap 30 detik sampai suhu konstan pada 4-5 kali
pembacaan
5. Menimbang kembali 1,6869 gram (0,5 molal) naftalena dan memasukkan
dalam 30 mL pelarut benzene
6. Megulangi cara kerja 3-4

F. Hasil Pengamatan
Data Fisik dan Penentuan Suhu pelarut per 30 detik
Volume = 15 mL
Suhu (oC) = 30,5oC
1. Titik Beku Pelarut

Waktu ke- 30 60 90 120 150 180 210

Suhu (oC) 20 10 7 7 7 7 7
Suhu konstan = 7oC
2. Titik Beku Larutan (0,25 mol)
m benzene = 15 mL x 0,08786 gram/mL
= 13,179 gram
Molalitas larutan = 0,25 m
Massa benzene = 0,8435 gram

Waktu ke- 30 60 90 120 150 180 210

Suhu (oC) 25 20 11 5 5 5 5

suhu konstan = 5oC


Massa naftalena = 1,687 gram
Waktu ke- 30 60 90 120 150 180 210

Suhu (oC) 19 15 13 9 8 7 7
Suhu konstan = 7oC
G. Analisis Data
1. Penentuan massa pelarut benzene
Massa jenis benzene = 0,8786 gram/mL
Volume benzene = 15 mL
m = .
= 0,8786 gram/mol x 15 mL
= 13,179 gram

a) Penentuan massa naftalena


Mm naftalena = 128 g/mol
Massa benzena = 13,179 gram

Larutan 0,25 molal


1000
m = x

1000
0,25 molal = 13,179 x 128 /

0,25 .13,179 .128 /


Massa naftalena = 1000

= 0,4217 garam

Larutan 0,5 molal

1000
m = x

1000
0,5 molal = 26.3580 x 128 /

0,5 .13,179 .128 /


Massa naftalena = 1000

= 0,8434garam

2. Penentuan Mr naftalena berdasarkan titik beku larutan


Dik ; Tf benzene = 7oC
Tf larutan 0,25 molal = 5oC
Tf larutan 0,5 molal = 7oC
M benzene = 13,179 gram
Dit : Mr naftalena?
Peny :
1. Konsentrasi larutan 0,25 molal
Tf = Kf x m
f
Kf =

Tf = Tf0 - Tf
= 7 5 = 2oC
Maka,
f
Kf =
2
Kf = 0,25

= 8 oC/molal
Sehingga
1000
Tf =

1000
Mr =
. Tf
1000 0,4217
= 8 . 13,179 . (75)

421,7

= 8. 26,358

= 127,99 gram/mol
2. Konsentrasi larutan 0,5 molal
f
Kf =

Tf = Tf0 - Tf
=75
= 2oC
Maka,
f
Kf =
2
Kf = 0,5

= 4oC/molal
Sehingga
1000
Mr = . Tf

1000 0,8434
= 4. 13,179 . (75)


3373,6

= 26.358

= 127,99 gram/mol

H. Pembahasan
Massa molekul suatu senyawa dalam hal ini adalah naftalena dapat
ditentukan jika massa atom dari atom-atom penyusunnya diketahui. Dalam
percobaan ini berat molekul naftalena dapat ditentukan berdasarkan penurunan
titik beku larutannya dalam pelarut murni benzena.
Pada percobaan ini Langkah pertama yang dilakukan yaitu menentukan titik
beku pelarut murni (benzene) dengan cara mendinginkan benzene dalam air es
sambil mengaduk larutan. Fungsi dari pengadukan adalah agar larutan merata
(suhu larutan merata). Adapun suhu konstan yang diperoleh yaitu 7oC. suhu
konstan ini dinyatakan sebagai titik beku benzene. Hal ini tidak sesuai dengan
teori, karena teori menyatakan bahwa titik beku benzene adalah 6oC.
Tahap selanjutnya yaitu menentukan titik beku larutan. Dalam percobaan
ini, digunakan larutan naftalena dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,25 molal dan
0,5 molal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah zat
terlarut terhadap penurunan titik beku. Pada larutan dengan konsentrasi 0,25 molal
digunakan naftalena sebanyak 0,4217 gram sedang 0,5 molal sebanyak 0,8434
gram. Naftalena ini kemudian ditambahkan ke dalam larutan benzene dan diaduk
dengan tujuan agar larutan selalu homogeny. Pada larutan dengan konsentrasi
0,25 molal diperoleh titik beku larutan sebesar 5oC dengan penurunan titik beku
sebesar 2oC. sedang pada larutan dengan konsentrasi 0,5 molal diperoleh titik
beku larutan sebesar 7oC dengan penurunan titik beku sebesar 2oC.
Dari hasil analisis data, diperoleh Mr naftalena pada larutan 0,25 molal
sebesar 127,99 gram/mol dan pada larutan 0,5 molal sebesar 127,99 gram/mol.
Hasil yang diperoleh hampir sama dengan Mr teori naftalena yaitu 128 gram/mol.
Pada percobaan ini diketahui bahwa penambahan zat terlarut/konsentrasi larutan
berbanding lurus dengan penurunan titik beku.

I. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan penurunan titik beku larutan
b. Mr naftalena pada larutan 0,25 molal yaitu 127,99 gram/mol sedang pada
larutan 0,5 molal yaitu 127,99 gram/mol
2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pembacaan suhu/skala termometer
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Habibah.Rudnin, Darwin Yunus Nasution dkk. 2013. Penentuan berat molekul


dan derajat polimerisasi -selulosa yang berasal dari alang-alang
(Imperata cylindrical) dengan metode Viskositas. Vol.1 (No.2). Hal 3-4.

Marpongahtum, Reni Silvia Nasution dkk. 2013. Pengaruh berat molekul alpha
sellulosa terhadap sifat mekanik komposit polimer dari matriks
polipropilena-polipropilena tergrafting maleat anhidrida dan divinil
Benzena. Vol.2 (No.2): Hal 249.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2002. Kimia Fisika I. Malang: JICA.

Tim Dosen Kimia Fisik I. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM

Wardani, Krisna Agustin dan Lia Oriana Nindita. 2012. Purifikasi dan
Karakterisasi Protease dari bakteri hasil isolasi dari whey kayu. Vol.12
(No.3): Hal 154-155.

Wospakrik J Hans. 2005. Dari Atomos hingga Quark. Jakarta: Unibersitas Atma
Jaya.

Vous aimerez peut-être aussi