Vous êtes sur la page 1sur 16

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN

LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING


AGENT HYDROXYPROPHYL METHYLCELLULOSE (HPMC)
4000 SM DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP
Staphylococcus epidermidis

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

GALUH DEWI KUSUMAWATI


K 100 080 033

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012

1

2

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH


BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING AGENT
HYDROXYPROPHYL METHYLCELLULOSE (HPMC) 4000 SM DAN
AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus epidermidis

FORMULATION GEL OF ALOE VERA (Aloe vera (L.) Webb) ETANOLIC


EXTRACTS WITH HYDROXYPROPHYL METHYLCELLULOSE (HPMC)
4000 SM AS GELLING AGENT AND THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY
FOR Staphylococcus epidermidis

Galuh Dewi Kusumawati, Mufrod, Gunawan Setiyadi


Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb) merupakan tanaman alam yang
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.
Kandungan antrakuinonnya memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis bakteri penyebab jerawat. Untuk meningkatkan
efektivitas penggunaan ekstrak lidah buaya diaplikasikan dalam bentuk sediaan
gel dengan menggunakan variasi konsentrasi geliing agent HPMC 3,5%, 5,5%
dan 7,5%.
Penelitian ini bersifat eksperimental murni bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik gel dan aktivitas
antibakterinya terhadap Staphylococcus epidermidis. Ekstraksi daun lidah buaya
dilakukan dengan menggunakan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Gel
dibuat dalam empat formula dengan menggunakan konsentrasi HPMC yang
berbeda. Gel diuji sifat fisiknya (organoleptis, viskositas, pH, daya menyebar,
daya melekat) dan uji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus
epidermidis. Hasil yang diperoleh dianalisis datanya dengan menggunakan uji
anova satu jalan dan dilanjutkan uji t-LSD dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan konsentrasi
HPMC menyebabkan kenaikan viskositas dan daya lekat, penurunan diameter
daya sebar, tanpa mempengaruhi perubahan pH dan organoleptis gel. Gel Ekstrak
etanol daun lidah memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis dengan diameter zona hambatan formula I 13 mm, formula II 12 mm,
formula III 11 mm sedangkan formula IV sebagai kontor basis tidak memberikan
hambatan.

Kata kunci : Aloe vera (L.) Webb, Staphylococcus epidermidis, gel, HPMC

ABSTRACT
Aloe vera (Aloe vera (L.) Webb) are herbal plant which have antibacterial
activity for Staphylococcus epidermidis. The antrakuinon contets of aloe vera
have antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis a bactery causes
acne vulgaris. To improving usage effectiveness of aloe vera extract so it

1

application to formulation of gel used concentration variation of HPMC 3,5%,
5,5% and 7,5%.
The pupose of this experimental study is to know the influence of
concentration variation of HPMC use to gel physical properties and the
antibacterial activity of Staphylococcus epidermidis. Aloe vera extract obtained
from maseration process with ethanol 70%. Gels made to four formulation with
different concentration of HPMC. Gels are tested the physical properties
(organoleptis, viscosity, pH, dispersive power, adhesion) and the antibacterial
activity of Staphylococcus epidermidis. Data analysis used one way ANOVA test
followed by t-LSD test with 95% confidence level.
The results showed that improving of gelling ageng usage causes
improving viscosity, and adhesion, degradation of dispersive power, without
influence the change of pH and gel organoleptis. Aloes gel have antibacterial
activity to Staphylococcus epidermidis with inhibitory zones of FI 13 mm, F II 12
mm, F III 11 mm and F IV as bases control not have antibacterial activity.

Key word : Aloe vera (L.) Webb, Staphylococcus epidermidis, gel, HPMC

PENDAHULUAN
Jerawat atau dalam istilah medis dikenal dengan istilah acne vulgaris
merupakan salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja maupun dewasa.
Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan
menurunnya kepercayan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita
(Efendi, 2003). Dilihat dari kesehatan kulit, adanya jerawat akan mengakibatkan
jaringan parut, dimana kulit menjadi tidak rata dan berlubang yang bersifat
menetap, sehingga merusak wajah menjadi cacat selamanya (Sawarkar et al.,
2010).
Jerawat adalah suatu keadaan penyakit kulit yang berhubungan degan
beberapa faktor penyebab yaitu peningkatan eksresi sebum, adanya keratinasi
folikel, peradangan dan bakteri (Propionibacterium acne, Staphylococcus
epidermidis, Pityrosporum ovale (Malassezia furfur) (Harahap, 2000).
Dalam penelitian Bashir et al (2011) Lidah buaya mempunyai aktivitas
antijamur, antivirus dan antibakteri terhadap beberapa infeksi kulit seperti herpes,
luka bakar dan jerawat. Aktivitas antibakterinya ditunjukkan oleh kandungan
kompleks antrakuinon. Penelitian perbandingan lidah buaya terhadap beberapa
standart antibiotik (metisilin, basitrasin, novobiosin, dan eritromisin)

2

menunjukkan bahwa gel lidah buaya efektif terhadap bakteri Gram positif sebesar
75,3% dari bakteri yang diisolasi meliputi Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pyogenes dan bakteri Gram negatif sebesar 100% dari
bakteri yang diisolasi meliputi Pseudomonas aeruginosa, sedangkan daun lidah
buaya tidak efektif terhadap keseluruhan Gram negatif maupun Gram positif.
Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan ektrak lidah buaya pada kulit,
dilakukan formulasi ektrak lidah buaya dalam sediaan gel dengan basis
Hydroxyprophyl methylcellulose (HPMC). HPMC merupakan derivat sintetis
selulose yang mempunyai kelebihan diantaranya yaitu dapat menghasilkan gel
yang netral, jernih, tidak berwarna dan berasa, stabil pada pH 3-11 dan punya
resistensi yang baik terhadap serangan mikroba.
Gel merupakan sediaan topikal yang mudah diaplikasikan pada kulit serta
memiliki penampilan fisik yang menarik dibanding sediaan topikal lainnya (Wyatt
et al., 2001). Penggunaannya lebih disukai karena sediaan gel memiliki
kandungan air yang bersifat mendinginkan, menyejukkan, melembabkan, mudah
penggunaannya, mudah berpenestrasi pada kulit, sehingga memberikan efek
penyembuhan yang lebih cepat sesuai dengan basis yang digunakan (Ansel,
2005).
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan gel basis HPMC terhadap sifat fisik
dan efektivitas ekstrak etanol daun lidah buaya sebagai antibakteri Staphylococcus
epidermidis.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun segar lidah buaya (Aloe
vera (L.) Webb) sebagai ekstrak, etanol 70%, HPMC sebagai basis gel, bakteri
Staphylococcus epidermidis.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya yaitu timbangan, alat-alat
gelas, alat pembuatan ekstrak , alat uji daya lekat gel, alat uji daya sebar gel, alat
uji viskositas gel, alat pembuatan/formulasi gel.

3

Pembuatan ekstrak etanol 70% lidah buaya dengan metode maserasi
Maserasi dilakukan dengan memasukkan 2000 gram daun lidah buaya
(Aloe vera L.) segar yang telah diblender dalam bejana, ditambahkan 7500 ml
etanol 75% dibiarkan selama 5 hari sambil diaduk berulang-ulang. Ekstrak
disaring dengan kain flannel dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada
suhu dibawah 60 C sampai alkohol hilang kemudian diuapkan diatas waterbath.
Remaserasi dilakukan untuk mendapatkan keseluruhan zat aktif.
Pemeriksaan ekstrak kental lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb)
Pemeriksaan organoleptis dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk,
warna, dan bau dari ekstrak kental lidah buaya yang diperoleh.
Pembuatan Gel Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Webb)
Rancangan formula gel ekstrak daun lidah buaya dengan basis HPMC
adalah sebagai berikut :
Ekstrak etanol lidah buaya 1,0 g (Sawarkar et al., 2010)
HPMC 3,5 g
Propilenglikol 15 g
Metil paraben 0,2 g
Propilparaben 0,05 g
aquadest ad 100 ml
Pembuatan gel ekstrak etanol daun lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb
dengan basis HPMC yang telah dimodifikasi (tabel 1)
Tabel 1. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Bahan Formula I Formula II Formula III Formula IV
Ekstrak lidah buaya 4 4 4 -
Propilenglikol 15 15 15 15
HPMC 3,5 5,5 7,5 3,5
Metilparaben 0,2 0,2 0,2 0,2
Propilparaben 0,05 0,05 0,05 0,05
Aquadest ad 100 100 100 100

Aquadest sebanyak 30 ml dipanaskan hingga mencapai suhu 80 0C,


kemudian diangkat dan HPMC dikembangkan didalamnya selama 15 menit,
setelah kembang ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah
dilarutkan dalam etanol. Ditambahkan ekstrak etanol lidah buaya lalu

4

ditambahkan propilenglikol sedikit demi sedikit sambil terus digerus sampai
homogen, terakhir dicukupkan dengan aquadest dan diaduk hingga homogen.
Pengujian sifat fisik gel
a. Uji Organoleptis
Dilakukan pengamatan secara visual terhadap sediaan gel yang didapatkan
meliputi bau, warna dan bentuk dari sediaan gel.
b. Uji viskositas
Alat yang digunakan untuk uji viskositas adalah viscometer VT-04E
RION Co, TLD. Mangkuk diisi setengah sampel gel yang akan diuji. Rotor
ditempatkan ditengah-tengah mangkuk yang berisi gel, kemudian alat dihidupkan
agar rotor mulai berputar, jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan
bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian dibaca pada skala yang ada pada
viscometer tersebut.
c. Uji pH
Diukur dengan menggunakan pH stik.
d. Uji Daya Sebar Gel
Gel ekstrak etanol lidah buaya ditimbang 0,5 gram dan diletakkan
ditengah cawan petri yang telah diberi milimetter block, kemudian tutup cawan
petri yang telah ditimbang sebelumnya dan diletakkan diatasnya, kemudian
dibiarkan 1 menit, diukur diameter penyebaran gel pada beberapa sisi, diulang
dengan penambahan bahan tiap 1 menit 50 gram.
e. Uji Daya Melekat
Gel ekstrak etanol daun lidah buaya 0,2 gram diletakkan diantara 2 obyek
gelas, kemudian ditekan dengan beban 1 kg diatasnya dan dibiarkan selama 5
menit. Setelah itu obyek gelas diletakkan pada alat dan dilepaskan beban seberat
80 gram, dicatat waktunya sampai obyek gelas terlepas.
Uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis
a. Sterilisasi Alat dan Bahan
Semua peralatan yang akan digunakan dicuci bersih, dikeringkan,
dibungkus kertas dan disterilkan. Alat-alat gelas berupa cawan petri, tabung
reaksi, erlenmeyer, pipet volume dimasukkan ke dalam oven (pemanasan kering)

5

dan disterilkan pada suhu 170oC selama 90-120 jam. Alat dan bahan yang tidak
tahan pemanasan kering seperti media, pipet tetes, yellow tips, blue tips
dimasukkan dalam autoklaf (pemanasan basah) pada suhu 121oC selama 15 menit.
b. Pembuatan media
1) Pembuatan media cair BHI (Brain Heart Infusion)
BHI padat diambil 3,7 g diencerkan dengan akuades steril sebanyak 100
mL, disterilkan dengan mengautoklaf pada suhu 121C selama 15 menit.
Selanjutnya didinginkan pada suhu kamar. Media telah dapat digunakan dan
sisanya dapat disimpan pada almari es (pada suhu 4C) dalam keadaan tertutup
rapat.
2) Pembuatan media padat Mueller Hinton
Media padat Mueller Hinton diambil sebanyak 7,6 g diencerkan dengan
menggunakan akuades steril 200 mL, dan dipanaskan diatas kompor listrik hingga
semua larut. Kemudian disterilkan dengan mengautoklaf pada suhu 121C selama
15 menit. Selanjutnya media diletakkan dalam cawan petri dengan masing
masing volume sebesar 20 mL.
c. Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri uji dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus epidermidis.
Diambil 3-4 koloni biakan murni Staphylococcus epidermidis, kemudian
disuspensikan kedalam media BHI sebanyak 5 mL, setelah itu diinkubasi didalam
shaker incubator pada suhu 37C selama 1-2 jam sampai didapatkan tingkat
kekeruhan yang sama dengan standard Mc. Farland. Untuk menyamakan
pertumbuhan, ditambahkan larutan saline sehingga mempunyai kekeruhan yang
sama dengan standard Mc. Farland (108CFU/ml).
Pengujian daya antibakteri sediaan
a. Pengujian aktivitas atibakteri terhadap ekstrak etanol daun lidah buaya (Aloe
vera (L.) Webb)
Uji aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol lidah buaya menggunakan
bakteri Staphylococcus epidermidis dengan cara difusi agar. Pada agar dibuat
sumuran dengan diameter sama untuk masing-masing perlakuan. Ekstrak dibuat
seri konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dilarutkan dengan DMSO. Ekstrak

6

dimasukkan dalam sumuran dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Diameter zona hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan penggaris.
b. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap gel ekstrak etanol daun lidah buaya
(Aloe vera (L.) Webb)
Uji daya antibakteri terhadap gel ekstrak etanol daun lidah buaya
menggunakan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan cara difusi agar. Pada
agar dibuat lima sumuran dengan diameter sama untuk masing-masing perlakuan.
Tiga sumuran untuk gel basis HPMC yang mengandung ekstrak etanol lidah
buaya (Formula I, II dan III). Satu sumuran untuk gel basis HPMC tanpa ekstrak
etanol lidah buaya (Formula IV) sebagai kontrol gel, dan satu sumuran lagi untuk
ekstrak etanol lidah buaya tanpa gel (kontrol ekstrak). Gel dimasukkan ke dalam
sumuran dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Diameter zona
hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan penggaris. Parameter yang
digunakan adalah adanya zona diameter hambatan yang dihasilkan gel ekstrak
etanol lidah buaya dengan beberapa konsentrasi basis gel.
Tekhnik Analisis Data
Dari hasil evaluasi sediaan gel (viskositas, daya sebar, daya lekat, pH ,
organoleptis) dan pengukuran diameter zona hambatan pada media agar dianalisis
dengan ANAVA satu jalan dan dilanjutkan dengan uji t dengan taraf kepercayan
95 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Determinasi merupakan langkah awal dari penelitian ini. Determinasi
tanaman dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman
sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahan pengambilan tanaman.
Determinasi tanaman Lidah buaya dalam penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dilakukan
dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi dengan menggunakan buku acuan Flora
of Java (Backer and Van Den Brink, 1968). Hasil dari determinasi ini
menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar tanaman Lidah buaya
(Aloe vera (L.) Webb).

7

Proses pembuatan ekstrak etanol lidah buaya dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi dengan menggunakan cairan penyari etanol 70%.
Hasil maserasi diuapkan pelarutnya dengan menggunakan waterbath bertujuan
agar larutan penyari tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri. Dilakukan
remaserasi sebanyak 1 kali dengan menggunakan pelarut yang sama. Hasil
ekstraksi 5 kg daun lidah buaya dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 70% diperoleh rendemen ekstrak kental berwarna coklat tua segar, pahit
dan berbau khas aromatik sebesar 60 gram. Sediaan ini liat dalam keadaan dingin
dan sulit untuk dituang.

Hasil Uji Sifat Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya
Hasil Uji Viskositas Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya
Konsentrasi HPMC yang digunakan dan penambahan ekstrak berpengaruh
terhadap viskositas gel. Tabel 2 menunjukkan hasil uji viskositas gel ekstrak
etanol daun lidah buaya dengan basis HPMC. Terjadi peningkatan viskositas dari
formula I ke formula III sebanding dengan meningkatnya konsentrasi HPMC yang
digunakan. Adanya perbedaan viskositas pada masing-masing formula,
dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi HPMC yang digunakan dan
penambahan ekstrak. Penambahan ekstrak pada tiap formula juga mempengaruhi
viskositas gel. Dimana dengan adanya penambahan ekstrak dapat meningkatkan
viskositas.
Tabel 2. Hasil uji viskositas gel ekstrak etanol daun lidah buaya dengan basis HPMC

Formula Viskositas (dPa-s)


Formula I 30 0
Formula II 50 0
Formula III 170 0
Formula IV 25 0

Dari data yang dihasilkan dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
basis HPMC yang digunakan maka nilai viskositas gel semakin meningkat.
Kenaikan viskositas ini disebabkan karena adanya sifat mengembang dari basis itu
sendiri dan juga karena peningkatan jumlah gelling agent yang digunakan dapat
memperkuat matriks gel sehingga menyebabkan kenaikan viskositas (Zath dan

8

Kushla, 1996). Penambahan bahan lainnya juga mempengaruhi viskositas gel
seperti propilenglikol yang berfungsi sebagai humektan. Tetapi dalam penelitian
hal ini bisa diabaikan karena penambahan volume propilenglikol pada tiap-tiap
formula sama.
Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya
pH gel pada sediaan topikal berperan penting karena berkaitan dengan
tingkat keamanan penggunaan pada kulit. Kulit mempunyai pH sekitar 5-6,5
(Djuanda, 1999). Jika sediaan terlalu asam atau basa maka akan mengiritasi kulit.
Tabel 3 merupakan tabel hasil uji pH gel pada masing-masing formula.
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa masing-masing formula tidak menunjukkan
perbedaan pH. pH sediaan formula I, II, III, IV berkisar 6. Dalam hal ini besarnya
konsentrasi basis yang digunakan dan adanya penambahan ekstrak tidak
mempengaruhi pH sediaan, hal ini dapat dilihat dari F IV sebagai kontrol basis
yang tidak mengandung ekstrak tetap mempunyai pH yang sama dengan formula
I, II, III.
Tabel 3 . Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya
Sediaan Gel pH
Formula I 60
Formula II 60
Formula III 60
Formula IV 6 0
Keterangan :
Formula I : gel ekstrak etanol daun lidah buaya dengan HPMC 3,5%
Formula II : gel ekstrak etanol daun lidah buaya dengan HPMC 5,5%
Formula III : gel ekstrak etanol daun lidah buaya dengan HPMC 7,5%
Formula IV : gel ekstrak etanol daun lidah buaya dengan HPMC 3,5%
( kontrol basis )

Hasil Uji Daya Menyebar Gel ekstrak Etanol daun Lidah Buaya
Menurut Sulaiman dan Kuswahyuning (2008) sediaan semipadat yang
baik pada dasarnya harus bersifat lunak karena digunakan pada kulit, untuk itu
sediaan harus mempunyai daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menjamin
pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit. Gel harus mampu tersebar dengan
sedikit tekanan sehingga tidak memberikan rasa sakit saat dioleskan. Semakin
mudah dioleskan semakin besar luas permukaan kontak obat dengan kulit atau
tempat aksi.

9

8
6 formu
ula I
4 formu
ula II
2
formu
ula III
0
kontrool basis
35,68 85,68 135,668 185,68 23
35,68 285,68
Berat beban
b (gram)

Gambar 3.
3 Grafik Hubbungan Penammbahan Berat Beban Terhaadap Diameter Sebar Gel
Ekstrak Eta
anol Daun Lid
dah Buaya

Gam
mbar 3 mennunjukkan hhubungan antara
a penaambahan beerat beban
terhadap
t diaameter sebaar gel ekstraak etanol daaun lidah bbuaya. Denggan adanya
penambahan
p n beban, diam
meter penyeebaran akan bertambah. Tetapi deng
gan adanya
peningkatan
p n konsentrasii HPMC terjjadi penurun
nan diameterr daya sebarr gel. Hasil
uji
u daya sebbar tersebut menunjukkaan bahwa addanya perbeedaan daya sebar yang
signifikan paada tiap form
mula yang diitunjukkan dengan
d hasil uji statistik anova satu
jalan
j bahwaa p-value sebesar
s 0,0000 (<0,05) yang dapaat disimpulk
kan bahwa
perbedaan
p konsentrasi
k basis yangg ditambahkkan tiap foormula mem
mpengaruhi
perbedaan
p daya
d sebar yaang signifikaan.
Hasil
H Uji Daya Meleka
at Gel Ekstrrak Etanol Daun
D Lidah
h Buaya.
Day
ya melekat berbanding
b lurus dengaan kekuatann absorbsinyya, dimana
semakin lam
ma suatu gel melekat padda kulit makka kontak gel dengan kullit semakin
lama
l sehinnnga obat yanng diabsorbsi besar dan semakin efeektif efek terrapetiknya.
Daya
D lekat ini
i dipengarruhi oleh koonsistensi daan kandungan kimia dalaam ekstrak
kental
k tersebbut.
Tabel 4. Hasil
H Uji Day
ya Lekat Gel Ekstrak
E Etanool Daun Lidah
h Buaya
Formuula Daya lekat (detik) (MS
SD)
Formula I 122,85 5,24
Formula II 266,45 2,74
Formula III 366,82 2,99
Kontrol baasis (formula IV) 155,37 1,09

dasarkan tab
Berd bel 4 dapat diketahui bahwa
b semaakin tinggi konsentrasi
k
HPMC
H dalaam formula maka semaakin lama daaya lekat geel. Hasil meenunjukkan
bahwa
b form
mula III meemiliki dayaa lekat yangg paling lam
ma sebandin
ng dengan

10
peningkatan konsentrasi basis. Semakin lama daya lekat suatu gel maka semakin
besar konsentrasi zat aktif yang berdifusi ke dalam kulit.
Hasil Uji Organoleptis Gel
Gel ekstrak etanol daun lidah buaya diuji organoleptisnya dengan cara
melakukan pengamatan secara visual terhadap perubahan warna, bau dan bentuk
dari sediaan gel. Penambahan ekstrak etanol daun lidah buaya mempengaruhi
warna dan bau gel lidah buaya.
Tabel 5. Hasil uji pengamatan secara organoleptis gel ekstrak etanol daun lidah buaya
(Aloe vera (L.) Webb)

Formula Warna Bau Bentuk


Formula I Coklat Khas aromatik Semi padat, mudah dioleskan
Formula II Coklat Khas aromatik Semi padat, mudah dioleskan
Formula III Coklat Khas aromatik Semi padat, mudah dioleskan
Formula IV Bening Khas aromatik Semi padat, mudah dioleskan

Dari hasil pengamatan organoleptis didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol


daun lidah buaya dengan basis HPMC pada tiap-tiap formula memiliki
organoleptis yang sama yaitu berwarna coklat tua, berbau khas aromatik dan
bentuknya semi padat mudah dioleskan pada kulit. Adanya penambahan ekstrak
mempengaruhi sediaan gel secara organoleptis baik warna maupun bau, hal ini
bisa dilihat dari perbandingan dengan kontrol basis (F IV) yang secara
organoleptis berwana bening-opaque.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lidah buaya terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis dilakukan secara in vitro menggunakan metode difusi
padat dengan cara sumuran yaitu dengan menggunakan media agar Mueller
Hinton yang telah diinokulasi bakteri Staphylococcus epidermidis. Parameter uji
antibakteri secara invitro dapat diketahui dari zona hambatan radikal yang
dihasilkan.
Uji pendahuluan ekstrak etanol daun lidah buaya dilakukan untuk
mengetahui zona hambatan yang dihasilkan zat aktif sebelum diformulasikan
dalam bentuk sediaan gel. Uji pendahuluan dilakukan dengan menggunakan seri

11

konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, 5% yang dilarutkan dalam DMSO (dimetil
sulfoxide) yaitu pelarut yang bersifat netral/tidak mempunyai aktivitas antibakteri.
Tabel 6. Hasil Uji Pendahuluan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Lidah
Buaya Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

Konsentrasi Zona hambat


ekstrak 1% 7 mm
ekstrak 2% 7 mm (irradikal)
ekstrak 3% 7 mm (irradikal)
ekstrak 4% 15 mm
ekstrak 5% 17 mm

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dari seri konsentrasi yang digunakan,
konsentrasi 4% dan 5% memberikan hambatan terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis dengan diameter zona hambat konsentrasi 4% sebesar 15 mm dan
konsentrasi 5% sebesar 17 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis
Uji aktivitas antibakteri terhadap gel ekstrak etanol daun lidah buaya
dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak lidah buaya sebagai antibakteri
setelah diformulasi dalam bentuk sediaan gel dengan basis HPMC. Dalam hal ini
penggunaan basis HPMC sangat berpengaruh karena berhubungan dengan
pelepasan zat aktif dari sediaan. Besar zona hambatan tiap-tiap formula dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya Dengan
Basis HPMC

Formula Zona Hambat


Formula I 13 mm
Formula II 12 mm
Formula III 11 mm
Formula IV (kontrol basis ) -
Kontrol Ekstrak 4% 15 mm

Tabel 7 menunjukkan aktivitas antibakteri tiap-tiap formula terhadap


Staphylococcus epidermidis. Dimana tiap-tiap formula efektif terhadap
Staphylococcus epidermidis ditunjukkan dengan diameter zona hambatan yang
dihasilkan formula I sebesar 13 mm, formula II sebesar 12 mm, formula III
sebesar 11 mm dan kontrol ekstrak sebesar 15 mm sedangkan formula IV yang

12

merupakan kontrol basis dengan konsentrasi HPMC 3,5% tidak memberikan
hambatan terhadap Staphylococcus epidermidis.
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa daya antibakteri formula I >
formula II > formula III > formula IV. Diameter zona hambatan berbanding
terbalik dengan konsentrasi basis yang digunakan, dimana semakin tinggi
konsentrasi HPMC yang digunakan maka semakin kecil zona hambatan dan daya
antibakterinya. Hal ini karena dengan meningkatnya gelling agent yang digunakan
semakin kuatnya matriks gel sehingga obat yang berdifusi keluar semakin kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Gel ekstrak etanol daun lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb) dengan gelling
agent Hydroxyprophyl methylcellulose (HPMC) efektif sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus epidermidis dan dengan adanya variasi gelling agent
berpengaruh terhadap sifat fisik gel.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk sediaan gel ekstrak daun lidah
buaya dengan menggunakan basis yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk formulasi gel ekstrak etanol lidah
buaya untuk meningkatkan estetika dari sediaan gel agar lebih diterima.

UCAPAN TERIMA KASIH
1. Bapak TN. Saifullah S, M.Si., Apt dan Ibu Ika Trisharyanti D.K, M.Farm.,
Apt selaku penguji I dan II.

DAFTAR ACUAN
Ansel, H. C., 2005, Pengantar bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan
oleh Ibrahim, F., 390-393, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Bashir, A., Saeed, B., Mujahid, T, Y., Jehan, N., 2011, Comparative study of
antimicrobial activities of Aloe vera extracts and antibiotics against
isolates from skin infections, African Jurnal of Biotechnology, 10(19),
3835-3840.

13

Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S., 2001, Anatomi Kulit pada Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Wasiaatmaja, S. M., (Editor) Edisi II, 3-5, Fakultas
Kedokeran UI, Jakarta.

Efendy, Z., 2003, Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Acne Vulgaris,
(online), (http :// library Usu.ac.id/download/fk/histology-zukesti3.
Pdf,diakses tanggal 29 April 2011).

Harahap, M., 2000, Ilmu Penyakit Kulit, 35-40, Hipokrates, Jakarta.

Muslim dkk., 2008, Formulasi dan uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil Peroksida-
HPMC, Fakultas farmasi Fmipa Unand.

Sawarkar et al, 2010, Development and Biological Evaluation of Herbal Anti-


Acne Gel, 2(3), 2028-2029.

Sulaiman, T. N. S., dan Kuswahyuning, R., 2008, Tekhnologi dan Formulasi


Sediaan Semi padat, Pustaka Laboratorium Tekhnologi Farmasi Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta.

Wyatt, E., Sutter, S. H., Drake, L. A., 2001, Dermatology Pharmacology, in


Goodman and Gilmans The Pharmacological basic Of Therapeutics,
Hardman, J. G., limbird, L. E., Gilman, A. G., (editor), 10 th, 1801-1803,
McGraw-hill, New York.

Zath, J. L., and Kushla, G. P., Gels, in Lieberman, H. A., Lachman, L., and
Schwatz, J. B. Pharmaceutical Dosage Form: Dysperse System Vol. 2.
2nd Ed, P.399-417. New York: Marcell Dekker, Inc.

14

Vous aimerez peut-être aussi