Vous êtes sur la page 1sur 5

Endapan piroklastik yang berasal dari aktivitas gunung Tambora pada tahun 1815

menunjukkan bahwa gunung ini memiliki dua fase tahap erupsi yang dialaminya yang
menghasilkan produk yang berbeda pula, yakni endapan tefra dan aliran piroklastik serta
piroklastik surge.

Endapan piroklastik yang ditemukan dari hasil letusan gunung Tambora yaitu berupa
debu vulkanik dan pumice. Endapan ini ditemukan di bagian tengah Sumbawa dan bagian
barat laut pesisirnya serta di pulau bagian barat dari Gunung Tambora.

Gambar 1. Piroklastik Stratigrafi dari hasil erupsi gunung api Tambora pada desa Tambora
(Sutawidjaja et al., 2006)

Pyroclastic fall adalah produk tahap pertama yang dihasilkan dari letusan Gunung
Tambora yang dimulai dari tanggal 5 April hingga 10 April 181. Produk pertama adalah
phreatomagmatic ash fall yang juga disebut F1, dimana dikarakteristikkan oleh warna coklat
keabu-abuan, dengan ukuran lanau-pasir dan ketebalan dari 7 hingga 23 cm. Plinian pumice
fall atau F2 adalah produk kedua yang memiliki diameter 30 mm dan litik 29 mm. Produke
ketiga yang juga phreatomagmatic ash fall, F3, berwarna merah kecoklatan. Berukuran butir
lanau-pasir dan tidak tersortasi dengan baik. F4, plinian pumice fall, terdiri dari pumice
berwarna abu-abu hingga hitam yang meindikasikan adanya efek bakar karena adanya
pyroclastic flow yang mengalir diatasnya.

Gambar 2. Piroklastik Stratigrafi dari hasil erupsi gunung api Tambora pada desa Tambora
(Sutawidjaja et al., 2006)

Pyroclastic surge dan pyroclastic flow adalah produk tahap kedua yang dihasilkan
letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Pyroclastic surge atau S1 terbentuk setelah F4
pada 10 April 1815 yang dicirikan oleh batuan masif, lapisan pasir, ketebelan 2-4 m yang
tersortasi dengan buruk. Efek dari pyroclastic surge ini sama dengan efek letusan Gunung
Vesuvius di Italia yang dimana menghancurkan 5 kota dan desa karena temperaturnya yang
tinggi. Setelah itu, dihasilkan pyroclastic flow atau S2 yang dicirikan oleh pumice yang
berwarna. Warna glass yang gelap pada pyroclastic flow ini mengindikasikan adanya
pendinginan yang lambat dan tumbuhnya mikrolit oksida dalam glass tersebut. Pada bagian
terbawah dari deposit pyroclastic flow ini dikarakteristikkan oleh warna abu-abu gelap, masif,
scoria, dan blok kerak roti pada matriks lanau-pasir. Pada lapisan diatasnya terdeposisi
pyroclastic flow berwarna abu-abu gelap yang mengandung blok scoria yang banyak dengan
tanaman yang terkarbonisasi. Secara total, pyroclastic surge dan pyroclastic flow terdeposisi
sebanyak 874 km2 pada daerah sekitar Gunung Tambora dengan ketebalan mencapai 20 m.

Gambar 2. Diagram perbandingan total alkali dan SiO2 (Whitford et al., 1978; Foden, 1986; Varne &
Foden, 1986; Grall-Johnson, 1997; Turner & Foden, 2001 dalam Gertisser et al., 2012)
Tabel 1.a. Data elemen utama (XRF), trace element (ICP-MS), dan isotopic Sr,Nd, Hf (TIMS) dari
pumice pada erupsi tahun 1815 (Gertisser et al., 2012)
Tabel 1.b. Data elemen utama (XRF), trace element (ICP-MS), dan isotopic Sr,Nd, Hf (TIMS) dari
pumice pada erupsi tahun 1815 (Gertisser et al., 2012)

Tabel 2. Data U-series untuk sampel batuan, fase mineral utama dan massa dasar gelas dari produk
Tambora 1815 (Gertisser et al., 2012)

Vous aimerez peut-être aussi