Vous êtes sur la page 1sur 41

CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I. CASE ILLUSTRATION
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ibu Ani
2. Usia : 35 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Sindang jaya,jalan corong
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Agama : Muslim
7. No Rekam Medis : 046384

B. Data Gathering
1. Metode : Autoanamnesis
2. Tanggal pemeriksaan : 15 Agustus 2017
3. Keluhan utama : Nyeri ulu hati
4. Keluhan tambahan : Mual
5. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian ulu hati sejak 1 hari sebelum datang ke
puskesmas (14 Agustus 2017). Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan perih ,perih
menjalar sampai ke bagian dada. Nyeri yang dirasakan itu hilang timbul, nyeri akan
berkurang apabila beristirahat contohnya pada saat berbaring, dan akan bertambah parah
apabila telat makan,skala nyerinya dari 1-10 adalah 8.
Selain itu, pasien juga merasa mual, mules serta kembung. Pasien mengalami buang air
besar lembek dan berwarna kuning 1x sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien
tidak memiliki gangguan buang air kecil. Berdasarkan kejadian yang dialami pasien, nyeri
yang dirasakan pasien muncul setelah seharian pola makan pasien tidak teratur. Pasien
memiliki kebiasaan makan makanan berlemak (gorengan,sup kambing dan soto ) dan pedas
(cabai). Pasien pernah mengalami sakit maag sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan
biasanya ketika nyeri timbul pasien mengkonsumsi obat promag. Obat yang dikonsumsi
dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Sebelum ke puskesmas, pasien sempat
mengkonsumsi obat maag pada malam hari, tetapi nyeri timbul lagi saat pagi harinya
sehingga pasien datang ke puskesmas.
6. Riwayat penyakit dulu : Maag
7. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
8. Riwayat alergi : Tidak ada alergi
9. Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
10. Kebiasaan tertentu : Pasien suka makan berlemak dan pedas
11. Resume :
Pasien (Ibu Ani ) berumur 35 tahun datang dengan keluhan utama nyeri ulu hati yang
dirasakan sejak 1 hari yang lalu sebelum datang ke puskesmas,nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan perih ,perih menjalar sampai ke bagian dada. Nyeri yang dirasakan itu
hilang timbul, nyeri akan berkurang apabila beristirahat contohnya pada saat berbaring, dan
akan bertambah parah apabila telat makan skala nyerinya dari 1-10 adalah 8, dan ada pula
keluhan tambahan yaitu rasa mual, mules, kembung serta BAB lembek dan besar serta
berwarna kuning 1x sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien tidak memiliki
gangguan buang air kecil.
Berdasarkan kejadian yang dialami pasien, nyeri yang dirasakan pasien muncul setelah
seharian pola makan pasien tidak teratur. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan
berlemak (gorengan,sup kambing dan soto ) dan pedas (cabai). Pasien pernah mengalami
sakit maag sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan biasanya ketika nyeri timbul pasien
mengkonsumsi obat promag. Obat yang dikonsumsi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan. Sebelum ke puskesmas, pasien sempat mengkonsumsi obat maag pada malam
hari, tetapi nyeri timbul lagi saat pagi harinya sehingga pasien datang ke puskesmas.

12. Diagnosis : Dyspepsia


Diagnosis banding : GERD (Gastroesophangeal Reflux Disease)

II. DISEASE REVIEW

Definisi
Dispepsia merupakan rasa sakit atau tidak nyaman terutama pada abdomen bagian atas akibat
gangguan pada sistem pencernaan.
Terdapat dua tipe dispepsia, yaitu organik dan fungsional.Dispepsia fungsional adalah
dispepsia yang terjadi tanpa adanya kelainan organ lambung, baik dari pemeriksaan klinis,
biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya.
Dispepsia organik adalah dispepsia yang disebabkan kelainan struktur organ percernaan
seperti luka di lambung atau kanker.

Etiologi

Dispepsia dapat disebabkan antara lain :


1. Intolerance terhadap makanan atau obat
Makan dengan porsi berlebihan,mengandung kadar lemak yang tinggi,makan yang dipicu
oleh situasi/stress atau minum alcohol/ kopi yang berlebihan dapat mengakibatkan
dyspepsia,begitu pula dengan obat-obatan seperti aspirin,nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs),antibiotics (metronidazole,macrolides),diabetes drugs(metformin,-
glucosidase inhibitors,amylin analogs),antihypertensive medications (ACE
inhibitors,angiotensin-receptor blockers).
2. Functional Dyspepsia
Merupakan penyebab utama terjadinya dyspepsia kronik.
3. Luminal Gastrointestinl Tract Dysfunction
Penyakit peptic ulcer ditemukan dari 5-15% pasien yang menderita
dyspepsia.GERD(Gastroesophageal reflux disease) ditemukan sebanyak 20% dari
penderita dyspepsia.
4. Infeksi Helicobacter Pyolori
Prevalensi pasien dengan dyspepsia yang berhubungan dengan dyspepsia mencapai
20-50%.
5. Penyakit Pancreatic
Pancreatic carcinoma dan pankreatitis kronik mungkin ditemukan pada pasien dyspepsia
6. Biliary Tract Disease
Merupakan gejala dari epigastic atau right upper quadrant pain akibat choledocholithiasis
harus dibedakan dari dyspepsia.
7. Kondisi-kondisi lainnya
Diabetes mellitus,thyroid disease,chronic kidney disease,myocardial ischemia,intra-
abdominal malignancy,gastric volvulus atau paraesophageal hernia dan kehamilan juga
biasanya disertai dengan dipsinea

Patofisiologi
Dispepsia dapat dibedakan menjadi dua yaitu dyspepsia organic dan nonorganic :
1. Dispepsia organic bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
,contohnya gastritis,ulkus peptikum,stomach cancer,Gastro-Esophangeal reflux
Disease,hyperacidity,dsbnya.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional terjadi tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.

Dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari


saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa
juga terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas)
piloroduodenal.
Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara.
Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka
atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya
konsistensi makanannya cair).
Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus-terusan . Kebiasaan
lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau
minuman yang sudah dikarbonasi.
Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi makanan
jenis tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
Begitu juga dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid
(OAINS), Antibiotik makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering
dihubungkan dengan keadaan dyspepsia,faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan juga
merupakan penyebab dyspepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin
dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, membuat pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls untuk memuntahkan makanan.

Sign dan Symptoms


Timbulnya rasa nyeri disalah satu bagian tubuh

Adanya perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau berulang

Mudah merasa kenyang

Perut tiba-tiba kembung

Sering bersendawa

Nafsu makan menurun

Sering merasa mual dan disertai dengan muntah

Dada terasa panas dalam jangka waktu yang sangat lama atau bahkan bisa berbulan-
bulan.

Gejala-gejala tersebut dikenal dalam dunia medis sebagai sindrom dispepsia, dan beberapa
gejala tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, namun tidak setiap orang yang
mengalami penyakit ini diakibatkan oleh maag.

Pengobatan dan Treatment

Pengobatan dispepsia umumnya adalah pemberian obat yang menekan produksi asam
lambung, terutama obat golongan anti-histamin (seperti simetidin) atau penghambat kanal proton
(sperti omeprazole, pantoprazole). Selain itu, juga dapat digunakan obat yang meningkatkan
gerakan usus serperti metoklopramid, cisapride, dan domperidon.
Jika gejala tidak membaik setelah 2 minggu mengkonsumsi obat tersebut, mungkin perlu
dipertimbangkan untuk pemeriksaan khusus seperti endoskopi (teropong lambung). Selain obat
obatan, diperlukan modifikasi gaya hidup, yaitu menghindari makanan pedas dan asam, rokok,
alkohol, kopi, dan menurunkan stress.

Sumber :
Current medical diagnosis and treatment 2011, Stephen J.McPHEE

Spiroglou K, Paroutoglou G, Nikolaides N, Xinias I, Giouleme O, Arsos G, dkk.


Dyspepsia in childhood: Clinical manifestations and management. Annals of
Gastroenterology. 2004; 17(2): 173-80.
Clouse RE, Mayer EA, Aziz Q, Drossman DA, Dumitrascu DL, Monnikes H, dkk.
Functional abdominal pain syndrome. Gastroenterology. 2006; 130(5):1492-7. 18

III.CASE REASONING
Ibu Ani berumur 35 tahun datang dengan keluhan utama nyeri ulu hati karena telat makan 1
hari yang lalu. Nyeri yang dirasakan seperti perih. Pasien juga merasakan adanya mual dan
kembung. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan pedas dan berlemak. Selain itu, pasien
mengalami riwayat sakit maag.Saya mendiagnosa dyspepsia karena sesuai dengan gejala yang
ibu Ani miliki terutama perut perih dibagian atas(ulu hati),mual,muntah dan perut kembung
dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada saluran pencernaan yang ditimbulkan
oleh adanya gangguan organ ,baik di lambung atau sekitarnya. Dispepsia biasanya disebabkan
oleh gastritis (kelebihan asam lambung yang mengiritasi permukaan dinding lambung) atau
ulkus lambung (timbulnya luka pada dinding lambung akibat asam lambung berlebih). Jika
asam lambung naik ke kerongkongan (refluks) maka disebut GERD (Gastro-esophageal reflux
disease).Gejala GERD adalah perut yang mulas,ada rasa pahit dibagian belakang mulut atau
teggorokan da nada sesak nafas,gejala GERD tidak sesuai dengan pasien oleh karena itu saya
dapat mendiagnosa pasien mengalami dispepsia.

CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I. CASE ILLUSTRATION
A. Identitas Pasien
1. Nama : Bapak Anton
2. Usia : 60 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Tengkareng
5. Pekerjaan : Kuli bangunan
6. Agama : Muslim
7. No Rekam Medis : 04565

B. Data Gathering
1. Metode : Autoanamnesis
2. Tanggal pemeriksaan : 29 Agustus 2017
3. Keluhan utama : Nyeri lutut kanan
4. Keluhan tambahan : Bengkak
5. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien (Bapak Anton) berumur 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri di
lutut kanan semenjak satu tahun yang lalu, nyeri yang dirasakan semakin hari semakin terasa
parah. Nyeri terutama dirasakan pasien ketika selesai beraktivitas contohnya pada saat mau
beristirahat pada malam hari sehingga pasien sering mengalami kesulitan tidur. Dan juga
nyeri dirasakan pada saat bangun dipagi hari kurang lebih 15 menitan,pasien tidak dapat
jalan kaki dalam jarak yang jauh, kurang lebih hanya bisa sejauh 500 meter. Pekerjaan
pasien sebagai seorang kuli bangunan sering memikul barang berat naik turun tangga. Pasien
sudah pernah mengkonsumsi obat dari rumah sakit dan menggunakan obat tradisional yang
dapat meredahkan nyeri yang dirasakan. Skala nyeri yang dirasakan pasien dari 1-10 adalah
7.Pasien Pasien pernah jatuh dari pohon sekitar umur 20 tahunan dan bengkak serta memar
setelah didiangnosa pasien mengalami fraktur dengan tipe transverse,sembuh setelah di
immobilize (membatasi gerakan) sekitar 3 mingguan.

6. Riwayat penyakit dulu : Trauma saat jatuh dari genting


7. Riwayat penyakit keluarga : Ibu Osteopenia
8. Riwayat alergi : Tidak ada alergi
9. Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
10. Kebiasaan tertentu : Pasien memiliki kebiasaan bekerja sampai larut malam
(mengangkut barang)
11. Resume :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri di lutut kanan semenjak satu tahun yang lalu,
nyeri yang dirasakan semakin hari semakin terasa parah. Nyeri terutama dirasakan pasien ketika
selesai beraktivitas contohnya pada saat mau beristirahat pada malam hari sehingga pasien sering
mengalami kesulitan tidur. Dan juga nyeri dirasakan pada saat bangun dipagi hari kurang lebih
15 menitan, skala nyeri yang dirasakan pasien dari 1-10 adalah 7 ,pasien tidak dapat jalan kaki
dalam jarak yang jauh, kurang lebih hanya bisa sejauh 500 meter. Pekerjaan pasien sebagai
seorang kuli bangunan sering memikul barang yang berat naik turun tangga.

Selama ini, pasien sudah pernah mendapatkan obat dari puskesmas, tetapi obatnya sudah habis
kurang lebih 1 minggu yang lalu sebelum pasien ke puskesmas, sehingga pasien disarankan oleh
tetangganya untuk menggunakan pengobatan dengan cara tradisional yaitu dengan jahe yang
diparut kemudian dioleskan pada bagian yang sakit. Pasien merasa lebih nyaman setelah
menggunakan obat tradisional ini. Sebelumnya obat yang diberikan puskesmas pun dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Pasien pernah jatuh dari pohon sekitar umur 20 tahunan
dan bengkak serta memar setelah didiangnosa pasien mengalami fraktur dengan tipe
transverse,sembuh setelah di immobilize (membatasi gerakan) sekitar 3 mingguan.

12. Diagnosis : Osteoarthritis


Diagnosis banding : Rhematoid arthritis

II. DISEASE REVIEW

Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif arthritis yang dapat terjadi di berbagai
sendiri. OA paling sering terjadi di lutut, pinggang, lower back dan leher.
Pada sendi yang normal, terdapat tulang rawan kartilago yang melindungi tulang keras
untuk mencegah terjadinya pergesekan antara tulang dengan tulang sehingga kartilago bersifat
smooth, memiliki gliding surface untuk pergerakan sendi.
Pada OA, karena terjadi proses degeneratif sehingga kartilago hancur dan mengakibatkan
sakit pada bagian sendi dan penggunaan sendi pun akan terganggu. Faktor risiko OA
diantaranya pada orang tua yang sudah lanjut usia, obesitas, overuse sendi, trauma pada sendi,
kelemahan otot dan bisa juga terjadi karena genetik.

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:


1) Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi.
OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat
poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang
selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2) Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan
osteoartritis sekunder sebagai berikut:
a) Trauma /instabilitas.
OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai
bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.
b) Faktor Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia
asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis)
dapat menyebabkan OA.
c) Penyakit Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis,
akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA
atau artropati karena inflamasi).
Terdapat kalsifikasi berdasarkan tingkat keparahannya yaitu klasifikasi Kellgren-Lawrence (KL) yang
dibagi menjadi :
Grade 0: radiografi tampak normal
Grade 1: terdapat penyempitan ruang sendi dengan atau tanpa osteofit
Grade 2: terdapat osteofit, penyempitan ruang sendi yang normal atau masih
dipertanyakan
Grade 3: terdapat osteofit berukuran sedang, penyempitan sedang padaruang
sendi,terdapat kista atau subkondral sklerosis, kemungkinanadanya deformitas
Grade 4: terdapat osteofit yang berukuran besar, penyempitan ruangsendi yang sangat
menonjol, adanya sklerosis yang parah, adanyadeformitas.

Etiologi
Beberapa faktor yang telah diketahui berhubungan dengan terjadinya osteoarthritis lutut ini
antara lain :
1) Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko terjadinya
osteoarthritis lutut. Hal ini disebabkan karena sendi lutut yang digunakan sebagai penumpu berat
badan sering mengalami kompresi atau tekanan dan gesekan, sehingga dapat menyebabkan
kartilago yang melapisi tulang keras pada sendi lutut tersebut lama-kelamaan akan terkikis dan
rentan terjadi degenerasi.
2) Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi faktor resiko terjadinya
Osteoarthritis lutut. Berat badan yang berlebih akan menambah kompresi atau tekanan atau
beban pada sendi lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula
resiko terjadinya kerusakan pada tulang.
3) Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang tidak teratur yang
dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan merupakan faktor resiko terjadi Osteoarthritis lutut.
4) Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat menyebabkan kerusakan
atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi tersebut.
5) Kesegarisan tungkai
Sudut antara femur dan tibia yang > 180 derajad dapat berakibat beban tumpuan yang disangga
oleh sendi lutut menjadi tidak merata dan terlokalisir di salah satu sisi saja, dimana pada sisi
yang beban tumpuannya lebih besar akan beresiko lebih besar terjadi kerusakan.
6) Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan akifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga merupakan salah satu
penyebab osteoarthritis pada lutut.

Patofisiologi

Osteoarthritis memiliki ciri khas yaitu adanya fragmentasi dan terbelahnya tulang kartilago di
persendian. Lesi permukaan itu disusul oleh proses pengikisan kartilago secara progresif.
Melalui sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan sinovial
dipenetrasikan ke dalam tulang di bawah lapisan kartilago yang akan menghasilkan kista-kista.
Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi sempit, disamping itu
tulang bereaksi terhadap lesi kartilago yaitu dengan pembentukan tulang baru (osteofit) yang
menonjol ke tepi persendian .

OA sendi lutut terdapat proses degradasi, reparasi, dan inflamasi yang terjadi pada jaringan ikat,
lapisan rawan, sinovium, dan tulang subkondral. Pada saat aktif salah satu proses dapat dominan
atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. Perubahan yang
terjadi adalah sebagai berikut:

a) Sendi normal

Pada sendi normal, terdapat tulang rawan sendi (kartilago) yang sehat, terminyaki oleh cairan
sinovial, bantalan sendi (bursa) sehingga sendi mudah digerakkan.

b) Degradasi tulang rawan

Degradasi timbul akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi dengan degenerasi rawan
sendi, melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi perlunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan
rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat, yang cepat pada kurun waktu 10
sampai 15 tahun, sedangkan yang lambat sekitar 20 sampai 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi
tidak mempunyai lapisan rawan sendi.

c) Osteofit

Merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk memperbesar permukaan tulang dibagian bawah
tulang rawan sendi yang telah rusak. Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul
regenerasi berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral. Dengan menambah luas
permukaan tulang di bawahnya diharapkan distribusi beban ditanggung sendi tersebut dapat
merata.

d) Sklerosis subkondral

Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sklerosis, yaitu pemadatan atau penguatan tulang
tepat dibawah lapisan rawan yang mulai rusak.

e) Sinovitis

Sinovitis adalah inflamasi dari sinovuim yang terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan
fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan
yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat meningkatkan
cairan sendi. Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi
yang tidak mempunyai rawan sendi, sehingga cairan ini akan didesak ke dalam celah-celah
subkondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista subkondral (Parjoto, 2000).

Sign dan Symptoms


Beberapa gejala yang dialami pada orang yang mengalami OA yaitu,
Keterbatasan gerak sendi yang mengalami OA
Kaku ketika bangun tidur < 30 menit
Bunyi clicking atau cracking ketika menggerakkan sendi
Nyeri yang bertambah parah apabila selesai beraktivitas

Treatment dan pengobatan

Dalam treatment dan pengobatannya dibagi menjadi farmakologi dan non-farmakologi


1. Non-Farmakologi
a) Olahraga
Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol barat badan( berenang
dan jogging)
b) Menjaga sendi
Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.
c) Panas/dingin
Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat mengurangi rasa sakit pada sendi
dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat mengurangi pembengkakan pada sendi dan
mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.
d) Pembedahan
Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan
pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.
e) vitamin D,C, E, dan beta karotin
untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

2. Terapi Farmakologi
a) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif
untuk mengurangi rasa sakit.
b) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efeksamping, yaitu
menyebabkan sakit perut dangan gangguan fungsi ginjal.
c) Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
d) Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efeksamping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
e) Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada
penderita osteoarthritis.
f) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
g) Hyaluronic acid
Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-
acetygluosamine. Disebut jugavis cosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien
osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan
hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan
menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar efek
positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.
h) Glucosamine dan chondroitin sulfate

Sumber :

Current medical diagnosis and treatment 2011, Stephen J.McPHEE

Dyal C. Garg, Donald J. Weidler, and Fred N. Eshelman. Ranitidine bioavailability and
kinetics in normal male subjects. Clin Pharmacol ther.1983: 33(4):445-51

Haaz S, Wrobleski P. 2004. small weight losses can yield significant improvements in
knee oa symptoms. Online
https://sites.google.com/a/quintessentiallycecilia.com/healthyliving/Bones
/Health_Articles/coping-with-joint-pain, Diakses 13 november 2017.

III. CASE REASONING


Pasien memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami osteoarthritis, diantaranya pasien
berumur 60 tahun, pasien bekerja sebagai kuli bangunan yang sering memikul barang yang
berat naik dan turun tangga. Selain memiliki risiko, gejala yang dialami pada pasien juga
menunjukkan beberapa ciri khas dari osteoarthritis diantaranya, pasien merasa kaku pada saat
bangun tidur kurang lebih 15 menit, pasien juga merasa sakit apabila kaki terus digerakkan,
keterbatasan gerak lutut yaitu pasien hanya bisa berjalan kurang lebih 500 meter. Pasien juga
merasa sakit ketika selesai beraktivitas dan hendak tidur di malam hari. Dari beberapa alasan di
atas tersebut, saya mendiagnosa Bapak Anton dengan Osteoarthritis.Gejala yang membedakan
ostheoarthris dengan rheumatoid arthritis antara lain dari durasi sakitnya saat bangun tidur di
pagi hari,Ostheoarthritis nyeri <30 menit serta akan hilang sementara dan kembali nyeri di
malam hari,Rheumatoid arthritis nyeri >30 menit akan membaik seiring aktivitas , Rheumatoid
arthritis bisa menyerang seseorang setiap saat tanpa meilihat umur,sedangkan dengan ostheoarthritis
resiko semakin besar seiring pertambahan usia, orang dengan RA juga mengalami gejala sistemik
seperti kelelahan, demam, penurunan berat badan , radang mata , anemia , nodul subkutan (benjolan
di bawah kulit), atau radang paru-paru.Dari gejala-gejala ini saya mendiagnosa pasien ostheoarthritis.
CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I. CASE ILLUSTRATION
A. Identitas Pasien

1. Nama : Bapak Fizal


2. Usia : 49 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Metong
5. Pekerjaan : Security
6. Agama : Muslim
7. No Rekam Medis : 008268

B. Data Gathering
1. Metode : Autoanamnesis
2. Tanggal pemeriksaan : 19 September 2017
3. Keluhan utama : Nyeri pinggang
4. Keluhan tambahan : Nyeri menjalar sampai ke kaki kanan
5. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan bagian bawah yang menjalar
ke paha, betis serta kaki kanan yang dirasakan semenjak 5 hari yang lalu sebelum
datang ke puskesmas. Pasien mengalami kesulitan dalam berjalan, pasien juga
mengatakan sakit mulai dari pinggang kanan hingga telapak kaki kanan, pasien juga
merasakan kesemutan dan kaki kanan lebih lemah dari kaki kiri. Nyeri yang dirasakan
terus-menerus dan semakin lama semakin memburuk.Skala nyeri yang dirasakan pasien
dari 1-10 adalah 8. Pada saat berbaring nyeri yang dirasakan sedikit berkurang tetapi
akan bertambah parah apabila beraktivitas.
Pasien sering mengalami nyeri pada bagian pinggang semenjak setahun yang lalu
tetapi biasanya tidak terlalu sakit dan jika istirahat akan berkurang, menurut pasien
biasanya nyeri yang sering dirasakan itu karena kelelahan dalam pekerjaan. Kurang
lebih 1 minggu yang lalu, pasien sempat mengalami trauma yaitu terjatuh dari kursi
dengan posisi terduduk. Pasien sempat mengkonsumsi obat ibuprofen tetapi nyeri hanya
berkurang sesaat.
6. Riwayat penyakit dulu : Jatuh dari tangga
7. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
8. Riwayat alergi : Tidak ada alergi
9. Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
10. Kebiasaan tertentu : Tidak ada
11. Resume :
Pak Fizal berumur 49 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pinggang
kanan bagian bawah yang menjalar ke paha, betis serta kaki kanan yang dirasakan
semenjak 5 hari yang lalu sebelum datang ke puskesmas. Pasien mengalami kesulitan
dalam berjalan, pada sepanjang pinggang hingga telapak kaki kanan terasa kesemutan
dan lebih lemah dari kaki sebelah kiri. pasien juga mengatakan sakit mulai dari
pinggang kanan hingga telapak kaki kanan, pasien juga merasakan kesemutan dan kaki
kanan lebih lemah dari kaki kiri. Nyeri yang dirasakan terus-menerus dan semakin lama
semakin memburuk. Pada saat berbaring nyeri yang dirasakan sedikit berkurang tetapi
akan bertambah parah apabila beraktivitas. Pasien mulai merasa sakit setelah jatuh dari
kursi dengan posisi duduk semenjak setahun yang lalu tetapi biasanya tidak terlalu sakit
dan jika istirahat akan berkurang, menurut pasien biasanya nyeri yang sering dirasakan
itu karena kelelahan dalam pekerjaan.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien sempat mengalami trauma yaitu terjatuh
dari kursi dengan posisi terduduk. Pasien sempat mengkonsumsi obat ibuprofen tetapi
hanya mengurangi rasa sakit sementara.

12. Diagnosis : Ischialgia


Diagnosis banding : Tumor tulang belakang

II. DISEASE REVIEW

Ischialgia merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan
karena terjepitnya saraf ischiadicus. Ischialgia adalah nyeri yang menjalar kebawah sepanjang
perjalanan akar saraf ischiadicus. Ischialgia itu sendiri adalah sebuah gejala yaitu bahwa pasien
merasakan nyeri pada pinggang yang menjalar dari akar saraf ke arah distal perjalanan saraf
ischiadicus sampai tungkai bawah (Cailliet,1994 cit Kurniawati 2010).
N. ischiadicus adalah berkas saraf yang meninggalkan plexus lumbosakralis dan menuju
foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada
apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus
komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik
yang berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap
bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang yang lama-
kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya proses degenerasi yang
terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit, sehingga anolus fibrosus mengalami
penekanan dan sering menonjol ke bagian lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekanan
pada medulla spinalis. Jika keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama kelamaan akan
mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena adanya penekanan
pada nervus ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang disebakan oleh beberapa factor etiologi
dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai sindroma stenois lumbal dan entropmentneuritis ,
nyeri yang bertolak dari vertebra lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai sampai
ujung kaki harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra
Lumbosakralis.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:


Nyeri punggung bawah/daerah bokong
Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
Nyeri yang menjalar, yang di rasakan daerah bokong menjalar ke daerah paha, betis
bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah
tersebut.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella (KPR)
dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat

Treatment dan pengobatan

Tujuan utama dari treatment ischialgia adalah untuk mengeliminasi penyebab sciatica dan
mengurangi gejala-gejala yang ada.
Metode-metode treatment tradisional antara lain:

1. Olahraga

2. therapeutic massage

3. medication management

4. Menggunakan korset untuk memperbaiki posture

5. Prosedur-prosedur fisiotheraphy

Obat yang digunakan untuk sciatica antara lain pain relievers, muscle relaxants, anti-
inflammatories, dan antidepressants. Antidepressants membantu mengurangi rasa sakit. Obat lain
yang digunakan gabapentin (Neurontin) dan duloxetine (Cymbalta).
Cortisone medications, diberi secara oral atau injeksi local (epidural injection), membantu
untuk pain relievenya .Prosedur operasi dibutuhkan untuk persisting sciatica yang disebabkan
oleh saraf yang tertekan di lower spine
Sumber :

Liswoko, G. 2012. Korelasi Lama Menyupir Dengan Terjadinya Ischialgia Et Causa


Spasme Otot Piriformis Pada Sopir Angkutan Umum Banyumanik Semarang. Surkarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
III. CASE REASONING

Ciri paling khas yang dialami oleh pasien (Tn. S) adalah rasa nyeri yang menjalar dari
pinggang kanan sampai ke kaki kanan, terasa kesemutan dan kaki kanan lebih lemah dari
kaki kiri. Pasien juga memiliki faktor resiko karena sebelumnya telah mengalami trauma
terjatuh dari kursi dengan posisi duduk.Sedangkan pada tumor tulang belakang terdapat
gejala-gejala sistemik seperti hilangnya fungsi usus atau kandung kemih,kesulitan
buang ,air kecil (inkontinensia),perubahan kebiasaan buang air besar
(retensi),kelumpuhan ,Deformitas tulang belakang.Dari hal-hal ini, saya mendiagnosa
pasien mengalami ischialgia.
CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I. CASE ILLUSTRATION
A. Identitas Pasien

1. Nama : Bapak Yohan


2. Usia : 55 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Jalan Sukamaju Jaya
5. Pekerjaan : Pegawai kantor
6. Agama : Islam
7. No Rekam Medis : 0079446

B. Data Gathering

8. Metode : Autoanamnesis
9. Tanggal pemeriksaan : 3 Oktober 2017
10. Keluhan utama : Sering buang air kecil
11. Keluhan tambahan : Mudah lelah
12. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sering buang air kecil sejak 1 bulan lalu,pasien juga mudah
lelah,mual,sering haus dan mulut terasa kering,dan dalam satu minggu lalu mengalami
penurunan berat badan namun sering merasa lapar,pasien juga mengalami gangguan penyakit
kulit, seperti gatal-gatal namun saat terluka sulit sembuh serta sering mengalami rasa sakit dan
kram pada kaki,pengilihatannya juga suka kabur.
Pasien suka makan-makanan berlemak dan sangat jarang olahraga ,berat badan pasien juga
tergolong obesitas dan belakangan ini pasien memiliki Jam tidur yang tak beraturan,seringkali
kurang.
13. Riwayat penyakit dulu : Hipertensi
14. Riwayat penyakit keluarga : Ibu Diabetes mellitus
15. Riwayat alergi : Tidak ada alergi
16. Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
17. Kebiasaan tertentu : Makan-makanan berlemak tinggi
18. Resume :

Pasien (Bapak Yohan) datang dengan keluhan peningkatan buang air kecil sejak 1 bulan
lalu,pasien juga mudah lelah,mual,sering haus dan mulut terasa kering,dan dalam satu minggu
lalu mengalami penurunan berat badan namun sering merasa lapar,pasien juga mengalami
gangguan penyakit kulit, seperti gatal-gatal namun saat terluka sulit sembuh serta sering
mengalami rasa sakit dan kram pada kaki,pengilihatannya juga suka kabur,dan seringkali terasa
Kesemutan di tangan dan kaki.
Pasien suka makan-makanan berlemak dan sangat jarang olahraga ,berat badan pasien juga
tergolong obesitas dan belakangan ini pasien memiliki Jam tidur yang tak beraturan,seringkali
kurang.
Pasien juga merokok.Pasien telah melakukan pengecekan gula darah dan mendapatkan hasil
140 mg/dl yang tergolong sangat tinggi.Sebelumnya pasien juga telah melakukan pengecekan
kolestrol sekitar 1 minggu yang lalu dan didapatkan 160mg/dl.

19. Diagnosis : Diabetes Mellitus tipe 2


20. Diagnosis banding : Diabetes Mellitus tipe 1

II. DISEASE REVIEW

Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah akibat gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing manis.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing manis adalah penyakit yang
menyebabkan air kencing yang di produksi bercampur zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi
dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda gejala awal penyakit Diabetes melitus.

Etiologi

Secara umum, tipe penyakit diabetes melitus dibedakan menjadi 3 macam antara lain :

DM Tipe 1: Tipe diabetes melitus yang umum dikenal oleh banyak orang adalah diabetes melitus
tipe 1. Penyakit DM tipe 1 ini muncul sebagai akibat adanya kerusakan organ pankreas. Akibat
dari kerusakan organ pankreas, maka tubuh tidak memiliki cukup hormon insulin untuk
menyalurkan glukosa di dalam darah ke seluruh sel di dalam tubuh.
Ketika glukosa tidak dapat disalurkan untuk dirubah menjadi energi, maka glukosa hanya
dibiarkan mengendap di dalam darah. Akibatnya, dalam waktu yang cukup lama, kadar glukosa
di dalam darah meningkat dan menyebabkan munculnya penyakit diabetes melitus.
Penderita DM tipe 1 ini harus bergantung pada insulin buatan untuk menjaga agar kadar
gula darah tetap stabil. Siapa saja bisa menderita penyakit DM tipe 1 ini baik tua, muda, pria,
maupun wanita. Namun demikian, kebanyakan penderita DM tipe 1 ini masih berusia sangat
muda hingga remaja.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit DM tipe 1 ini. Inilah beberapa
faktor yang sebaiknya diwaspadai:

Memiliki faktor genetik penderita diabetes melitus.

Mengalami gangguan pada sistem imun di dalam tubuh.

Kekurangan nutrisi.

Serangan virus tertentu yang merusak organ pankreas.

DM Tipe 2 : diabetes melitus yang muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penderita DM
tipe 2 ini tidak memiliki masalah apapun pada organ pankreas. Sehingga hormon insulin dapat
diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh.
Namun masalahnya adalah karena sel di dalam tubuh mengalami masalah resistensi atau
tidak peka dengan hormon insulin lagi. Karena masalah tersebut, maka hormon insulinpun tidak
dapat menyalurkan glukosa ke sel-sel di dalam tubuh. Penderita DM tipe 2 pun sebenarnya bisa
saja mengalami kerusakan organ pankreas.
Hal tersebut bisa terjadi jika masalah kepekaan sel di dalam tubuh untuk menerima
insulin tidak segera diatasi. Tubuh akan terus memproduksi lebih banyak insulin untuk dapat
menyalurkan glukosa. Secara tidak langsung, organ pankreas akan dipaksa bekerja lebih berat
dari biasanya.
Hal itulah yang menyebabkan ada kemungkinan besar bagi penderita DM tipe 2 untuk
mengalami kerusakan organ pankreas. Sama halnya seperti DM tipe 2, tipe penyakit diabetes
inipun memiliki beberapa faktor pemicu. Berikut adalah beberapa faktor pemicu dari DM tipe 2
ini:
Obesitas

Sangat jarang berolahraga

Tidak mengatur pola makan

Sering mengalami stres akibat pekerjaan

Gestational diabetes melitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa
pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin
dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 2050% dari wanita penderita GDM
bertahan hidup. GDM terjadi di sekitar 25% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan
secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan
dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami
kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara
medis sepanjang kehamilan.
Terdapat juga diabetes mellitus tipe lain yang penyebabnya adalah defek genetic fungsi sel
beta, defek genetik sel kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, infeksi, diabetes
mellitus yang terjadi karena obat atau zat kimia dan juga sindroma genetik lain yang berkaitan
dengannya.

Patofisiologi

Resistensi terhadap insulin


Resistensi terhadap insulin terjadi disebabkan oleh penurunan kemampuan hormon insulin
untuk bekerja secara efektif pada jaringan-jaringan target perifer (terutama pada otot dan hati),
ini sangat menyolok pada diabetes melitus tipe 2. Resistensi terhadap insulin ini merupakan hal
yang relatif. Untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal dibutuhkan kadar insulin plasma
yang lebih tinggi. Pada orang dengan diabetes melitus tipe 2, terjadi penurunan pada penggunaan
maksimum insulin, yaitu lebih rendah 30 - 60 % daripada orang normal. Resistensi terhadap
kerja insulin menyebabkan terjadinya gangguan penggunaan insulin oleh jaringan-jaringan yang
sensitif dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati. Kedua efek ini memberikan kontribusi
terjadinya hiperglikemi pada diabetes. Peningkatan pengeluaran glukosa hati digambarkan
dengan peningkatan FPG (Fasting Plasma Glukose) atau kadar gula puasa (BSN). Pada otot
terjadi gangguan pada penggunaan glukosa secara non oksidatif (pembentukan glikogen)
daripada metabolisme glukosa secara oksidatif melalui glikolisis. Penggunaan glukosa pada
jaringan yang independen terhadap insulin tidak menurun pada diabetes melitus tipe 2.
Mekanisme molekular terjadinya resistensi insulin telah diketahui. Level kadar reseptor
insulin dan aktifitas tirosin kinase pada jaringan otot menurun, hal ini merupakan defek sekunder
pada hiperinsulinemia bukan defek primer. Oleh karena itu, defek pada post reseptor diduga
mempunyai peranan yang dominan terhadap terjadinya resistensi insulin. Polimorfik dari IRS-1
(Insulin Receptor Substrat) mungkin berhubungan dengan intoleransi glukosa. Polimorfik dari
bermacam-macam molekul post reseptor diduga berkombinasi dalam menyebabkan keadaan
resistensi insulin.
Defek sekresi insulin
Defek sekresi insulin berperan penting bagi munculnya diabetes melitus tipe 2. Pada hewan
percobaan, jika sel-sel beta pankreas normal, resistensi insulin tidak akan menimbulkan
hiperglikemik karena sel ini mempunyai kemampuan meningkatkan sekresi insulin sampai 10
kali lipat.
Hiperglikemi akan terjadi sesuai dengan derajat kerusakan sel beta yang menyebabkan
turunnya sekresi insulin. Pelepasan insulin dari sel beta pankreas sangat tergantung pada transpor
glukosa melewati membran sel dan interaksinya dengan sensor glukosa yang akan menghambat
peningkatan glukokinase. Induksi glukokinase akan menjadi langkah pertama serangkaian proses
metabolik untuk melepaskan granul-granul berisi insulin. Kemampuan transpor glukosa pada
diabetes melitus tipe 2 sangat menurun, sehingga kontrol sekresi insulin bergeser dari
glukokinase ke sistem transpor glukosa. Defek ini dapat diperbaiki oleh sulfonilurea.
Kelainan yang khas pada diabetes melitus tipe 2 adalah ketidakmampuan sel beta
meningkatkan sekresi insulin dalam waktu 10 menit setelah pemberian glukosa oral dan
lambatnya pelepasan insulin fase akut. Hal ini akan dikompensasi pada fase lambat, dimana
sekresi insulin pada diabetes melitus tipe 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan orang
normal. Meskipun telah terjadi kompensasi, tetapi kadar insulin tetap tidak mampu mengatasi
hiperglikemi yang ada atau terjadi defisiensi relatif yang menyebabkan keadaan hiperglikemi
sepanjang hari.
Hilangnya fase akut juga berimplikasi pada terganggunya supresi glukosa endogen setelah
makan dan meningkatnya glukoneogenesis melalui stimulasi glukagon. Selain itu, defek yang
juga terjadi pada diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin basal. Normalnya
sejumlah insulin basal disekresikan secara kontinyu dengan kecepatan 0,5 U/jam, pola berdenyut
dengan periodisitas 12-15 menit (pulsasi) dan 120 menit (osilasi). Insulin basal ini dibutuhkan
untuk meregulasi kadar glukosa darah puasa dan menekan produksi hati. Puncak-puncak sekresi
yang berpola ini tidak ditemukan pada penderita DM tipe 2 yang menunjukan hilangnya sifat
sekresi insulin yang berdenyut.18
Produksi glukosa hati
Hati merupakan salah satu jaringan yang sensitif terhadap insulin. Pada keadaan normal,
insulin dan gukosa akan menghambat pemecahan glikogen dan menurunkan glukosa produk hati.
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi peningkatan glukosa produk hati yang tampak pada
tingginya kadar glukosa darah puasa (BSN). Mekanisme gangguan produksi glukosa hati belum
sepenuhnya jelas.

Sign dan symptoms

Sering merasa haus.

Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

Rasa lapar yang ekstrem.

Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.


Berkurangnya massa otot.

Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari metabolisme otot dan lemak
yang terjadi ketika produksi insulin tidak cukup.

Kelelahan.

Pandangan yang kabur.

Luka yang lama sembuh.

Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.

Treatment dan pengobatan

Intervensi farmakologis
1. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis (metformin)
Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

Pemicu Sekresi Insulin


Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas,
dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih
boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
Penambah sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut
glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan
pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan
juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan
pemantauan faal hati secara berkala.
Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di
samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes
gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum
kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat
memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat
atau sesudah makan.
Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek
menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.

Sumber :
Dipiro, T. J., Talbert. L. R., Yee. C. G., Matzke. R. G., Wells. G. R., and Posey. M. L.,
2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, McGraw Hill, 1213,
United States of America.
Eli Lilly, 2011, HUMULIN R REGULAR INSULIN HUMAN INJECTION, USP
(rDNA ORIGIN), Eli Lilly and Company, Indianapolis, USA.
III. CASE REASONING

Pasien memiliki factor risiko terhadap Diabetes Mellitus tipe 2 karena Pasien (Bapak Yohan)
memiliki keluhan peningkatan buang air kecil pasien juga mudah lelah,mual,sering haus dan
mulut terasa kering,dan mengalami penurunan berat badan namun sering merasa lapar.
Saat terluka sulit sembuh Pasien suka makan-makanan berlemak dan sangat jarang
olahraga ,berat badan pasien juga tergolong obesitas dan belakangan ini pasien memiliki Jam
tidur yang tak beraturan,seringkali kurang.
Pasien juga merokok.Pasien telah melakukan pengecekan gula darah dan mendapatkan hasil
140 mg/dl yang tergolong sangat tinggi.Sebelumnya pasien juga telah melakukan pengecekan
kolestrol sekitar 1 minggu yang lalu dan didapatkan 160mg/dl,Sedangkan pada DM tipe satu
pasien biasa hipoglikemia (gula darah sangat rendah),karena tipe 1 berhubungan dengan genetic
maka biasanya sudah terdeteksi sejak anak-anak dan memerlukan injeksi insulin rutin atau
memakai pompa insulin yang melekat pada tubuh mereka.
Tanpa insulin, hidup mereka akan berakhir.Oleh karena itu saya mendiagnosa pasien
mengalami Diabetes Mellitus tipe 2.
CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I. CASE ILLUSTRATION
A. Identitas Pasien

1. Nama : Bapak Aldi


2. Usia : 58 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Jalan Suka Jaya
5. Pekerjaan : Pegawai negri
6. Agama : Islam
7. No Rekam Medis : 0013446

B. Data Gathering

8. Metode : Autoanamnesis
9. Tanggal pemeriksaan : 17 Oktober 2017
10.Keluhan utama : Bab ada darah
11.Keluhan tambahan : Nyeri di sekitar anus
12.Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pendarahan setelah buang air besar sejak 3 hari lalu,darahnya
berwarna merah terang dan encer, terdapat lender juga seusai buang air besar,pasien juga
merasakan ada pembengkakan, rasa nyeri, dan kemerahan di sekitar anus,rasa sakit lebih terasa
saat duduk.Pasien suka makan-makanan yang berlemak tinggi,karbohidrat tinggi namun rendah
serat dan pasien juga sangat jarang olahraga ,berat badan pasien juga tergolong obesitas dan
pasien mengaku belakangan ini berhubungan anal dengan istri,pasien juga merasakan ada
tonjolan disekitar anus.
13.Riwayat penyakit dulu : Obesitas
14.Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
15.Riwayat alergi : Tidak ada alergi
16.Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
17.Kebiasaan tertentu : Sering mengeden
18.Resume :

Pasien (Bapak Aldi) datang ke puskesmas dengan keluhan pendarahan saat buang air besar sejak
3 hari lalu terdapat lendir juga seusai buang air besar.Pasien juga merasakan ada pembengkakan, rasa
nyeri, dan kemerahan di sekitar anus,rasa sakit lebih terasa saat duduk.
Pasien bekerja sebagai pegawai negri dan banyak melakukan aktivitas di depan meja
kantor,sehingga sebagian besar waktunya digunakan untuk duduk.Sekitar seminggu sekali pasien
mengkonsumsi alkohol dan pasien merupakan perokok ringan.
Pasien suka makan-makanan yang berlemak tinggi,karbohidrat tinggi namun rendah serat dan
pasien juga sangat jarang olahraga ,kurang minum air putih,jarang konsumsi buah dan sayur,sering
mengeden saat bab,berat badan pasien juga tergolong obesitas .

19.Diagnosis : Hemoroid eksterna

20.Diagnosis banding : Polip

II. DISEASE REVIEW

Definisi

Hemoroid/ambeien/wasir adalah pembengkakan yang berisi pembuluh darah yang membesar.


Pembuluh darah yang terkena wasir berada di dalam atau di sekitar bokong, yaitu di dalam
rektum atau di dalam anus. Kebanyakan hemoroid adalah penyakit ringan dan bahkan tidak
menimbulkan gejala.

Secara umum, ambeien dibagi menjadi dua jenis, yaitu ambeien internal dan ambeien eksternal.
Kedua jenis ambeien ini sama-sama berbahayanya. Bedanya, pada ambeien jenis eksternal lebih
bisa dilihat secara jelas dibanding ambeien jenis internal karena letaknya disebelah luar anus.

1. Ambeien internal merupakan pembengkakan yang terjadi dalam rektum sehingga tidak
bisa di lihat atau di raba. Pembengkakan jenis ini hanya sedikit menimbulkan rasa sakit
karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum. Ciri-ciri yang dapat di ketahui yaitu
pendarahan pada saat buang air besar, rasa tidak nyaman saat duduk dan berjalan karena
terasa ada yang mengganjal di dalam anus.

2. Ambeien eksternal adalah wasir yang menyerang anus sehingga akan menimbulkan rasa
sakit, perih dan rasa gatal. Kerap kali wasir jenis ini ikut keluar jika ada tekanan di sekitar
anus semisal BAB dan sebagainya. Jika terdorong keluar oleh feses ambeien ini akan
mengakibatkan penggumpalan (trombosis) yang menjadikan wasir berwarna biru-ungu.
Dalam kondisi ini, maka pembuluh darah yang membengkak itu sangat mudah terluka
dan mengeluarkan darah.

Penyakit wasir juga mempunyai stadium-stadium tertentu dibedakan dari tingkat keparahannya.
Sedikitnya ada empat stadium ambeien yang umumnya terjadi, yaitu:

Ambeien stadium I. Stadium ini ditandai dengan mulai timbulnya rasa tidak nyaman dan seperti
ada yang mengganjal di dalam anus. Kejadian ini biasanya Anda rasakan saat duduk dan
berjalan. Tanda-tanda lain adalah sering terasa gatal dan panas di sekitar anus. (Bisa diobati
dengan herbal ambeien).

Ambeien stadium II. Stadium ini ditandai dengan adanya bercak darah pada kotoran yang
keluar dari anus. Hal ini bisa terjadi karena adanya tekanan kotoran pada pembuluh darah yang
mengalami pembengkakan. Dalam stadium ini biasanya muncul tonjolan berwarna ungu
kehitaman yang keluar dari dubur saat Anda jongkok dan BAB. Namun benjolan itu bisa masuk
dengan sendirinya. (Bisa diobati dengan herbal ambeien).

Ambeien stadium III. Stadium ini ditandai dengan keluarnya tonjolan dari anus yang tidak bisa
kembali masuk dengan sendirinya. Anda harus memasukkannya dengan jari tangan untuk bisa
kembali dalam posisi normal. Pastinya keluarnya tonjolan itu disertai dengan tetesan atau
bercak-bercak darah karena adanya luka pada pembuluh darah yang membengkak. (Bisa diobati
dengan herbal ambeien).

Ambeien stadium IV. Stadium ini ditandai dengan keluarnya tonjolan yang tidak bisa kembali
masuk lagi meski pun sudah dimasukkan dengan jari tangan. Tonjolan itu selalu kembali keluar
disertai dengan bercak-bercak darah. Pada stadium ini, Anda dianjurkan untuk menjalani
tindakan penyembuhan secara medis. Bisa dengan operasi, tembak laser dan sebagainya. Kondisi
ini memungkinkan Anda untuk melakukan penggabungan tindakan medis dengan herbal
ambeien. Proses penyembuhan dan pemulihannya jauh lebih cepat dibanding jika Anda tidak
melakukan penggabungan.

Etiologi

Penyebab hemoroid sebenarnya masih tidak jelas. Tapi, penyakit ini dihubungkan dengan adanya
peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah yang berada di anus dan
sekitarnya.Peningkatan tekanan darah di area anus dan rektum bisa disebabkan karena terlalu
lama mengejan saat buang air besar. Konstipasi merupakan penyebab utama dari mengejan.
Konstipasi yang terjadi biasanya akibat dari kekurangan nutrisi serat di dalam makanan.

Beberapa hal yang meningkatkan risiko hemoroid:

Sering mengangkat benda berat secara rutin.


Usia semakin tua, yang membuat penopang jaringan tubuh menjadi semakin lemah.

Batuk terus menerus atau sering muntah.

Kelebihan berat badan.

Memiliki riwayat kesehatan keluarga yang sakit hemoroid.

Sering duduk dalam waktu lama.

Sedang hamil.

Sering melakukan hubungan seks melalui anus (anal intercourse).

Patofisiologi

Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia dan menjadi penyakit patologis
hanya ketika bagian ini mengalami perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan utama
dalam saluran anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri, anterior kanan,
dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun atas arteri atau vena tetapi pembuluh darah yang
disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak mempunyai jaringan otot di
dindingnya, seperti yang ada pada vena. Kelompok pembuluh darah ini dikenal sebagai pleksus
hemoroid.

Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini berperan dalam memberikan 1520%
tekanan penutupan anus saat istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama pengeluaran
kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen meningkat, dan bantalan hemoroid
membesar membantu mempertahankan agar anus tetap tertutup. Dipercaya bahwa gejala wasir
terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika tekanan vena meningkat secara
berlebihan. Peningkatan tekanan sfingter ani juga dapat berperan dalam gejala wasir. Ada dua
jenis gejala wasir yang dapat timbul: internal dari pleksus hemoroid superior dan eksternal dari
pleksus hemoroid inferior. Garis dentata membagi kedua daerah tersebut.

Sign and symptoms

Pendarahan setelah buang air besar. Warna darah berwarna merah terang.

Terdapat lendir setelah buang air besar.

Benjolan tergantung di luar anus. Benjolan ini biasanya harus didorong kembali ke dalam
setelah buang air besar.

Pembengkakan, rasa nyeri, dan kemerahan di sekitar anus.

Mengalami gatal-gatal di sekitar anus.


Treatment

Perubahan Pola Makan dan Mawas Diri Jika hemoroid disebabkan oleh konstipasi,
Pasien harus berusaha agar tinja menjadi lunak dan bisa dibuang secara teratur.
Tujuannya agar tidak mengejan saat membuang air besar. Untuk melakukan itu, kita bisa
meningkatkan asupan serat dalam menu makanan. Beberapa sumber serat yang bagus
adalah roti dari biji-bijian utuh, sereal, buah, dan sayuran.Disarankan juga untuk minum
banyak air dan menghindari konsumsi minuman berkafein seperti teh, kopi, dan minuman
soda.

Jenis Pengobatan yang Disarankan

Obat oles yang bisa dibeli secara bebas

Berbagai macam krim, salep, dan obat suppositoria tersedia di toko obat tanpa memerlukan
resep dokter. Suppositoria adalah jenis obat-obatan yang dimasukkan langsung ke dalam
anus. Obat-obatan sejenis ini bisa dipakai untuk meredakan pembengkakan atau
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.

Pemakaian krim kortikosteroid

Jika Anda mengalami peradangan atau inflamasi di dalam atau pun di sekitar anus, dokter akan
menyarankan penggunaan krim kortikosteroid. Jangan gunakan krim ini lebih dari tujuh hari
berturut-turut. Krim ini bisa membuat kulit di sekitar anus menipis dan memperburuk iritasi.

Obat pereda rasa sakit

Paracetamol sebagai salah satu obat pereda rasa sakit, bisa membantu meredakan rasa sakit
akibat hemoroid. Hindari obat pereda rasa sakit sejenis kodein. Obat ini bisa menyebabkan dan
memperburuk konstipasi.

Penggunaan laksatif atau obat pencahar

Jika Anda mengalami konstipasi, dokter akan memberikan resep laksatif atau pencahar. Jenis
pengobatan ini akan membantu memperlancar proses buang air besar.

Sumber :

Way, Lawrence W, Current Surgical Diagnosis and Treatment, Lange Medical Publications,
1981.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, Binarupa Aksara, 1995.

Glenn S. Parker, MD, FACS, FASCRS, Journal of family practice supplement, A new treatment
option for grades III and IV hemorrhoids, October 2004

III. CASE REASONING

Pasien memiliki factor resiko terhadap Hemorrhoid eksternal karena Pasien (Bapak Aldi)
memiliki keluhan utama pendarahan setelah buang air besar sejak 3 hari lalu terdapat lendir juga
sesusai buang air besar,pasien merasakan adanya bantalan anus keluar saat mengedan dan
terdapat kotoran dalam pakaian dalam.pasien juga merasakan ada pembengkakan, rasa nyeri, dan
kemerahan di sekitar anus,rasa sakit lebih terasa saat duduk,selain itu pasien juga memiliki
beberapa faktor resiko dari umur usia semakin tua, yang membuat penopang jaringan tubuh
menjadi semakin lemah,berat badan pasien tergolong obesitas dan aktivitas sehari-hari yang
sebagian besar duduk di dalam ruangan, Perdarahan pada ambeien biasanya berupa darah segar
dan berwarna merah sekali. Beda dengan perdarahan jika ada indikasi kanker kolon warnanya
agak gelap Warna darah yang cenderung gelap disebabkan ada masalah pada usus besarnya , ciri
kanker usus adalah feses bercampur darah dan disertai diare .Oleh sebab itu saya mendiagnosa
pasien terkena hemoroid eksternal.
CLINICAL EXPOSURE II REPORT

Oleh

Amelia (00000024965)

I.CASE ILLUSTRATION

A.Identitas Pasien

1.Nama : Marni
2.Usia : 21 tahun
3.Jenis kelamin : Perempuan
4.Alamat : Jalan Suka Jaya
5.Pekerjaan : Mahasiswi
6.Agama : Islam
7.No Rekam Medis : 0098234
C. Data Gathering

8.Metode : Autoanamnesis
9.Tanggal pemeriksaan : 24 Oktober 2017
10.Keluhan utama : Demam tinggi
11.Keluhan tambahan : Sakit kepala
12.Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke RSUD dengan keluhan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x,sakit kepala,mudah
lelah,berkeringat dan batuk kering,saat makan lidah terasa pahit,belum bab selama 2
hari,kesadaran pasien composmentis,Perut pasien terlihat bengkak. Pasien tampak meringis
kesakitan jika perutnya ditekan (ekspresi wajah pasien tegang) .Skala nyeri 3 dari 1-10,nafsu
makan berkurang dan merasa mual. Mual dan muntah dirasakan setelah makan gorengan yang
beli di pinggir jalan.

Riwayat penyakit dulu :

13.Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada


14.Riwayat alergi : Tidak ada alergi
15.Riwayat penyakit lingkungan : Tidak ada
16.Kebiasaan tertentu : Makan-makanan pinggir jalan
17.Resume :

Pasien datang ke Puskesmas Sindang Jaya dengan keluhan utama demam tinggi dari 39 sampai
40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat secara perlahan mulai sore hari hingga dini hari disertai
mual kesadaran pasien composmentis, Pasien tampak meringis kesakitan jika perutnya ditekan
(ekspresi wajah pasien tegang) .Skala nyeri 3 dari 1-10,nafsu makan berkurang dan merasa mual.
Mual dan muntah dirasakan setelah makan gorengan yang beli di pinggir jalan.Demam
berlangsung 8 hari. Sebelumnya pasien dicurigai infeksi dan sudah diberi antibiotic oleh dokter
akan tetapi masih belum sembuh. Di antara teman satu kosnya ada yang menderita keluhan yang
sama. Lingkungan rumah kost penderita banyak tikusnya.

Pasien juga gemar makan-makanan di pinggir jalan dan malas mencuci tangan sebelum
makan
Hasil pemeriksaan darah didapatkan: leukopeni, tes serologi Widal positif dan IgM Salmonella
Typhi meningkat, sedangkan hasil pemeriksaan apusan darah tebal/tipis malaria negative.
Direncanakan pemeriksaan MAT (Microaglutination Test).
21. Diagnosis : Demam Tifoid
22. Diagnosis banding : Demam Berdarah (Dengue Fever)

II.DISEASE REVIEW

Definisi

Tifoid atau tipus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Penyakit ini
banyak ditemui di Indonesia. Penyakit tifoid memang erat kaitannya dengan higienitas atau kebersihan.
Bakteri penyebab tifoid senang hidup di makanan kotor ataupun tanah sehingga bila seseorang
mengonsumsi makanan kotor dan saat daya tahan tubuhnya turun maka ia dapat terserang tifoid.

Etiologi dan patofisiologi

Kuman S. typhi dan S. paratyphi masuk lewat makanan yang tercemar lambung
sebagian dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian lolos ke usus berkembang biak
ketika IgA tubuh kurang baik, kuman dapat menembus sel-sel epitel lamina propia
difagosit makrofag hidup dan berkembang biak di makrofag dibawa ke plaque peyeri
kelenjar bening mesentrika sirkulasi darah melalui duktus torasikus terjadi bakteremia I
asimptomatik menyebar ke seluruh organ endotelial terutama hati dan limpa di organ
tersebut kuman meninggalkan sel fagosit berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid
sirkulasi lagi bakteremia II disertai tanda dan gejala sistemik. Di hati, kuman masuk ke
kandung empedu VB berkembang biak bersama cairan empedu diekskresikan intermitten ke
dalam lumen usus sebagian lagi masuk ke sirkulasi setelah menembus usus proses seperti
semula makrofag teraktivasi hiperaktif saat fagositosis kuman, mengeluarkan mediator
inflamasi timbul gejala-gejala. Patologi dapat meluias ke lapisan otot, serosa, dan usus
sehingga mengakibatkan perforasi (Widodo, 2007).

Gejala

Gejala umum(Gejala tifus umumnya mulai muncul pada 1-3 minggu setelah tubuh terinfeksi)
pada demam tifoid yang sering muncul antara lain:
Demam dengan suhu badan yang naik dan turun terutama pada sore dan malam hari
Sakit kepala yang dirasakan terutama di kepala bagian depan
Nyeri otot dan pegal-pegal penurunan nafsu makan

Gejala pada saluran pencernaan, yaitu :


mual dan muntah
sakit perut
konstipasi (susah buang air besar) dengan perut kembung,lebih cendrung pada dewasa.
mencret (diare) lebih cendrung pada anak-anak.
buang air besar berdarah.

Pengobatan

Pengobatan penyakit demam tifoid dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
pemberian obat penurun panas seperti paracetamol
pemberian antibiotik golongan kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin selama 7 14
hari istirahat sampai 3 hari
konsumsi makanan lunak yang tinggi kalori dan tinggi protein dan menghindari makanan
yang mengandung banyak serat

Sumber :
Irianto, K., Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. 2006, jakarta: CV.Yrama
Widya.

Widodo, D., Demam tifoid buku ajar penyakit dalam 2009, jakarta: Interna publising.

Anonim, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
IV. CASE REASONING

Pasien memiliki resiko terhadap demam tifoid karena keluhan utama demam tinggi dari 39
sampai 40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat secara perlahan mulai sore hari hingga dini
hari disertai mual dan muntah selama 1 minggu,demam berlangsung 8 hari, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan bradikardi relative, lidah kotor dan tremor, serta
hepatosplenomegali. Lingkungan rumah kost penderita banyak tikusnya,dan pasien juga suka
man sembarangan (dipinggir jalan tanpa mementingkan kebersihan). Demam berdarah pada fase-
fase awal infeksi seringkali memiliki gejala yang tidak spesifik. Hal inilah yang seringkali dapat
mengecoh diagnosis dokter. Pada awalnya demam berdarah seringkali hanya menunjukkan
gejalan seperti flu atau batuk pilek biasa disertai demam,serta pada menderita tifus demam
terjadi di mulai dari suhu rendah perlahan-lahan meningkat,sedangkan pada demam berdarah
panas yang ditimbulkan akan langsung melambung tinggi,pada hari ke 3 penderita akan
merasakan suhu tubuhnya sehat kembali pada tifus pagi hari suhu mulai turun dan kembali pada
malam hari.Oleh karena itu saya mendiagnosa pasien terkena demam tifoid.

Vous aimerez peut-être aussi