Vous êtes sur la page 1sur 46

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN TEMBELEKAN

(Lantana camara L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7)


SECARA IN VITRO

Skripsi
Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Farmasi

Disusun Oleh :
Ayu Shindiya Sari
1304015084

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2017

1
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Kimia
Terpadu Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka, dan Laboratorium Bioassay Departemen Kimia Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2017.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah vacum rotary evaporator, timbangan
analitik, maserator, blender, lemari pendingin, oven, autoklaf, mikroskop,
inkubator CO2, centrifuge tube (Biologix), botol T-flask (IWAKI), yellow tips
(Axygen), mikropipet, ELISA reader, microplate 96 well (IWAKI), microtube
(Biologix), vortex mixer, silika gel 60 F254, hemocytometer, laminar air flow
(LAF), microsyringe (Sartorius stedim), waterbath (Eyela), botol duran (Schoot),
multichannel pipettes (Socorex), spuit 10 cc, mesh, UV box, blue tips (Axygen),
pipet controller (Accu-jet pro) dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di
laboratorium.
2. Bahan Penelitian
a. Bahan uji dan ekstraksi : daun tembelekan (Lantana camara L.) yang diperoleh
dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO), Bogor dan
etanol 70%.
b. Bahan Uji Skrining Fitokimia : kloroform, metanol, etil asetat, butanol, asam
asetat, Vanilin-asam sulfat, pereaksi Liebermann-Burchard, FeCl3, pereaksi
Dragendorff, pereaksi Sitoborat, dan akuadest.
c. Bahan Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT Assay : Phospat Buffer Saline
(PBS) (Biomatik), 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida
(MTT) (Biomatik), dimetilsulfoksida (DMSO) (Biomatik), Fetal Bovine Serum

2
(FBS) (Biosera), Penisilin-streptomisin (Biosera), Trypsin-EDTA 10x
(Biosera), trypan blue, Dulbeccos Modified Eagles Medium (DMEM)
(Gibco), Akuadest, sel uji : sel kanker payudara (MCF-7) yang diperoleh dari
Laboratorium Bioassay Departemen Kimia Kedokteran Universitas Indonesia,
dan bahan Pembanding : sisplatin.
C. Pola Penelitian
1. Determinasi Tanaman
2. Pengumpulan Bahan
3. Pembuatan Serbuk dan Ekstraksi
a. Pembuatan Serbuk
b. Pembuatan Ekstrak dengan Maserasi
c. Perhitungan Rendemen
4. Pemeriksaan Mutu Ekstrak
5. Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
6. Sterilisasi Alat
7. Pembuatan Reagen
8. Pasasi Cell
9. Tripsinize Cell
10. Cell Counting
11. Pembuatan Larutan Uji
12. Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT assay
D. Prosedur Kerja
1. Determinasi Tanaman
Determinasi daun tembelekan (Lantana camara L.) dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong
(Lampiran 2).
2. Pengumpulan Bahan
Bahan yang digunakan pada pengujian sitotoksisitas adalah daun
tembelekan (Lantana camara L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITTRO), Bogor.

3
3. Pembuatan Serbuk dan Ekstraksi
a. Pembuatan Serbuk
Daun tembelekan (Lantana camara L.) dibersihkan, dicuci dengan air
mengalir, ditiriskan, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar
matahari dengan ditutupi kain hitam. Selanjutnya, daun tembelekan yang sudah
kering dihaluskan dengan cara dibuat serbuk dan dilakukan pengayakan dengan
pengayak no.40, kemudian disimpan dalam wadah bersih, kering, dan tertutup
rapat (Depkes RI 1985). Skema dapat dilihat pada Lampiran 3.
b. Pembuatan Ekstrak dengan Maserasi
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk daun
tembelekan (Lantana camara L.) dimasukkan ke dalam maserator dan diekstraksi
dengan etanol 70% sampai terendam oleh cairan penyari. Serbuk dibiarkan
terendam oleh cairan penyari selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk,
kemudian didiamkan selama 18 jam. Maserat kemudian dipisahkan dengan cara
filtrasi menggunakan kain saring sampai diperoleh maserat 1. Proses penyarian
diulangi hingga 2 kali penyarian dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama
(Depkes RI 2008). Maserat yang diperoleh dari hasil penyarian dikumpulkan dan
dipekatkan dengan vacum rotary evaporator pada suhu rendah sekitar 40-50C
sampai terbentuk ekstrak kental (Hanani E 2016). Skema ekstraksi dapat dilihat
pada Lampiran 3.
c. Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung berat masing-masing
ekstrak kental yang didapat terhadap simplisia yang belum dilakukan ekstraksi,
kemudian dikalikan 100% (Depkes RI 2000).
Berat ekstrak kental
Rendemen (%) = x 100%................................(1)
Berat simplisia kering

4
4. Pemeriksaan Mutu Ekstrak
a. Pemeriksaan Organoleptis
Meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI 2000).
b. Pemeriksaan Kadar Air
Pemeriksaan kadar air daun tembelekan dilakukan di Laboratorium Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Metode pemeriksaan kadar air ekstrak
etanol 70% daun tembelekan dilakukan dengan cara destilasi.
Tabung penerima dan pendingin dibersihkan dengan asam pencuci, bilas
dengan air. Kemudian keringkan dalam lemari pengering, lalu timbang saksama
sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1-4 ml air, masukkan ke dalam
labu kering. Selanjutnya 200 ml toluen jenuh air dimasukkan ke dalam labu, alat
dipasang. Toluen jenuh air dimasukkan kedalam tabung penerima melalui
pendingin sampai leher alat penampung, lalu panaskan labu hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mulai mendidih, kemudian disuling dengan kecepatan 2
tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling,
bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen jenuh air. Penyulingan dilanjutkan
selama 5 menit, lalu tabung penerima dibiarkan dingin hingga suhu kamar.
Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung
dalam % v/b (Depkes RI 2008).
5. Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Skrining fitokimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan
ekstrak etanol 70% daun tembelekan yang ditotolkan pada plat KLT, kemudian
plat KLT dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan fase gerak lalu
dielusi sampai batas jarak rambat. Selanjutnya, plat KLT diangkat lalu
dikeringkan dan diamati bercak yang timbul pada UV 254 nm dan 366 nm
kemudian plat KLT dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot yang sesuai
(Hanani E 2016).

5
Tabel 1. Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

Senyawa Fase diam Fase gerak Pereaksi


Flavonoid silika gel 60 F254 Kloroform : metanol Sitoborat*
(8 : 2)
Alkaloid silika gel 60 F254 Etil asetat : metanol : Dragendorff**
air
(100 : 13,5 : 10)
Tanin silika gel 60 F254 Butanol : asam asetat : FeCl3***
air
(4 : 1 : 5)
Saponin silika gel 60 F254 Kloroform : metanol : Vanilin-asam
air sulfat**
(64 : 50 : 10)
Steroid/ silika gel 60 F254 Etil asetat : kloroform : Liebermann-
Terpenoid metanol Burchard****
(1 : 8 : 1)
Keterangan :
* = Raharjo SJ dan Ningsih RW 2015
** = Hanani E 2016
*** = Harborne 1987
**** = Wagner and Bladt 1996
6. Sterilisasi Alat
Pada pengujian antikanker harus menggunakan bahan dan alat steril. Alat-
alat yang akan digunakan sebaiknya dicuci dan dikeringkan, kemudian disterilkan.
Cara sterilisasi yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Sterilisasi basah
dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit dan sterilisasi
kering dengan oven pada suhu 160C selama 1 jam (Lukas S 2011).
7. Pembuatan Reagen
a. Pembuatan Larutan Phospat Buffer Saline (PBS)
Sebanyak 4 tablet PBS dilarutkan dalam 400 ml akuades kemudian
disaring menggunakan microsyringe. Lalu dimasukkan ke dalam botol T-flask
yang dilakukan di dalam LAF dan disimpan di lemari pendingin (CCRC 2013).
b. Pembuatan MTT
Sebanyak 20 mg serbuk MTT dimasukkan ke dalam wadah steril,
kemudian dilarutkan dengan PBS sebanyak 5 ml hingga larut yang dilakukan di
dalam LAF, kemudian disimpan dalam freezer dengan wadah tertutup aluminium
(CCRC 2013).

6
c. Pembuatan Medium Komplit (MK).
Pembuatan medium komplit dengan cara mencampurkan FBS 10% (30
ml), Penisilin-streptomisin 1% (3 ml), dan DMEM sebanyak 267 ml sehingga
medium komplit berjumlah 300 ml. Kemudian medium komplit disaring dengan
microsyringe, lalu dimasukkan ke dalam botol duran steril yang dilakukan di
dalam LAF kemudian disimpan di lemari pendingin dengan syarat tempat tertutup
rapat dan steril (CCRC 2010).
8. Pasasi Cell
Sebanyak 5 ml sel di centrifuge lalu terdapat cairan dan pelet, cairan
dibuang dan sisa pelet dilarutkan dengan PBS 10 ml lalu di centrifuge. Kemudian
terdapat cairan dan pelet, cairan dibuang dan sisa pelet ditambah dengan 1 ml
medium komplit (MK) lalu dikocok homogen dan dibagi ke dalam 4 T-flask yaitu
tiap T-flask berisi 250 l. Selanjutnya, setiap T-flask diisi dengan medium komplit
sampai jumlahnya 5 ml setelah itu diinkubasi selama 24 jam (CCRC 2010).
9. Tripsinize Cell
T-flask yang berisi 5 ml diambil mediumnya dengan menggunakan pipet
lalu dibilas dengan PBS sebanyak 3-5 ml kemudian digoyangkan dan PBS
dibuang. Selanjutnya ditambahkan 2 ml tripsin ke dalam flask untuk ukuran T75
atau 800 l tripsin untuk ukuran T25. Goyangkan kembali sampai sel terlepas,
lalu inkubasi 5-10 menit. Selanjutnya ditambahkan dengan medium komplit yang
jumlahnya 2 kali lipat dari jumlah tripsin yang digunakan, lalu dipipet dan
masukkan ke dalam centrifuge tube. Kemudian di centrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk supernatant dan pelet.
Supernatant dibuang dan pelet ditambah dengan 1 ml medium komplit kemudian
dihomogenkan dengan menggunakan pipet dengan cara menaikturunkan pipet.
Dan selanjutnya sel siap untuk digunakan (CCRC 2010).
10. Cell Counting
Perhitungan kepadatan sel yang digunakan dalam penelitian dilakukan
dengan menggunakan hemositometer. Langkah pertama yaitu menyiapkan trypan
blue sebanyak 80 l, PBS 10 l, dan sel 10 l sehingga totalnya 100 l, kemudian
dimasukkan kedalam microtube lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan
menggunakan vortex mixer. Selanjutnya sebanyak 20 l campuran dipipet dan

7
dimasukkan ke dalam hemositometer. Kemudian diamati didalam mikroskop dan
menghitung seluruh sel yang terdapat dalam bilik hitung. Jumlah sel yang
diperoleh dari keempat bidang besar diambil nilai rata-ratanya, kemudian
dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor koreksi untuk setiap bidang besar
(CCRC 2010). Jumlah sel per ml dapat dihitung dengan cara :
Jumlah sel/ml = rata-rata jumlah sel x 104 x P x 1 sel/ml
Keterangan: P = faktor pengenceran
11. Pembuatan Larutan Uji
Sebanyak 10 mg ekstrak etanol 70% daun tembelekan ditimbang,
kemudian dilarutkan dengan DMSO 1 ml (CCRC 2010). Larutan ini dijadikan
larutan induk dengan konsentrasi 10000 ppm. Selanjutnya dari larutan induk
dibuat larutan uji dengan seri konsentrasi 30; 60; 120; 240; 480; dan 960 g/ml,
dibuat dengan cara mencampurkan larutan uji dan medium komplit sesuai dengan
perhitungan. Adapun pembanding yang digunakan sebagai kontrol positif adalah
sisplatin dengan seri konsentrasi 1; 2; 4; 8; 16; dan 32 g/ml, dari seri konsentrasi
tersebut dibuat replikasi sebanyak 3 kali. Konsentrasi larutan uji dan pembanding
didapat dari hasil orientasi yang menghambat 10% sel uji dan konsentrasi
tertinggi yang dapat menghambat 90% sel uji (Priyanto 2009). Skema pembuatan
dapat dilihat pada Lampiran 8. dan Lampiran 9.
12. Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT Assay
Uji sitotoksisitas menggunakan plat kultur jaringan 96 sumuran. Sebanyak
100l suspensi sel yang terdiri dari sel dan medium komplit dimasukkan ke setiap
sumuran pada plat kultur jaringan. Lalu diinkubasi selama 24 jam di inkubator
CO2 pada suhu 37C untuk sel beradaptasi dan menempel pada sumuran. Setelah
diinkubasi, medium dibuang hingga terbuang sempurna. Setelah itu, dimasukkan
larutan uji pada masing-masing sumuran sebanyak 100l secara triplo untuk
masing-masing konsentrasi, lalu inkubasi selama 24 jam di dalam inkubator CO2
pada suhu 37C. Setelah diinkubasi, ambil plat kultur jaringan 96 sumuran yang
telah diinkubasi kemudian buang mediumnya sampai sempurna dengan cara
membalik microplate yang dilakukan di dalam LAF. Selanjutnya, masukkan MTT
sebanyak 100l kedalam setiap sumuran, kemudian inkubasi selama 3 jam
didalam inkubator CO2 pada suhu 37C. Lalu balik microplate untuk membuang

8
mediumnya. Kemudian masukan DMSO sebanyak 100l pada setiap sumuran
untuk melarutkan kristal formazan. Lalu dibaca serapannya menggunakan ELISA
reader pada panjang gelombang 630 nm (CCRC 2013). Skema dapat dilihat pada
Lampiran 10.
E. Analisa Data
Hasil persentase penghambatan (inhibisi) yang dihasilkan dalam
pengujian, dikonversikan ke dalam nilai probit. Nilai tersebut digunakan untuk
menghitung nilai IC50 dengan analisa Probit. Dari data ini dibuat regresi linear
hubungan antara logaritma konsentrasi sebagai X dengan nilai Probit sebagai Y.
IC50 diperoleh dengan cara memasukkan nilai 5 sebagai Probit ke dalam
persamaan regresi linear, kemudian hasil subtitusi di antilogaritma, dan hasil
tersebut merupakan nilai IC50 (Dona dkk. 2016).
Abs kontrol selAbs kontrol uji
%inhibisi = x 100%
Abs kontrol sel

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman Tembelekan


Daun tembelekan segar dideterminasi di Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong, Bogor. Determinasi tanaman
bertujuan untuk mengidentifikasi kebenaran identitas tanaman yang digunakan
pada penelitian. Hasil determinasi menunjukkan bahwa daun yang digunakan
dalam penelitian ini adalah benar daun tembelekan dengan nama latin (Lantana
camara L.) dan termasuk ke dalam suku Verbenaceae (Lampiran 2). Daun
tembelekan ini berbentuk bulat telur dengan pangkal tumpul dan ujung runcing,
serta bergerigi (Steenis et al.2006).

Gambar 3. Daun Tembelekan yang Diambil dari Koleksi Tanaman Balai


Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO)
Kementerian Pertanian RI, Cimanggu, Bogor (Dokumentasi
pribadi)
B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk
Daun tembelekan (Lantana camara L.) segar yang diperoleh dari koleksi
tanaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) Kementerian
Pertanian RI, Cimanggu, Bogor digunakan sebagai bahan uji pada penelitian ini.
Tanaman tembelekan merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada ketinggian 1-
700 m di atas permukaan laut (Steenis et al. 2006).
Daun tembelekan yang telah dikumpulkan, dibersihkan lalu dicuci dengan
menggunakan air mengalir, lalu ditiriskan. Pencucian dengan air mengalir
bertujuan agar tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada daun dapat terlepas
serta tidak menempel lagi (Depkes RI 1985). Selanjutnya dikeringkan dengan cara

10
dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam, hal ini bertujuan agar
senyawa aktif yang terkandung didalam daun tembelekan tidak rusak.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga tidak ditumbuhi
jamur dan kapang, mempermudah dalam pembuatan serbuk, dan menjamin agar
simplisia yang didapat tidak mudah rusak dan kualitasnya tetap baik sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Depkes RI 1985). Selanjutnya,
daun tembelekan yang telah kering dihaluskan dengan cara diblender hingga
didapat serbuk. Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan yang
kontak dengan cairan penyari sehingga kandungan kimia yang terlarut dalam
proses penyarian lebih banyak dan penyarian dapat berlangsung lebih sempurna
(Depkes RI 1986). Pengayakan dengan no mesh 40 bertujuan agar serbuk
ukurannya seragam sehingga didapat serbuk agak kasar (Depkes 2008).
C. Hasil Ekstraksi Etanol 70% Daun Tembelekan
Pada penelitian ini simplisia yang digunakan adalah simplisia kering yang
telah dibuat menjadi serbuk kering dan diekstraksi dengan menggunakan etanol
70%. Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari matriks
atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Hanani E 2016). Tujuan
dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia (Marjoni R 2016). Beberapa hal yang mempengaruhi
efisiensi ekstraksi, antara lain bahan tanaman yang digunakan, metode ekstraksi,
dan jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi (Depkes RI 2000).
Pembuatan ekstrak daun tembelekan dilakukan dengan metode maserasi.
Maserasi adalah proses pembuatan ekstrak dengan merendam simplisia dalam
pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar (Depkes RI 2000).
Metode maserasi dipilih untuk mencegah rusaknya kandungan senyawa-senyawa
tertentu dalam simplisia akibat adanya proses pemanasan. Selain itu metode
pengekstrakan dengan cara maserasi juga merupakan metode yang mudah dalam
pelaksanaan, sederhana, dan alat-alat yang digunakan mudah didapat (Depkes RI
1986).
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70% yang
merupakan pelarut bersifat universal karena dapat melarutkan senyawa-senyawa
organik yang terkandung dalam simplisia. Selain itu etanol tidak beracun, netral,

11
absorbansinya baik, kapang dan kuman sulit tumbuh, serta umumnya digunakan
untuk simplisia kering (Depkes RI 1986). Etanol juga bersifat polar sehingga
dapat menarik senyawa aktif yang bersifat polar seperti flavonoid (Tiwari et al.
2011). Penggunaan konsentrasi 70% dalam penelitian ini bertujuan untuk
memudahkan proses penarikan senyawa, karena simplisia yang digunakan adalah
simplisia kering sehingga kandungan air sebanyak 30% dapat melakukan
pembasahan terhadap serbuk. Pembasahan serbuk dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada pelarut untuk masuk kedalam
seluruh pori-pori simplisia, sehingga proses pertukaran pelarut di dalam sel
berlangsung lebih mudah dan cepat (Depkes RI 1986). Penggunaan etanol 70%
juga diharapkan mampu menarik zat-zat berkhasiat yang terdapat dalam senyawa.
Selain itu, dalam Farmakope Herbal Indonesia ada ketentuan pembuatan ekstrak
jika tidak dinyatakan lain gunakan etanol 70% (Depkes RI 2008).
Pada penelitian ini digunakan sebanyak 1000 g serbuk kering daun
tembelekan yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% sampai seluruh
serbuk terendam oleh cairan penyari. Perendaman dilakukan selama 6 jam
pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. Setelah
direndam, maserat dan ampasnya dipisahkan dengan cara filtrasi menggunakan
kain saring sampai diperoleh maserat 1 (Depkes RI 2008). Kemudian dilakukan
remaserasi sampai 3 kali. Hasil maserat yang didapat dari ekstrak etanol 70%
daun tembelekan dengan menggunakan pelarut etanol 16 liter yaitu sebanyak
15,179 liter yang kemudian dipekatkan menggunakan vacum rotary evaporator
pada suhu 45C hingga terbentuk ekstrak yang kental. Hasil pemekatan diperoleh
ekstrak kental sebanyak 146,2388 g dengan rendemen 14,6238% (Lampiran 4).
Hasil ekstraksi daun tembelekan dengan pelarut etanol 70% dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Gambar 4.

12
Gambar 4. Ekstrak Kental Etanol 70% Daun Tembelekan
(Dokumentasi Pribadi 2017)

Tabel 2. Hasil Ekstraksi Etanol 70% Daun Tembelekan


Bahan Jumlah
Daun tembelekan segar 12 Kg
Daun tembelekan kering 1100 g
Serbuk kering daun tembelekan 1000 g
Ekstrak kental daun tembelekan 146,2388 g
Rendemen 14,6238%

D. Hasil Pemeriksaan Mutu Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan


1. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan untuk mengetahui kebenaran suatu
simplisia atau ekstrak dengan menggunakan pancaindera yang bertujuan
memberikan pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin dari ekstrak
yang berupa bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI 2000). Hasil uji
organoleptis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan
Organoleptis
No. Jenis
Bentuk Bau Rasa Warna
1. Daun Tembelekan Segar Bulat Telur Khas Pahit Hijau Tua
2. Daun Tembelekan Kering Serbuk Khas Pahit Hijau Tua
3. Ekstrak Etanol 70% Kental Khas Pahit Cokelat
Daun Tembelekan Kehitaman

13
2. Pemeriksaan Kadar Air
Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan
dengan tujuan untuk mengetahui batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air di dalam bahan (Depkes RI 2000). Hasil pengujian kadar air
ekstrak etanol 70% daun tembelekan sebesar 8,59% (Lampiran 6). Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan air yang terkandung dalam ekstrak sebesar 8,59%
(Lampiran 5). Persyaratan yang baik untuk kadar air adalah kurang dari 10%, hal
ini untuk mencegah partumbuhan kapang dan mikroorganisme lain pada ekstrak
yang dapat menyebabkan perubahan kimia pada senyawa aktif dan mengakibatkan
kemunduran mutu ekstrak (Depkes RI 1985).
Tabel 4. Hasil Kadar Air Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan
No. Parameter Ekstrak daun tembelekan
1. Kadar Air 8,59%

E. Hasil Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis


Uji skrining fitokimia merupakan analisis awal atau analisis pendahuluan
untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu
tanaman yang akan diuji, dalam hal ini adalah daun tembelekan. Uji skrining
fitokimia dilakukan untuk menguji flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, steroid, dan
terpenoid. Sampel dinyatakan positif flavonoid jika disemprot pereaksi Sitoborat
menghasilkan fluoresensi kuning-hijau pada UV 366 nm (Wagner and Bladt
1996). Pada pengujian alkaloid hasil positif jika setelah plat disemprot dengan
dragendorff akan menunjukkan bercak coklat jingga berlatar belakang kuning
(Harborne 1987). Pada pengujian tanin hasil positif jika terbentuk bercak
berwarna hijau-kehitaman setelah disemprot menggunakan FeCl3 (Wagner et al.
1984). Pada pengujian saponin hasil posiif jika terbentuk warna biru hingga ungu
biru, kadang-kadang kekuningan setelah disemprot dengan menggunakan vanillin-
asam sulfat (Hanani E 2016). Sedangkan pada pengujian steroid dan terpenoid
setelah disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard, pada terpenoid akan
menghasilkan bercak berwarna kecoklatan atau violet dan steroid akan
menghasilkan bercak berwarna hijau kebiruan (Wijaya dkk. 2015).

14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil skrining fitokimia ekstrak daun
tembelekan ekstrak etanol 70% daun tembelekan positif mengandung alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid (Tabel 5 dan Lampiran 7).
Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Senyawa Pereaksi Pengamatan Hasil
Flavonoid Sitoborat Fluoresensi kuning hijau dan +
ungu pada UV 366 nm
Alkaloid Dragendorff Bercak coklat jingga +
Tanin FeCl3 Bercak hijau-kehitaman +
Saponin Vanilin-asam sulfat Bercak biru +
Steroid Liebermann-Burchard Bercak kecoklatan -
Terpenoid Liebermann-Burchard Bercak kecoklatan +
Keterangan : (+) mengandung senyawa, (-) tidak mengandung senyawa
F. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan (Lantana camara
L.) terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7)
Sitotoksik merupakan sifat toksik atau beracun suatu senyawa terhadap sel
yang hidup (Ricci and Zhong 2006). Uji sitotoksisitas adalah uji toksisitas secara
in vitro menggunakan kultur sel yang biasa digunakan untuk mendeteksi adanya
aktivitas anti-neoplastik dari suatu senyawa (Castilho et al. 2008). Uji
sitotoksisitas secara in vitro memiliki kelebihan diantaranya biaya yang lebih
murah, waktu lebih cepat, dan memerlukan sedikit senyawa untuk pengujian
dibanding secara in vivo (Djajanegara dan Wahyudi 2009). Dasar untuk
menetapkan nilai sitotoksik yaitu menggunakan Inhibition Concentration (IC50)
(Wahyuni FS dkk. 2011). Pengujian ini ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
sitotoksik dari ekstrak etanol 70% daun tembelekan terhadap sel kanker payudara
(MCF-7).
Pada pengujian sitotoksisitas, sel yang digunakan adalah sel MCF-7. Sel
ini dapat ditumbuhkan dalam medium penumbuh DMEM yang mengandung fetal
bovine serum (FBS) 10% dan antibiotik Penicilin-Streptomycin 1%. Adapun
pembanding dalam penelitian ini adalah sisplatin yang digunakan untuk
mengetahui nilai potensi relatif dari ekstrak. Sel kultur MCF-7 yang digunakan
untuk pengujian sitotoksik ini mempunyai kepadatan sel yang diperoleh 5,2 108
sel/ml.

15
Pengujian sitotoksisitas menggunakan metode MTT Assay. Uji MTT
merupakan suatu metode uji sitotoksik untuk menentukan jumlah sel yang hidup
berdasarkan pada perubahan garam kuning tetrazolium MTT menjadi kristal
formazan berwarna ungu dalam mitokondria yang aktif pada sel hidup, lalu
penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) akan melarutkan kristal
berwarna ini yang kemudian diukur absorbansinya dengan pembacaan ELISA
reader (CCRC 2013). Intensitas warna ungu dan absorbansi yang terbaca
berkorelasi langsung dengan jumlah sel hidup. Sehingga jika intensitas warna
ungu semakin besar maka absorbansi semakin besar dan berarti jumlah sel hidup
semakin banyak dan jumlah sel yang terhambat pertumbuhannya hanya sedikit.
Jika intensitas warna ungu semakin sedikit maka absorbansi yang terbaca semakin
kecil dan semakin sedikit pula jumlah sel yang hidup dan semakin banyak jumlah
sel yang terhambat pertumbuhannya (CCRC 2013 ; Wahyuni FS dkk. 2011).
Metode MTT dipilih dengan pertimbangan bahwa metode ini mudah, cepat,
akurat, dan juga hanya untuk mendeteksi sel yang hidup (Freshney 2010).
Pada pengujian sitotoksisitas terdapat 3 perlakuan yaitu kontrol uji
(ekstrak etanol 70% daun tembelekan dan sel kanker payudara MCF-7), kontrol
positif (sisplatin dan sel kanker payudara MCF-7), dan kontrol sel (sel kanker
payudara MCF-7 dan medium komplit). Pada uji sitotoksisitas ini juga digunakan
variasi konsentrasi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek respon dari
ekstrak terhadap persentase inhibisi sel kanker setelah inkubasi.
Hasil pengujian sitotoksisitas dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Berdasarkan hasil dari tabel 6, pada pemberian ekstrak etanol 70% daun
tembelekan dari konsentrasi 30 g/ml sampai dengan 960 g/ml terjadi kenaikan
persentase inhibisi. Pada konsentrasi terendah yaitu 30 g/ml jumlah sel hidup
masih banyak dilihat dari nilai persentase inhibisi yang kecil yaitu 18,6528%.
Namun, pada konsentrasi tertinggi yaitu 960 g/ml jumlah sel hidup semakin
sedikit dilihat dari nilai persentase inhibisi yang semakin besar yaitu 85,5440%.
Berdasarkan hasil dari tabel 7, pada pemberian sisplatin dari konsentrasi 1 g/ml
sampai dengan 32 g/ml menunjukkan adanya kenaikan persentase inhibisi. Pada
konsentrasi 1 g/ml jumlah sel hidup masih cukup banyak dilihat dari nilai
persentase inhibisi yang kecil yaitu sebesar 22,0553%, pada konsentrasi tertinggi

16
yaitu 32 g/ml didapat nilai persentase inhibisi paling besar yaitu 87,6857% yang
menunjukkan jumlah sel hidup sudah semakin sedikit. Pada hasil didapat nilai
IC50 ekstrak etanol 70% daun tembelekan adalah sebesar 139,2195 g/ml,
sedangkan nilai IC50 sisplatin adalah 3,8654 g/ml.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Persentase Inhibisi dan Nilai IC50 Ekstrak Etanol
70% Daun Tembelekan
Konsentrasi Log %Inhibisi Probit (Y) IC50
(g/ml) Konsentrasi (X) (g/ml)
960 2,9823 85,5440 6,0581
480 2,6812 80,5354 5,8596
240 2,3802 67,4784 5,4538 139,2195
120 2,0792 44,6805 4,8668 g/ml
60 1,7782 26,5976 4,3750
30 1,4771 18,6528 4,1110

Tabel 7. Hasil Perhitungan Persentase Inhibisi dan Nilai IC50 Sisplatin


Konsentrasi Log %Inhibisi Probit (Y) IC50
(g/ml) Konsentrasi (X) (g/ml)
32 1,5051 87,6857 6,1601
16 1,2041 80,4836 5,8596
8 0,9031 67,9275 5,4649 3,8654
4 0,6021 51,2435 5,0301 g/ml
2 0,3010 33,2815 4,5684
1 0 22,0553 4,2312

Dari hasil pada Tabel 6 dan Tabel 7 dibuat grafik hubungan antara
Konsentrasi dengan %Inhibisi (Gambar 5 dan Gambar 6) dan grafik hubungan
antara Log Konsentrasi (X) dengan Probit (Y) (Gambar 7 dan Gambar 8). Data
pada gambar 5 dan gambar 6 menggambarkan grafik hubungan antara konsentrasi
dengan %inhibisi terhadap sel MCF-7. Persentase inhibisi menunjukkan
banyaknya jumlah sel kanker yang terhambat pertumbuhannya. Dari hasil grafik
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase inhibisi seiring dengan
meningkatnya konsentrasi, terlihat dari semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
maka semakin tinggi pula nilai persentase inhibisi atau kemampuan
penghambatan pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7.

17
90
80
70
%Inhibisi 60
50
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Konsentrasi (g/ml)
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan %Inhibisi Ekstrak
Etanol 70% Daun Tembelekan terhadap Sel MCF-7
100
90
80
70
%Inhibisi

60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (g/ml)
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan %Inhibisi
Sisplatin terhadap Sel MCF-7

Pada gambar 7 dan gambar 8 menggambarkan grafik hubungan antara log


konsentrasi dengan probit terhadap sel MCF-7, dari hubungan ini didapat nilai
Inhibition Concentration (IC50) yang merupakan konsentrasi penghambatan
pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 sebesar 50% dari populasi dan
menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel kanker payudara
MCF-7, semakin besar nilai IC50 maka penghambatan pertumbuhan sel semakin
kecil dan senyawa tersebut semakin tidak toksik dan semakin kecil nilai IC 50 maka
penghambatan pertumbuhan sel semakin besar dan senyawa tersebut semakin
toksik (Wahyuni FS dkk. 2011).

18
7
6
5

Probit
4 y = 1,4024x + 1,9937
3 R = 0,9910
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log Konsentrasi
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Log Konsentrasi dengan Probit Ekstrak
Etanol 70% Daun Tembelekan terhadap Sel MCF-7

5
y = 1,3243x + 4,2224
Probit

4
R = 0,9982
3

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Log Konsentrasi

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Log Konsentrasi dengan Probit


Sisplatin terhadap Sel MCF-7

Dari hasil perhitungan, didapat nilai IC50 ekstrak etanol 70% daun
tembelekan adalah sebesar 139,2195 g/ml, sedangkan nilai IC50 sisplatin adalah
3,8654 g/ml (Lampiran 13 dan 14). Menurut Priyanto (2009), jika suatu zat
memiliki nilai IC50 kurang dari 1000 g/ml maka dianggap sitotoksik, dengan
demikian ekstrak etanol 70% daun tembelekan bersifat sitotoksik terhadap sel
kanker payudara (MCF-7). Dari data IC50 didapat nilai potensi relatif dari ekstrak
etanol 70% daun tembelekan yaitu sebesar 0,0278 kali sisplatin. Potensi relatif
didapatkan dari perbandingan nilai IC50 sisplatin dengan nilai IC50 ekstrak etanol
70% daun tembelekan.
Pada penelitian ini aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 70% daun
tembelekan lebih kecil dibanding sisplatin, dilihat dari nilai IC50 ekstrak etanol
70% daun tembelekan yang lebih besar daripada nilai IC50 sisplatin, hal ini

19
menunjukkan bahwa sisplatin lebih baik dan potensi dibanding dengan ekstrak
etanol 70% daun tembelekan. Sisplatin merupakan obat umum yang digunakan
dalam pengobatan kanker yang memiliki mekanisme kerja dengan membentuk
hubungan melintang (cross linking) antara dua rangkaian DNA dan mencegah
mitosis sel, sehingga menyebabkan proses pembentukan sel terganggu dan terjadi
hambatan pertumbuhan sel kanker (Siswandono dan Soekardjo 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun tembelekan
bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Hal ini diperkirakan
karena adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan
terpenoid. Mekanisme kerja alkaloid yaitu memacu apoptosis melalui mekanisme
penghambatan enzim DNA Topoismerase II, yaitu suatu enzim yang berperan
penting dalam proses replikasi, transkripsi, rekombinasi DNA, dan proliferasi dari
sel kanker (Sukardiman dkk. 2006). Senyawa flavonoid memiliki mekanisme
penghambatan aktivitas DNA topoisomerase I/II sehingga memacu apoptosis
(Ren et al. 2003). Senyawa tanin berperan sebagai antiproliferatif sel kanker yang
bekerja pada tingkat sel dengan memblokade fase S dari siklus sel (Mustafida
dkk. 2014). Menurut Mustafida dkk. (2014) saponin dapat menginduksi apoptosis
dan menghambat proses angiogenesis. Sedangkan terpenoid dapat menghambat
proliferasi sel dan memacu terjadinya apoptosis dengan memblok siklus sel pada
fase G2 atau M serta dengan menghambat enzim Topoisomerase I dan II (Nirwana
2015).

20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% daun
tembelekan (Lantana camara L.) memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker
payudara (MCF-7) secara in vitro dengan nilai IC50 sebesar 139,2195 g/ml.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengisolasi dan
mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol daun
tembelekan yang mempunyai aktivitas sitotoksik.

21
DAFTAR PUSTAKA

American Type Culture Collection. 2013. Breast Cancer and Normal Cell Lines.
Diambil dari: http://www.atcc.org diakses pada tanggal 31 Maret 2017.
American Type Culture Collection. 2016. MCF-7. Diambil dari:
http://www.atcc.org diakses pada tanggal 31 Maret 2017.
Arbiastutie Y, Marsono D, Hartati MS, Purwanto R. 2017. The Potential of
Understorey Plants From Gunung Gede Pangrango National Park (West
Java, Indonesia) as Cervixs Anticancer Agents. Biodiversitas. 18(1): 109-
115.

Bray F, Jemal A, Grey N, Ferlay J, Forman D. 2012. Global Cancer Transitions


According to The Human Development Index (2008-2030) : a Population
Based Study. The Lancet Oncology. 13(8) : 790-801.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2010. Prosedur Tetap Panen
Sel. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Hlm. 1-3.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2010. Prosedur Tetap
Pembuatan Media. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Hlm. 1-5.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2010. Prosedur Tetap
Perhitungan Sel. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Hlm. 1-4.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2010. Prosedur Tetap
Preparasi Sampel. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Hlm. 1-3.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2013. Protokol Uji Sitotoksik
Metode MTT. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Hlm. 1-8.
Castilho LR, Moraes AM, Augusto EFP, Butler M. 2008. Animal Cell Technology
: From Biopharmaceuticals to Gene Therapy. Taylor and Francis Group.
New York. Hlm.32.
Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta. Hlm.66.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm.7, 10-17.
Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenika. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm. 2-6, 10-12.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm. 549-553.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm.17.

22
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm.
7-11, 14, 31.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 2..
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hlm.191-192.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm.169-
171, 172, 174-175.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim &
Kanker Payudara. Direktorat Jenderal PP & PL. Jakarta. Hlm 11-15.
Diananda R. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Kata Hati. Yogyakarta.
Djajanegara I dan Wahyudi P. 2009. Pemakaian Sel Hela dalam Uji Sitotoksisitas
Fraksi Ethanol Biji Mimba (Azadirachta indica). Biosfera. 26(2): 59-64.
Dona R, Sulistyani N, Nurani LH. 2016. Uji Sitotoksisitas dan Antiproliferatif
Ekstrak Etanol Daun Leunca (Solanum nigrum, L.) terhadap Sel Raji.
Pharmaciana. 6(2): 181-190.
Ellis EO, Schnitt SJ, Sastre GX, Bussolati G, Tavassaoli FA, Eusebi V. 2003.
Pathology and Genetic of Tumours of The Breast and Female Genital
Organs / WHO Classification of Tumours. IARC Press. Washington.
Hlm.10, 34-36.
Freshney RI. 2010. Culture of Animal Cells : A Manual of Basic Technique and
Specialized Applications. Sixth Edition. Wiley-Blackwell. Toronto. Hlm.
337.
Ganiswarna S. 2006. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm.686.
Ganjewala D, Sam S, Khan KH. 2009. Biochemical Compositions and
Antibacterial Activities of Lantana camara Plants with Yellow, Lavender,
Red and White Flowers. EurAsian Journal of BioSciences. 3 : 69-77.
Gomes de Melo J, de Sousa Arajo TA, Thijan Nobre de Almeida e Castro V,
Lyra de Vasconcelos Cabral D, do Desterro Rodrigues M, Carneiro do
Nascimento S, Lucia Cavalcanti de Amorim E, and Paulino de
Albuquerque U. 2010. Antiproliferative Activity, Antioxidant Capacity
and Tannin Content in Plants of Semi-arid Northeastern Brazil. Molecules.
15(12): 8534-8542.
Hanani E. 2016. Analisis Fitokimia. EGC. Jakarta. Hlm.10, 14-15, 22, 149, 232-
240.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. ITB. Bandung. Hlm.105, 147, 152-153, 239.

23
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012).
GLOBOCAN 2012: Estimated Cancer Incidence, Mortality, and
Prevalence Worldwide in 2012.
(http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx) pada tanggal
26 januari 2017.

Kalita S, Kumar G, Karthik L, Rao. 2012. A Review on Medicinal Properties of


Lantana camara Linn. Research Journal of Pharmacy and Technology.
5(6): 711-715.
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2013. Farmakologi dasar dan klinik. vol 2
Edisi 12. EGC. Jakarta. Hlm.1081.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Hlm.47.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Jakarta. Hlm.1.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan Edisi Semester I. Jakarta.
Lukas S. 2011. Formulasi Steril. Andi. Yogyakarta. Hlm.105, 113.
Marjoni Riza. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Trans
Info Media. Jakarta. Hlm 17.
Meiyanto E, Susidarti RA, Handayani S, Rahmi F. 2008. Ekstrak Etanolik Biji
Buah Pinang (Areca catechu L.) Mampu Menghambat Proliferasi dan
Memacu Apoptosis Sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia. 19(1):1219.
Mustafida RY, Munawir A, Dewi R. 2014. Efek Antiangiogenik Ekstrak Etanol
Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada
Membran Korio Alantois (CAM) Embrio Ayam. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan. 2(1): 4-8.
Nasution RB. 2003. Skirining Toksisitas Beberapa Fraksi Methanol Dari Daun
Lantana camara L. Jurnal sains kimia. 7(2): 51-54.
Nirwana AP. 2015. Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Daun Benalu Kersen
(Dendrophtoe Pentandra L. Miq.) Terhadap Kultur Sel Kanker Nasofaring
(Raji Cell Line). Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Olson J. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Terjemahan: Chandranata L. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 163.
Price SA and Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol 1. Terjemahan: Pendit BU, Hartanto H, Wulansari
P, Mahanani DA. EGC. Jakarta. Hlm.155-156.

24
Price SA and Wilson LM. 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol 2. Terjemahan: Pendit BU, Hartanto H, Wulansari
P, Mahanani DA. EGC. Jakarta. Hlm. 1303, 1306.
Priyanka N, Joshi PK. 2013. A Review of Lantana camara Studies in India.
International Journal of Scientific and Research Publications. 3(10): 1-11
Priyanto. 2009. Toksikologi : Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian
Risiko. Leskonfi. Depok. Hlm.179.

Raharjo SJ dan Ningsih RW. 2015. Aktivitas Sitotoksik Hasil Partisi Etil Asetat
Ekstrak Petroleum Eter Dan Ekstrak Metanol Daun Kayu Apu (Pistiae
Folium). Traditional Medicine Journal. 20(3): 134-139.
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L. 2003. Flavonoids: Promising
Anticancer Agents. Medicinal Research Reviews. 23(4): 519-534

Ricci MS and Zhong WX. 2006. Chemotherapeutic Approaches for Targetting


Cell Death Pathways. The Oncologist. 11: 342-357.

Saxena M, Saxena J and Khare S. 2012. A Brief Review on: Therapeutical


Values of Lantana camara Plant. International Journal of Pharmacy and
Life Science. India. 3(3) : 1551-1554.
Siswandono, Soekardjo B. 2008. Kimia Medisinal. Edisi 2. Airlangga University
Press. Surabaya. Hlm.163-183.
Steenis VCGGJ, Bloembergen S, Eyma PJ. 2006. Flora Untuk Sekolah di
Indonesia. diterjemahkan oleh Surjowinoto M. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.
Sugianti N. 2007. Brine Shrimp Lethality Test Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan
Tembelekan (Lantana Camara L) Beserta Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Sukardiman, Ekasari W, Hapsari PP. 2006. Aktivitas Antikanker dan Induksi
Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L) terhadap
Kultur Sel Kanker Mieloma. Media Kedokteran Hewan. 22(2): 104-111.
Supardjan AM dan Meiyanto E. 2002. Efek Antiproliferatif Pentagamavunon- 0
Terhadap Beberapa Sel Kanker. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and
Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 1(1): 98-
106.
Wagner H, Bladt S, Zgainski E. 1984. Plant Drug Analysis : A Thin Layer
Chromatography Atlas. Springer-Verlag. New York. Hlm. 288-304.

25
Wagner H, Bladt S. 1996. Plant Drug Analysis : A Thin Layer Chromatography
Atlas. Second Edition. Springer-Verlag. New York. Hlm. 197, 335.
Wahyuni FS, Sutma S, Aldi Y. 2011. Uji Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit
Buah Asam Kandis (Garcinia Cowa Roxb.) Terhadap Sel Kanker
Payudara T47D Dengan Metoda MTT (Microtetrazolium) Assay. Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi. 16(2): 209-215

WHO. 2002. WHO Traditional Medicine Strategy 2002-2005. World Health


Organization. Geneva.
Wijaya D, Purnama PY, Setya RA, Rizal M. 2015. Screening Fitokimia dan
Aktivitas Antioksidan Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal
Kimia Valensi. 1(1) : 65-69.

26
Lampiran 1. Skema Penelitian

Rancangan Penelitian

Determinasi dan
pengumpulan bahan

Simplisia daun tembelekan

Penyiapan bahan
Pembuatan serbuk dan
ekstraksi

Pemeriksaan mutu ekstrak


1. Organoleptis
2. Kadar air

Skrining fitokimia pp
dengan
metode KLT
Pp

Sterilisasi alat

Pembuatan reagen 1. Larutan PBS


2. MTT
3. Medium Komplit

Pembuatan larutan uji dan


sisplatin Seri Konsentrasi Uji 30;
60; 120; 240; 480; 960
g/ml dan sisplatin 1; 2; 4;
8; 16; 32 g/ml

Uji sitotoksisitas dengan


metode MTT Assay

Analisa data

27
Lampiran 2. Surat Hasil Determinasi Daun Tembelekan

28
Lampiran 3. Skema Ekstraksi Daun Tembelekan

Daun tembelekan
(Lantana camara L.)

Dibersihkan dengan cara


Ditimbang
dicuci dengan air
mengalir, lalu ditiriskan

Diperoleh ekstrak kental


Dikeringkan dengan cara
etanol 70% daun
dijemur dibawah sinar
tembelekan
matahari dengan ditutupi
kain hitam

Maserat di pekatkan
Simplisia kering dengan vacuum rotary
evaporator pada suhu
45C
Dihaluskan hingga
menjadi serbuk
Diperoleh maserat

Diayak dengan
ayakan mesh 40
Dilakukan remaserasi
hingga 3 kali

Serbuk daun
tembelekan Dimaserasi dengan pelarut
ditimbang 1000 etanol 70% 6 L
gg

29
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Rendemen

Berat ekstrak kental


Rendemen = 100%
Berat serbuk kering

Diketahui :
a. Berat ekstrak kental etanol 70% daun tembelekan = 146, 2388 g
b. Berat serbuk kering daun tembelekan = 1000 g
146,2388 g
Rendemen ekstrak etanol 70% daun tembelekan = 100%
1000 g

= 14,6238%

30
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Mutu Ekstrak (Organoleptis dan Kadar Air)
Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan

1. Organoleptis
Organoleptis
No. Jenis
Bentuk Bau Rasa Warna
1. Daun Tembelekan Segar Bulat Telur Khas Pahit Hijau Tua
2. Daun Tembelekan Kering Serbuk Khas Pahit Hijau Tua
3. Ekstrak Etanol 70% Kental Khas Pahit Cokelat
Daun Tembelekan Kehitaman

2. Penetapan Kadar Air


Bobot ekstrak
%Kadar air = 100%
Volume
Diketahui :
a. Bobot ekstrak = 10,48 g
b. Volume air = 0,9 ml
V
%Kadar air = 100%
W
Keterangan: W = bobot ekstrak (gram)
V = volume air (ml)
0,9 ml
%Kadar air = 100%
10,48 g

= 8,59%

31
Lampiran 6. Sertifikat Uji Kadar Air

32
Lampiran 7. Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun
Tembelekan dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

Sebelum Semprot Sesudah Semprot


Senyawa
Tanpa UV UV 254 UV 366 Tanpa UV UV 254 UV 366

Flavonoid

Alkaloid

Tanin

33
Lampiran 7. (Lanjutan)
Sebelum Semprot Sesudah Semprot
Senyawa
Tanpa UV UV 254 UV 366 Tanpa UV UV 254 UV 366

Saponin

Steroid/
Terpenoid

34
Lampiran 8. Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

1. Larutan Baku Ekstrak


Sebanyak 10 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan DMSO
sebanyak 1 ml sehingga konsentrasi larutan induk 10000 ppm. Kemudian
ekstrak dipipet sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan. Dengan total
volume larutan yang akan dibuat yaitu 3000 l.
288 l 1500 l 1500 l 1500 l 1500 l 1500 l

Konsentrasi yang Volume ekstrak Volume medium komplit


akan dibuat (g/ml) yang diambil (l) yang ditambahkan (l)
960 288 2712
480 1500 1500
240 1500 1500
120 1500 1500
60 1500 1500
30 1500 1500

2. Perhitungan dan Pembuatan konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan


dengan pengenceran bertingkat
Perhitungan
V1 N1 = V2 N2
Keterangan : V1 = Volume yang akan diambil dari larutan induk 1 (l)
N1 = Konsentrasi larutan induk (g/ml)
V2 = Total volume larutan yang akan dibuat (l)
N2 = Konsentrasi larutan yang diinginkan (g/ml)

Konsentrasi 960 ppm


V1N1 = V2N2
V1 . 10000 ppm = 3000 l. 960 ppm
3000 l 960 ppm
V1 =
10000 ppm

= 288 l + medium komplit ad 3000 l

35
Lampiran 8 (Lanjutan)
Konsentrasi 480 ppm
V1 . 960 ppm = 3000 l. 480 ppm
3000 l 480 ppm
V1 =
960 ppm

= 1500 l + medium komplit ad 3000 l


Konsentrasi 240 ppm
V1 . 480 ppm = 3000 l. 240 ppm
3000 l 240 ppm
V1 =
480 ppm

= 1500 l + medium komplit ad 3000 l


Konsentrasi 120 ppm
V1 . 240 ppm = 3000 l. 120 ppm
3000 l 120 ppm
V1 =
240 ppm

= 1500 l + medium komplit ad 3000 l


Konsentrasi 60 ppm
V1 . 120 ppm = 3000 l. 60 ppm
3000 l 60 ppm
V1 =
120 ppm

= 1500 l + medium komplit ad 3000 l


Konsentrasi 30 ppm
V1 . 60 ppm = 3000 l. 30 ppm
3000 l 30 ppm
V1 =
60 ppm

= 1500 l + medium komplit ad 3000 l

36
Lampiran 9. Pembuatan Konsentrasi Sisplatin
1. Larutan Baku Sisplatin
Sisplatin dengan konsentrasi 1 mg/ml atau 1000 ppm. Kemudian
diencerkan menjadi 100 ppm, lalu 50 ppm. Dibuat konsentrasi sebagai berikut:
Konsentrasi yang Volume sisplatin Volume medium komplit
akan dibuat (g/ml) yang diambil (l) yang ditambahkan (l)
32 2240 1260
16 1750 1750
8 1750 1750
4 1750 1750
2 1750 1750
1 1750 1750

2. Perhitungan dan Pembuatan konsentrasi sisplatin yang dibutuhkan


dengan pengenceran bertingkat
Perhitungan
V1 N1 = V2 N2
Keterangan : V1 = Volume yang akan diambil dari larutan induk 1 (l)
N1 = Konsentrasi larutan induk (g/ml)
V2 = Total volume larutan yang akan dibuat (l)
N2 = Konsentrasi larutan yang diinginkan (g/ml)

Sisplatin konsentrasi 32 ppm


V1N1 = V2N2
V1 . 50 ppm = 3500 l. 32 ppm
3500 l 32 ppm
V1 =
50 ppm

= 2240 l + medium komplit ad 3500 l


Sisplatin konsentrasi 16 ppm
V1N1 = V2N2
V1 . 32 ppm = 3500 l. 16 ppm
3500 l 16 ppm
V1 =
32 ppm

= 1750 l + medium komplit ad 3500 l

37
Lampiran 9 (Lanjutan)
Sisplatin konsentrasi 8 ppm
V1N1 = V2N2
V1 . 16 ppm = 3500 l. 8 ppm
3500 l 8 ppm
V1 =
16 ppm

= 1750 l + medium komplit ad 3500 l


Sisplatin konsentrasi 4 ppm
V1N1 = V2N2
V1 . 8 ppm = 3500 l. 4 ppm
3500 l 4 ppm
V1 =
8 ppm

= 1750 l + medium komplit ad 3500 l


Sisplatin konsentrasi 2 ppm
V1N1 = V2N2
V1 . 4 ppm = 3500 l. 2 ppm
3500 l 2 ppm
V1 =
4 ppm

= 1750 l + medium komplit ad 3500 l


Sisplatin konsentrasi 1 ppm
V1N1 = V2N2
V1 . 2 ppm = 3500 l. 1 ppm
3500 l 1 ppm
V1 =
2 ppm

= 1750 l + medium komplit ad 3500 l

38
Lampiran 10. Skema Uji Sitotoksisitas dengan Metode MTT Assay

100 l suspensi sel

Inkubasi dalam
Inkubator CO2
pada suhu 37C
selama 24 jam
Medium dibuang

Tambahkan larutan uji 100l pada


sumuran secara triplo untuk
masing-masing konsentrasi
Inkubasi dalam
Inkubator CO2
pada suhu 37C
Microplate dibalik untuk selama 24 jam
membuang medium

Sebanyak 100l MTT ditambahkan


kedalam sumuran Inkubasi dalam
Inkubator CO2
pada suhu 37C
Microplate dibalik untuk
selama 3 jam
membuang medium

Tambahkan DMSO sebanyak 100l


kedalam sumuran

Absorbansi dibaca dengan


menggunakan ELISA Reader
panjang gelombang 630 nm

39
Lampiran 11. Data Hasil Pembacaan Menggunakan ELISA Reader Panjang
Gelombang 630 nm

Kontrol Uji Kontrol Positif Kontrol Sel

40
Lampiran 12. Pemetaan Pengisian Larutan Sebagai Kontrol Uji, Kontrol
Positif, dan Kontrol Sel pada Microplate 96 well

Keterangan :

1. C 1,2,3 H 1,2,3 : Kontrol uji berisi sel kanker, ekstrak etanol 70% daun
tembelekan, dan medium komplit
2. A 4,5,6 F 4,5,6 : Kontrol positif berisi sel kanker, sisplatin, dan medium
komplit
3. H 7 ,8, 9 : Kontrol sel berisi sel kanker dan medium komplit
Konsentrasi ekstrak etanol 70% daun tembelekan yang digunakan :
1. Sumuran C 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 30 g/ml
2. Sumuran D 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 60 g/ml
3. Sumuran E 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 120 g/ml
4. Sumuran F 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 240 g/ml
5. Sumuran G 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 480 g/ml
6. Sumuran H 1-3 : Kontrol uji konsentrasi 960 g/ml
Konsentrasi sisplatin yang digunakan :
1. Sumuran A 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 1 g/ml
2. Sumuran B 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 2 g/ml
3. Sumuran C 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 4 g/ml
4. Sumuran D 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 8 g/ml
5. Sumuran E 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 16 g/ml
6. Sumuran F 4-6 : Kontrol positif sisplatin konsentrasi 32 g/ml

41
Lampiran 13. Hasil Pembacaan dan Perhitungan IC50 Menggunakan ELISA
Reader Panjang Gelombang 630 nm pada Ekstrak Etanol 70%
Daun Tembelekan terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7)

Lantana camara L. Rata- % % Log Probit IC50


rata Inhibisi Hidup Kons (Y) (g/ml)
Kons Absorbansi
Abs. (X)
(g/ml) I II III
960 0,086 0,082 0,083 0,0837 85,5440 14,4560 2,9823 6,0581
480 0,111 0,113 0,114 0,1127 80,5354 19,4646 2,6812 5,8596
240 0,169 0,096 0,300 0,1883 67,4784 32,5216 2,3802 5,4538 139,2195
120 0,550 0,181 0,230 0,3203 44,6805 55,3195 2,0792 4,8668 g/ml
60 0,412 0,432 0,431 0,4250 26,5976 73,4024 1,7782 4,3750
30 0,481 0,460 0,472 0,4710 18,6528 81,3472 1,4771 4,1110
Kontrol 0,572 0,579 0,586 0,579
Sel
Contoh perhitungan %inhibisi dan %hidup pada ekstrak etanol 70% daun
tembelekan (Lantana camara L.) dengan konsentrasi 960 g/ml :
Kontrol selkontrol uji
%Inhibisi = 100%
kontrol sel
0,5790,0837
= 100%
0,579

= 85,5440%
%Hidup = 100% - 85,5440%
= 14,456%
Perhitungan IC50 ekstrak etanol 70% daun tembelekan dengan memasukkan
persamaan log konsentrasi (x) dan probit (y) ke dalam regresi linear sehingga
didapat:
A = 1,9937 Y = a + bx
B = 1,4024 5 = 1,9937 + 1,4024 x
5 1,9937
R = 0,9910 x=
1,4024

= 2,1437
Antilog 2,1437 = 139,2195 g/ml
IC50 = 139,2195 g/ml

42
Lampiran 14. Hasil Pembacaan dan Perhitungan IC50 Menggunakan ELISA
Reader Panjang Gelombang 630 nm pada Sisplatin terhadap
Sel Kanker Payudara (MCF-7)

Sisplatin Rata- % % Log Probit IC50


Kons Absorbansi rata Inhibisi Hidup Kons (Y) (g/ml)
(g/ml) Abs. (X)
I II III
32 0,072 0,071 0,071 0,0713 87,6857 12,3143 1,5051 6,1601
16 0,114 0,112 0,113 0,1130 80,4836 19,5164 1,2041 5,8596
8 0,189 0,186 0,182 0,1857 67,9275 32,0725 0,9031 5,4649 3,8654
4 0,280 0,282 0,285 0,2823 51,2435 48,7565 0,6021 5,0301 g/ml
2 0,382 0,384 0,393 0,3863 33,2815 66,7185 0,3010 4,5684
1 0,453 0,452 0,449 0,4513 22,0553 77,9447 0 4,2312
Kontrol
0,572 0,579 0,586 0,579
Sel

Contoh perhitungan %inhibisi dan %hidup pada sisplatin dengan konsentrasi


32 g/ml :
Kontrol selkontrol uji
%Inhibisi = 100%
kontrol sel
0,5790,0713
= 100%
0,579

= 87,6857%
%Hidup = 100% - 87,6857%
= 12,3143%
Perhitungan IC50 sisplatin dengan memasukkan persamaan log konsentrasi (x) dan
probit (y) ke dalam regresi linear sehingga didapat:
A = 4,2224 Y = a + bx
B = 1,3243 5 = 4,2224 + 1,3243 x
5 4,2224
R = 0,9982 x=
1,3243

= 0,5872
Antilog 0,5872 = 3,8654 g/ml
IC50 = 3,8654 g/ml

43
Lampiran 15. Perhitungan Potensi Relatif antara Ekstrak Etanol 70% Daun
Tembelekan dengan Kontrol Positif Sisplatin

Nilai IC50 Sisplatin


Potensi Relatif =
Nilai IC50 Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan

Diketahui :

a. Nilai IC50 Sisplatin = 3,8654 g/ml

b. Nilai IC50 Ekstrak Etanol 70% Daun Tembelekan = 139,2195 g/ml

3,8654 g/ml
Potensi Relatif =
139,2195 g/ml

= 0,0278 kali sisplatin

44
Lampiran 16. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Penelitian

Fetal Bovine Serum Dulbecco's Modified Medium komplit


(FBS) Eagle's Medium (DMEM)

Trypsin-EDTA Penicillin-Streptomycin Phospat Buffer Saline


(PBS)

MTT Botol duran Mikroskop

Laminar Air Flow ELISA reader Pipet controller


(LAF)

45
Lampiran 16 (Lanjutan)

Multichannel pipettes Mikropipet Botol T-flask

Oven Neraca analitik Inkubator CO2

Tabung centrifuge Microplate 96 well Microsyringe

Waterbath Vacuum rotary Maserator


evaporator

46

Vous aimerez peut-être aussi