Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Korupsi telah menjadi suatu hal lazim tapi zalim yang biasa terjadi di
setiap organisasi tertentu, terlebih lagi pada organisasi lembaga pemerintahan
yang membawahi beberapa badan atau departemen yang berkoordinasi kepada
lembaga pemerintahan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Praktek korupsi
yang telah terjadi di lembaga pemerintahan telah membuat kepercayaan dari
masyarakat secara drastis semakin berkurang seiring merebaknya korupsi sendiri.
1
membuat banyak atau beberapa pejabat penyelenggara Negara atau daerah
berkesempatan melakukan korupsi.
2
1,3miliyar dan juga padaAlokasi Dana Desa dengan kerugian negara sebesar Rp
7,68 miliar.1
Selain itu, Probo setiap tahun mulai dari tahun 2004-2008 mengemplang
dana kas daerah dari bagi hasil PBB bagian pemerintah pusat. Bersama Probo
Yulastoro, sejumlah pejabat pemerintahan Kabupaten Cilacap juga dilibatkan
dalam kasus korupsi pembebasan lahan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Bunton hingga mengakibatkan kerugian Negara sebesar Rp 2 miliar, dan pejabat
tersebut antara lainFajar Subekti (Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah
Kabupaten Cilacap), Suyatmo (pejabat Bagian Pembangunan Pemda Cilacap), dan
Soeprihono (Sekretaris Daerah Cilacap).
1
Terkait Korupsi Lagi, Bupati Cilacap Jadi Tersangka
(http://www.tempo.co/read/news/2010/01/22/058220834/Terkait-Korupsi-Lagi-Bupati-Cilacap-
Jadi-Tersangka)
2
Rugikan Negara Rp 20,7 M, Bupati Cilacap Probo Yulastoro Dituntut 9 Tahun Penjara
( http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=4912&l=rugikan-negara-rp-207-m-bupati-cilacap-
probo-yulastoro-dituntut-9-tahun-penjara)
3
pusat saja, namun juga pada lingkungan pemerintahan daerah yang seringkali
dipandang sebelah mata oleh masyarakat melihat lingkup pemerintahan daerah
tidak sebesar pemerintahan pusat, terlebih lagi pada Daerah Tingkat II.
3
Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika, hal 22
4
Alatas, Syed Hussein, Korupsi : Sifat, Sebab dan Fungsi, Penerjemah, Nirwono, Jakarta:
LP3ES,1987, halvii
5
Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika, hal 23
4
d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionery
yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.
Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam tiga tahap yang terdiri dari
(1) elitis, (2) endemik, dan (3) sistemik. Pada tahap elitis, korupsi masih menjadi
patologi sosial yang khas di lingkungan para elit/pejabat. Pada tahap endemik,
korupsi mewabah menjangkau masyarakat luas. Lalu di tahap sistemik, setiap
individu di dalam sistem terjangkit penyakit yang serupa. Menurut Djaja
Ermansyah, korupsi di Indonesia telah mencapai tahap sistematik karena telah
mengakar di setiap lembaga atau institusi yang berwenang.
6
Idem, hal 12
7
Abu FidaAbdur Rafi, 2006, Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, hlm.xii
5
1. Sistem penyelenggaraan negara yang 5. Hukum yang ringan terhadap
keliru, koruptor
2. Kompensasi PNS yang rendah, 6. Pengawasan yang tidak efektif,
3. Pejabat yang serakah, 7. Tidak ada keteladanan pemimpin,
4. Law enforcment tidak berjalan, 8. Budaya masyarakat yang kondusif
KKN
B. Kekuasaan
8
Robbins, P. Stephen & Judge, A. Timothy, 2014, Perilaku Organisasi : Edisi 16, Penerjemah :
Ratna Saraswati dan Febriella Sirait, Jakarta : Salemba Empat, hal 279
9
Steven J. Rosen and Walter S. Jones,1977, The Logic of International Relations, 2nd
ed(Cambridge Mass : Winthrop Publisher, pp. 44-45
10
B.H. Raven, 1993, The Bases of Power : Origin and Recent Development, Journal of Social
Issues, pp 227-251
6
a. Kekuasaan Formal,
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu di dalam
organisasi, sehingga dapat memiliki kemampuan untuk memaksa atau
memberikan imbalan, atau dari wewenang formal. Kekuasaan formal telah
dibagi menjadi kekuasaan paksaan, kekuasaan imbalan, dan kekuasaan
legitmasi. Kekuasaan paksaan berdasar pada ketakutan atas hasil yang
negatif akibat kegagalan untuk memenuhi sehingga bertumpu pada
ancaman dan sanksi yang ada. Kekuasaan imbalan menjadi kebalikan dari
kekuasaan paksaan karena didasarkan pada pencapaian kepatuhan yang
didasarkan pada kemampuan untuk mendistribusikan imbalan yang mana
orang lain memandangnya berharga. Kekuasaan legitimasi
mempresentasikan wewenang formal untuk mengendalikan dan
menggunakan sumber daya organisasi yang didsasarkan pada posisi
struktural di dalam organisasi, sehingga secara hirearki formal lebih luas
dibandingkan dengan kekuasaan paksaan atau pun kekuasaan imbalan.
b. Kekuasaan Pribadi,
Kekuasaan pribadi muncul karena adanya karakteristik unik individu,
sehingga terdapat 2 kekuasaan pribadi yang mendasar, yaitu kekuasaan
karena keahlian dan kekuasaan acuan. Kekuasaan karena keahlian
merupakan pengaruh yang didasarkan pada keahlian atau pengetahuan
khusus, sehingga semakin tersepesialisasi maka kita semakin bergantung
kepada ahli untuk mencapai tujuan. Kekuasaan acuan didasarkan pada
identifikasi dengan seseorang yang memiliki sumber dana atau sifat
pribadi yang diinginkan, sehingga seseorang dapat menjalankan kekuasaan
atas dasar acuan untuk hal tertentu yang dihasratkan.
Kekuasaan sendiri juga dapat bersifat merusak sehingga dapat dikatakan
sebagai penyalahgunaan kekuasaan, karena kekuasaan juga dapat mengarahkan
orang untuk menempatkan kepentingannya sendiri di depan kepentingan orang
lain. Menurut Robbins dan Judge, kekuasaan tidak hanya dapat mengarahkan
orang untuk menitikberatkan pada kepentingan mereka sendiri,tapi mereka
7
mampu menggerakkan mereka sebagai alat bantu untuk memperoleh tujuan
instrumental mereka11.
Efek negatif yang bermunculan dari kekuasaan sehingga berdampak
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan juga dapat dapat ditanggulangi dengan 3 hal
tertentu, yaitu (1) efek berbahaya dari kekuasaan bergantung pada kepribadian
seseorang, (2) efek merusak dari kekuasaan dapat dikurangi oleh sistem
organisasi, (3) dan adanya kekuatan untuk menumpulkan efek negatif dari
kekuasaan.
Berkaitan dengan korupsi, dapat dikaitkan pada hakikatnya
penyalahgunaan kekuasaan sangat erat kaitanya dengan sebuah jabatan dan
kedudukan serta kewenangan yang dimiliki oleh seseorang ataupun instansi
pemerintah. Lord Acton (John Emerich Edward Dalberg-Acton) menghubungkan
antara korupsi dengan kekuasaan, yaitu power tends to corrupt, and absolut
power corrupts absolutely, yang artinyakekuasaan cenderung untuk korupsi dan
kekuasaan yang absolut cenderung korupsi absolut.
11
Robbins, P. Stephen & Judge, A. Timothy, 2014, Perilaku Organisasi : Edisi 16, Penerjemah :
Ratna Saraswati dan Febriella Sirait, Jakarta : Salemba Empat, hal 288
12
Satuan Kerja Perangkat Daerah SOTK 2011
(http://www.cilacapkab.go.id/v2/index.php?pilih=skpd)
8
Dalam pembagian administratif pemerintahan Kabupaten Cilacap,
Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa
dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 24 kecamatan, sedangkan kelurahan ada di 3
kecamatan eks kota administratip Cilacap. Ibukota Kabupaten Cilacap adalah
Cilacap, yang dulunya merupakan Kota Administratif.
9
dipegang oleh Probo Yulastoro secara jabatan tetapnya sebagai Bupati Cilacap
pada periode 2004-2009, seringkali Probo Yulastoro menyalahgunakan wewenang
dan kekuasaan yang dijabatnya karena uang yang seharusnya digunakan untuk
pembangunan daerah pemerintahannya ternyata digunakan untuk kepentingannya
sendiri, terlebih lagi karena kedudukan yang diperolehnya merupakan kedudukan
yang tertinggi di pemerintahan Kabupaten Cilacap sehingga acapkali ia
memengaruhi orang-orang bawahannya untuk melakukan tindakan korupsi secara
rapi dan terstruktur sehingga tercapailah tujuan dan keinginan pribadinya sendiri.
10
Budaya korupsi yang pada mulanya dilakukan Probo Yulastoro kian lama
makin menular ke dalam jaringan struktural yang lebih rendah secara jabatan
menjadi salah satu hal yang menjadi faktor meluasnya praktek korupsi di
Indonesia, karena pada umumnya masyarakat Indonesia masih bersifat
paternalistik sehingga dapat dikatakan sangat konduktif terhadap praktek korupsi
yang berawal dari jajaran elit sehingga penanganan kasus korupsi hendaklah ada
pendekatan lebih terhadap masyarakat dalam penanggulangan korupsi.
11
pengambilan keputusan bagi pemerintahan Kabupaten Cilacap, seringkali Probo
Yulastoro menyelewengkan dana APBD Kabupaten Cilacap.
Dari analisis studi kasus korupsi penyalahgunaan dana APBD oleh Probo
Yulastoro sebagai Bupati Cilacap yang bertanggungjawab atas korupsi
penyalahgunaan dana APBD untuk mendahulukan kepentingan pribadinya di atas
kepentingan masyarakat, maka dapat dilihat kesimpulan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh Probo Yulastoro merupakan penyalahgunaan kekuasaan atas hak
dan atau wewenang yang dimiliki oleh Probo Yulastoro yang seharusnya
digunakan untuk sebesar-besarnya manfaat bagi kepentingan masyarakat.
12
Pada kenyataannya, Probo Yulastoro alih-alih menggelapkan uang dari
dana APBD Kabupaten Cilacap secara rutin dan jumlah yang terkumpul tiap
tahunnya berkisar antara ratusan juta hingga bermiliyaran rupiah, dan secara
langsung ia memengaruhi orang bawahannya untuk dapat melakukan hal-hal yang
hanya menjadi kepentingannya Probo Yulastoro sendiri, dari situ terbukti
penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan Probo Yulastoro .
13