Vous êtes sur la page 1sur 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

I. ANATOMI FISIOLOGI OVARIUM


1.1 Anatomi
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan
ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada
palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama
(homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai
sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah
menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini
memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche,
permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi
dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar
(Zakiah, 2014)

Gambar Ovarium

1
2

1. Margo Liberal (margo yang bebas tanpa penggantung) dan Margo


Mesovaricus (margo yang menempel pada mesovarium)
2. Ektremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus dan
Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae Unterinae.
3. Facies Medialis ( Facies yang datar yang menghadap ke Tubae Uterinae)
dan Facies Latelaris ( facies yang lebih cembung yang menghadap ke
Ligamentum Suspensorium Ovarii)

Ligamen Ovarium terdiri dari:

1. Lig. Ovarii Propium : ligamentum yang membentang dari extremitas


uterina menuju ke corpus uteri disebelah dorsocaudal tempat masuknya
tuba uterina ke uterus.
2. Lig. Suspensorium Ovarii : ligamentum yang membentang dari extremitas
tubaria kearah cranial dan menghilang pada lapisan yang menutupi
Musculus Psoas Major
3. Lig. Mesovarium adalah ligamentum yg merupakan duplikat dari lapisan
mesenterica yang melebar ke arah dorsal

Vaskularisasi dan Inervasi Ovarium:


Ovarium mendapatkan vaskularisasi dari a. ovarica dan v. ovarica. Dimana v.
ovarica dextra akan bermuara ke VCI. Sedangkan v. ovarica sinistra akan
bermuara ke v. renalis sinistra lalu akan bermuara ke VCI. Ovarium dipersarafi
oleh plexus hypogastricus

1.2 Fisiologi Ovarium


Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan
ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri
uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uteri (Evelin, 2012).
3

Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak,
2011).

Fungsi ovarium adalah:


Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior
mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon
perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf,
hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon
(LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai
sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh
sejumlah besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran
darah. Estrogen penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan
menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk
tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita normal.
(Evelin, 2012).
Memproduksi hormon progesteron
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan
yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan
endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang
telah dibuahi (Bobak, 2011).

II. KONSEP KISTA OVARIUM


2.1 Definisi Kista Ovarium
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
4

Menurut (Winkjosastro, 2009) kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik


yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala ke dalam panggul.

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada


ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2011).

Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal, folikel de


graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium (Smelzer & Bare, 2012).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidayat,
2011).

2.2 Jenis-jenis kista ovarium:


Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan
neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis
5

sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus


dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya: (Mansjoer, 2000)
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.Dinding
kistatipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perleketan kista denganomentum, usus-usus, dan
peritoneum parietale.Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan
produksimusin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaandengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu
dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum.Bentuk kista umumnya unilokular,
tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan.Kista ini dapat
membesar,tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba
massaintraabdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya
sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
entoderm.Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya
berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-
sisakulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian
kistik kenyal dan sebagian lagi padat.Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses
parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian
6

bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum.Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.

Kista nonneoplastik terdiri dari: (Prawirohardjo, 2002)


a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang
setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia
yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau
lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 1,5 cm. Kista folikel ini
bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang
terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena
tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam
kistaberwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen.Oleh sebab itu,
kistakadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid.Kista folikel lambat
laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan
kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm,
maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2
bulan akan menghilang sendiri.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans.Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah
tua.Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel.Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal
dari sel-sel teka.Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur.Adanya kista dapat
pulamenyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang
7

berulangdalam kista dapat menyebabkan ruptur.Rasa nyeri di dalam perut


yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu.Jika
dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan
pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu
sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan
kehamilan ektopik terganggu, kistakorpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik.Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju.Pada pemeriksaan
mikroskopikterlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkanluteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena
atresia. Tumbuhnyakista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin
yang berlebihan, dandengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium
mengecil spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium.Kista ini lebih banyak terdapat pada
wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kistaini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovariumyang diangkat waktu operasi.Kista terletak di bawah permukaan
ovarium,dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah,
dan isinyacairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista.Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.Kista ini berhubungan
dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
8

senggama.Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut


peritoneum.Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya
keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam
selaput perut melalui saluran indung telur.Infeksi tersebut melemahkan daya
tahanselaput perut, sehingga mudah terserang penyakit.Gejala kista ini sangat
khaskarena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua
darah akantumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik
ke ronggaperut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput
perut mengidappenyakit baru yang dikenal dengan endometriosis.Karena sifat
penyusupannyayang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak.
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan
permukaannya licin.Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan
nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan
keseimbanganhormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan
ovulasi, oleh karenaendometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen,
hiperplasia endometrii seringditemukan.
1. Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
2. Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya unilateral
dan dapat tumbuh menjadi besar.
3. Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel germinativum,
kista ini dapat membesar.
4. Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis.

2.3 ETIOLOGI
Berdasarkan(Smelzer & Bare, 2012), penyebab dari kista belum diketahui
secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan
9

hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri


(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan
bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan
sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari
folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan


(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen
seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan
tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid

2.4 TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanyasedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yangberkembang menjadi
besar dan menimpulkan nyeri yang tajam.Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.Meski demikian, penting untuk
10

memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui


gejala mana yang serius. Berdasarkan (Mansjoer, 2013), gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

2.4 PATOFISIOLOGI
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2012) menyatakan bahwa fungsi ovarium
yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu
pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal
dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan,
gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan gagal melepaskan sel telur,
sehingga menyebabkan folikel tersebut menjadi kista.

Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
11

akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista di tenga-tengah.

Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.

Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuik FSH dan HCG.

2.5 PATHWAY

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu


pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunal folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal


berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam Ansietas b.d Pembedahan


jaringan di daerah ovarium perubahan status (laparatomi,
kesehatan kistektomi atau
salpingooforektomi)
Klien merasa nyeri
diperut bagian bawah
12

Pre operasi

Nyeri akut b.d agen Jaringan terputus Perawatan post ope


injury biologi

Kerusakan Risiko infeksi


Klien mengalami integritas
ketakutan dalam jaringan b.d
melakukan mobilisasi faktor mekanik

Hambatan
mobilisasi fisik
b.d kelemahan
fisik

Bagan 1.3 Pathway Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010)

2.6 KOMPLIKASI
Berdasarkan Winkjosastro (2010) bahwa beberapa ahli mencurigai kista
ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita
diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun
dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan
skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
13

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Berdasarkan (Winkjosastro, 2010) bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker atau kista.

2.8 PROGNOSIS
William helm, c. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak sangat
baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di
ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas
berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien
dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9%
untuk stadium figo ia dan 11.1% untuk stadium iv. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
14

nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan


yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan
dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan
hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.

2.9 PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Hamylton (2011); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2011);
Winkjosastro (2010) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien
dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedahmisal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang
tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar
atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya
disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
15

infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan


dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan
analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan
rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan,
tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat
juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah
pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di
rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya
dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca
bedah sesuai anjuran.

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 PENGKAJIAN
a. Biodata Klien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah.
Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa
lelah.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
Tanyakan apakah klien ada mengalami/menderita penyakIt
molahidatidos / kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
e. Riwayat penyakit Keluarga
16

Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama


denagn klien.

f. Riwayat Obestri
Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
Tanyakan haid pertama dan terakhir?
Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi
Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
g. Pola Kebiasaan
Aktivitas / istirahat: Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti:
nyeri, cemas, berkeringat malam.
Kelemahan atau keletihan.
Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
h. Sirkulasi.
Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar),
nyeri dada, perubahan tekanan darah.
i. Integritas ego
Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi
stres (keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk
tubuh.
Menyangkal, menarik diri, marah.
j. Eliminasi
Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih.
Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
17

k. Makanan/cairan
Keadaan/kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet.
Anorexsia, mual-muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan.
Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
l. Neurosensori
Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
m. Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)

Pemeriksaan Fisik Head to Toe

Inspeksi
a. Kepala: Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
b. Mata: Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.
c. Leher: Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan
vena jugularis.
d. Payudara: Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
e. Dada: Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada
inspirasi, frekuensi per-nafasan.
f. Perut: Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-
vena abdomen, tampak pembesaran striae.
g. Genitalia: Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
h. Ekstremitas: Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.

Palpasi
a. Leher: Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
b. Ketiak: Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
c. Payudara: Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
18

d. Abdomen: Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,


perabaan hepar, ginjal dan hati.

Perkusi
a. Abdomen: Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
Refleks: Fisiologis dan patologis

Auskultasi
a. Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis
arteri renalis dan arteri iliaca.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Herdman (2010), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
kista ovarium adalah
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
b. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
c. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
d. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
e. Risiko infeksi

Diagnosa 1:
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkanyang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
b. Batasan Karakteristik
Ekspresi wajah nyeri
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
Focus pada diri sendiri
Perilaku distraksi
19

c. Faktor yang berhubungan


Agens cedera biologis (neoplasma)
Agens cedera fisik (prosedur bedah)
Agen cedera kimia (toksin)

Diagnosa 2:
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom.
b. Batasan Karakteristik
Gelisah
Gugup
Ketakutan
Gemetar
Kesedihan yang mendalam
Berfokus pada diri sendiri
c. Faktor yang berhubungan
Perubahan status kesehatan
Stressor
Ancaman kematian
Ancaman status terkini
Hereditas
Hubungan interpersonal
Krisis situasi

Diagnosa 3:
a. Definisi
Keterlambatan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
b. Batasan Karakteristik
20

Hambatan kemampuan bergerak telentang, miring, telungkup.


c. Faktor yang berhubungan
Perubahan metabolism
Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Penurunan kekuatan, kendali atau massa otot
Keadaan alam perasaan depresi atau ansietas
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Intoleran aktivitas dan penurunan kekuatan dan ketahanan
Kaku sendi atau kontraktur
Defesiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
Kurang dukungan lingkungan fisik atau social
Hilangnya intergritas struktur tulang
Nyeri
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular
Program pembatasan pergerakan
Keengganan untuk memulai pergerakan
Gaya hidup yang kurang gerak

Diagnosa 4:
a. Definisi
Kerusakan pada epidermis dan/ atau dermis
b. Batasan Karakteristik
Benda asing menusuk permukaan kulit
Kerusakan integritas kulit
c. Faktor yang berhubungan
Eksternal
Agens farmaseutikal
21

Cedera kimiawi kulit (mis.., luka bakar, kapsaisin, metilenklorida,


agens mustard)
Faktor mekanik (mis.., daya gesek, tekanan, imobilitas fisik)
Hipertermia
Hipotermia
Kelembapan
Lembap
Terapi radiasi
Usia eksterm
Internal
Gangguan metabolism
Gangguan pigmentasi
Gangguan sensai (akibat cedera medulla spinalis, dll)
Gangguan sirkulasi
Gangguan tumor kulit
Gangguan volume cairan
Imunodefesiensi
Nutrisi tidak adekuat
Perubahan hormonal
Tekanan pada tonjolan tulang

Diagnosa 4:
a. Definisi
Rentan mengalami invasi dan multipikasi organisme patogenik yang
dapat mengganggu kesehatan.

b. Faktor risiko
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
Malnutrisi
Obesitas
22

Penyakit kronis
Prosedurr invasive
Pertahanan tubuh yang tidak adekuat
Gangguan integritas kulit
Gangguan peristalsis
Merokok
Pecah ketuban dini
Pecah ketuban lambat
Perubahan pH sekresi
Statis cairan tubuh
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
Imunosupresi
Penurunan hemoglobin
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
Terpajan pada wabah
23

3.3 PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nye
agen cedera keperawatan 3x24 jam 1. Melakukan pengkajian pasien
biologi diharapkan pasien dapat secara komprehensif 2. Dapat mengurangi ra
mengontrol nyerinya, nyeri mengenai lokasi, cemas dan takut sehingg
berkurang dengan kriteria karakteristik, lamanya, mampu mengurangi ra
hasil: frekuensi, kualitas nyeri dan sakit
Indikator faktor presipitasi 3. Menurunkan nyeri
2. Mengobservasi penyebab 4. Komunikasi terapeut
1. Pasien mampu ketidaknyamanan klien mampu menurunka
mengenali faktor secara verbal dan nonverbal kecemasan
penyebab nyeri 3. Menyakinkan klien akan 5. Mengetahui kondi
2. Mengenali onset pemberian analgesik ketidaknyamanan klien yan
nyeri 4. Menggunakan komunikasi kemungkinan mamp
3. Memberikan teraupetik untuk mengetahui mengagnggu kualit
analgesik pengalaman nyeri pasien hidupnya
(kolaborasi dengan 5. Mengkaji dampak dari 6. Meminimalkan nyeri denga
tim kesehatan lain) pengalaman nyeri (ggg menciptakan lingkunga
4. Melaporkan kontrol tidur, ggg hubungan) nyaman
nyeri 6. Mengontrol faktor 7. Meningkatkan relaksasi
5. Pasien mampu lingkungan yang
melaporkan menyebabkan klien merasa
nyerinya tidak nyaman (ruangan,
6. Klien mengetahui temperatur, cahaya)
frekuensi nyeri. 7. Instruksikan pasien untuk
Keterangan: melakukan teknik relaksasi
1: tidak pernah menunjukan seperti bimbingan imajinasi,
2: jarang menunjukan nafas dalam
3: kadang-kadang
menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
24

Kecemasan b.d Setelah Dilakukan Tindakan 1. Jelaskan semua prosedur 1. Mengurangi kecemasa
perubahan peran Keperawatan 3x24 Jam dan apa yang dirasakan selama tindakan untu
dan status Diharapkan kecemasan selama prosedur kesehatan klien
kesehatan menurun dengan kriteria 2. Temani pasien untuk 2. Mengalihkan perhatia
hasil sebagai berikut: memberikan keamanan dengan berbincang-bincang
Indikator dan mengurangi takut 3. Mengurangi kecemasan
1. Klien mampu 3. Berikan informasi faktual 4. Keluarga dapat memberika
mengidentifikasi mengenai diagnosis, kenyamanan pada pasien
dan tindakan prognosis 5. Untuk meningkatka
mengungkapkan 4. Libatkan keluarga untuk kenyamanan da
gejala cemas mendampingi klien mengurangi kecemasan
2. Mengidentifikasi, 5. Instruksikan pada pasien
mengungkapkan untuk menggunakan
dan menunjukkan tehnik relaksasi
tehnik untuk 6. Dengarkan dengan penuh
mengontol cemas perhatian
3. Vital sign dalam 7. Identifikasi tingkat
batas normal kecemasan
4. Postur tubuh, 8. Bantu pasien mengenal
ekspresi wajah, situasi yang menimbulkan
bahasa tubuh dan kecemasan
tingkat aktivitas 9. Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya ketakutan, persepsi
kecemasan

Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Hambatan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Monitoring vital sign 1. Mengetahui statu
mobilitas fisik Keperawatan 3x24 Jam sebelm/sesudah latihan kemampuan klien dala
b.d kelemahan Diharapkan hambatan dan lihat respon pasien latihan ambulasi
fisik mobilitas fisik dapat teratasi saat latihan 2. Merubah posisi mencega
dengan kriteria hasil sebagai 2. Ajarkan pasien atau dekubitus
25

berikut: tenaga kesehatan lain


Indikator tentang teknik ambulasi
1. Klien meningkat 3. Kaji kemampuan pasien
dalam aktivitas dalam mobilisasi
fisik 4. Latih pasien dalam
2. Mengerti tujuan pemenuhan kebutuhan
dari peningkatan ADLs secara mandiri
mobilitas sesuai
3. Memverbalisasikan kemampuan
perasaan dalam 5. Ajarkan pasien bagaimana
meningkatkan merubah posisi dan
kekuatan dan berikan bantuan jika
kemampuan diperlukan
berpindah

Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan
Kerusakan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mengurangi penekana
integritas Keperawatan 3x24 Jam menggunakan daerah luka
jaringan b.d Diharapkan Integritas pakaian yang longgar 2. Mengurangi kelembapan
faktor mekanik Jaringan Baik Dengan 2. Hindari kerutan pada 3. Menjaga kebersihan luka
Kriteria Hasil Segabai tempat tidur 4. Untuk mempercep
Berikut: 3. Jaga kebersihan kulit agar penyembuhan luka
tetap bersih 5. Memungkinkan infeksi
Indikator dan kering 6. Mengetahui sejauh man
1. Integritas Kulit Yang 4. Anjurkan pasien untuk klien dapat melakuka
Baik Bisa Dipertahankan melakukan mobilisasi mobilisasi
(Sensasi, Elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya 7. Protein menyebabka
Temperatur, Hidrasi, kemerahan percepatan penyembuha
Pigmentasi) 6. Monitor aktivitas dan luka
2. Perfusi Jaringan Baik mobilisasi pasien 8. Mengetahui kondisi luk
3. Menunjukan Proses 7. Monitor status nutrisi untuk perbaikan luka
Perbaikan Kulit pasien 9. Mempercepat granula
26

4. Mempertahankan 8. Observasi luka : lokasi, luka


Kelembaban Kulit dimensi, kedalaman luka,
5. Menunjukkan karakteristik,warna cairan,
Terjadinya Proses granulasi, jaringan
penyembuhan luka nekrotik, tanda-tanda
Keterangan: infeksi lokal
1: keluhan ekstrim 9. Ajarkan pada keluarga
2: keluhan berat tentang luka dan
3: keluhan sedang perawatan luka
4: keluhan ringan 10. Lakukan tehnik perawatan
5: tak ada keluhan luka

Vous aimerez peut-être aussi