Vous êtes sur la page 1sur 4

Nama : Restu Yulianur

Kelas : XII IPA3

Seni Teater Tradisional Indonesia

Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses
pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan
proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton,
pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat
berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai (bahasa yunani) yang
artinya takjub melihat atau memandang.

Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan
di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.

Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya
wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.

1. Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang
atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa
melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol
menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar
kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang,
dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah
tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang.
Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi,
maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap,
melayang.

2. Makyong

Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan
sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh
budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain
untuk dewi sri, dewi padi.

Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari
kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau
malam hari. Lama pementasan tiga jam

3. Drama Gong

Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya yang
diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan unsur-
unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-
unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian
klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama klasik".
Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak
pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama Gong
diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).

Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah
tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya,
sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang masih aktif

4. Randai

Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh
beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai bersenang-senang sambil
membentuk lingkaran karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris
tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita
rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita
rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang
Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.

Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai
dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of
Hawaii, Amerika Serikat. Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat
Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater),
seni musik, tari dan pencak silat.

5. Mamanda

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi
hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.

Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur
cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku
seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan
kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).

Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri,
dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara
etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan nda
yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu sapaan kepada paman
yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.

Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari
Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.

Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim
dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh
masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".

Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada
umumnya

Vous aimerez peut-être aussi