Vous êtes sur la page 1sur 29

Ibu adalah orang tua perempuan dari seorang anak yang merupakan sosok yang luar

biasa, namun sangat peka terhadap berbagai masalah kesehatan. Angka kematian ibu
masih tinggi di Indonesia.

Kematian ibu

Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian


wanita dalam kehamilan atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, tanpa
memandang usia kehamilan dan kelainan kehamilan, ya n g
d i s e b a b k a n b a i k o l e h k e h a m i l a n n ya m a u p u n t a t a l a k s a n a , n a m u n
bukan akibat kecelakaan.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll
(Budi, Utomo. 1985).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
(www.datastatistik-indonesia.com).

Angka Kematian Bayi (AKB)


DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat
401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun.
Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI).
Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian
bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya
angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup
terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pas-cakelahirannya. Parahnya,
dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami
penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes,
disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran
pemapasan atas.
Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs),
Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36
meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada
2015.

Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium adalah


Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimulai September tahun 2000, berupa delapan
butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Dari delapan butir tujuan MDGs,
tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu, dengan target menurunkan angka
kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 2015, serta yang menjadi
indikator untuk monitoring yaitu angka kematian ibu, proporsi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi.
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih
cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015. Mampukah Indonesia
mengejar target AKI di Indonesia pada tahun 2015 diwaktu yang tersisa ini?

Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan difasilitas
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan. Berdasarkan data Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2013 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara
nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus
meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu jika dilihat dari cakupan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih menurut provinsi di Indonesia pada
tahun 2013, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah
dengan cakupan 99,89%, Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%.
Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%, Papua Barat
(73,20%), dan Nusa Tenggara Timur (74,08%). (Data Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2013).

Kondisi sosial budaya dimasing-masing daerah turut memberikan konstribusi, masih


banyak daerah yang masih menggunakan dukun sebagai penolong persalinan,
khususnya didesa-desa. Berdasarkan data Riskesdas 2013, Penolong saat persalinan
dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%), kemudian oleh dokter
(18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%). Namun sebanyak 0,8% kelahiran
dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja yang ditolong oleh
perawat.
Hal ini ditunjang pula dengan kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat yang
masih berada digaris kemiskinan. Selain itu, tidak meratanya fasilitas kesehatan dan
tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia turut menjadi salah satu
penyebab masalah kesehatan ibu.

Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan program


terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya didaerah-daerah
terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan pengetahuan para ibu sehingga
mereka mau, sadar dan mampu mencegah masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang
dengan peningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana
lainnya.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2010 dan
Target Tahun 2015

Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang
telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang
dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian
upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

Gambar di atas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun
1994 sampai dengan tahun 2007, di mana menunjukkan penurunan yang signifikan
dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia
sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, Meskipun demikian angka tersebut masih
tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan


Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim
muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi,
dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya,
pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh.
Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang
reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian
ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta
rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan
upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun
masyarakat terutama suami.

Distribusi Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan


Sumber: Departemen Kesehatan,

Grafik di atas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu


melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian
ibu melahirkan yakni, pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi / eklamsi
Sdan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28
persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian
utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu
disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen
sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah
mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.(WHO).

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24
persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang
tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan
kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali
normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi diderita
ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase
tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11 persen).

Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan dengan Kualifikasi TerendahDistribusi


Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Dalam Lima Tahun

Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak
sekolahlebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.12

Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
daritahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari
tahun trendnyameningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah
perkotaan angka pertolongan persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah
lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan relatif tidak
banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun2007 dan 2004 secara
total pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi turun.

V . U p a y a M e n u r u n k a n A K I

1.

Peningkatan pelayanan kesehatan primer

menurunkan AKI 20%

2.

Sistem rujukan yang efektif

menurunkan sampai 80%


Upaya safe motherhood

Tahuin 1988 diadakan Lokakarya Kesejahteraan Ibu, yang merupakan


kelanjutank o n f e r e n s i t e n t a n g k e m a t i a n i b u d i N a i r o b i s e t a h u i n
s e b e l u m n ya . L o k a k a r ya b e r t u j u a n mengemukakan betapa kompleksnya
masalah kematian ibu, sehingga penanganannya perludilaksanakan
berbagai sector dan pihak terkait. Pada waktu itu ditandatangani
kesepakatamoleh sejumlah 17 sektor. Sebagai koordinator dalam upaya itu
ditetapkan Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita
( sekarang : Kantor Menteri Negara
P e m b e r d a y a a n Perempuan ).13

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif
masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan
menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.
Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73
persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan
negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%.
Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak
menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi
lebih lanjut bias berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi
geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor
penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.

Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan

dengan Kualifikasi Terendah

Sumber : SDKI 2007

Distribusi Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Dalam Lima Tahun


Karakteristik Dokter Dokter Perawat/ Dukun
Latar Belakang Umum Ahli Bidan Bayi
Umur Ibu Saat
Melahirkan 5,7 56 33,6

<20 thn 13,3 60,4 22,5
20- 34 thn 13,9 56,5 25,1
35-49 thn

1,0
1,1
0,7
Urutan Kelahiran
1 1.1 16,7 61,8 18,7
2-3 1.2 11,5 60,7 7,24
4-5 0.5 8,1 56,8 29,3
6+ 0.5 6,7 39,0 46,5
Daerah Tempat
Tinggal
Perkotaan 1,0 20,8 65,7 0.8
Perdesaan 1,0 6,8 54,9 3.3
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah 0,1 3,1 28,3 10,8
Tidak Tamat SD 0,4 3,5 40,7 4,7
Tamat SD 0,9 5,1 56,3 2,4
Tidak Tamat SMTA 0,9 10 68,4 1,6

Sumber : SDKI 2007

Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak
sekolah lebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.
Presentase Kelahiran Yang Dibantu Oleh Tenaga Kesehatan dan Target

Nasional Tahun 1990-2010

Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
dari tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari
tahun trendnya meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaan
angka pertolongan persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah lebih dari 20%.
Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan relatif tidak banyak bergerak
bahkan apabila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2004 secara total pertolongan
persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi turun. Sumber data: Departemen
Kesehatan, R.I, 2007
B.
C. Upaya Menurunkan AKI dan AKB

Departemen Kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226
orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. Untuk mewujudkan hal ini,
salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi
(persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K). Program dengan menggunakan tiker ?ini, dapat meningkatkan peran
aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada
saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca
persalinan.

Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga
kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu
hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Perencanaan persalinan dapat
dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian
ASI; jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di
dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku
KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta
pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun.

Selain itu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan juga menerapkan Strategi


Making Pregnancy Safer (MPS), atau embuat Kehamilan Lebih Aman ? yang
merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang enyelamatan Ibu
Hamil ? Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis, walaupun
tidak mengabaikan aspek non-medis.

Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi


pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober
2000 sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam arti kata luas tujuan Safe
Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan
hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan
sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan.
MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada
pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta,
keluarga dan anggota masyarakat.

Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan


demikian, tujuan global MPS adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir sebagai berikut:
a. Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari
AKI tahun 1990.
b. Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya menurunkan kematian ibu merupakan masalah kompleks yang melibatkan
berbagai aspek dan disiplin ilmu termasuk faktor sosial ekonomi dan budaya
masyarakat sebagai mata rantai yang berkaitan. Sehingga, selain komitmen politik
pemerintah sebagai pengambil keputusan yang akan menentukan arah dan prioritas
pelayanan kesehatan, juga diperlukan partisipasi masing-masing individu dalam
upaya pencegahan.

B. Saran
1. Definisi AKI dan AKB

Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau


dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan
atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan
lainnya. (Sarwono,2002:22). Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebab-sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985). Kematian
maternal adalah kematian dari setiap wanita sewaktu dalam kehamilan, persalinan
dan dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan tanpa mempertimbangkan lamanya
serta di mana kehamilan tersebut berlangsung (FIGO, 1973). Kematian maternal
didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu kehamilan,
melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan. Kematian
maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia reproduktif
atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang disebabkan oleh
penyebab maternal. Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk
meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.

Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian perinatal
dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati
pada tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).

2. MDGs to SDGs
MDGs (millennium development goals) merupakan kesepekatan kepala negara
dan perwakilan Negara dari 189 negara yang tergabung dalam Perserikatan
Bangsa-bangsa ( PBB) yang dijalankan mulai September tahun 2000 dan berakhir
pada tahun 2015 kemarin, MGDs diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh
147 kepala pemerintahan dan kepala Negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi
( KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut dan Indonesia
merupakan salah Negara yang ikut serta dalam mendeklarasikan tujuan MDGs.
Sebagai Negara yang ikut

mendeklarasikan MDGs, Indonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya


untuk mencapai target dan memonitor perkembangan kemajuan pencapaiannya.

Target dari MDGs ini adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat tahun 2015. Target ini merupakan tantangan bagi seluruh dunia. Untuk
mencapai target target ini tergapat 8 butir tujuan didalamnya, yaitu :

1. Menangulangi kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan dasar secara universal

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Menurunkan angka kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS , Malaria, dan penyakit menular lainnya 7


7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Di Indonesia sendiri sudah berhasil menyelesaikan beberapa point dari tujuan MDGs
sendiri. Namun pencapaian target target tersebut dibagi dalam 3 kategori yaitu target
yang telah dicapai, target yang menunjukan kemajuan signifikan dan target yang
masih memerlukan upaya keras untuk pencapaiannya. Target MDGs 1 telah berhasil
dicapai yaitu menurunkan tingkat kemiskinan yang diukur oleh pendapatan perkapita
yang kurang dari 1 dolar AS per hari, telah turun dari 20,6 persen pada tahun 1990
enjadi 5,9 persen pada tahun 2008. Selain itu juga isa dilihat dari penurunan tingkat
kemiskinan, diukur oleh garis kemiskinan nasional dan dari tingkat saat ini sebesar
13,33 persen di tahun 2010 menuju targetnya 8-10 persen pada tahun 2004. Selain itu
tingkat kekurangan gizi pada anak anak telah menurun dari 31 persen pada tahun
1989 menjaidi 18,4 persen di tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan bisa
mencapai target MDGs sebensar 15,5 persen pada tahun 2015. Pencapaian di
Indonesia dalam mencapai target MDGs 2 pendidikan dasar untuk semua sudah
tercapai. Bahkan melebihi target karena di Indonesia sendiri pendidikan dasar ( SD)
dan menengah pertama ( SMP) merupakan pendidikan umum di Indonesia yg bisa
diterima semua kalangan. Dari penjabaran diatas masih ada 3 target tujuan MDGs
yang masih belum dicapai Indonesia yaitu, MDGs 5 ( menurunkan angka kematian
ibu melahirkan), MDGs 6 (Memerangi HIV/AIDS , Malaria, dan penyakit menular
lainnya) dan MDGs 7 ( Menjamin daya dukung lingkungan hidup

akses air bersih dan sanitasi dasar ).

Sekarang MDGs telah selesai berakhir. Sejak tahun 2013 telah di buat kerangka baru
untuk menggantikan MDGs yang disebut dengan SDGs ( Sustainable Development
Goals). Kini SGDs memilioki 17 tujuan yakni :

1.Menghapus kemiskinan

2. Mengakhiri kelaparan
3. Kesehatan dan kesejahteraan

4. Kualitas pendidikan yang baik

5. Kesetaraan gender

6. Air bersih dan sanitasi

7. Akses ke energy yang terjangkau

8. Pertumbuhan ekonomi

9. Inovasi dan infrastruktur

10. Mengurangi ketimpangan

11. Pembangunan berkelanjutan

12. Konsumsi dan produksi berkelanjutan

13. Mencegah dampak perubahan iklim

14. Menjaga sumber daya laut

15 Menjaga ekosistem darat

16. Perdamaian dan keadilan

17. Revitalitas kemitraan global

SDGs ditetapkan oleh PBB pada akhir September 2015 di New York dengan
masa berlaku mulai Januari 2016 hingga Desember 2030 dan ada sekitar 193 negara
anggota PBB yang berkomitmen untuk melaksanakan SDGs.

3.Angka Kematian ibu masih Tinggi

J E L A N G b e r a k h i r n ya M i l l e n n i u m D e v e l o p m e n t G o a l s ( M D G s )
2015, Indonesia masih m e n yi s a k a n rapor merah terhadap
p e n u r u n a n t a r g e t k e l i m a M D G s , ya i t u A n g k a K e m a t i a n I b u ( A K I ) .

P e m e r i n t a h I n d o n e s i a b e r u p a ya m e n e k a n A K I m e l a l u i p r o g r a m
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ya n g dilakukan BPJS
Kesehatan. M e n ya m b u t Hari Ibu yang diperingati pada 22
Desember, persoalan AKI menjadi potret buram kaum ibu. Sejak
2007, Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu
(AKI) tertinggi di Asia Tenggara (UNFPA, 2013) dengan 228
kematian per 100.000
STRATEGI EFEKTIF PENURUNAN AKI DAN AKB DI INDONESIA

Posted on 2 Juni 2015 by niahamida

Tujuan keempat MDGs difokuskan untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB).
AKB saling berkaitan dengan Angka Harapan Hidup (AHH) dimana saat ini
anak-anak yang lahir di Indonesia dapat mengharapkan hidup hingga usia 68 tahun.
Oleh karena itu, AKB merupakan salah satu indikator kesehatan sehingga perlu
dilakukan upaya untuk mengurangi AKB. Berdasarkan hasil data SDKI 2012 lebih
rendah dibandingkan dengan hasil data SDKI 2007 atau AKB mengalami penurunan
meskipun tidak terlalu signifikan. Target MDGs adalah mengurangi dua pertiga angka
tahun 1990. Saat itu jumlah AKB adalah 97 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Target saat ini, AKB adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian,
Indonesia cukup berhasil dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Sedangkan, tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun,
berdasarkan data SDKI 2012, AKI melonjak sangat signifikan menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup. Target MDGs adalah mengurangi tiga perempat angka tahun
1990. Target yang harus dicapai adalah 97. Melihat data SDKI 2012, Indonesia tidak
akan berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Oleh karena itu, diperlukan
strategi yang efektif dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia yang salah satunya
merujuk pada kerangka analisis Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Subsistem SKN adalah upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi; alat
kesehatan; dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan
masyarakat.

Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi akibat komplikasi pada saat persalinan sehingga
dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius. Selain itu, penyebab langsung
kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah pendarahan, eklamasi, dan
infeksi. Persalinan di Indonesia masih ada yang dilakukan di rumah tanpa bantuan
seorang tenaga persalinan terlatih. Hal tersebut terjadi karena harganya lebih murah
dan mereka lebih nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan percaya atau
karena masih belum memadainya pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan sehingga
masyarakat tidak dapat menjangkaunya, terutama di pedesaan. Sebenarnya, masalah
tersebut dapat dicegah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Namun, alat kontrasepsi
tidak mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga mengakibatkan meningkatnya AKI.

Dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) diperlukan strategi yang efektif yaitu
meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah dengan
asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu dan
menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap
ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan harus adil dan merata sehingga tidak
ada kesenjangan penempatan bidan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam
upaya tersebut harus bersifat non-diskriminatif dimana setiap ibu yang membutuhkan
pertolongan bidan wajib memperoleh pelayanan tersebut. Selain itu, ketersediaan
pelayanan kebidanan harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan sesuai
serta pembiayaan pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh ibu yang
membutuhkannya. Dalam upaya tersebut, bidan yang melayani ibu hamil harus
berkompeten, berintegritas, dan bersifat objektif serta bidan harus bekerjasama
dengan tim yang berkompeten sehingga persalinan dapat dilakukan secara cepat
dengan ketepatan yang tinggi (tidak mengalami kesalahan dalam melakukan
persalinan). Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas dari bidan
maupun tim yang akan membantu bidan dalam persalinan baik di perkotaan maupun
di pedesaan.
Masih mahalnya pembiayaan pelayanan kebidanan bagi ibu di kalangan miskin dapat
diatasi dengan adanya asuransi bagi ibu hamil dimana asuransi tersebut merupakan
tanggung jawab dari pemerintah, masyarakat dan swasta. Asuransi tersebut harus
bersifat efektif, efisien, adil dan transparan. Jadi, pemerintah harus menjangkau
pembiayaan persalinan secara efektif dan efisien serta adil dan transparan bagi ibu
hamil. Sebenarnya, AKI dapat dicegah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Namun,
alat kontrasepsi masih sulit dijangkau oleh ibu-ibu di kalangan miskin. Oleh karena
itu, seharusnya pemerintah menyediakan alat kontrasepsi yang aman, berkhasiat,
bermanfaat dan bermutu dimana alat kontrasepsi tersebut tersedia secara merata dan
terjangkau. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan informasi yang benar,
lengkap dan tidak menyesatkan tentang alat kontrasepsi dari produsen, distributor
maupun pelaku pelayanan kesehatan. Jadi, pemerintah harus meningkatkan
penyediaan alat kontrasepsi yang berkualitas, terutama bagi ibu-ibu di kalangan
miskin. Pemerintah harus mampu menciptakan alat kontrasepsi melalui
inovasi/kreatifitas yang dikelola secara profesional, sistematis dan berkesinambungan
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dan harga alat kontrasepsi
dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan manajemen dan informasi tentang inovasi untuk menurunkan AKI
salah satunya adalah menciptakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dalam negeri.

Semua program yang diimplementasikan pemerintah kepada ibu-ibu tidak akan


berjalan optimal tanpa adanya perubahan perilaku dari ibu-ibu. Oleh karena itu, perlu
adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan, serta menjadi penggerak dalam menurunkan AKI.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak, dimana
pemerintah berperan untuk membuka akses informasi dan dialog, menyiapkan
regulasi dan menyiapkan masyarakat dengan membekalinya dengan pengetahuan dan
ketrampilan bagi ibu-ibu maupun masyarakat dan ibu-ibu maupun masyarakat dapat
berpartisipasi dengan memberikan kritikan yang membangun untuk menurunkan AKI.

Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi akibat BBLR, asfiksia lahir ataupun dipengaruhi
oleh kondisi ibu saat melahirkan. Selain itu, kematian perinatal dapat dipengaruhi
oleh status ekonomi (kemiskinan) sehingga menyebabkan bayi berpotensi memiliki
gizi buruk dan status kesehatan yang buruk pula.
Dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan strategi yang efektif
yaitu meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah
dengan asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Hal
tersebut dapat menurunkan AKB karena bayi dilahirkan dengan selamat pada saat
persalinan. Selain itu, pemerintah juga memberikan makanan dan/atau minuman
khusus ibu hamil secara gratis kepada ibu hamil seperti susu khusus ibu hamil dan
biscuit khusus ibu hamil. Hal tersebut dilakukan setiap seminggu sekali sehingga
ibu-ibu hamil di Indonesia dapat memperoleh nutrisi dan upaya tersebut harus
dilakukan secara adil dan merata baik di perkotaan maupun pedesaan. Selain itu,
ketersediaan nutrisi tersebut harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan
sesuai.

Imunisasi campak juga merupakan indikator dari AKB karena diperkirakan 30.000
anak meninggal setiap tahun karena komplikasi campak dan baru-baru ini ada
beberapa kejadian luar biasa polio dimana 303 anak menjadi lumpuh. Sebenarnya,
imunisasi pada anak-anak tidak hanya bergantung pada para orang tua untuk
memastikan bahwa anak-anak mereka memperoleh vaksinasi, tapi diperlukan sistem
kesehatan yang terkelola dengan baik untuk mengatur mereka dalam memperoleh
imunisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih meningkatkan sistem kesehatan
terkait pemberian imunisasi campak terhadap bayi dan meningkatkan pemberian
imunisasi campak yang aman, bermanfaat dan bermutu dimana imunisasi campak
tersebut tersedia secara merata untuk menurunkan AKB. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan pemberian imunisasi campak yang berkualitas terhadap bayi baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Dalam pemberian imunisasi campak tersebut
diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten dan berintegritas karena terdapat
kesulitan tersendiri dalam memberikan imunisasi kepada anak-anak dibandingkan
kepada orang dewasa. Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas
dari tenaga kesehatan dalam pemberian imunisasi campak terhadap bayi baik di
perkotaan maupun di pedesaan.

Pemerintah harus mampu menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil baik dalam berupa
makanan atau minuman atau inovasi yang lainnya dimana nutrisi tersebut
memberikan tambahan nutrisi untuk ibu-ibu hamil sehingga anak yang akan
dilahirkan selamat baik secara fisik maupun kecerdasannya. Nutrisi tersebut harus
diberikan secara gratis kepada ibu-ibu hamil secara merata baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Bahan baku dari nutrisi tersebut harus bersumber dari dalam negeri.
Selain itu, pemerintah harus mampu menciptakan imunasi yang lebih efektif daripada
imunisasi sebelumnya melalui inovasi/kreatifitas yang dikelola secara profesional,
sistematis dan berkesinambungan sehingga tidak terdapat lagi anak-anak Indonesia
yang menderita polio dan menyebabkan kelumpuhan. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan manajemen dan informasi tentang inovasi untuk menurunkan AKB
salah satunya adalah menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil yang bersumber dari
dalam negeri dan menciptakan imunisasi yang lebih efektif daripada imunisasi
sebelumnya. Pemerintah harus mengatur pembiayaan atas semua keperluan untuk
menurunkan AKB secara efektif dan efisien serta adil dan transparan dimana
pembiayaan tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan masyarakat.
Pembiayaan tersebut harus bersifat efektif, efisien, adil dan transparan.

Program pemerintah yang diimplementasikan untuk menurunkan AKB akan berjalan


optimal apabila pemerintah memberdayakan masyarakat untuk ikut andil dalam
program yang diimplementasikan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
kemitraan berbagai pihak, dimana pemerintah berperan untuk membuka akses
informasi dan dialog, menyiapkan regulasi dan menyiapkan masyarakat dengan
membekalinya dengan pengetahuan dan ketrampilan bagi ibu-ibu, orang tua maupun
masyarakat dan ibu-ibu, orang tua maupun masyarakat dapat berpartisipasi dengan
memberikan kritikan yang membangun untuk menurunkan AKB.

Strategi yang efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah dengan meningkatkan tingkat
implementasi dari keenam subsistem SKN ditambah dengan adanya inovasi kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk regulasi. Regulasi tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB.

~Rahmania Hamida FKM-UJ13~

DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia. Jakarta:Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Stalker, Peter. 2008. Millenium Development Goals. BAPPENAS dan UNDP.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:Departemen


Kesehatan RI

Vous aimerez peut-être aussi