Vous êtes sur la page 1sur 16

Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti

Palembang Indonesia

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI CABAI MERAH


KERITING
(di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Talang Kelapa,
Kabupaten Banyuasin)

1
GUSTI FITRIYANA, 2SRI RAHAYU ENDANG LESTARI, 3APRIYANI *)
Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang
Jl. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang 30129
*)
e-mail : fhe3_chan1991@yahoo.co.id

RINGKASAN

APRIYANI. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Cabai Merah Keriting di Desa
Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin (Dibimbing oleh GUSTI FITRIYANA
dan SRI RAHAYU ENDANG LESTARI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan
petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten banyuasin.
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode survey terhadap 35 orang petani contoh
yang berusahatani cabai merah keriting, data yang diperoleh diolah secara tabulasi dan dijelaskan
secara deskriptif.
Nilai Gini Rasio distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh sebesar 0,22764 berada
diketimpangan rendah. Sedangkan distribusi pendapatan yang didekati dengan pendapatan petani
contoh adalah sebesar 0,13088 berada diketimpangan rendah. Menurut klasifikasi tingkat
ketimpangan Biro Pusat Statistik Tahun 2014 berada diantara 0 < RG 0.4. Jika dibandingkan nilai
Gini Rasio melalui proksi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan melalui pendapatan usahatani
cabai merah keriting sama-sama berada ditingkat ketimpangan rendah.
Penghasilan petani contoh di Desa Tanjung Sari rata-rata sebesar Rp. 447,857.14 per kapita per
bulan. Ini berarti bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga petani contoh berada diatas garis
kemiskinan atau tergolong tidak miskin.
1. PENDAHULUAN kesejahteraan bangsa (Siswono,YH. Et al,
Indonesia merupakan salah satu Negara 2004).
berkembang dengan sektor pertanian sebagai
sumber mata pencaharian dari mayoritas Pembangunan pertanian merupakan
penduduknya. Pentingnya sektor pertanian bagian integral dari pembanguan nasional yang
terlihat dari sebagaian besar penggunaan lahan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
di Indonesia diperlukan sebagian lahan petani. Pembangunan pertanian diarahkan
pertanian dan sekitar 50 persen dari total untuk meningkatkan pendapatan taraf hidup
angkatan kerja masih menggantungkan petani, memperluas kesempatan kerja,
hidupnya bekerja disektor pertanian. Keadaan kesempatan usaha, serta mengisi dan
seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian memperluas pasar, baik pasar dalam negeri
yang disesuaikan dengan keadaan dan maupun pasar luar negeri. Melalui pertanian
perkembangan yang terjadi dilapangan dalam yang maju dan tangguh sehingga mampu
mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut meningkatkan mutu dan derajat pengolahan
produksi dalam menunjang pembangunan

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

wilayah yang merupakan bagian internal dari macam senyawa yang berguna bagi kesehatan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk manusia, cabai mengandung antioksidan yang
meningkatkan kesejateraah petani. berfungsi untuk menjaga serangan radikal
bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini
Sektor pertanian merupakan salah satu adalah cabai hijau. Cabai juga mengandung
basis yang sangat diharapkan dalam menunjang lasparaginasi dan capsikin yang berperan
pertumbuhan ekonomi baik pada saat ini sebagai zat anti kanker (Kilham 2006).
maupun dimasa yang akan datang. untuk itu Komoditi yang diusahakan petani di
pembangunan disektor pertanian perlu Indonesia terutama pertanaman rakyat meliputi
mendapat perhatian yang serius dari berbagai tanaman pangan dan hortikultura, salah satu
pihak, mengingat bahwa hampir sebagian besar tanaman hortikultura yang banyak diusahakan
masyarakat Indonesia hidup dan bermata petani adalah tanaman cabai merah keriting.
pencaharian sebagai petani. Produksi cabai di Kabupaten Banyuasin
Kegiatan petanian khususnya bidang berdasarkan data dan badan pusat statistik
hortikultura yang meliputi tanaman bunga, Kabupaten Banyuasin tahun 2012 dapat dilihat
buah, dan sayur banyak menarik perhatian pada Tabel 1 berikut ini:
berbagai kalangan. Disamping itu dapat Tabel 1. Luas panen dan produksi Tanaman
dijadikan mata pencaharian yang menghasilkan Sayuran di Kabupaten Banyuasin
keuntungan. Komoditas hortikultura terutama Tahun 2012
sayur seperti kol, kentang, tomat, wortel dan No Jenis Luas Panen(ha) Produks (ton)
cabai, sejak lama telah dibudidayakan oleh Tanaman
petani karena produk ini di butuhkan oleh
1 Kacang Tanah 225,00 316,00
setiap masyarakat sebagai menu hidangan 2 Kacang Kedelai 213,00 317,00
sehari-hari ( Imdad dalam Novi, 2001). 3 Kacang Hijau 193,00 256,00
Cabai merah keriting (Capsicum annum 4 Papaya 33,20 124,00
5 Pisang 283,00 1.448,30
L) merupakan salah satu komoditas sayuran 6 Kacang Panjang 597,00 1.566,80
penting. Buahnya dikenal sebagai bahan 7 Cabai 989,00 1.711,00
penyedap dan pelengkap berbagai menu 8 Tomat 213,00 514,00
9 Terong 407,00 957,00
masakan khas Indonesia. Kebutuhan akan cabai 10 Ketimun 261,00 896,00
keriting dari hari kehari semakin meningkat 11 Kangkung 389,00 430,00
dengan semakin bervariasinya jenis dan menu 12 Bayam 428,00 396,00
13 Buncis 241,00 189,00
makanan yang memanfaatkan produk ini,(
Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten
Wahyudi 2004 ).
Banyuasin 2012
Cabai memiliki banyak nama populer,
Tabel 1 diatas menjelaskan di kabupaten
Cabai atau cabai merah atau Lombok (bahasa
Banyuasin jenis tanaman yang diusahatani
jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus
terluas adalah cabai yaitu 989 ha dengan
Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai
produksi 1.711 ton.
sayuran maupun bumbu, tergantung
sebagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah Luas panen, produksi dan produktivitas
cabai yang pedas sangat populer di Asia tanaman cabai di Kabupaten Banyuasin dapat
Tenggara sebagai penguat rasa masakan. Bagi dilihat dari Tabel berikut ini :
masakan padang, cabai bahkan dianggap
sebagai bahan makan pokok yang ketiga.
Cabai merah keriting merupakan salah
satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Cabai mengandung berbagai

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Tabel 3 menjelaskan di Kecamatan


Produktivitas Cabai di Kabupaten Banyuasin Talang Kelapa tanaman cabai yang diusahatani
Tahun 2012. di Desa Tanjung sari dengan luas panen 25 (Ha)
No Kecamatan Luas Produksi Produkti dan produksi 31,8 (Ton).
Panen (Ton) vitas
(Ha) (Ton)
Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang
1 Talang Kelapa 122 20,8 0,17 Kelapa Kabupaten Banyuasin merupakan
2 Banyuasin I 120 996,5 8,30 daerah penghasil tanaman sayur terutama cabai
3 Banyuasin II 12 5,7 0,48
4 Banyuasin III 619 654,0 1,06
merah keriting dan penduduknya dominan
5 Pulau Rimau 11 23,7 2,15 mengusahakan tanaman cabai sebagai pekerjaan
6 Tungkal Ilir 27 8,8 0,33 pokok.
7 Rantau Bayur 71 7,1 0,10
8 Betung 441 232,4 0,53
Berkaitan dengan persoalan diatas, para
9 Tanjung Lago 2 8,4 4,20 petani cenderung berorientasi pada pendapatan
10 Muara telang 11 41,4 3,76 yang didapat yang digunakan untuk memenuhi
11 Makarti Jaya 6 4,0 0,67
12 Air Saleh 62 51,4 0,83
kebutuhan sehari-hari dan ingin mencapai suatu
13 Rambutan 20 21,7 1,09 keadaan hidup yang lebih sejahtera. Tingkat
14 Muara Padang 6 15,3 2,55 kesejahteraan petani dapat dilihat dari tingkat
15 Mauara Sugihan 34 948,5 27,60
Jumlah 1.564 3.029,7 1,94
pendapatan, sehingga besar kecilnya
pendapatan akan mempengaruhi tingkat
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan
kesejahteraan. Selain meningkatkan pendapatan
Kabupaten Banyuasin Provinsi
yang lebih penting adalah meningkatkan
sumatera Selatan 2012
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat yang
merata.
Tabel 2 diatas menunjukan bahwa luas
panen yang tertinggi terdapat di Banyuasin III Berdasarkan keadaan tersebut peneliti
adalah sebesar 619 Ha, tetapi produktivitas tertarik untuk meneliti tentang Distribusi
tertinggi terdapat di Muara Sugihan sebesar Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani
27,60 Ton. Cabai Merah Keriting di Desa Tanjung Sari
Luas panen dan produksi tanaman cabai Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten
di Kecamatan Talang Kelapa dapat dilihat dari Banyuasin.
tabel berikut:
Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Cabai di B. Rumusan Masalah
Kecamatan Talang Kelapa 1. Berapa besar pendapatan usahatani
Tahun 2012 cabai merah keriting di Desa Tanjung
No Desa Luas Panen Produksi Sari Kecamatan Talang Kelapa
(Ha) (Ton) Kabupaten Banyuasin ?
1. Tanjung Sari 25 31,8
2. Talang Buluh 30 40,0
2. Bagaimana distribusi pendapatan petani
3. Air Batu 3 12,6 cabai merah keriting di Desa Tanjung
4. Sukamoro 2 8,4 Sari Kecamatan Talang Kelapa
5. Sukajadi 2 7,9
6. Sungai Rengit 5 4,7
Kabupaten Banyuasin ?
7. Tanah Mas 2 8,3 3. Bagaimana kesejahteraan rumah tangga
8. Pangkalan 15 24,3 petani cabai merah keriting di Desa
9. Benteng 3 9,5
10. Gasing 10 19,3
Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa
11. Kenten 15 25.0 Kabupaten Banyuasin ?
Talang Keramat
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin C. Tujuan Penelitian
2012

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

1. Untuk mengetahui berapa besar Cabe merah keriting pertumbuhan


pendapatan usahatani cabai merah tanaman kuat dan tinggi tanaman terus menerus
keriting di Desa Tanjung Sari berbunga sehingga waktu panennya lama
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten cocok untuk dataran rendah panjang buah
Banyuasin. 12,5cm dengan diameter 0,8cm berat buah 5-6
2. Untuk menganalisis distribusi gram potensi hasil 0,8-1,2 kg per tanaman
pendapatan petani cabai merah keriting Umur panen 90 hst di dataran rendah dan 105
di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang hst di dataran tinggi.
Kelapa Kabupaten Banyuasin.
3. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan Cabai (Capsicum Annum L.)
rumah tangga petani cabai merah Merupakan salah satu komoditas hortikultura
keriting di Desa Tanjung Sari yang memiliki nilai ekonomi penting di
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan
Banyuasin. sayuran atau bumbu masak juga mempunyai
kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai
D. Kegunaan Penelitian bahan baku industri, memiliki peluang eksport,
1. Sebagai bahan kajian ilmiah dan membuka kesempatan kerja serta sebagai
sumber informasi, serta bahan sumber vitamin. Secara umum cabai memiliki
tambahan keperpustakaan untuk banyak kandungan gizi dan vitamin.
penelitian sejenis yang akan datang. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak,
2. Sebagai bahan informasi pemerintah Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan
khususnya, instansi terkait dalam upaya Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan
memberikan binaan dan bantuan kepada rumah tangga, cabai juga dapat digunakan
petani cabai merah keriting untuk keperluan industry diantaranya, industri
bumbu masakan, industri makanan dan industri
II. KERANGKA PEMIKIRAN obat-obatan atau jamu peningkatan produksi
cabai guna memenuhi permintaan konsumen
A. Tinjauan Pustaka dan kenaikan pendapatan petani.
1. Konsepsi Tanaman Cabai Merah
Morfologi Tanaman Cabai menurut
Keriting
Sander et.Al. (1998) :
Tanaman cabai menghendaki pengairan
1. Daun
yang cukup tetapi apabila jumlahnya berlebihan
Daun tanaman cabai bervariasi menurut
dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi
spasies dan varietasnya. Ada daun yang
dan merangsang pertumbuhan jamur dan
berbentuk oval, lonjong. Warna
bakteri, jika kekurangan air tanaman cabai akan
permukaan daun bagian atas biasanya
menjadi kurus, kerdil, layu dan mati. Cabai
hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan
dipanen pada umur 85-90 hari setelah tanam
hijau kebiruan. Permukaan daun pada
dengan memetik buah warna kuning sampai
bagian bawah umumnya berwarna hijau
warna merah. Tanaman cabai dapat dipanen
muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan
setiap 2-5 hari sekali tergantung dari luas
daun cabai ada yang halus ada pula yang
penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan
berkerut- kerut. Ukuran panjang daun
kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan
cabai antara 3-11 C, dengan lebar antara
cara memetik buah serta tangkainya dengan
1-5 cm.
tujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama.
2. Batang
Satu musim tanaman cabai dapat dipanen 15
20 kali tergantung kesehatan tanaman.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

Tanaman cabai merupakan tanaman pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu


perdu dengan batang tidak berkayu. yang mempelajari cara-cara petani menentukan,
Biasanya, batang akan tumbuh sampai mengorganisasikan, dan mengkoodinasikan
ketinggian tertentu, kemudian faktor-faktor seefektif dan efesien mungkin
membentuk banayak percabangan. sehingga usaha tersebut memberikan
Cabai merah keriting, panjang batang pendapatan semaksimal mungkin
ketinggian dapat mencapai 2 meter (Suratiyah,2006).
bahkan lebih. Usahatani merupakan organisasi dari
3. Akar alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada
Tanaman cabai memiliki perakaran yang produksi dilapangan pertanian. Organisasi ini
cukup rumit dan hanya terdiri dari akar sengaja diusahakan oleh seseorang atau
serabut saja. Biasanya diakar terdapat sekumpulan orang, segolongan sosial baik
bintil-bintil yang merupakan hasil terikat biologis, politis maupun teritorial
simbiosis dengan beberapa sebagai pengolahannya (Hernanto, 1995).
mikroorganisme. Cabai tidak memiliki Usahatani di Indonesia sebagian besar
akar tunggal, namun ada beberapa akar merupakan uasahatani yang bersifat subsistem.
tumbuh kearah bawah yang berfungsi Petani di Indonesia sebagian besar merupakan
sebagai akar tunggang. petani kecil yang memiliki luas lahan 0,10
4. Bunga hektar sampai 0,50 hektar atau sekitar 42,20
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, persen dari seluruh luasan lahan usahatani
namun memiliki bentuk yang sama, pertanian rakyat Indonesia
yaitu berbentuk bintang. Ini (Siswono,YH.etel,2004).
menunjukkan tanaman cabai termasuk Analisis usahatani adalah suatu
dalam sub kelas ateridae ( berbunga pemeriksaan terutama dibidang keuangan
bintang). Bunga biasanya tumbuh pada sehingga dapat diketahui sejauh mana
ketiak daun, dalam keadaan tunggal keberhasilan yang telah dicapai. Masalah apa
atau bergerombol dalam tandan. pada saja yang timbul dan peluang apa saja yang ada,
satu tandan biasanya terdapat 2-3 bunga serta alternatif atau tindakan yang dapat
saja. dilakukan untuk memperbaiki atau
5. Buah dan biji meningkatkan keuntungan dari produk
Buah cabai merupakan tanaman cabai pertanian. dari analisis yang dilakukan,
yang paling banyak dikenal dan pengusaha dapat menyimpulkan apakah
memiliki banyak variasi. Buah cabai usahatani layak untuk diteruskan atau tidak (
terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu Suratiyah, 2006).
Serrano, cubanelle, cayenne, pimento,
Anaheim chile, cherry, jalapeno, 3. Konsepsi Pendapatan
elogante bell, ancho, banana, blocky Berusahatani merupakan salah satu
bell. kegiatan untuk memperoleh produksi di
lapangan pertanian, yang pada akhirnya dinilai
2. Konsepsi Usahatani dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
Ilmu usahatani adalah ilmu yang yang diperoleh selisih keduanya merupakan
mempelajari bagaimana seseorang pendapatan.
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor Sejalan dengan pendapat Soeharjo
produksi berupa lahan dan alam sekitarnya (1973), bahwa yang dimaksud dengan
sebagai modal sehingga memberikan manfaat pendapatan petani adalah selisih antara
yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu penerimaan dan pengeluaran usahatani,
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

pendapatan yang diterima usahatani dalam satu bidang usahatani seperti buruh, dagang, dan
tahun berbeda dengan pendapatan petani lain-lain yang dapat memberikan kontribusi
lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai pada pendapatan keluarga.
faktor antara lain iklim, jenis tanah, luas lahan, Menurut todaro (2000) dalam Sushasni
efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Keadaan (1998), bahwa tingkat penyebaran pendapatan
sosial ekonomi merupakan cermin taraf hidup dapat diukur dengan menggunakan rasio
masyarakat/ keluarga petani. konsentrasi gini ( gini Ratio), yang mempunyai
Keadaan sosial ekonomi merupakan kisaran nilai 0 sampai nilai 1. Jika rasio gini
cermin taraf hidup keluarga petani. Para ahli petani semakin mendekati Nol (0), berati
mengukur taraf hidup ini dengan tingkat distribusi pendapatan petani semakin merata,
pendapatan yang merupakan faktor sangat dan bila semakin mendekati nilai satu (1) berari
mentukan kemampuan rumah tangga untuk distribusi pendapatan petani semakin timpang.
memenuhi kebutuhannya. Pendapatan rumah Menentukan berat ringannya tingkat
tangga dapat didekati dengan pengeluaran ketimpangan distribusi pendapatan adalah
konsumsi rumah tangga (makanan dan non dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
makanan). Pendekatan pengeluaran ini telah apabila indeks gini lebih kecil dari 0,4
digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). digolongkan tingkat ketimpangan ringan,
Pendekatan ini digunakan untuk memperkecil sedangkan apabila indeks gini antara 0,4 sampai
biasnya data. dengan 0,5 digolongkan ketimpangan sedang,
Fungsi pendapatan bagi keluarga petani dan apabila indeks gini lebih besar dari 0,5
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup ketimpangan digolongkan berat.
sehari-hari dan ingin mencapai suatu keadaan Tabel 4. Ukuran Pemerataan Pendapatan
hidup yang lebih baik dari sekarang. Gini Rasio Tingkat ketimpangan
Pendapatan ini dapat digolongkan sebagai (%) distribusi pendapatan
pendapatan berupa uang dan barang. Sumber rumah tangga
pendapatan petani dibagi dua bagian yaitu 0 < RG 0.4 Ringan
pendapatan yang bersumber dari usahatani 0 < RG 0.5 Sedang
pengusahaan tanaman pangan, perkebunan serta RG 0.5 Tinggi
penjualan berbagai ternak. Sumber :Biro Pusat Statistik, 2014
Menurut Soekartawi (2002), pendapatan Menurut kriteria Bank Dunia, secara
dari usahatani diperoleh dari total penerimaan umum tingkat kesenjangan dalam distibusi
(TR) dikurangi total biaya (TC). Total pendapatan di Indonesia selama kurun waktu
penerimaan usahatani adalah perkalian antara 1984-1993 tergolong rendah, baik didaerah
total hasil produksi dengan harga jualnya, yaitu pedesaan maupun daerah perkotaan yang
biaya tetap. ditunjukan oleh besarnya persentase pendapatan
yang dinikmati oleh kelompok penduduk 40%
4. Konsepsi Distribusi Pendapatan berpenghasilan rendah. Bagi kelompok
Menurut Hernanto (1995), Distribusi penduduk 20% berpendapatan tinggi, besar
adalah pendapatan yang berasal dari berbagai pendapatanya yang diterima justru mengalami
sumber, baik yang berasal dari usahatani penurunan. Penurunan pangsa pendapatan ini
maupun yang berasal dari luar usahatani. Pada karena laju pertumbuhan pendapatan kelompok
dasarnya sumber pendapatan petani dibagi dua penduduk 40% berpendapat rendah dan 40%
bagian, yaitu pendapatan yang bersumber dari berpendapat menengah lebih besar dari pada
usahatani diperoleh dari pengusahaan tanaman laju pertumbuhan pendapatan kelompok
pangan, perkebunan serta penjualan berbagai penduduk 20% berpendapat tinggi.
ternak. Pendapatan yang bersumber dari luar
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan Untuk kelompok penduduk ab dalam


salah satu ukuran yang paling sering digunakan gambar tersebut diperoleh :
untuk mengukur tingkat ketimpangan
Fab = (ac) (ab) + 1/2 (de) (ab)
pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini
didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah = (ac) (ab) + 1/2 (be ac) (ab)
kurva pengeluaran kumulatif yang = 1/2 (ab) (be + ac).
membandingkan distribusi dari suatu variabel
Untuk koefisien Gini keseluruhan maka:
tertentu. Misalnya pendapatan dengan
k
distribusi seragam yang mewakili persentase
G = 1 - fi (Yi Yi=1)
kumulatif penduduk. Untuk membentuk
i=1
koefisien Gini, garafik persentase kumulatif
dimana: GR = Rasio Gini
penduduk (dari termiskin hingga terkaya)
fi = persentase atau proporsi jumlah
digambar pada sumbu horizontal dan persentase
rumah tangga dalam kelas-i
kumulatif pengeluaran (pendapatan) digambar
Yi = persentase atau proprsi kumulatif
pada sumbu vertikal ini menghasilkan kurva
dari jumlah pendapatan rumah
Lorenz.
tangga sampai dengan kelas-i
Kurva Lorenz memperlihatkan
k = jumlah kelas.
hubungan kuantitatif yang sebenarnya antara
Pada konsep kemiskinan, setiap orang
persentase penerima pendapatan (populasi) dan
mendasarkan pemikirannya sendiri dengan
persentase jumlah pendapatan yang mereka
menyatakan bahwa kebutuhannya tidak
terima sebenarnya selama jangka waktu
terpenuhi secara cukup walaupun secara absolut
tertentu. Selanjutnya dari gambar 2 dapat
ataupun relatif sebenarnya tidak tergolong
dijelaskan bahwa semakin jauh kurva Lorenz
miskin. Pengertian kemiskinan adalah
dari garis diagonal BD, semakin besar ketidak
seseorang (keluarga) yang memilik pendapatan
merataan distribusi pendapatan yang terlihat.
yang tidak mencukupi kebutuhan minimum
Koefesien Gini memperlihatkan tingkat
untuk memelihara kondisi fisiknya secara
ketidak merataan distribusi pendapatan diukur
efisien.
dengan besarnya rasio daerah A dengan jumlah
Sajogyo (1978) mengukur batas
daerah BCD (E).
kemiskinan dari tingkat
Jadi koefien Gini (G) adalah:
E-F penghasilan/pengeluaran rumah tangga setara
G = A/E = = 1 F/E beras per kapita per tahun yaitu 480 kg untuk
E kota dan 320 kg untuk desa.
% Pendapatan D Suhardjo, 1997 melakukan stratifikasi
D kemiskinan dengan membagi golongan
A E penduduk menjadi tiga strata yaitu paling
miskin, miskin sekali dan miskin. Sementara
e untuk golongan tidak miskin dibedakan lagi
B a b menjadi dua strata yaitu golongan cukup dan
c d kaya. Pembagian strata kemiskinan
c % populasi
dimaksudkan agar dapat diketahui berat
ringannya situasi kemiskinan, serta untuk
mengetahui kemajuan yang dicapai dalam
mengatasi masalah kemiskinan dari waktu ke
Gambar 1. Kurva Lorenz yang mengukur
c d waktu. Termasuk strata penduduk paling
distribusi
F pendapatan kumulatif miskin adalah yang pendapatannya setara beras

c Pendapatan dan
Distribusi d Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

kurang dari 240 kg beras/kapita/tahun, miskin Pengamatan ukuran kesejahteraan dapat


sekali 240-360 kg beras/kapita/tahun dan dilakukan dengan pendekatan relatif yang
kelompok miskin 360-480 kg menunjukkan adanya perbedaan tingkat
beras/kapita/tahun. Sementara kelompok kaya kesejahteraan dalam lapisan masyarakat.
adalah mereka yang memiliki pendapatan sama Indikator yang biasa digunakan adalah tingkat
atau lebih besar dari 960 kg/beras/kapita/tahun, kemiskinan, proporsi pendapatan yang diterima
sedangkan kelompok cukup antara 480 960 golongan miskin (Widjaya,1992 dalam
kg beras/kapita/tahun. sushasni, 1998).
Tingkat kemiskinan suatu masyarakat Batas garis kemiskinan di Kota dan di
erat hubungannya dengan ketimpangan Desa di Propinsi Sumatera Selatan, berdasarkan
distribusi pendapatan. Namun demikian BPS tahun 2014 adalah sebagai berikut :
tingginya pendapatan per kapita tidak menjamin Tabel 5. Batas garis kemiskinan menurut BPS
bahwa seluruh penduduk telah menikmati untuk Daerah Perkotaan dan
kemakmuran. Angka-angka pendapatan per Perdesaan (ukuran waktu : September
kapita tidak menunjukkan bagaimana seluruh 2013-September 2014).
pendapatan tersebut dibagikan. Dengan
meningkatnya pendapatan per kapita belum Kota Desa
diketahui apakah keadaan sebagian besar 2013 2014 2013 2014
penduduk yang berpenghasilan rendah telah
membaik atau belum. Pendapatan per kapita Rp. Rp. Rp. Rp.
hanya merupakan gambaran secara umum dari 328.335 346.238 270.166 285.791
kesejahteraan penduduk (Darwis, 2001).
Sumber :Badan Pusat Statistik 2014.
5. Konsepsi kesejahteraan Garis kemiskinan dapat didekati dengan
Kesejahteraan menurut pengertian melihat besarnya pengeluaran konsumsi rumah
persatuan bangsa-bangsa adalah sebagai suatu tangga per kapita. Tingkat pengeluaran per
keadaan atau kondisi yang baik jasmani, mental kapita per bulan diukur dalam besaran rupiah
dan sosial tidak hanya terbatas pada kebutuhan dan selanjutnya dengan menggunakan kriteria
sosial dan ekonomi. Undang-undang Nomor 6 BPS ditetapkan tingkat/garis kemiskinan yang
Tahun 1974 tentang ketentuan pokok setiap tahun besarannya disesuaikan dengan
kesejahteraan sosial menyatakan bahwa suatu perubahan pengeluaran konsumsi (Darwis,
tata kehidupan dan penghidupan sosial meteril 2001).
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa Kesejahteraan berbeda dengan
keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir ketimpangan distribusi pendapatan. Perbedaan
dan batin yang memungkinkan bagi setiap ini sangat ditekankan karena kemiskinan
warga Negara untuk melakukan usaha berkaitan erat dengan standar hidup yang
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, absolut dari bagian masyarakat tertentu,
rohaniah dan sosial yang menjunjung tinggi sedangkan ketimpangan pendapatan mengacu
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai pada standar hidup relatif dari seluruh
dengan pancasila (Wijaya, Sudarma, 1992). masyarakat. Pada tingkat ketimpangan yang
maksimum, seluruh kekayaan hanya dimiliki
Todaro dalam Sushasni (1998),
oleh satu orang saja dan tingkat kemiskinan
mengemukaan bahwa tingkat kesejahteraan
sangat tinggi (Setiadi, 2011).
masyarakat dapat dilihat dari bagaimana total
dan pertumbuhan pendapatan masyarakat telah
didistribusikan kepada anggota masyarakatnya.

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

B. Model Pendekatan 3. Pendapatan usahatani adalah selisih antara


Model pendekatan yang digunakan penerimaan yang diterima oleh petani
dalam penelitian ini adalah model pendekatan dikurang dengan biaya total (Rp/Lg/MT).
secara diagramatik sebagai berikut : 4. Pengeluaran rumah tangga adalah
besarnya seluruh biaya atau pengeluaran
Petani Cabai rumah tangga untuk kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti sandang, pangan,
produksi perumahan, pendidikan, kesehatan dll
(Rp/bulan)
Harga Jual 5. Biaya produksi adalah semua biaya tunai
yang dikeluarkan petani cabai, yang terdiri
Penerimaan
biaya pupuk, pestisida, alat pertanian dan
tenaga kerja (Rp/Lg/MT).
Biaya 6. Analisis biaya hanya menghitung cash flow
Produksi (aliran tunai) yang benar-benar dikeluarkan
oleh petani contoh.
Pendapatan
7. Harga produksi adalah harga cabai pada
Usahatani
tingkat petani di Desa Tanjung Sari
(Rp/kg).
Pengeluaran Keluarga 8. Distribusi pendapatan adalah penyebaran
pembagian pendapatan yang diterima oleh
rumah tangga petani contoh diantara
Hasil Gini Rasio < Standar BPS = pendapatan petani cabai. Distribusi
Distibusi miskin
pendapatan dihitung yaitu dimana gini ratio
Hasil Gini Rasio > Standar BPS =
Pendapatan Tidak Miskin apabila nilai gini ratio mendekati 0 berati
Tingkat Kesejahteraan
distribusi pendapatan petani semakin
merata, jika nilai 1 berati ditribusi
Keterangan: : Mempengaruhi pendapatan petani semakin timpang.
9. Tingkat kesejahteraan petani cabai dalam
:melakukan usaha
penelitian ini dianalisa berdasarkan batas
Gambar 1. Model pendekatan secara garis kemiskinan hasil survey sosial
diagramatis ekonomi nasional propinsi sumatera
selatan tahun 2014.
C. Batasan-Batasan
Batasan-batasan yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Petani contoh yang diambil dalam
penelitian ini adalah petani cabai merah A. Tempat dan waktu
keriting yang berada di Desa Tanjung Sari Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Kecamatan Talang kelapa Kabupaten Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa
Banyuasin. Kabupaten Banyuasin. Penentuan lokasi
2. Penerimaan adalah jumlah produksi cabai ditentukan secara sengaja (purposive) dengan
yang dihasilkan satu kali musim tanam petimbangan bahwa sebagian besar penduduk di
dikali harga jual (Rp/Lg/MT). Desa ini bermata pencaharian pokok sebagai
petani cabai merah keriting. Pelaksanaan
penelitian ini pada bulan Agustus sampai
September 2015.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

B. Metode Penelitian penelitian ini berupa jumlah penduduk, dan


Metode penelitian yang digunakan keadaan umum Desa Tanjung Sari Kecamatan
dalam penelitian ini adalah metode survey, pada Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
rumah tangga petani cabai merah keriting di D. Metode Analisis Data
Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Metode analisis yang digunakan untuk
Kabupaten Banyuasin. membahas permasalahan petani di Desa
Tanjung Sari dalam mengatasi disribusi
C. Metode Penarikan Contoh pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang
Metode penarikan contoh yang diterima oleh petani cabai merah keriting diukur
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan :
acak sederhana (sample Random Sampling). Pendapatan petani dihitung dengan
Proses pemilihan sampel (n) dari populasi (N) rumus sebagai berikut:
dilakukan secara random (acak). Jumlah Pn = Y . Hy
sampel yang diambil pada penelitian ini Pd = Pn - BT
ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, Dimana :
sebagai berikut: Pn = Total Penerimaan (Rp)
N Y = Produksi (Rp)
n= Hy = Harga Y (Rp)
N. d2 + 1 Pd = Pendapatan Petani (Rp)
BT = Total Biaya (Rp)
dimana :
n = ukuran sampel Distribusi pendapatan petani dihitung
N = ukuran populasi dengan rumus sebagai berikut :
2 k
d = presisi yang ditetapkan (15%)
Menurut rumus Slovin diatas maka GR=1- fi (Xi=1 Xi ) (Yi + Yi+1)
i=1
jumlah sampel (n) yang diambil berdasarkan
jumlah populasi petani cabai merah keriting GR : Angka Gini Ratio
(N) di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Xi :Proporsi jumlah rumah tangga
Kelapa Kabupaten Banyuasin yang berjumlah komulatif dalam kelas i
115 petani cabai ditentukan sebagai berikut: Fi :Proporsi jumlah rumah tangga
115 dalam kelas i
n= Yi : Proporsi jumlah pendapatan rumah
= 32,05 = 35 petani tangga komulatif dalam kelas i
115. (0,15) + 1 k : Jumlah Kelas

D. Metode Pengumpulan Data Tingkat kesejahteraan petani


Data yang dikumpulkan dalam menggunakan indikator tingkat kemiskinan
penelitian ini meliputi data primer dan data penduduk sebagai berikut :
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil Tingkat kemiskinan tersebut digunakan
pengamatan dan wawancara langsung dari ukuran kemiskinan menurut BPS (2014)
petani contoh yang menggunakan kuisioner. Propinsi Sumatera Selatan yaitu batas garis
Data primer berupa identitas petani, luas lahan, kemiskinan adalah 285,791,- per kapita per
jumlah produksi, harga jual, panen dan pasca bulan ditingkat Desa. Ukuran batas garis
panen, dan penggunaan tenaga kerja. Data kemiskinan tersebut adalah :
sekunder sebagai data penunjang, diperoleh dari
dinas dan instansi yang berwewenang dalam
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

1. Miskin : Apabila penghasilan per kapita Tabel 10. Penggunaan faktor produksi usahatani
per bulan adalah kurang atau cabai petani contoh.
sama dengan Rp.285,791,-. No Faktor produksi Rata-rata penggunaan
faktor produksi
2. Tidak miskin : Apabila penghasilan per Per luas Per
kapita per bulan adalah lebih garapan hektar
dari 1. Lahan (Ha) 0,46 1
2. Pupuk kandang (Kg) 157,14 341
Rp.285,791,-. 3. Pupuk Urea (Kg) 82,86 180
4 Pupuk KCl (Kg) 65,71 142
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Pupuk TSP (Kg) 91,43 198
6. Pupuk Mutiara (Kg) 100 217
7. Pestisida (Kg) 18,29 39,76
A. Identitas Petani Contoh 8. Bibit (batang) 6.240 13,56
9. T.K dalam keluarga (HOK) 362.72 788
Petani cabai merah keriting di Desa 10 T.K luar keluarga (HOK) 21.28 46,26
11. Karung 48 104
Tanjung Sari yang diambil sebagai contoh
12. Ember 3 7
dalam penelitian ini berumur 31 sampai 59
tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga Tabel 10. Menjelaskan bahwa Lahan
termasuk kepala keluarga 2 sampai 6 orang yang digunakan petani contoh rata-rata 0,46
serta berpendidikan terendah Sekolah Dasar hektar, dengan luas garapan yang paling sempit
(SD) dan tertinggi Sekolah Menengah Atas 0,25 hektar dan paling luas 2 hektar.
(SMA). Jumlah anggota keluarga usia kerja Rata-rata tenaga kerja yang digunakan
petani contoh rata-rata 3 orang setiap keluarga. petani contoh adalah 384,03 HOK yang terdiri
Umur petani contoh rata-rata 35 tahun. dari tenaga kerja dalam keluarga 362.75 HOK
Identitas petani secara rinci ditampilkan pada dan tenaga kerja luar keluarga 21.28 HOK.
lampiran 2. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga
Usahatani cabai dilakukan petani contoh pada dasarnya hanya digunakan pada saat panen
di Desa Tanjung Sari merupakan berusahatani saja dikarenakan kekurangan tenaga kerja yang
yang telah dilakukan sejak lama atau turun tersedia didalam keluarga, tetapi ada sebagian
temurun dari keluarganya. Usahatani cabai yang petani contoh yang menggunakan tenaga kerja
dilakukan petani contoh merupakan luar keluarga dalam kegiatan pemeliharaan.
berusahatani pokok. Alat-alat pertanian yang digunakan
petani contoh di Desa Tanjung Sari dalam
B. Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai melakukan kegiatan usahatani cabai terdiri dari
Petani Contoh parang, cangkul, sengkuit, ember, karung dan
Faktor-faktor produksi yang digunakan hands prayer. Sedangkan ember dan karung
pada petani contoh dalam kegiatan usahatani dibeli pada saat panen saja, maka ember dan
cabai merah keriting meliputi lahan, pupuk, karung termasuk faktor produksi.
pestisida, tenaga kerja dan alat-alat petanian.
Penggunaan faktor produksi tersebut lebih H. Produksi
jelasnya mengenai faktor produksi dapat dilihat
Musim tanam yang dilakukan petani
pada tabel 9.
contoh sebanyak 1 kali dalam 1 tahun mulai
tanam bulan September dan awal panen bulan
Februari. Produksi yang dihasilkan tidak
konstan tetapi mengalami perubahan turun naik.
Produksi usahatani cabai yang dihasilkan di
Desa Tanjung Sari rata-rata 1,582.86 kg/Lg.

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

Dengan produksi terendah sebanyak 700,00


kg/Lg dan produksi tertinggi sebanyak 3,700.00 K. Konsumsi Rumah Tangga Petani Contoh
kg/Lg. Produksi ini masih bisa ditingkatkan
dengan meningkatkan penggunaaan pupuk baik Jumlah konsumsi rumah tangga dalam
pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL dan penelitian ini digunakan sebagai pendekatan
pestisida yang sesuai dengan anjuran, sehingga terhadap pendapatan rumah tangga. Hali ini
produksi ini masih bisa untuk ditingkatkan mengacu pada Survei Sosial Ekonomi Nasional
dengan meningkatkan penggunaan pupuk sesuai (SUSENAS) yang dilakukan oleh BPS.
dosis anjuran. Keadaan ekonomi khususnya pendapatan
merupakan cermin hidup dari pada masyarakat.
I. Biaya Produksi Masyarakat khususnya dipedesaan
Faktor-faktor produksi yang digunakan menggantungkan penggunaan konsumsi rumah
petani contoh usahatani cabai merah keriting tangga dari pendapatan yang berasal dari usaha
diperoleh dengan cara membeli di Kios pokok, hal ini dikarenakan tingkat pendapatan
terdekat. Alasan mereka membeli di Kios merupakan faktor yang sangat menentukan
terdekat karena mudah untuk mendapatakannya kemampuan rumah tangga. Pengeluaran rumah
dan hemat biaya. tangga didekati dengan pengeluaran konsumsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga yang berupa makanan dan berupa
biaya produksi usahatani cabai merah keriting bukan makanan.
yang dikeluarkan petani contoh berupa
pembelian pupuk, pestisida, alat-alat pertanian 1. Pengeluaran Konsumsi Makanan
dan biaya tenaga kerja. Konsumsi makanan atau pengeluaran
makanan oleh rumah tangga petani contoh di
J. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Desa Tanjung Sari, berdasarkan hasil penelitian
Cabai Merah Keriting berupa: padi-padian, umbi-umbian, ikan,
1. Penerimaan daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
Penerimaan usahatani cabai merah buah-buahan, minyak, bumbu-bumbuan, bahan
keriting petani cintoh di Desa Tanjung Sari minuman, rokok dan lain-lain.
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten
Banyuasin adalah rata-rata total produksi Konsumsi makanan keluarga petani
usahatani cabai sebesar Rp. 1,582.86 kg/Lg contoh yang terbesar adalah konsumsi padi-
dengan rata-rata harga Rp. 20,000.00. Maka padian yaitu sebesar Rp. 210,000.00. Hal ini
penerimaan usahatani cabai merah keriting dikarenakan konsumsi pokok rumah tangga
Rp. 5,005,714.29 per bulan. petani contoh adalah beras. Konsumsi yang
terkecil adalah konsumsi umbi-umbian sebesar
2. Pendapatan Rp. 30,000.00. Rata-rata pengeluaran konsumsi
makanan petani contoh sebesar Rp. 880,000.00
Pendapatan usahatani cabai merah per bulan.
keriting petani contoh di Desa Tanjung Sari
adalah penerimaan dikurangi biaya produksi, 2. Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan
rata-rata pendapatan usahatani petani contoh
Pengeluaran konsumsi bukan makanan
sebesar Rp. 3,956,726.43 per bulan.
petani contoh di Desa Tanjung Sari berdasarkan
Produksi, penerimaan dan pendapatan hasil penelitian berupa: fasilitas rumah, aneka
usahatani cabai merah keriting masing-masing barang, biaya pendidikan, biaya kesehatan,
petani contoh ditampilkan dilampiran 10. pakaian, keperluan pesta.

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

Rata-rata pengeluaran konsumsi bukan Hasil pengukuran distribusi pendapatan


makanan petani contoh adalah sebesar Rp. rumah tangga petani contoh di Desa Tanjung
588,571.43 per bulan dan pengeluaran Sari berdasarkan persentase pendapatan
konsumsi makanan sebesar Rp.880,000.00 per kumulatif dan kurva Lorenz
bulan. Rata-rata jumlah pengeluaran makanan
dan bukan makanan adalah sebesar Rp. Untuk mengenai grafik kurva Lorenz
1,468.571.43 per bulan dan rata-rata didaerah penelitian dapat dilihat pada grafik
pendapatan bersih sebesar Rp. 3,750,260.71 per kurva Lorenz berikut ini:
bulan.

L. Distribusi Pendapatan Petani Contoh


Distribusi pendapatan rumah tangga
petani contoh dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan koefisien gini rasio
dengan klasifikasi tingkat ketimpangan menurut
Biro Pusat Statistik (2014). Pada penelitian ini
distribusi pendapatan rumah tangga petani
contoh didekati dengan pengeluaran konsumsi
makanan dan bukan makanan, dan pendapatan
petani contoh yang berasal dari usahatani cabai
Gambar 3. Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan
merah keriting.
Rumah Tangga Petani Contoh
Melalui Proksi Pengeluaran di Desa
1. Gini Rasio Melalui Pengeluaran
Tanjung Sari, Tahun 2015 .
Konsumsi Rumah Tangga
Hasil penelitian menunjukkan angka Kurva Lorenz yang ditunjukkan pada
gini rasio sebesar 0,22764, lebih jelasnya dilihat gambar 3 diatas memperlihatkan hubungan
pada lampiran 13 sampai 15 dan tabel 16, maka kuantitatif aktual antara prosentase kumulatif
diketahui bahwa distribusi pendapatan rumah petani sampel dengan prosentase kumulatif
tangga petani contoh berada pada tingkat pendapatan yang benar-benar mereka terima
ketimpangan ringan. Selanjutnya koefisien selama tahun 2015. Dari kurva Lorenz tersebut
Gini dapat pula dijelaskan melalui grafik kurva dapat diketahui bahwa sekitar 20% dari jumlah
Lorenz yang terbagi atas 2 sumbu dimana petani sampel yang memiliki pendapatan
sumbu horizontal menggambarkan % kumulatif terendah hanya menerima 11.02% bagian dari
petani sampel, sedangkan sumbu vertikal keseluruhan total pendapatan. Selanjutnya 40%
menyatakan % kumulatif dari total pendapatan petani sampel yang juga memiliki pendapatan
yang diterima petani sampel. Disamping itu, terendah menerima 24.32% bagian dari
grafik kurva Lorenz juga memiliki garis linear keseluruhan total pendapatan.
yang disebut dengan garis pemerataann
Tabel 15. Ukuran Pemerataan Pendapatan 2. Gini Rasio Melalui Pendapatan
Gini Rasio Tingkat ketimpangan Usahatani Cabai Merah Keriting
(%) distribusi pendapatan
Perhitungan Gini Rasio berdasarkan
rumah tangga
pendapatan usahatani cabai merah keriting
0 < RG 0.4 Ringan
didapat nilai Gini Rasio sebesar 0,13088, lebih
0 < RG 0.5 Sedang
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16 sampai
RG 0.5 Tinggi
18. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Sumber :Biro Pusat Statistik, 2014

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

distribusi pendapatan rumah tangga petani Hasil penelitian menunjukan bahwa


contoh berada pada tingkat ketimpangan ringan. rata-rata pengeluaran rumah tangga petani
contoh adalah sebesar Rp. 1,468,571.43 per
Hasil pengukuran distribusi pendapatan bulan , sedangkan rata-rata jumlah anggota
rumah tangga petani contoh di Desa Tanjung keluarga adalah 4 orang per keluarga.
Sari berdasarkan persentase pendapatan Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa
kumulatif dan kurva Lorenz penghasilan per kapita per bulan petani contoh
Hasil pengukuran distribusi pendapatan adalah sebesar Rp. 447,857.14.
melalui proksi pengeluaran konsumsi rumah Bila dibandingkan batas garis
tangga sebesar 0,22764, sedangkan distribusi kemiskinan per kapita per bulan ditingkat desa
pendapatan yang didekati dengan pendapatan yaitu sebesar Rp. 285.791,00 maka tingkat
usahatani cabai merah keriting sebesar 0,13088. kesejahteraan rumah tangga petani contoh
Berdasarkan perhitungan Gini Rasio baik berada diatas garis kemiskinan atau tergolong
melalui proksi pengeluaran rumah tangga dan tidak miskin.
pendapatan uasahatani cabai merah keriting
VI . KESIMPULAN DAN SARAN
maka kedua pendekatan tersebut berada
A. Kesimpulan
diketimpangan yang sama. Tetapi distribusi Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pendapatan melalui proksi pengeluaran lebih bahwa :
merata jika dibandingkan dengan melalui 1. Rata-rata pendapatan usahatani cabai
pendapatan usahatani cabai merah keriting, ini merah keriting adalah sebesar Rp.
berarti penyebaran distribusi pendapatan 3,956,726.43 per bulan.
melalui proksi pengeluaran yang digunakan 2. Berdasarkan perhitungan Gini Rasio
oleh petani contoh relatif merata, sedangkan baik melalui proksi pengeluaran rumah
melalui pendapatan usahatani cabai merah tangga dan pendapatan uasahatani cabai
keriting persebarannya relatif beragam. merah keriting maka kedua pendekatan
M. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga tersebut berada diketimpangan yang
Petani Contoh sama, dimana distribusi pendapatan
Tingkat kejahteraan masyarakat dapat melalui proksi pengeluaran rumah
dilihat dari bagaimana total dan pendapatan tangga sebesar 0,22764 sedangkan
masyarakat telah didistribusikan kepada melalui pendapatan usahatani cabai
anggota masyarakat. Pengamatan ukuran merah keriting sebesar 0,13088.
kesejahteraan dapat dilakukan dengan 3. Rata - rata penghsilan petani contoh di
pendekatan relatif yang dapat menunjukan Desa Tanjung Sari sebesar
adanya perbedaan tingkat kesejahteraan dalam Rp.447,857.43 per kapita. Tingkat
masyarakat. Indikator yang biasa digunakan kesejahteraan rumah tangga petani
adalah tingkat kemiskinan, proporsi pendapatan contoh cabai merah keriting berada
yang diterima golongan miskin ( widjaya, diatas garis kemiskinan dan tergolong
1992). tidak miskin

Pada penelitian ini, tingkat B. Saran


kesejahteraan petani contoh digunakan 1. Untuk meningkatkan pendapatan
indikator tingkat kemiskinan penduduk. Batas usahatani cabai merah keriting
tingkat kemiskinan berdasarkan hasil Survei sebaiknya melakukan usahatani sesuai
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi anjuran, tetapi ada sebagian petani yang
Sumatera Selatan tahun 2014, adalah Rp pendapatannya lebih besar dari
285,791 per kapita per bulan.

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti
Palembang Indonesia

pengeluaran maka sebaiknya petani Siswono,YH. Et al, 2004. Mengenal Tanaman


contoh melakukan usaha sampingan. Hortikultura, Swadaya. Jakarta
2. Kesejahteraan petani cabai merah
Soeharjo. 1973. Distribusi Pendapatan. Penebar
keriting di Desa Tanjung Sari perlu
Swadaya. Jakarta.
ditingkatkan lagi dengan cara
memperluas lahan serta Soekartawi, 2002. Distribusi Pendapatan.
mengoptimalkan usahataninya. Penebar Swadaya. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani.


Universitas Indonesia. Jakarta
Ala Andre bayo,2009. Konsep Distribusi
Yuniarti, 1992. Analisis Pendapatan pembibitan
pendapatan. Diakses dari
Cabai. Diakses dari
http:/distribusi.blogspot.com/2016/01dis
http://analisis.blogspot.com/2015/20anal
tribusi-pendapatan html. pada tanggal 6
isis-pendapatan-pembibitan-cabai.html
januari 2016.
pada tanggal 1 April 2015.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Selatan,2012. Harga produksi Cabai Wijaya. 1992. Pendekatan Pembangunan Dalam
di Kabupaten Banyuasin 2012. Pertanian dan Dampaknya Terhadap
Kesejahteraan Masyrakat, Bogor.
Darwis, 2001. Pengertian kemiskinan dan
Winardi, 2000. Konsep Kekayaan dan
kesejahteraan. Diakses dari
Kemiskinan. Diakses dari
http:/kemiskinan.blogspot.com/2016kim
http://kekayaan.blogspot.com/2016konsep
iskinan-kesejahteraan html. Pada
-kemiskinan-pendapatan.html pada
tanggal 25 februari 2016.
tanggal 15 januari 2016.
Ferryanto, 2011. Konsep Penerimaan dan
Pendapatan. Diakses dari http://
penerimaan. blogspot. Com
/2014/12konsep-penerimaan-
pendapatan.html pada tanggal 14 Mei
2015.

Hernanto, F.1995 Ilmu Usahatani. Penebar


Swadaya.jakarta.

Kilham.2006. Biaya dan Pendapatan didalam


Usahatani. Departemen Ekonomi
Pertanian Fakultas pertanian UGM.
Yogyakarta.

Setiadi, 2011. Teori kemiskinan, penebar


Swadaya. Jakarta.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani, penebar


Swadaya. Jakarta.

Sushasni. 1998. Distribusi Pendapatan dan


Tingkat Kesejahteraan Petani Karet.
Universitas Tridinanti, Palembang.

Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari,
Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Filename: jurnal apriyani_1FE2C
Directory: C:\Users\Aspire E 14\AppData\Local\Temp
Template: C:\Users\Aspire E 14\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: Cahyadi
Keywords:
Comments:
Creation Date: 21/04/2016 22:09:00
Change Number: 4
Last Saved On: 22/04/2016 12:25:00
Last Saved By: AO 756
Total Editing Time: 6 Minutes
Last Printed On: 23/04/2016 7:10:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 15
Number of Words: 6.011 (approx.)
Number of Characters: 38.474 (approx.)

Vous aimerez peut-être aussi