Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Universitas Indonesia
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Diagram Sistem GNSS
Sumber: National University of Singapore (NUS) (2016)
Universitas Indonesia
1.1.2 Analisis SmartERP dengan Analisis SWOT
Solusi yang kami tawarkan untuk permasalahan transportasi dan ERP di Jakarta
adalah dengan sistem GNSS yang dimana OBU digantikan dengan aplikasi pada Smartphone,
SmartERP. Aplikasi ini memiliki fungsi sama dengan OBU dengan fitur-fiturnya untuk sistem
GNSS.
Untuk menganalisis kelayakan aplikasi SmartERP akan digunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT sendiri adalah analisis yang membahas tentang nilai positif (strength) dan
negative (weakness) faktor internal dari sebuah sistem dan nilai positif (opportunity) dan
negative (thread) faktor eksternal yang mendukung sistem tersebut. Analisis SmartERP dengan
analisis SWOT akan menghasilkan kesimpulan apakah SmartERP ini mampu menjawab semua
permasalahan sistem ERP di Jakarta, terutama di ruas Jalan H.R. Rasuna Said.
Mudah didapatkan
Multi-payment
Strength akurasi yang tinggi
Biaya yang murah
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Penjabaran Analisis SWOT untuk
SmartERP
Universitas Indonesia
1.1.2.1 Analisis Strength
Mudah Didapatkan
Aplikasi SmartERP sebagai pengganti OBU dapat diunduh dengan smartphone
ataupun tablet melalui platform in-app purchase seperti Google Play untuk android ataupun
App Store untuk iOS. Kepraktisan ini menjawab permasalahan pendistribusian OBU keada
masyarakat. Terlebih dengan sifat masyarakat Jakarta yang serba instan dan praktis,
penggunaan aplikasi untuk mengantikan OBU sangat menguntungkan masyarakat Jakarta dan
juga masyarakat luar Jakarta yang hendak melakukan perjalanan melewati area skema ERP.
Keuntungan ini dapat juga menjadi keuntungan bagi pemerintah, dimana pemerintah
tidak membutuhkan anggaran untuk membuat hardware OBU. Bentuk dari OBU yang
digunakan untuk sistem GNSS juga tidak jauh berbeda dengan bentuk telepon seluler, sehingga
yang perlu dikembangkan lebih adalah software untuk aplikasi SmartERP yang memiliki fitur
OBU untuk GNSS. Tentu saja mengembangkan aplikasi SmartERP ini tidak membutuhkan
biaya yang mahal.
Praktis
OBU Berbasis
Aplikasi
Smartphone
Murah
Multi-payment
Kelebihan prabayar, atau cashless, juga merupakan kelebihan sistem GNSS dengan
menggunakan OBU. Untuk aplikasi SmartERP ini, pengguna harus mengisi saldo pada aplikasi
SmartERP terlebih dahulu sebelum mereka melewati wilayah ERP. Sistem pengisian saldo ini
juga dapat lewat ATM ataupun gerai retail seperti Indomaret, Alfamart, dan sejenisnya. Saldo
tersebut akan secara otomatis dipotong setelah satelit memastikan posisi kendaraan setelah
memasuki wilayah ERP. Saldo yang terisi pada SmartERP dapat digunakan untuk berbagai hal,
seperti membayar parkir, jalan toll, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Cashless /
ERP
Prabayar
SmartERP
Kartu
Pembayaran Parkir
Digital
Toll
Akurasi Tinggi
Pada percobaan ERP di ruas Jalan Sudirman, dengan menggunakan teknologi DSRC
mencapai kesuksesan senilai 95-98%. Sementara bila melihat kesuksesan teknologi DSRC di
negara lain, kesuksesan bisa mencapai 99%. Hal ini terjadi karena kemacetan yang terlalu parah
sehingga tidak dapat mengenali plat nomor kendaraan. Uji coba ini menjadi kurang memuaskan
walaupun sudah cukup bagus. Namun, hal tersebut dapat berpotensi terjadinya kesalahan pada
ketika sistem ERP sudah diterapkan, terutama pada saat terjadi kemacetan di jalan tersebut.
Dengan menggunakan teknologi GNSS ini, tidak diperlukan lagi gantry dan segala
informasi posisi akan dipantau oleh satelit yang berinteraksi dengan SmartERP dan dengan
bantuan Enforcement System (ES). Pemantauan dnegan satelit ini akan lebih akurat karena
interaksi satelit dan SmartERP akan dimulai saat kendaraan masuk ke skema ERP.
Universitas Indonesia
Pengembangan
aplikasi
SmartERP
Penyediaan Pengembangan
Roadside Unit Modal CCS
Pembangunan
Enforcement
System
Universitas Indonesia
1.1.2.2 Analisis Weakness
Posisi Kendaraan Tidak Terdeteksi Pada Area Tertentu
Pada tahun 2012, Mitsubishi Heavy Industry (HMI) melakukan percobaan GNSS untuk
studi kelayakan GNSS yang akan menggantikan ERP berbasis DSRC di Singapura. Percobaan
yang dilakukan adalah percobaan kekuatan signal GNSS dan dilakukan di berbagai area, seperti
di dalam terowongan, di bawah jembatan layang, area padat dengan gedung tinggi, daerah
permukiman dengan banyak perimpangan jalan, jalan tol, dan sebagainya. Hasil yang
didapatkan dari percobaan HMI tersebut sebagai berikut:
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Hasil Percobaan Signal GNSS Pada
Daerah Tertentu oleh HMI
Lokasi Hasil Percobaan HMI
Terowongan Tidak dapat menerima sinyal GNSS.
biaya hanya bisa dikenakan pada ujung terowongan.
Area padat gedung tinggi Kesalahan pendekteksian posisi terjadi karena refleksi dari
sinyal GNSS.
Banyak titik berhenti pada jam-jam sibuk kemacetan.
Jalan di bawah jembatan Diperlukan yang dapat membedakan posisi antara kedaraan
layang di atas jembatan dan kendaraan pada jalan di bawahnya,
yang dimana keduanya berjalan secara parallel.
Diperlukan alat untuk mengatifkan retribusi pada kedua
jalan di atas jembatan layang dan jalan di bawahnya.
Daerah perumahan Dapat menerima signal dari GNSS dengan baik.
Lebar dan sempit jalan tidak menjadi masalah.
Jalan yang rumit karena banyak persimpangan.
Jalan tol Sangat baik menerima sensitivitas GNSS.
Pengenaan biaya diperlukan untuk kendaraan dengan
kecepatan tinggi.
Sumber: HMI, 2012
Dari hasil percobaan HMI tersebut, dapat diketahui bahwa daerah tangkapan signal
GNSS melemah di daerah tertentu seperti terowongan, basement, daerah di bawah jembatan
layang, dan daerah padat dengan gedung tinggi. Sangat penting bahwa Dinas Perhubungan
memperhitungkan strategi, seperti penambahan alat pendekteksi pada daerah-daerah tersebut,
untuk lokasi di mana ERP akan diberlakukan.
Walaupun sepanjang Jalan H.R. Rasuna Said tidak ada terowongan maupun jalan
layang yang cukup panjang, namun Jalan H.R. Rasuna Said termasuk jalan yang cukup padat
dengan gedung pencakar langit. Gedung-gedung ini akan cukup mengganggu signal GNSS di
sekitar Jalan H.R. Rasuna Said tersebut. Sehingga diperlukan alat-alat ES yang banyak sekitar
Universitas Indonesia
jalan untuk membantu mendeteksi kendaraan yang melewati skema ERP ataupun memperkuat
jaringan signal GNSS di daerah skema ERP.
Selain itu, pusat data pada komputer (CCS) harus dikelola dengan sistem berteknologi
tinggi, dimana dibutuhkan kecerdasan komputer dalam menyortir data posisi yang diterima
dari satelit maupun ES. Terlebih dengan banyaknya pengendara di Jakarta, informasi mengenai
Universitas Indonesia
posisi para pengendara harus disortir dengan cepat sehingga retribusi langsung dapat diproses
untuk para pengendara yang melintas di skema ERP.
Universitas Indonesia
1.1.2.3 Analisis Opportunity
Jalan Rasuna Said yang Memiliki Banyak Persimpangan
Alasan utama mengapa GNSS adalah teknologi yang tepat untuk ERP di Indonesia
dikarenakan terdapat banyak persimpangan jalan atau jalan kecil yang terhubung dengan ruas
jalan yang akan diterapkannya sistem ERP. Apabila menggunakan teknologi DSRC,
dibutuhkan pembangunan lebih banyak gantry untuk memonitor keluar masuknya kendaraan
ke dalan area ERP. Tidak hanya pembangunan gatry dan RSU yang harus dilakukan, tapi biaya
operational pun juga mahal karena memerlukan listrik dan ahli teknik untuk mengoperasikan
gantry tersebut.
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Retribusi Sesuai dengan Geometri
Jalan
Jenis Retribusi Penjelasan Geometri Bentuk Geometri
Gantry Segmen jalan yang akan
dikenakan retribusi setelah
dilalui.
Universitas Indonesia
Jumlah gantry yang harus
dibangun di ruas Jalan Rasuna
Said
Gambar Error! No text of specified style in document..7 Titik Gantry yang harus dibangun
di Jalan Rasuna Said
Teknologi GNSS tidak perlu adanya gantry dan RSU di semua persimpangan jalan pada
area skema ERP. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa teknologi GNSS adalah teknologi
yang tepat untuk penerapan ERP di Jakarta. Seperti yang telah dijelaskan pada analisis masalah
penerapan ERP, terlalu banyak persimpangan akan memakan biaya yang mahal dalam
pembangunan gantry yang tidak efisien dari segi biaya modal maupun operasional.
Universitas Indonesia
1.1.2.4 Analisis Thread
Signal di Indonesia yang Tergolong Jelek
Secara umum receiver GNSS dapat diklasifikasikan secara sistematik pada gambar
berikut.
Tipe Navigasi
Untuk sistem ERP, receiver yang digunakan adalah receiver tipe pemetaan. Seperti halnya
receiver tipe navigasi, receiver GNSS tipe pemetaan (mapping) juga memberikan data
pseudorange (kode C/A). Hanya bedanya, pada receiver tipe pemetaan, data tersebut direkam
dan dapat kemudian dipindahkan ke komputer untuk diproses lebih lanjut. Oleh sebab itu, tidak
seperti halnya receiver tipe navigasi, receiver tipe pemetaan dapat digunakan untuk penentuan
posisi secara diferensial, dan dalam hal ini ketelitian yang dapat diperoleh adalah sekitar 1-2
meter.
Pada dasarnya sinyal GNSS cukup kompleks. Ini disebabkan sinyal GNSS didesain
untuk memenuhi beberapa objektif yang penting, seperti keperluan sipil maupun militer. Signal
GNSS yang kompleks ini cukup menjadi tantangan, terutama apabila satelit GNSS yang
digunakan bukan dikelola oleh Indonesia sendiri.
Universitas Indonesia
Hal yang harus dilakukan untuk menghindari kegiatan yang meretas ini adalah dnegan
membangun pertahanan yang kuat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia