Vous êtes sur la page 1sur 31

AQUACULTURE SOCIETY AND PAPER COMPETITION 2015

BAGASSE-ASH-AEROGEL : AEROGEL BERBAHAN ABU BAGASSE


SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENGATASI PENCEMARAN LAUT
OLEH TUMPAHAN MINYAK

Disusun Oleh:
Hafizh Tandiyanto P/ 135061100111007/ 2013
Afham Kilmi / 135061100111006/ 2013
Moh. Rifandi Djufri / 135061100111001/ 2013

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : ELYSA KESEL (Eco-Friendly Conservated Concrete


shell) : Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang dan Beton sebagai green
concrete guna menciptakan bangunan ramah lingkungan

2. Bidang Kegiatan : PKM-P

3. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap : Rizki Robbi Rahman Alam
b. NIM : 145060407111007
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Pengairan
d. Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
e. Alamat Rumah :
f. No. Telp/ Hp :
g. E-mail :
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/penulis : 3 Orang
5. Dosen Pembimbing :
a.Nama Lengkap : Dr.Eng.Evi Nur Cahya, ST.,MT
b. NIDN :
c. Alamat rumah :
d. No. Telp/ HP : +628155525610
Malang, 3 November 2016
Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Pelaksana
Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa

(--------------------------------) Rizki Robbi Rahman Alam


NIP/NIK. NIM. 145060407111007

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/ Dosen Pemdamping


Direktur Politeknik/ Ketua Sekolah Tinggi

(--------------------------------) (--------------------------------)
NIP/NIK. NIDN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya karya tulis yang berjudul BAGASSE-ASH-AEROGEL :
AEROGEL BERBAHAN ABU BAGASSE SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENGATASI PENCEMARAN LAUT OLEH TUMPAHAN MINYAK ini
dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti
AQUACULTURE SOCIETY AND PAPER COMPETITION (ASPECT) 2015.
Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT selaku Pembantu Dekan III Fakultas


Teknik..
2. Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS selaku Ketua Jurusan Teknik
Kimia Universitas Brawijaya
3. Ir. Bambang Poerwadi, MS. selaku dosen pembimbing
4. Seluruh mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya
Kami menyadari bahwakarya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini.Demikian, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
kita semua.

Malang, Desember 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i


HALAMAN PENGESAHAN ------------------------------------------------------ ii
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- vii
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------- 2
1.3 Tujuan ------------------------------------------------------------------------- 3
1.4 Manfaat ----------------------------------------------------------------------- 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia ----------------------------- 3
2.2 Pencemaran Minyak di Lautan -------------------------------------------- 3
2.3 Adsorpsi --------------------------------------------------------------------- 4
2.3.1 Adsorpsi Secara Fisika----------------------------------------------- 6
2.3.2 Adsorpsi Secara Kimia ---------------------------------------------- 7
2.4 Adsorben --------------------------------------------------------------------- 7
2.5 Abu Bagasse ----------------------------------------------------------------- 8
2.6 Aerogel ---------------------------------------------------------------------- 8

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 TeknikPengumpulan Data ------------------------------------------------- 11
3.2 Teknik Pengolahan Data -------------------------------------------------- 11
3.3 Teknik Analisis Data ------------------------------------------------------- 11

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Potensi Abu Bagasse sebagai Bahan Baku Silika Aerogel ------------ 13

iv
4.2 Mekanisme Kerja Bagasse-Ash-Aerogel pada Proses
Purifikasi Laut dari Tumpahan Minyak ---------------------------------- 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------ 17
5.2 Saran -------------------------------------------------------------------------- 17

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------- 18

LAMPIRAN-LAMPIRAN------------------------------------------------------ 20

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1------------------------------------------------------------------------------ 10
Gambar 4.1------------------------------------------------------------------------------ 14
Gambar 4.2------------------------------------------------------------------------------ 15
Gambar 4.3------------------------------------------------------------------------------ 16

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 ----------------------------------------------------------------------------- 1

vii
BAGASSE-ASH-AEROGEL : AEROGEL BERBAHAN ABU BAGASSE
SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENGATASI PENCEMARAN LAUT

OLEH TUMPAHAN MINYAK


Putra, Hafizh Tandiyanto, Afham Kilmi, dan Mohamad Rifandi Djufri
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah
perikanan di laut sekitar 5,8 juta km2 dengan tingkat biobiversitas yang paling
tinggi. Keseimbangan ekosistem kelautan seringkali tercemar oleh berbagai hal,
salah satunya diakibatkan oleh tumpahan minyak. Pencemaran minyak dapat
mengurangi produktivitas hasil kelautan Indonesia. Metode yang umumnya
dilakukan untuk mengatasi pencemaran minyak adalah bioremediasi
menggunakan mikroorganisme tertentu yang masih memiliki beberapa
kelemahan. Aerogel merupakan bahan yang dipertimbangkan sebagai adsorben
minyak. Abu bagasse merupakan limbah industri gula yang memiliki kandungan
silika (Si) sebesar 55,5%. Silika adalah bahan dasar dalam pembuatan aerogel.
Karya ilmiah ini bertujuan memaparkan potensi aerogel berbahan dasar abu
bagasse sebagai solusi penyelamatan perairan kelautan dari pencemaran minyak.
Sintesis aerogel meliputi ekstraksi basa dan pembuatan sol-gel dengan bahan
dasar abu bagasse, proses aging dan pengeringan pada kondisi operasi tertentu.
Aerogel yang dihasilkan memiliki sifat hidrofobik dan porositas yang besar
sehingga berpotensi sebagai adsorben yang baik untuk minyak. Minyak yang
mencemari lautan memiliki sifat hidrofobik sebagaimana yang dimiliki oleh
aerogel. Adanya pori disertai prinsip like-dissolve-like merupakan dasar yang
menyebabkan minyak dapat terserap ke dalam aerogel. Dengan demikian, air laut
dapat terbebas dari pencemaran minyak. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan studi pustaka dan penelusuran informasi. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan langkah-langkah perumusan masalah dan penentuan ruang lingkup
permasalahan. Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah aerogel
merupakan teknologi tepat guna yang menjadi solusi implementatif dalam
mengatasi pencemaran air laut oleh tumpahan minyak. Penggunaan aerogel
diharapkan dapat menjadi solusi alternatif penyelamatan ekosistem perairan laut
di Indonesia.

Kata kunci: aerogel, abu bagasse, adsorben, pencemaran laut

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas,
sekitar 2/3 wilayah negara ini berupa lautan. Sebagai Negara Kepulauan terbesar
di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari
wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2. Cakupan yang demikian besar dan luas,
tentu saja laut Indonesia mengandung keanekaragaman yang sangat potensial,
baik hayati dan non-hayati yang tentunya memberikan nilai yang besar pada
sumberdaya alam seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang
bernilai ekonomi tinggi, wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak
dan gas bumi, mineral langka dan juga media transportasi antar pulau yang sangat
ekonomis (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014). Namun, potensi kelautan
ini mengalami degradasi seiring berjalannya waktu. Salah satu faktor utama
penyebabnya adalah ketidakseimbangan ekosistem laut akibat ancaman
pencemaran. Menurut Greenpeace (2013), limbah industri terutama logam berat
dan senyawa organolokrin, pembuangan limbah organik, limbah pertanian, dan
pencemaran minyak merupakan polutan-polutan utama penyebab kematian pada
organisme-organisme bawah laut seperti terumbu karang dan ikan.
Semakin banyaknya polutan yang tidak diimbangi dengan manajemen
perikanan yang baik, menyebabkan produksi ikan di Indonesia menjadi menurun.
Akibatnya, terjadi kelangkaan yang terlihat dari semakin mengecilnya ukuran
ikan, turunnya jumlah tangkapan, dan hilangnya beberapa spesies yang dulunya
merupakan tangkapan utama. Sehingga, pasokan kebutuhan ikan di masyarakat
menjadi terhambat (Greenpeace, 2013).
Minyak merupakan salah satu polutan utama penyebab perusak ekosistem
laut. Indonesia yang tergolong sebagai negara OPEC seringkali melakukan
penyulingan dan pengiriman minyak melalui kapal tangker sehingga daerah-
daerah yang menjadi jalur kapal pengiriman tersebut potensial mengalami

1
bencana polusi tumpahan minyak. Menurut Sitanggang (2013), Batam merupakan
daerah yang seringkali mengalami tumpahan minyak. Selain itu, kecelakaan yang
mengakibatkan pencemaran minyak di kawasan perairan kelautan Indonesia, baru-
baru ini (26 Maret 2014) terjadi di terminal empat pelabuhan minyak CPI Dumai
(Berita Satu, 2014). Solusi yang sampai dengan saat ini menjadi perhatian dan
sedang ditawarkan adalah melalui bioremediasi pencemaran minyak
menggunakan mikroorganisme jenis Acinetobacter sp, Moraxella sp, dan Candida
lypolytica (Nagabhushanam, 2004). Akan tetapi, penerapan metode ini masih
memerlukan pertimbangan terkait kondisi operasi dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi mikroorganisme dalam melakukan perannya, misalnya suhu
optimum, tekanan osmotik, kecepatan regenerasi dan kecepatan bioremediasi.
Silika aerogel adalah material padat berpori yang mempunyai sifat
insulator termal, penyangga katalis, adsorben, dan penghantar obat. Karena sifat-
sifat ini, menjadikan silika aerogel memiliki kemampuan menyerap minyak
sehingga dapat terpisah dari air. Prinsip kerja dari silika aerogel adalah adanya
kesamaan sifat hidrofobik dan polaritas (like-dissolve-like) menyebabkan minyak
dapat terserap ke dalam pori-pori aerogel sehingga minyak sebagai agen pencemar
dapat terpisahkan dari air (Saputra, 2008). Aerogel bekerja secara fisis yang tidak
memerlukan kondisi operasi tertentu pada saat penggunaannya.
Abu bagas merupakan limbah padat proses pengolahan tebu pada industri
pengolahan gula pasir. Menurut Akhinov dkk (2010), potensi abu bagas di
Indonesia mencapai 15 ton perhari. Abu bagas mengandung substansi
nanopartikel berupa silika dengan kadar mencapai 51% (w/w). Silika merupakan
bahan utama dalam pembuatan silika aerogel. Untuk itu, berdasarkan uraian yang
telah dipaparkan, diperlukan adanya penggunaan abu bagas sebagai bahan baku
pembuatan silika aerogel yang merupakan teknologi baru dan bersih dalam
mengatasi pencemaran laut oleh tumpahan minyak.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi abu bagas sebagai bahan baku pembuatan aerogel?
2. Bagaimana mekanisme kerja bagasse-ash-aerogel pada proses purifikasi
laut dari tumpahan minyak?

1.3 Tujuan
1. Memaparkan potensi abu bagas yang tersedia sebagai pembuatan aerogel.
2. Memaparkan mekanisme kerja bagasse-ash-aerogel pada proses purifikasi
laut dari tumpahan minyak.

1.4 Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah:
1. Sebagai salah satu cara solutif-implementatif untuk mengembangkan
metode penyelamatan lingkungan kelautan.
2. Meningkatkan nilai tambah dari limbah pabrik gula berupa abu bagasse
menjadi produk tepat guna yang bermanfaat bagi lingkungan.
3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia


Indonesia berada di posisi 94o 40 ' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS,
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara Benua Asia
dan Benua Australia, serta terletak di atas tiga lempeng aktif yaitu lempeng Indo
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau, dan garis pantai sepanjang 81.290 km,
yang disatukan oleh laut seluas 5,8 juta km2, dengan wilayah daratan seluas
1.860.359,67 km2 (Adisanjaya, 2011).
Tabel 2.1 Luas Wilayah Laut Indonesia
No Perairan Luas (km2)
1. Perairan Kepulauan / Laut Nusantara 2,3 juta
2. Perairan Teritorial 0,8 juta
3. Perairan ZEE Indonesia 2,7 juta
Jumlah 5,8 juta
(Sumber: Adisanjaya, 2011)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan
meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan
lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400,
Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta Mutiara sebanyak
528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 567.080.000, Perairan Umum
356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak
1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air
Tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 5.195.500.000, dan Potensi
Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara total
potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang
baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi tersebut
belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi terbarukan serta

4
jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk
dikembangkan (Kusumastanto, 2001).
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral
dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60
cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau
sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah
diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah.
Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel
setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5
miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5
miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum
terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih
dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam. Sementara itu
untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki Indonesia sampai dengan
tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami
kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki
Kubik. Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium,
mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan
lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga
diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut
(Kusumastanto, 2001).
2.2 Pencemaran Minyak di Lautan
Dewasa ini sering kali terjadi kecelakaan berupa tumpahan minyak di
lingkungan kelautan dan dampak negatif yang ditimbulkan pada ekosistem
kelautan. Banyak penelitian yang diberjalan menuju ke arah pengembangan
sistem yang dapat mencegah terjadinya terjadinya kerusakan lingkungan perairan
kelautan yang diakibatkan oleh tumpahan minyak. Bioremediasi merupakan salah
satu cara yang digunakan dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Terdapat
dua metode spesifik yang sudah diterapkan yaitu menggunakan fertilizer dan
menggunakan mikroba tertentu. (Jin dkk 1998 dalam Nagabhushanam, 2004).
Penelitian yang sedang dilakukan tentang mikroorganisme pendegradasi minyak
seperti, Acinobacter sp., Moxarella sp., dan Candida lypotica merupakan tiga

5
spesies utama yang digunakan dalam mendegradasi minyak (Nagabhushanam,
2004).

2.3 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida terikat
kepada suatu padatan dan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Padatan berpori yang dapat menghisap (adsorp) dan
melepaskan ( desorp) suatu fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap
tetapi tidak melekat kepermukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang
melekat disebut adsorbat (Saputra, 2008).
Pada umumnya proses adsorpsi diklasifikasikan menjadi dua proses yaitu
proses adsorpsi secara fisik yang disebabkan oleh gaya Van der Waals, dan secara
kimia yang disebabkan melalui reaksi kimia antara molekul-molekul adsorbat
dengan atom-atom penyusun permukaan adsorben. Interaksi molekul padatan
(adsorben) dengan fluida yang diikat (adsorbat) pada adsorpsi fisik lebih lemah
dibanding dengan adsorpsi kimia (Saputra, 2008).
2.3.1 Adsorpsi Secara Fisika
Proses adsorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisik yang terjadi saat
molekul-molekul gas atau cair dikontakan dengan suatu padatan dan sebagian dari
molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut. Apabila
interaksi antara padatan dan molekul yang mengembun tadi relatif lemah, maka
proses ini disebut adsorpsi fisik yang terjadi hanya karena gaya van der Waals
(Saputra, 2008).
Pada adsorpsi jenis ini, adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara
molekul-molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi ini relatif
berlangsung cepat dan bersifat reversibel (reversible). Karena dapat berlangsung
di bawah temperatur kritis adsorbat yang relatif rendah, maka panas adsorpsi yang
dilepaskan juga rendah. Adsorbat yang terikat secara lemah pada permukaan
adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke bagian permukaan lain.
Peristiwa adsorpsi fisika menyebabkan molekul-molekul gas yang teradsorpsi
mengalami kondensasi. Besarnya panas yang dilepaskan dalam proses adsorpsi
fisika adalah kalor kondensasinya (Saputra, 2008).

6
Proses adsorpsi fisik terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi, sehingga
proses tersebut membentuk lapisan jamak (multilayers) pada permukaan
adsorben. Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi fisika dapat diputuskan dengan
mudah, yaitu dengan cara degassing atau pemanasan pada temperatur 150-200 oC
selama 2-3 jam (Saputra, 2008).
2.3.2 Adsorpsi Secara kimia
Dalam hal ini, adsorpsi terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul-
molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini diberi istilah
sebagai absorption dan bersifat tidak reversibel hanya membentuk satu lapisan
tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur diatas temperatur kritis
adsorbat. Sehingga kalor adsorpsi yang dibebaskan tinggi. Adsorben yang
mengadsorpsi secara kimia pada umumnya sulit diregenerasi.

2.4 Adsorben
Adsorben adalah material pengadsorbsi yang memiliki luas permukaan
spesifik dan sangat mempengaruhi besarnya kapasitas penyerapan dari adsorben.
Semakin luas permukaan spesifik, maka semakin besar pula kemampuan
penyerapannya. Volume adsorben membatasi jumlah dan ukuran pori-pori
pembentuk permukaan dalam (internal surface) yang menentukan besar atau
kecilnya permukaan penyerapan spesifik. Karakteristik adsorben yang dibutuhkan
untuk adsorpsi (Saputra, 2008):
1. Luas permukaannya besar, sehingga kapasitas adsorpsinya tinggi.
2. Memiliki aktifitas terhadap komponen yang diadsorp.
3. Memiliki daya tahan guncang yang baik.
4. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan
desorpsi.
Pasangan adsorben-adsorbat untuk adsorpsi fisik adalah silika gel-air,
zeolit-air, karbon aktif-amonia, karbon aktif-metanol. Zeolit-air dan silika gel-air
merupakan pasangan adsorben-adsorbat untuk cool storage sedangkan karbon
aktif-metanol merupakan pasangan adsorben-adsorbat untuk pembuatan es.
Adsorben memiliki pasangan masing-masing, pada umumnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu (Saputra, 2008):

7
a. Polar adsorben atau Hydrophilic, meliputi silica gel, zeolit, active alumina.
Dengan air sebagai adsorbatnya.
b. Non-polar adsorben atau Hydrophobic, meliputi karbon aktif dan adsorben
polimer. Dengan oli atau gas sebagai adsorbatnya.

2.5 Abu Bagasse


Bagasse atau ampas tebu merupakan limbah padat proses pengolahan tebu
pada industri pengolahan gula pasir. Bagasse mengandung air 48 52%, gula
3,3% dan serat 47,7%. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI), ampas tebu (bagasse) yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat
tebu yang digiling. Dari jumlah 32% tersebut, 60%-nya digunakan untuk bahan
bakar ketel (boiler), sedangkan kelebihannya dijual dan banyak dimanfaatkan
untuk bahan baku pembuatan kertas, media pertumbuhan jamur merang dan
industri pembuatan papan papan buatan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) dalam Akhinov dkk. 2010).
Di Indonesia setidaknya ada 64 buah pabrik gula yang saat ini masih
beroperasi dengan berbagai kapasitas dan menghasilkan sisa pembakaran bagasse
pada boiler (ketel) berupa abu bagasse dalam jumlah yang sangat banyak. Jumlah
produksi abu bagasse kira kira 0,3% dari berat tebu, sehingga bila sebuah pabrik
gula memiliki kapasitas 5000 ton perhari maka abu bagasse yang dihasilkan
sebesar 15 ton perhari. (Akhinov dkk.2010)
Di pabrik gula bagasse merupakan sumber energi utama untuk
menghasilkan uap air. Pembakaran bagasse menghasilkan limbah padat yang
berupa abu. Hasil analisis menunjukkan bahwa abu bagasse mengandung silica
51% dimana silika ini memiliki fasa amorf (Affandi dkk., 2009).
Karena kandungan silika dalam abu bagasse besar maka abu bagasse
berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika aerogel yang mempunyai nilai
tambah secara ekonomi. (Nazriati dkk. 2011)

2.6 Aerogel
Silika aerogel merupakan material padat berpori yang mempunyai sifat
menarik seperti densitas rendah, luas permukaan yang tinggi, konduktivitas termal

8
yang rendah. Oleh karena itu, silika memiliki potensi aplikasi yang luas seperti
insulator termal, penyangga katalis, adsorben, dan penghantar obat (Gurav dkk.,
2009 dalam Nazriati 2011).
Silika aerogel memiliki kemampuan menyerap minyak yang baik, karena
sifat hidrofobik dari water glass (larutan natrium silikat). Larutan natrium silikat
disintesis dengan modifikasi permukaan hidrogel sehingga dapat dikeringkan pada
tekanan ambien tanpa terjadi pengerutan. Selain itu aerogel ini memiliki potensi
menyerap minyak yang cukup banyak, yang dikarenakan memiliki volume pori
yang besar (~3 cm3/g) dan luas permukaan yang besar (~900 m2/g) (Rao
dkk.2007).
Silika amorf dalam abu bagasse dapat diambil dengan ekstraksi basa
membentuk larutan sodium silicate. Silika gel murni dapat diperoleh dengan
merubah silika dalam larutan sodium silicate dengan penambahan asam. Teknik
ini mungkin bisa dikembangkan lebih lanjut untuk pembuatan silika aerogel
menggunakan TMCS (trimethylchlorosilane) dan HMDS (hexamethyldisilazane)
untuk memodifikasi permukaan aerogel sehingga dapat dikeringkan pada tekanan
ambien (Pramudityo dan Pertiwi, 2009 dalam Nazriati 2011).
Dengan adanya penambahan TMCS (trimethylchlorosilane) dan HMDS
(hexamethyldisilazane) terjadi modifikasi permukaan dimana atom H pada gugus
silanol (-Si-OH) digantikan oleh gugus Si-CH3 yang dapat dijelaskan oleh reaksi
berikut:
2 (Si-OH) + (H3C)3Si-NH-Si(CH3)3 2 (Si-O-Si(CH3)3) + NH3 ....(1)
=Si-OH + (H3C)3-Si-Cl = Si-O-Si-(CH3)3 + HCl ....(2)
Gugus silanol yang digantikan oleh gugus alkil, akan meningkatkan tingkat
hidrofobisitas dari silika aerogel. (Nazriati, 2011)
Dibandingkan dengan beberapa material lain silika aerogel memiliki daya
serap terhadap minyak yang cukup baik, berikut adalah grafik kapasitas serap
silika aerogel yang dibuat pada tekanan ambient dibandingkan dengan material
lain.

9
12
10
8
6
4
Daya serap minyak g/g
2
0
Silika Aerogel Silika Aerogel Karbon aktif
dengan
Tekanan
Ambien

Gambar 2.1 Perbandingan Daya Serap Beberapa Material


(Sumber : Mahajan, 2013)

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan
studi literatur yang berguna untuk mengetahui seberapa besar potensi aerogel
yang terbuat dari abu bagas sehingga dapat diterapkan pada proses pembersihan
polutan minyak di lautan. Berdasarkan fakta empiris yang tersedia, penulis
bergagasan menerapkan metode yang tepat untuk menangani masalah tersebut
dengan mengumpulkan informasi dan data, baik kuantitatif maupun kualitatif,
dengan memperkaya bacaan dari berbagai literatur seperti buku, internet, jurnal
penelitian, buletin, makalah atau rujukan dari peneliti sebelumnya dan sebagainya,
yang dapat mendukung atau menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan.

3.2 Teknik Pengolahan Data

Input Proses Output

Input :Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari
jurnal dan hasil penelitian.
Proses :Menganalisis data yang terkumpul yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat dalam karya tulis.
Output :Penyajian data berupa makalah karya tulis.

3.3 Teknik Analisis Data


Berdasarkan karakteristiknya, karya tulis ini menggunakan pendekatan
deskriptif-analitis. Analisis deskriptif mempunyai sifat-sifat tertentu, yaitu: 1)
pemusatan pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan
aktual, 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis. Pelaksanaan penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, namun data yang diperoleh kemudian

11
dipaparkan, dan penulis melakukan interpretasi data untuk mendapatkan
pemahaman yang memadai.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Potensi Abu Bagasse sebagai Bahan Baku Silika Aerogel


Abu bagasse merupakan limbah dari hasil pengolahan di pabrik gula.
Jumlah produksi abu bagasse di Indonesia dapat dikatakan cukup banyak.
Menurut Akhinov (2012) terdapat sekitar 64 pabrik gula yang beroperasi di
Indonesia, dengan produksi abu bagasse kira kira 0,3% dari berat tebu. Sehingga
bila sebuah pabrik gula memiliki kapasitas 5000 ton perhari maka abu bagasse
yang dihasilkan sebesar 15 ton perhari.
Abu bagasse memilki kadar silika yang cukup tinggi. Menurut Affandi
dkk. (2009), abu bagasse memiliki kandungan silika 51%. Dengan kadar
silikanya yang cukup tinggi, abu bagasse dapat digunakan sebagai bahan baku
alternatif pembuatan silika aerogel. Hal ini juga meningkatkan nilai ekonomi dari
silika aerogel sendiri karena bahan bakunya yang berupa limbah sehingga dapat
mengurangi biaya pembelian bahan baku. Oleh karena itu, abu bagasse memiliki
potensi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku silika aerogel.
Proses pengolahan abu bagasse menjadi aerogel, diawali dengan ekstraksi
menggunakan NaOH pada suhu didihnya sambil dilakukan pengadukan selama
satu jam. Pendidihan yang disertai pengadukan dimaksudkan untuk mempercepat
laju kelarutan. Ekstraksi ini menghasilkan output berupa natrium silikat. Natrium
silikat yang telah dihasilkan, kemudian dilewatkan ke resin penukar ion untuk
menghasilkan asam siclic (SA). Larutan asam siclic kemudian ditambahkan
trimetilklorosilan (TMCS) dan heksametildisilazane (HMDS) sebagai agen
pemodifikasi permukaan. Untuk menghasilkan gel, pH diatur hingga 8-9 dengan
cara ditambahkan larutan NH4OH. Gel yang dihasilkan kemudian di-aging dan
dikeringkan pada tekanan ambien pada suhu dan waktu tertentu.
Diagram alir proses pengolahan abu bagasse menjadi aerogel, dapat
diamati melalui diagram alir berikut ini :

13
Aging

Drying, P = Ambient Bagasse Silika


Aerogel
Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Bagasse-Ash-Aerogel
(Sumber: Hasil Analisa Penulis)
4.2 Mekanisme Kerja Bagasse-Ash-Aerogel pada Proses Purifikasi Laut dari
Tumpahan Minyak
Menurut Gurav dkk., (2009 dalam Nazriati 2011) silika aerogel
merupakan material padat berpori yang mempunyai sifat menarik seperti densitas
rendah, luas permukaan yang tinggi. Silika aerogel memiliki volume pori yang
besar (~3 cm3/g) dan luas permukaan yang besar (~900 m2/g). Dengan
karakteristik tersebut, aerogel merupakan material yang sesuai digunakan sebagai
adsorben.
Sifat permukaan silika aerogel yang telah dimodifikasi dengan
menggunakan TMCS (trimethylchlorosilane) dan HMDS (hexamethyldisilazane)
akan merubah sifat kimia dari silika aerogel terutama hidrofobisitas.

14
Menurut Nazriati (2011) ketika ditambahkan TMCS dan HMDS tingkat
hidrofobisitas akan bertambah, hal ini dikarenakan atom H pada gugus silanol (-
Si-OH) yang bersifat polar sehingga cenderung untuk mengikat air (hidrofilik)
akan digantikan oleh gugus Si-CH3 yang bersifat non-polar sehingga cenderung
untuk mengikat senyawa non-polar dan interaksi antarmolekul yang tolak
menolak dengan air (hidrofobik). Berikut adalah reaksi yang terjadi :
2 (Si-OH) + (H3C)3Si-NH-Si(CH3)3 2 (Si-O-Si(CH3)3) + NH3 ....(1)
=Si-OH + (H3C)3-Si-Cl = Si-O-Si-(CH3)3 + HCl ....(2)
Gugus silanol yang digantikan oleh gugus alkil, akan meningkatkan tingkat
hidrofobisitas dari silika aerogel.
Sehingga aerogel dapat digunakan dalam proses penyerapan tumpahan
minyak di lautan. Minyak yang tumpah di lautan, cenderung membentuk dua
lapisan cairan di mana selalu berada di permukaan air laut. Hal ini disebabkan
karena perbedaan densitas atau massa jenis minyak dan air laut, minyak yang
memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada air laut akan terangkat ke atas.
Silika Aerogel memiliki densitas yang rendah, sehingga ketika berada di air laut
silika aerogel akan mengapung di permukaan air laut. Kondisi yang demikian,
memungkinkan penghilangan minyak dengan menggunakan adsorben dengan
prinsip like-dissolve-like. Silika aerogel akan menarik minyak sebagai adsorbat
yang merupakan senyawa non-polar memasuki pori-pori di dalam aerogel melalui
permukaan aerogel yang non-polar juga. Sifatnya yang non-polar menyebabkan
desorpsi air laut oleh silika aerogel ketika terjadi kontak antara air dan permukaan
adsorben silika aerogel, sehingga air laut tidak masuk kedalam pori-pori silika
aerogel.

Gambar 4.2 Mekanisme Proses Adsorbsi Minyak Aerogel


(Sumber : Saputra, 2008)

15
Aplikasinya dalam proses pemurnian air laut terhadap tumpahan minyak
yang mencemari laut adalah dengan menggunakan desain alat yang menyerupai
keramba sesuai gambar 4.3. Minyak di permukaan air laut akan terserap ke dalam
silika aerogel. Ketika sudah mencapai kapasitas serap maksimal dari silika
aerogel, silika aerogel kemudian diambil dan dihilangkan kandungan minyak di
dalamnya dengan dipanaskan. Sehingga minyak tumpah dapat di serap oleh
adsorben bisa didapatkan kembali, dan adsorben dapat digunakan kembali.
Minyak yang telah dipisahkan dari aerogel dapat digunakan sebagai bahan bakar
sebagaimana mestinya. Sehingga, metode pemurnian dengan menggunakan
aerogel memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Berbeda dengan metode bioremediasi, suatu mikroorganisme memerlukan
kondisi-kondisi khusus agar dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang
diharapkan, misalkan: suhu optimum, pH optimum, nutrisi, dan faktor internal-
eksternal lainnya. Sehingga, diperlukan pengendalian mikroorganisme secara
khusus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, seperti mikroorganisme
mengalami mutasi genetik akibat tidak adanya kontrol secara khusus dan berkala.
Akibatnya, diperlukan banyak treatment khusus yang memerlukan biaya.

1 5
2 6
3 7
4

(a) Tampak Atas (b)Tampak Samping

a. Tampak Atas b. Tampak Samping


Keterangan :1. Air Laut 2. Minyak 3. Jaring (Keramba) 4.Silika Aerogel
5. Keramba 6. Lapisan minyak 7. Lapisan Air
Gambar 4.3 Skema Penyerapan Minyak Oleh Silika Aerogel

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Abu bagasse berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai adsorben berupa silika
aerogel melalui proses: ekstraksi, ion exchange, modifikasi permukaan,
pembuatan gel dan pengeringan.
2. Silika aerogel dapat membersihkan laut dari pencemaran oleh tumpahan
minyak dengan menggunakan prinsip adsorbsi fisis yang berkaitan dengan
mekanisme kepolaran like-dissolve-like.
3. Ditinjau dari segala aspek, silika aerogel memiliki potensi yang lebih baik
dalam mengatasi pencemaran tumpahan minyak di laut apabila dibandingkan
dengan metode bioremediasi menggunakan mikroorganisme.

5.2 Saran
1. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat menjadi solusi alternatif terhadap
pencemaran minyak di air laut yang mudah diterapkan.
2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai karya tulis ini agar dapat
dihasilkan karya yang lebih baik lagi.
3. Diharapkan adanya pihak-pihak terkait seperti pemerintah dan para stake
holder yang bersedia untuk mendukung terwujudnya gagasan ini sehingga
silika aerogel yang terbuat dari bahan abu bagasse dapat bermanfaat dalam
menjaga melestarikan lingkungan kelautan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adisanjaya, N. N. 2011. Potensi, Produksi Sumberdaya Ikan di Perairan Laut


Indonesia dan Permasalahannya. Jakarta: EAFM Indonesia
Affandi, S. S., Setyawan, H., Winardi, S., Purwanto, A.,dan Balgis, R.,. 2009. A
Facile Method for Production of High Purity Silica Xerogel from Bagasse
Ash, Advanced Powder Technology. Advanced Powder Technology
Akhinov, Ahmad Fajri, Desiska Puspaning Hati, Nazriati, Heru Setyawan. 2010.
Sintesis Silika Aerogel Berbasis Abu Bagasse Dengan Pengeringan Pada
Tekanan Ambient. Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya
Berita Satu. 2014. Ratusan Barrel Minyak Tumpah Di Perairan Dumai.
http://www.beritasatu.com/nasional/175136-ratusan-barrel-minyak-
tumpah-di-perairan-dumai.html (diakses pada 18 Desember 2014)
Greenpeace. 2013. Laut Indonesia dalam Krisis. http://www.greenpeace.org/
(diakses 18 Desember 2014)
Kementrian Kelauatan dan Perikanan. 2014. Membangun Kelautan Untuk
Mengembalikan Kejayaan Sebagai Negara Maritim. http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/ver2/news/read/115/membangun-kelautan-untuk-mengem
balikan-kejayaan-sebagai-negara-maritim.html (diakses 18 Desember
2014)
Kusumastanto, Tridoyo. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Kelautan, Perikanan
dan Perhubungan Laut dalam Abad XXI. Bogor: IPB Darmaga
Mahajan, Y. R .2013. Nanotechnology-based solutions for oil spills.
http://www.nanowerk.com/spotlight/spotid=20215.php 8/8 (diakses 18
Desember 2014)

Nagabhussanam, R., A.D. Diwan, B.J. Zahuranec, R. Sarojini. 2004.


Biotechnology of Aquatic Animals. Science Publishers, Inc.: Plymouth
Nazriati, Heru Setyawan, Sugeng Winardi, Reza Arizanova, dan Enggar Eka V.
Sintesis Silika Aerogel Dengan Bahan Dasar Abu Bagasse ,Reaktor, Vol.
13 No. 4, Hal. 220-224 (2011)

18
Rao, A.P., Rao, A.V., dan Pajonk, G.M. Hydrophobic and Physical Properties of
the Ambient Pressure Dried Silica Aerogels with Sodium Silicate
Precursor Using Various Surface Modification Agents, Applied Surface
Science, 253: 6032-6040 (2007)
Saputra, Bobi Wahyu. 2008. Desain Sistem Absorpsi dengan Dua Adsorber.
Depok: Universitas Indonesia

19
LAMPIRAN - LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Ketua


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Hafizh Tandiyanto P
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Teknik Kimia
4 NIM 135061100111007
5 Tempat, dan Tanggal Lahir Mojokerto, 17 Juni 1995
6 E-mail hafizh.tp@gmail.com
7 No Telp/HP 085648206036

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SDN SMPN 8 SMAN 1 Puri
Institusi Banjaragung 1 Kota Mojokerto Kab. Mojokerto
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk 2001-2007 2007-2010 2010-2013
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan
No
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1
2
3

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 Juara 3 Cerdas Cermat Lembaga Dakwah 2010
Islami se-regional Jawa Jurusan Teknik Kimia ITS
Timur Surabaya

20
2. Daftar Riwayat Hidup Anggota 1
A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

21
3. Daftar Riwayat Hidup Anggota 2
A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan


No
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1
2
3

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

22
23

Vous aimerez peut-être aussi