Vous êtes sur la page 1sur 45

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH BIOLOGIS

DI SUSUN OLEH :
Nurfauziah

Amelia Noviany

Padli Maulidin

Syarif Muhammad Fadillah

SYARIF MUHAMMAD FADILLAH ( SR152090057 )

KELAS III A
SEMESTER V

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK


PROGRAM S-1 KEPPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan Komunitas II yang membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada
Lansia dengan Gangguan Biologis.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan yang


penulis miliki sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya,
sehingga penulis berharap ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca
makalah ini, masyarakat pada umumnya serta bagi penulis sendiri pada
khususnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun akan penulis terima. Dan akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan ilmu
pengetahuan.

Pontianak , 25 oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah......................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 6
BAB II ..................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
A. Pengertian Lansia ......................................................................................... 8
B. Ciri-ciri Lansia ........................................................................................... 11
C. Pendekatan Lansia Perawatan Lansia ........................................................ 12
D. Teori Proses Menua.................................................................................... 13
E. Fokus Keperawatan Usia Lanjut ................................................................ 15
F. Perubahan Biologis Pada Lansia ................................................................ 15
G. Penyakit-Penyakit Pada Lansia .................................................................. 23
BAB III ................................................................................................................. 32
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK ......................................................... 32
DENGAN MASALAH BIOLOGIS ..................................................................... 32
A. Pengkajian .................................................................................................. 32
B. Diagnosa..................................................................................................... 35
C. Intervensi .................................................................................................... 36
BAB IV ................................................................................................................. 44
PENUTUP ............................................................................................................. 44
A. Kesimpulan ................................................................................................ 44
B. Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan


angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat


sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah
lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun
2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah
lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina,
India, dan Amerika Serikat.

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA


(1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai
414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan
hidup penduduk Indonesia.

Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup


penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun.
Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata
59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang
(74,5 tahun).

Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat.


GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri
diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga
menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR
menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Dengan
makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita
golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen
populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh
karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut
usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas


Gerontologic nursing (=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat
geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari
satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.

Tabel 1.1. Sepuluh Penyakit Terbanya Pada Lansia Tahun 2013

Prevalensi Menurut Kelompok Umur


No Jenis Penyakit
55-64 th 65-74 th 75 th +
1 Hipertensi 45,9 57 63,8
2 Artritis 45 51 54,8
3 Stroke 33 46 67
Peny. Paru Obstruksi
4 5,6 8,6 9,4
Kronis
5 DM 5,5 4,8 3,5
6 Kanker 3,2 3,9 5
7 Peny. Jantung Koroner 2,8 3,6 3,2
8 Batu ginjal 1,3 1,2 1,1
9 Gagal jantung 0,7 0,9 1,1
10 Gagal ginjal 0,5 0,5 0,6
B. Rumusan masalah

Agaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan biologis

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
b. Agar mahasiswa mampu memahami gangguan-gangguan biologis
yang terjadi pada lansia.
c. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Biologis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia.
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas
pelayanan kesehatan).

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
2. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap
lansia.
3. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian
dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut
ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran
daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum
lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua
hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal
perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan
akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia
diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian
lansia digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun


ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami


proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua


adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua
dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial
sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa
kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua
dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang
mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu
sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk
tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang
memandang usia tua dengan sikap- sikap yang berkisar antara kepasrahan
yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini
menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin
cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.

Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari


pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan
usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek
pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia
kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena
informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data
kependudukan.

Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa


setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia
56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah
(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan
mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai
tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan
dalam hidupnya.
B. Ciri-ciri Lansia

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang


lanjut usia,yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki
motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki
status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat
klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari
pada mendengarkan pendapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansiaPerlakuan yang buruk terhadap orang
lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang
buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Pendekatan Lansia Perawatan Lansia

A. Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.

B. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

C. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

D. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
D. Teori Proses Menua

1. Proses menua bersifat individual:


a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua.
2. Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang
menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur
gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua
itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies
di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan
setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti
berputar, ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus
sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan
sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994;
Constantinides, 1994).
3. Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit
auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme
tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia
dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori
radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel
tidak dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap
sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas
yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok,
zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa
menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat
(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma,
yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik.
Terdiri atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear
theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh
lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kstabilan
lingkungan eksternal).

E. Fokus Keperawatan Usia Lanjut

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)


2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

F. Perubahan Biologis Pada Lansia

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan fisik yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Sel
a. Jumlah sel menurun/menjadi sedikit.
b. Ukuran sel lebih besar.
c. Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intra seluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
b. Aktivitas silia menurun.
c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan
kedalaman bernafas menurun.
d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
e. Berkurangnya elastisitas bronkus.
f. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
h. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j. Sering terjadi emfisema senilis.
k. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
menurun seiring pertambahan usia.
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Elastisitas dinding aorta menurun
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal= 200-umur)
d. Curah jantung menurun.
e. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
g. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistol normal 170 mmHg, diastol normal
95 mmHg.
4. Sistem Persarafan
a. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya).
c. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya
saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan
tubuh terhadap dingin rendah.
d. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
e. Defisit memori.

5. Sistem Pencernaan
a. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
dan gizi yang buruk.
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap
di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama
karbohidrat).
g. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang.
6. Sistem Genitourinaria
a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di gromerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,
kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen)
meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah terganggu
bila dibandingkan dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan
glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara
linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal
berkurang.
b. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada
pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
c. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
7. Sistem Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
c. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut.
d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan aus.
e. Kifosis.
f. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
g. Gangguan gaya berjalan.
h. Kekakuan jaringan penghubung.
i. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
j. Persensian membesar dan menjadi kaku.
k. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
l. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
m. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemak, kolagen, dan jaringan parut).
n. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
8. Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
menghilang.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
e. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi
presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa.
f. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
g. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala.
9. Sistem Pendengaran
a. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan/stress.
e. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermitten).
f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
10. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi
karena beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan
antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 350C ini
akibat metabolisme yang menurun.
b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.
c. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
11. Sistem Reproduksi
Pada Wanita
a. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
b. Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi.
c. Atrofi payudara.
d. Atrofi vulva.
e. Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
Pada Pria
a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur.
b. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik.
12. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme
organ tubuh. Yang termasuk hormon kelamin adalah:
a. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
b. Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah).
c. Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin.
Kelenjar yang berkaitan dengan hormon pria/wanita. Salah satu
kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke
organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur
vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar adrenal ini
berkurang pada lanjut usia.
d. Produksi hampir semua hormon menurun.
e. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
f. Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya
di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH,
FSH, dan LH.
g. Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate) dan daya pertukaran
zat menurun.
h. Produksi aldosteron menurun.
i. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan
testosterone menurun.
13. Sistem Integumen
a. Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan
lemak.
b. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis).
c. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau
noda cokelat.
d. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
e. Respons terhadap trauma menurun.
f. Mekanisme proteksi kulit menurun: produksi serum menurun,
produksi vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu.
g. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
h. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
i. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
j. Pertumbuhan kuku lebih lambat serta Kuku jari menjadi keras dan
rapuh,Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
k. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
l. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
G. Penyakit-Penyakit Pada Lansia

1. Sistem Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-
paru dalam bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus
disertai dengan kerusakan dinding alveolus. Penyakit ini termasuk
dalam penyakit paru obstruktif kronik yang menimbulkan kesulitan
pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini bersifat progresif dan
biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat berupa
batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika
terdapat infeksi, sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat
lelah, nafsu makan berkurang, dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang
menyebabkan hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai
dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran napas, pembengkakan,
dan sekresi lendir yang berlebih di saluran napas. Secara umum gejala
asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang
berbunyi wheezing, yang biasanya timbul secara episodic pada pagi
hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone
kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor
lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia. Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab
kematian dan infeksi paru dan sering merupakan penyakit terminal
yang dialami lansia. Pneumonia pada lansia dapat bersifat akut atau
kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam bergantung pada kondisi
tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa tanda dan gejala
pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,
menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri
kepala, nyeri otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini
lebih ringan, bahkan suhu tubuh dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi
bronkus dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-
paru. Bronkitis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronis.
Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan atau tanpa sputum,
terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran napas. Sedangkan
bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru obstruktif kronis
dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih
setiap tahunnya selama 2 tahun.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan
tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi
menetap (tekanan darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan
faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner, gagal
jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan tekanan
darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan
hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun
beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan
kabur, muka yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran
darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan
makanan ke otot jantung. Penghentian suplai darah ke jantung akan
merusak atau mematikan sebagian jaringan otot jantung. Gejala yang
sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa tertekan, rasa
penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung selama
beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu,
lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode
ini dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala
yang timbul berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas,
pusing, atau mual sampai muntah. Pada perempuan, gejala-gejala
tersebut dirasa kurang menonjol. Namun, gejala tambahan dapat
timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin, pusing, rasa
ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa tanpa
sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan
insiden meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun.
Keadaan ini merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah
sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat inap gagal jantung pada
pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir. Gagal
jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang
memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal
jantung atau terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu
curah jantung. Kelainan katup menyebabkan gangguan ejeksi,
pengisisan dan preload kronis yang diakhiri dengan gagal jantung.

3. Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia
ditimbulkan penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk
menggambarkan sindrom klinis dengan gejala penurunan daya ingat
dan kemunduran fungsi intelektual lainnya. Pasien mengalami
kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap, yakni adanya
gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis, yang
mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan
memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika
pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke
jaringan otak disekitarnya. Sel-sel otak akan mati jika tidak
mendapatkan oksigen dan makanan atau akan mati akibat perdarahan
yang menekan jaringan otak sekitar. Stroke dapat dibagi atas 2
kategori besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Yang
pertama terjadi akibat penyumbatan aliran darah sedangkan yang
kedua karena pecahnya pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus
stroke disebabkan oleh iskemia dan sisanya akibat perdarahan.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala
utama berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak
stabil. Penyakit ini terjadi akibat sel saraf (neuron) yang mengatur
gerakan mengalami kematian. Ciri penyakit Parkinson merupakan
kelompok gejala yang tergabung dalam kelainan gerakan. Empat
gejala utama Parkinson adalah tremor atau gemetar di tangan, lengan,
rahang, atau kepala; kekakuan di otot atau ekstremitas; bradikinesia,
atau perlambatan gerakan; postur tubuh yang tidak stabil atau
gangguan keseimbangan. Gejala biasanya timbul secara perlahan dan
semakin lama semakin parah. Pada taraf gejala maksimal, pasien tidak
dapat berjalan, berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan
yang sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, progresif, tidak
menular, dan tidak diturunkan.
4. Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan
tinja, yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak
dapat menahannya atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut.
Mereka dengan keluhan ini dalam pergaulan merasa tersisihkan dan
rendah diri yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB
lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair,
terkadang terdapat ampas dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi
fisiologis sistem pencernaan lansia yang sudah mulai menurun dan
juga disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.

5. Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan
dan ampas darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring
darah, cairan dan ampas tersebut akan menumpuk dalam tubuh.
Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika kondisi pasien cukup baik
fungsi ginjal dapat kembali normal dalam beberapa minggu, misalnya
akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat ataupun
penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa
penurunan jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali pengeluaran
masih dapat terjadi, retensi air yang dapat menimbulkan edema
tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma
pada kasus berat, dan nyeri dada akibat perikarditis. Biasanya pasien
tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi lebih terfokus pada
keluhan penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang
minimal. Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan
tersebut sampai fungsi ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah
diabetes dan hipertensi. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin
dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab
yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah, kelelahan,
nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kedutan
dan kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi
antara lain: jaringan kelenjar dan jaringan fibromuskular yang
menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika. Gejala klinik
terjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang menyebabkan
kesulitan berkemih dan Retensi air kemih dalam kandung kemih yang
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan
cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi berkemih bertambah,
berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan
menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah
selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d. Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu
di luar kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi
medis, inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus,
infeksi saluran kemih, sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka
kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah
tidur, dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang
beberapa saat setelah digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat
timbul secara bergantian selama beberapa bulan atau tahun.
Peradangan ini paling bersifat asimetris. Osteoartritis terjadi akibat
ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi
karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang
berdekatan akan saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2
jam. Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini.
Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin
berat. Pembengkakan sendi pada beberapa bagian tubuh seperti
tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang terpapar secara
simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondylitis
Penyakit ini paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain,
seperti bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic arthritis
Hingga 30% pengidap psoriasis juga akan mengalami psoriatic
arthritis. Kelainan ini biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat
timbul secara simetris, menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan
terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini
biasanya pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai berwarna
kemerahan dan bengkak, tetapi juga dapat mengenai sendi lainnya.
Rasa nyeri tersebut dapat cepat berkembang.
f. Artritis pada lupus
Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit
peradangan kronis jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas
tubuh menyerang jaringan atau organ pasien sendiri. Inflamasi terlihat
pada berbagai sistem tubuh yang berbeda, mencakup sendi, kulit,
ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
g. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan
pergerakan yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang
aktif, gangguan arthritis ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
h. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau
mudah patah. Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon,
kekurangan kalsium dan vitamin D, dan/atau kurangnya aktivitas
fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama fraktur orang dewasa
terutama pada kaum perempuan.
7. Sistem Penglihatan
1. Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
lensa mata. Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat
menyebabkan glaucoma fakomorfik. Lensa mata yang menua pada
katarak dengan zonula siliaris yang lemah dapat tergeser ke depan
atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata
menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang. Katarak
pada lansia ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan
lensa yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat
transparansinya. Pada keadaan lain katarak akibat usia lanjut ini,
kapsul lensa akan mencair membentuk cairan kental putih yang
menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa mengalami rupture
dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan
pendengaran pada lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55
tahun atau lebih. Penyebab gangguan pendengaran lainnya pada orang
berusia tua antara lain karena infeksi atau kerusakan di telinga dalam.
Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap dalam beberapa tahun,
yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan tersebut baru
diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai.
Teman atau anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel
televisi terlalu keras atau meminta pengulangan pertanyaan berkali-
kali. Gangguan pendengaran ini dapat menimbulkan keterasingan dan
ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
a. Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar
gula darah yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur,
walaupun umumnya lebih sering dijumpai pada lansia sebagai suatu
penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada kelompok individu berumur
65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya terdapat 5 tanda gejala
awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya
nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu. Kadang-
kadang gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
10. Sistem Reproduksi
a. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan ketidakmampuan
mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan.
Disfungsi ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu pada berbagai
tingkat umur setelah dewasa. Walaupun insiden disfungsi ereksi
meningkat seiring pertambahan usia, prevalensinya mencapai sekitar
52% pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat pada orang yang
lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria berumur >70 tahun,
terutama dengan penyakit penyerta seperti diabetes. Disfungsi ereksi
dapat timbul akibat gangguan vascular, neurogenik, endokrin,
kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress psikologis.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH BIOLOGIS

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Nama :
b. Tempat /tgl lahir :
c. Jenis Kelamin :
d. Status Perkawinan :
e. Agama :
f. Suku :
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini :
b. Pekerjaan sebelumnya :
c. Sumber pendapatan :
d. Kecukupan pendapatan :
3. Lingkungan tempat tinggal
Kebersihan dan kerapihan ruangan ?,Penerangan?, Sirkulasi udara?,
Keadaan kamar mandi & WC?, Pembuangan air kotor?, Sumber air
minum?, pembuangan sampah ?, sumber pencemaran?, Privasi?, Risiko
injuri?
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :
2. Gejala yang dirasakan :
3. Faktor pencetus :
4. Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
5. Upaya mengatasi :
6. Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat ?
7. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?
8. Lain-lain..
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah diderita :
2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) :
3. Riwayat kecelakaan :
4. Riwayat pernah dirawat di RS :
5. Riwayat pemakaian obat :

5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan misal merokok,
minuman keras, ketergantungan terhadap obat (
jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai )
b. Nutrisi metabolik
Frekuensi makan ?, nafsu makan?, jenis makanan?, makanan yg
tdk disukai ?, alergi thdp makanan?, pantangan makanan?,
keluhan yg berhubungan dengan makan?
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi & waktu?, kebiasaan BAK pada malam hari?,
keluhan yang berhubungan dengan BAK?
BAB : Frekuensi & waktu?, konsistensi?,keluhan yang
berhubungan dg BAB?, pengalaman memakai pencahar?
d. Aktifitas
Pola Latihan Rutinitas mandi?, kebersihan sehari-hari?, aktifitas
sehari-hari?,apakah ada masalah dengan aktifitas?, kemampuan
kemandirian?
e. Pola istirahat tidur
Lama tidur malam?, tidur siang?,keluhan yang berhubungan
dengan tidur?
f. Pola Kognitif
Persepsi Masalah dengan penglihatan (Normal?, terganggu (
ka/ki)?,kabur?,pakai kacamata?.Masalah pendengaran
normal?,terganggu (ka/ki)?memakai alat bantu dengar ?, tuli (
ka/ki ) ? dsbnya. Kesulitan membuat keputusan ?
g. Persepsi diri-Pola konsep diri
Bagaimana klien memandang dirinya ( Persepsi diri sebagai
lansia?), bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai
dirinya?
h. Pola Peran-Hubungan
Peran ikatan?, kepuasan?,pekerjaan/ sosial/hubungan perkawinan
?
i. Sexualitas
Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah ?
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana penanganan
terhadap masalah ?
k. Nilai-Pola Keyakinan
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality : menganut
suatu agama, bagaimana manusia dengan penciptanya ), keyakinan
akan kesehatan, keyakinan agama
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
b. TTV :
c. BB/TB
d. Kepala
Rambut :
Mata :
Telinga :
Mulut, gigi dan bibir :
e. Dada :
f. Abdomen :
g. Kulit :
h. Ekstremitas Atas :
i. Ekstremitas bawah :

B. Diagnosa

a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak


mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu
lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan
kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola
tidur dan cemas
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan
keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang
diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan
bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder
e. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
f. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang
g. Risiko kerusakan integritas kulit
h. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

C. Intervensi

a. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak


mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan


mampu:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah


2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah
3. Energy tdak bermasalah
4. Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)

1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan


perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann,
jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien
6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan
dan untuk menimimalkan berat badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat badan.

b. Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam pasien


diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

1 Mengatur jumlah jam tidurnya


2 Tidur secara rutin
3 Miningkatkan pola tidur
4 Meningkatkan kualitas tidur
5 Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur

1 Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien


2 Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
3 Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
4 Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya
c. Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan
keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan
ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak
mampu mengontrol pengosongan.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam


diharapkan pasien mampu :

1 Kontinensia Urin
2 Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3 Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4 Mengosongkan bladde dengan lengkap.
5 Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC : Perawatan Inkontinensia Urin

1 Monitor eliminasi urin


2 Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3 Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4 Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.
d. Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien


diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

1 Mengingat dengan segera informasi yang tepat


2 Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan
3 Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1 Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan


2 Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan
cepat
3 Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

e. Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi


yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

TUJUAN

NOC : Fungsi Seksual

1 Mengekspresikan kenyamanan
2 Mengekspresikan kepercayaan diri

NIC : Konseling Seksual

1 Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk


organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.

2 Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.


f. Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular

Yang ditandai dengan :

1 Perubahan gaya berjalan


2 Gerak lambat
3 Gerak menyebabkan tremor
4 Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien


dapat :

1 Memposisikan penampilan tubuh


2 Ambulasi : berjalan
3 Menggerakan otot
4 Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC : Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )

1 Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang


sesuai dengan kebutuhan
2 Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
3 Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh)
g. Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang

Yang ditandai dengan:

1 Peningkatan kebutuhan istirahat


2 Lelah
3 Penampilan menurun

NOC Activity Tolerance

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien


dapat:

1 Memonitor usaha bernapas dalam respon aktivitas


2 Melaporkan aktivitas harian
3 Memonitor ECG dalam batas normal
4 Memonitor warna kulit

NIC Energy Management

1 Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat


2 Tentukan keterbatasan fisik pasien
3 Tentukan penyebab kelelahan
5 Bantu pasien untuk jadwal istirahat
h. Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

NOC : Kontrol Risiko ( risk control )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien


dapat :

1 Kontrol perubahan status kesehatan


2 Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko
3 Mengenal perubahan status kesehatan
4 Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )

1 Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan


2 Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan
3 Monitor warna kulit
4 Monitor suhu kulit
5 Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat
i. Dx. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

Yang ditandai dengan :

6 Tidak mampu mengingat informasi factual


7 Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau
8 Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman
9 Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien


dapat :

1 Mengenal diri sendiri


2 Mengenal orang atau hal penting
3 Mengenal tempatnya sekarang
4 Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training )

1 Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir


pertemuan dengan pasien.
2 Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.
3 Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali
4 Monitor perilaku pasien selama terapi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang


saling berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun
secara kualitatif dan kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun.
Telah diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada lansia dengan
pencegahan dan penatalaksanaannya. Bagaimana menjaga kebugaran pada
lansia dengan olahraga dan pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua
adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk
tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO:
do not put years to life but life into years, yang artinya usia panjang tidaklah
ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin dengan
mempunyai kualitas hidup yang baik.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa.


1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan
asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan biologis.
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat
sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi
terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja
sama yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar
belakang pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3.


Jakarta: EGC.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta:


EGC.

Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta:
EGC.

Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi