Vous êtes sur la page 1sur 15

PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO

III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO

IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

VI. DUKUNGAN PERAN BALAI

VII. PENUTUP

1
PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA *)
Oleh
Balai Besar Industri Agro Bogor **)

I. PENDAHULUAN
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh
Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui fisik atau kimiawi, penyimpanan,
pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir
yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.
Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi
bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai
penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling
berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar
social ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari
lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan
pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil
Pertanian (IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMO) dan Industri Jasa
Sektor Pertanian (IJSP).
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sebagai berikut :
1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya
karbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura;
2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa
sawit, tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain;

*) Makalah disampaikan pada Seminar Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK) Kementan, Serpong, 14 Mei 2014
**) Jl. Ir. H. Juanda No. 11 Bogor 16122. Telp (0251) 8324068, Fax. 8323339. www.bbia.go.id email : cabi@bbia.go.id
2
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu
seperti damar, rotan, tengkawang dan hasil hutan lainnya;
4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut
segar, pengalengan dan pengolahan serta hasil samping ikan dan laut;
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit dan hasil
samping lainnya.
Industri peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan
sebagai berikut :
1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan
lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya);
2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai
berikut :
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan
serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri
pengolahan pertanian;
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek;
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan computer serta alat komunikasi modern lainnya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor
ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan
segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah
dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada
posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada
kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan perkembangan
agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri.

3
II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO
Pengembangan agroindustri di Indonesia terbukti mampu membentuk
pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia
pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang
mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau
pertumbuhan negative, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang
beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain
yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan.
Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak
bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar
ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan
pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu dan industri tembakau yang
disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang
padat karya. Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri
pakan ternak dan minuman ringan. Penurunan industri pakan ternak disebabkan
ketergantungan impor bahan baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan).
Sementara penurunan pada industri makanan ringan lebih disebabkan oleh
penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi.
Industri agro merupakan industri andalan masa depan karena didukung oleh
sumber daya alam yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian,
perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Produksi minyak sawit
mentah (CPO dan CPKO) pada tahun 2012 lebih dari 25,5 juta ton, kakao sekitar 0,8
juta ton nomor 3 di dunia, karet sekitar 3,04 juta ton nomor 2 di dunia, dan rotan
sekitar 143 ribu ton nomor 1 di dunia.
Disamping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor yaitu yang
tidak tersedia di dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi yang
terbatas seperti (data tahun 2012), tepung terigu impor sekitar 480 ribu ton, susu
impor 2 juta ton dan daging sapi impor 40 ribu ton.

4
Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 Kebijakan Industri Nasional (Industri
Agro merupakan salah satu industri andalan masa depan). Dua belas klaster
Industri Agro, yang berbasis komoditas kakao, kelapa, buah, tembakau, kopi, gula,
kelapa sawit, karet, hasil laut, pulp kertas dan susu. Ditingkat daya saingnya melalui
hilirisasi dan diversifikasi produk sehingga dalam jangka panjang diperlukan
peningkatan penelitian dan pengembangan serta peningkatan kompetensi Sumber
Daya Manusia. Selain itu juga, pengembangan mesin pengolahan.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
maka Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tidak berlaku lagi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya penetapan undang-undang yang baru tersebut diatas adalah
otonomi daerah, era globalisasi dan liberalisasi, perlunya pemanfaatan sumber daya
alam secara optimal oleh industri nasional guna penciptaan nilai tambah yang
sebesar-besarnya di dalam negeri dan perlunya peningkatan peran dan keterlibatan
pemerintah secara langsung di dalam mendukung pengembangan industri nasional.
Dengan demikian, adanya UU Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian,
pembangunan industri melalui penguatan atas struktur industri yang mandiri, sehat,
dan berdaya saing dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan
efisien, dan mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang
berlandaskan pada kerakyatan, keadilan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan
mengutamakan kepentingan nasional. Agroindustri merupakan salah satu subsistem
yang melengkapi rangkaian system agribisnis, subsistem ini berfokus pada kegiatan
berbasis pengolahan sumber daya hasil pertanian dan peningkatan nilai tambah.
Sasaran pengembangan agroindustri :
1. Kualitatif
a. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri
hilir agro;
b. Meningkatkan daya saing industri agro melalui fasilitasi infrastruktur baik fisik
maupun non fisik;
c. Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor melalui pameran
promosi;

5
d. Mengembangkan keragaman produk;
e. Meningkatkan mutu produk industri agro;
f. Mengembangkan R & D baik dibidang teknologi proses, produk dan rancang
bangun peralatan pabrik.
2. Kuantitatif
a. Target pertumbuhan industri agro tahun 2010-2014 untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau 8,40%; industri barang kayu dan hasil
hutan lainnya 2,88%; serta industri kertas dan barang cetakan 4,86%;
b. Target perkembangan nilai ekspor industri agro 2010-2014 pada tahun 2014
cabang industri hasil hutan dan perkebunan 13.334,19 (US$ juta); industri
makanan, hasil laut dan perikanan 23.783,09 (US$ juta) serta industri
minuman dan tembakau 4.121,11 (US$ juta).
Pertumbuhan industri agro tahun 2013 (triwulan III). Pada tahun 2013 (TW III),
cabang industri makanan, munuman dan tembakau 3,45%; Industri barang kayu dan
hasil hutan lainnya 8,20% dan industri kertas dan barang cetakan 3,74%. Sedangkan
kontribusi industri agro pada PDB Industri Non Migas tahun 2012 sebesar 45,21%
sedangkan pada tahun 2013 adalah sebesar 45,43%.
Kinerja Ekspor Industri Agro Tahun 2012-2013. Pada tahun 2013 (Agustus)
untuk cabang industri hasil hutan dan perkebunan 7.457,50 (US$ juta); Industri
makanan, hasil laut dan perikanan 5.250,08 (US$ juta). Sedangkan tahun 2012
untuk cabang industri hasil hutan dan perkebunan 19.726,09 (US$ juta) dan industri
minuman dan tembakau 1.728,59 (US$ juta).
Prioritas komoditi industri agro adalah kelapa sawit, rotan, kakao dan gula.
1. Kelapa Sawit
Berdasarkan Peraturan Presiden No.28 tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional, industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu prioritas
untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi seperti
industri oleofood, oleochemical, energy dan pharmaceutical.
Pemanfaatan CPO selama ini digunakan oleh industri dalam negeri
sebagai bahan baku industri. Turunan CPO yang masih terbatas yaitu industri
pangan (antara lain minyak goreng, margerin, shortening, CBS) dan industri non

6
pangan yaitu oleokimia (antara lain fatty acids, fatty alcohol dan glycerin) dan
biodiesel.
Kinerja industri pengolahan kelapa sawit tahun 2011 sampai 2013 adalah
jumlah unit usaha berturut-turut 89, 93 dan 95 dengan tenaga kerja 325.000
orang, 330.000 orang dan 330.000 orang. Produksi untuk minyak goreng sawit
tahun 2013 sebesar 17.450.000 ton diekspor 12.050.000 ton minyak goreng sawit
(untuk tahun 2013 data masih bersifat prognosa).
2. Rotan
Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar didunia.
Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia,
sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti Philipina, Vietnam dan Negara-negara
Asia lainnya.
Rotan merupakan bahan baku dari alam yang ramah lingkungan karena
rotan hidup di pepohonan. Oleh karena itu, produk olahan rotan termasuk produk
ramah lingkungan.
Kinerja industri furniture (rotan) untuk produksi dari tahun 2010-2013
berturut-turut sebesar 2.000.000 m3, 2.200.000 m3, 2.300.000 m3 dan 2.305.000
m3 dengan nilai ekspor sebesar 1,4 milyar US$, 1,2 milyar US$, 1,2 milyar US$
dan 1,25 milyar US$ tahun 2013. Sedangkan unit usaha dari tahun 2010-2013
tidak mengalami kenaikan sebesar 912 dan tenaga kerjanya sekitar 432.700
orang.
3. Kakao
Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan dimasa
mendatang cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan dan
minuman olahan dari cokelat.
Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat signifikan dari
560.000 ton tahun 2011, meningkat menjadi 660.000 ton (naik 17,8%) dengan
kenaikan produksi dari 250.000 ton pada tahun 2011 meningkat menjadi 400.000
pada tahun 2012 (naik 60%).

7
Jumlah industri pengolahan kakao dari tahun 2008-2010 sebesar 15 unit
usaha dan pada tahun 2011-2012, 16 unit usaha. Dengan tenaga kerja yang
diserap 4.000 orang (2008-2010), 4.300 orang pada tahun 2011-2012.
Berkembangnya industri pengolahan kakao turut mendorong
berkembangnya industri hilir cokelat seperti Nestle, Mayora, Indolakto dan
Unilever. Investasi mencapai Rp. 3,0 Triliun.
4. Gula
Revitalisasi industri gula 2010-2014 merupakan salah satu program
prioritas dengan target tercapainya swasembada gula nasional pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 diharapkan produksi gula nasional mencapai 5,7 juta ton
terdiri dari 2,96 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,74 juta ton Gula Kristal
Rafinasi (GKR) yang akan diperoleh dari pembenahan PG eksisting yang
didukung on farm (intensifikasi perkebunan tebu yang ada) dengan kontribusi 3,57
juta ton serta pembangunan perkebunan tebu baru (ekstensifikasi lahan) dan
pembangunan PG baru dengan target 2,13 juta ton.
Dasar hukum Kementerian Perindustrian melaksanakan program
revitalisasi industri gula yaitu Inpres No.1 tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.
Isu-isu strategis pengembangan industri agro antara lain :
1. Terbatasnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik dan gas bumi) yang
berdampak pada biaya logistik dan distribusi serta akses terhadap bahan baku;
2. Terganggunya suplai dan meningkatnya harga komoditas pangan dunia akibat
dampak gejolak nilai tukar US$;
3. Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih
menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan
halal dikonsumsi;
4. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk illegal
dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah;
5. Permasalahan perburuhan (UMP, demo) dan kenaikan biaya energi.

8
III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO
Industri masa depan yang meliputi: (a) Industri berbasis agro; (b) Industri alat-
angkut; (c) Industri teknologi informasi dan peralatan telekomunikasi (telematika);
merupakan industri-industri yang diprioritaskan pengembangannya di masa yang
akan datang. Kelompok industri ini memiliki karakteristik industri berkelanjutan
karena lebih mengandalkan pada sumber daya manusia berpengetahuan dan
terampil, sumber daya alam yang terbarukan serta kemampuan penguasaan
teknologi.
Pembangunan industri di masa depan diperlukan dukungan dari sektor-sektor
terkait, secara garis besar meliputi: a) mengembangkan lingkungan bisnis yang
nyaman dan kondusif serta pengembangan kemampuan inovasi; b) memperkuat
keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada Klaster industri yang
bersangkutan; c) meningkatkan kemampuan sumber daya yang digunakan industri
dalam rangka membangun kompetensi inti; d) Penetapan prioritas persebaran
industri, dan e) mengembangkan industri kecil dan menengah.
Sektor industri agro merupakan industri andalan masa depan mengingat
peranannya yang penting dan strategis bagi struktur industri nasional maupun
terhadap perekonomian nasional. Peranan penting dan strategis itu tercipta karena
sektor industri ini antara lain didukung oleh ketersediaan bahan baku berupa sumber
daya alam yang cukup melimpah di dalam negeri yang bersumber dari sektor
pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan.
Raihan nilai ekspor dari Sektor industri agro dalam kurun waktu tahun 2012-
2014 mengalami trend pertumbuhan sebesar 9,53%, dimana cabang industri hasil
hutan dan perkebunan mengalami trend pertumbuhan nilai ekspor sebesar 3,85%,
cabang industri makanan, hasil laut dan perikanan mengalami trend pertumbuhan
14,50% dan cabang industri minuman dan tembakau mengalami trend pertumbuhan
sebesar 10,25%.
Secara umum, penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro pada kurun
waktu tahun 2012- 2014 diharapkan mengalami trend pertumbuhan sebesar 3,14%
dimana industri hasil hutan dan perkebunan mengalami trend pertumbuhan sebesar

9
0,67%, industri makanan, hasil laut dan perikanan mengalami trend pertumbuhan
4,57% dan industri minuman dan tembakau mengalami trend pertumbuhan 4,17%.
Salah satu cara untuk mencapai target-target di atas adalah dengan
mendorong pengembangan industri hilir agro dengan konsep klaster atau yang lebih
dikenal dengan istilah hilirisasi industri agro. Program hilirisasi industri agro dinilai
sangat penting karena diharapkan industri dalam negeri mampu memanfaatkan
sumber daya alam yang dimiliki dengan meningkatkan nilai tambah produk agro
serta untuk menghindari ekspor sumber daya alam dalam bentuk primer.
Dalam menghadapi AEC 2015, Indonesia memiliki potensi yang besar karena
didukung oleh bonus demografi, jumlah penduduk 238 juta orang, dan jumlah
masyarakat kelas menengah sekitar 45 juta orang dimana 42% hidup di perkotaan,
serta pendapatan per kapita mencapai US$ 3.200, yang membuka peluang dan
potensi tenaga kerja dan pasar di dalam negeri
Paling sedikit ada lima alasan utama, mengapa industri agro penting untuk
menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yaitu :
1. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi
keunggulan kompatitif yang pada akhirnya memperkuat daya saing produk
agribisnis Indonesia;
2. Memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang
dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional secara
keseluruhan;
3. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and
bacward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya;
4. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui
sehingga terjamin sustainabilitasnya;
5. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari
pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai penggeraknya.
Indonesia mampu memperkuat penyediaan pangan dunia dan komoditas
pertanian. Strategi pertanian yang dikembangkan berbasis 5 A yaitu:
1. Agro produksi yang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan;
2. Agro industri (pengelolaan hasil-hasil pertanian);

10
3. Agro bisnis perdagangan hasil-hasil pertanian (lokal regional - internasional);
4. Agro teknologi (penggunaan teknologi ramah lingkungan)
5. Agro Tourisme sosio kultur yang dikembangkan

IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO


Gagasan mengenai hilirisasi industri agro muncul sebagai reaksi atas
maraknya ekspor sumber daya alam dalam bentuk primer dan rendahnya
peningkatan nilai tambah produk agro. Kebijakan hilirisasi industri agro mempunyai
landasan hukum berupa Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional bahwa industri agro merupakan salah satu industri andalan masa
depan.
Terdapat 12 Klaster Industri Prioritas Agro, yaitu :
1. Industri Pengolahan Kakao (113/M-IND/PER/10/2009)
2. Industri Gula (116/M-IND/PER/10/2009)
3. Industri Pengolahan Susu (122/M-IND/PER/10/2009)
4. Industri Hasil Tembakau (117/M-IND/PER/10/2009)
5. Industri Pengolahan Buah (118/M-IND/PER/10/2009)
6. Industri Pengolahan Kelapa (114/M-IND/PER/10/2009)
7. Industri Pengolahan Kopi (115/M-IND/PER/10/2009)
8. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (13/M-IND/Per/1/2010 perubahan atas 111/M-
IND/PER/10/2009)
9. Industri Pengolahan Ikan (120/M-IND/PER/10/2009)
10. Industri Pulp dan Kertas (121/M-IND/PER/10/2009)
11. Industri Furniture (119/M-IND/PER/10/2009)
12. Industri Pengolahan Karet (112/M-IND/PER/10/2009)
Landasan hukum Permenperin No. 13/M-IND/Per/1/2010 tentang perubahan
atas Permenperin No. 111/M-IND/ Per/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap)
pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit dengan strategi peningkatan daya
saing industri hilir kelapa sawit. Dua langkah utama yang dilakukan adalah pertama,
mendorong pengolahan CPO hingga turunan produk ketiga (antara lain fatty acid,
fatty alcohol, biodiesel) di dalam negeri paling sedikit 50% dari total produksi CPO

11
nasional pada tahun 2015 sebelum diekspor dalam bentuk produk hilir bernilai
tambah tinggi. Kedua, menumbuhkan kawasan klaster industri hilir kelapa sawit di
provinsi utama penghasil CPO, yaitu Sumatera Utara (Sei Mangkei), Riau (Dumai
dan Kuala Enok), dan Kalimantan Timur (Maloy). Selain itu, masih ada Permenperin
No. 113/M-IND/Per/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) pengembangan
klaster industri kakao dengan strategi peningkatan daya saing industri hilir kakao.
Tiga langkah utama yang dilakukan adalah penguatan struktur industri berbasis
kakao, penciptaan iklim investasi dan pemberian insentif serta keamanan berusaha;
peningkatan utilitas kapasitas industri/perusahaan yang sudah ada; penciptaan
lapangan usaha industri pengolahan kakao melalui promosi investasi di sentra
kakao.
Beberapa upaya Pemerintah c.q Kemenperin hingga saat ini adalah sebagai
berikut :
1. sosialisasi teknologi terpadu proses pengolahan kakao, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan SDM, mengenalkan dan menerapkan ISO 22000,
ISO 9001 Global Standard for Food Safety, GMP dan HACCP dalam rangka
peningkatan mutu dan keamanan produk;
2. menyertakan para pengusaha pada kegiatan promosi/pameran dalam dan luar
negeri serta pengembangan diversifikasi produk bernilai tambah tinggi termasuk
pengembangan produk kakao untuk kebutuhan non pangan
3. Khusus untuk mengatasi permasalahan keterbatasan infrastruktur maka
pemerintah melaksanakan program Materplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menitikberatkan pada
pembangunan infrastruktur.

V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO


Kendala dalam pengembangan agro industri di Indonesia antara lain adalah
produktivitas on farm masih rendah, hal ini ditunjukkan masih impornya bahan baku
antara lain kedelai, susu, daging sapi, maupun tepung terigu serta keterbatasan
bahan baku yang memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan
agroindustri.

12
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dibidang agroindustri perlu
dukungan pemerintah dan keterpaduan serta sinergitas antara lembaga litbang yang
ada di Kementerian terkait (Kementerian Perindustrian, Pertanian, Kelautan dan
Perikanan, dan lain-lain). Selain itu, tidak kalah pentingnya peningkatan kompetensi
Sumber Daya Manusia agar sesuai kebutuhan industri khususnya untuk
pengembangan industri agro.
Kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah
sekitar 40-60%. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi tersebut memperkecil
nilai tambah yang diperoleh dari ekspor produk pertanian sehingga pengolahan lebih
lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini.
Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian
begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi
proses.
Sedangkan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung belum
maksimal berjalan sesuai harapan yang diinginkan industri dan pengusaha. Hal
tersebut berkaitan erat dengan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha untuk
mendapatkan bahan baku industri dan mendistribusikan produk hasil
pengolahannya.

VI. DUKUNGAN PERAN BALAI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO


Kementerian Perindustrian mempunyai 23 Unit Pelaksana Teknis yaitu terdiri
dari 11 Balai Besar, 11 Baristand Industri dan 1 (satu) Balai Sertifikasi Industri di
bawah Badan Kajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI).
Adapun 11 Balai Besar terdiri dari :
1. Balai Besar Industri Agro di Bogor;
2. Balai Besar Logam dan Mesin di Bandung;
3. Balai Besar Pulp dan Kertas di Bandung;
4. Balai Besar Keramik di Bandung;
5. Balai Besar Tekstil di Bandung;
6. Balai Besar Bahan, Barang dan Teknik di Bandung;

13
7. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik di Jogjakarta;
8. Balai Besar Kerajinan dan Batik di Jogjakarta;
9. Balai Besar Kimia dan Kemasan di Jakarta;
10. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan di Makassar;
11. Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri di Semarang.
Sedangkan 11 Baristand dan 1 Balai Sertifikasi Industri terdiri dari :
1. Baristand Industri Aceh di Banda Aceh;
2. Baristand Industri Ambon di Ambon;
3. Baristand Industri Manado di Manado;
4. Baristand Industri Palembang di Palembang;
5. Baristand Industri Banjarbaru di Banjarbaru;
6. Baristand Industri Samarinda di Samarinda;
7. Baristand Industri Pontianak di Pontianak
8. Baristand Industri Surabaya di Surabaya;
9. Baristand Industri Padang di Padang;
10. Baristand Industri Medan di Medan;
11. Baristand Industri Lampung di Lampung;
12. Balai Sertifikasi Industri di Jakarta
Balai Besar dan Baristand Industri, selain melaksanakan penelitian dan
pengembangan juga melaksanakan layanan jasa teknis di berbagai bidang. Peran
Balai Besar dan Baristand Industri dalam mengembangkan teknologi industri antara
lain :
1. Layanan teknis dibidang pengujian, kalibrasi dan sertifikasi dalam rangka
menjamin kesesuaian standard dan mutu produk. Contoh layanan : sertifikasi
eco label, GMP, Sistem Manajemen Mutu SNI, ISO, HACCP, Pengujian Mutu
Produk, Limbah dan Lingkungan serta Inspeksi GMP, HACCP dan ISO;
2. Layanan jasa teknis dibidang pelatihan dan konsultasi melalui training/diklat
teknis dan technical assistance. Adapun contoh layanannya : Pelatihan ISO,
HACCP, GMP, Pelatihan Manajemen dan Desain;
3. Layanan jasa teknis dibidang penelitian dan pengembangan teknologi untuk
meningkatkan nilai tambah dan mutu produk. Contoh layanannya : Penelitian

14
tentang Derivatisasi Minyak Atsiri, Kelapa dan Turunan CPO, Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Proses Aneka Produk;
4. Layanan jasa teknis dibidang rancang bangun dan perekayasaan industri melalui
pengembangan desain dan prototype. Adapun contoh layanannya : Pembuatan
peralatan proses produksi garam, biomassa, coklat dan pembangkit listrik mikro
hidro, turbin dan lain-lain;
5. Layanan jasa teknis dibidang konsultasi baik teknis maupun manajemen terkait
penanggulangan pencemaran industri. Contoh layanannya : Pemberian
Konsultasi Teknis Penerapan Cleaner Production Technology dan
Pengoperasian IPAL
Semua layanan jasa teknis tersebut diatas sebagai fasilitasi teknologi kepada
sektor industri sehingga dapat meningkatkan daya saingnya.

VII. PENUTUP
Pengembangan industri berbasis agro memerlukan komitmen dan dukungan dari
seluruh pihak yang terlibat, baik dari instansi Pemerintah Pusat, Daerah dan dunia
usaha;
Pengembangan industri berbasis agro akan meningkatkan nilai tambah dan
mempunyai multiplier effects yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian khusus :
o Peningkatan infrastruktur;
o Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan;
o Pengembangan teknologi di bidang proses dan mesin peralatan pabrik;
o Peningkatan SDM

15

Vous aimerez peut-être aussi