Vous êtes sur la page 1sur 11

LAPORAN PRAKTIKUM TERMOFISIKA

KALOR JENIS LOGAM

Disusun oleh :

Stefani Dewi Puspitasari (151424001)

Willy Pratama (151424006)

Maria Ester Lere (151424016)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
PRAKTIKUM KALOR JENIS LOGAM

A. Tujuan
1. Menentukan kalor jenis suatu logam.
2. Membandingkan kalor jenis logam yang diketahui melalui percobaan dengan
kalor jenis logam dalam tabel.

B. Alat dan Bahan


1. Beker glass
Berfungsi untuk menjadi tempat memanaskan Erlenmeyer yang berisi potongan
logam.
2. Bunsen
Berfungsi sebagai sumber energy panas untuk memanaskan Erlenmeyer yang
berisi logam.
3. Tripot
Berfungsi sebagai penyangga beker glass yang berisi air dan Erlenmeyer yang
berisi potongan logam untuk dipanaskan menggunakan bunsen yang diletakkan di
dalam bagian tengah tripot.
4. Kasa
Berfungsi untuk menjadi alas beker glass yang diletakkan di permukaan tripot
agar tidak bersentuhan langsung dengan api dari bunsen.
5. Potongan aluminium dan tembaga
Berfungsi sebagai obyek percobaan yang nantinya akan dihitung kalor jenisnya.
6. Erlenmeyer
Berfungsi sebagai tempat potongan logam, yaitu logam yang akan dihitung kalor
jenisnya. Dibagian leher Erlenmeyer diikat kawat yang dijadikan sebagai
pegangan untuk mengangkat Erlenmeyer setelah dipanaskan hingga suhu tertentu.
7. Kalorimeter
Berfungsi sebagai wadah untuk mencampurkan logam yang telah dipanaskan
hingga suhu tertentu dengan air dalam calorimeter yang nantinya akan diketahui
suhu campurannya atau suhu kesetimbangannya.
8. Thermometer
Berfungsi untuk mengukur kenaikan suhu saat potongan logam dalam Erlenmeyer
dipanaskan, serta mengukur suhu kesetimbangan dalam calorimeter.
9. Timbangan
Berfungsi untuk mengukur massa potongan logam yang menjadi obyek
percobaan, massa calorimeter, serta massa calorimeter dan air.
10. Penggaris
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air dalam beker glass dan calorimeter.
11. Korek api
Berfungsi untuk meyalakan api pada bunsen.
12. Kertas tisu
Berfungsi sebagai wadah ketika mengambil potongan logam dan sebagai alas
ketika menimbang potongan logam.
13. Lap kain
Berfungsi untuk mengeringkan potongan logam yang telah selesai dipakai dalam
percobaan.

C. Dasar Teori
Panas mengalir dari suatu benda yang lebih panas (memiliki suhu lebih tinggi)
ke benda yang lebih dingin (memiliki suhu lebih rendah), sampai terjadi
kesetimbangan termal. Panas yang diserap sama dengan panas yang diberikan,
Qserap = Qdiberikan

Banyaknya panas yang diserap atau dibutuhkan atau diberikan oleh suatu benda yang
bergantung pada :

Massa benda (m)


Kalor jenis benda (c)
Pertambahan suhu (T)

Mengikuti persamaan,
Q = m.c.T
Sehingga kalor jenis zat adalah :
Q
c=
m.c

Apabila harga c diketahui maka dapat ditentukan harga c yang lain


berdasarkan Azas Black. Prinsip pengukuran seperti ini disebut kalorimetri.
Sedangkan alat untuk mengukur kalor jenis zat berdasarkan prinsip kalorimetri
disebut calorimeter. Tabung bagian dalam calorimeter dapat terbuat dari logam
(aluminium atau tembaga) dan sudah diketahui kalor jenisnya
D. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil beberapa potongan aluminium dan tembaga dengan tisu secara
terpisah.
3. Menimbang massa potongan aluminium dan tembaga, serta massa calorimeter
dengan menggunakan timbangan.
4. Memasukkan air ke dalam calorimeter dengan ketinggian air 1,5 cm. Kemudian
menimbang calorimeter yang berisi air tersebut dengan timbangan.
5. Mengukur suhu air dalam calorimeter.
6. Memasukkan air ke dalam beker glass dengan ketinggian air 2 cm atau 100 mL.
7. Meletakkan kasa di atas permukaan tripot dan meletakkan beker glass tersebut di
atas kasa.
8. Menyalakan bunsen dan meletakkannya tepat di bawah beker glass.
9. Memasukkan potongan aluminium ke dalam Erlenmeyer dan memasukkan
Erlenmeyer ke dalam beker glass.
10. Memasukkan thermometer ke dalam Erlenmeyer dan mengatur posisinya agar
tidak jatuh.
11. Menunggu sampai suhu aluminium mencapai 80C.
12. Setelah mencapai suhu 80C Erlenmeyer diangkat, kemudian memasukkan
potongan aluminium ke dalam calorimeter dan langsung ditutup. Memasukkan
thermometer ke lubang di bagian tutup calorimeter dan mengaduk air yang telah
bercampur dengan aluminium panas.
13. Mengamati thermometer yang ada di calorimeter. Mencatat suhu
kesetimbangannya, yaitu skala suhu pada thermometer yang mana cairan di dalam
thermometer tidak naik atau turun lagi (stabil).
14. Mengeluarkan thermomter dan membuka tutup calorimeter. Kemudian
mengeluarkan potongan aluminium tersebut.
15. Mengeringkan potongan aluminium tersebut dengan menggunakan lap kain.
16. Memasukkan air ke dalam calorimeter dengan ketinggian air 1,5 cm. Kemudian
menimbang calorimeter yang berisi air tersebut dengan timbangan.
17. Mengulangi langkah percobaan nomor 8 sampai 15 dengan menggunakan
potongan tembaga.
18. Kemudian untuk variasi pada data kedua, mengulangi langkah percobaan nomor 8
sampai 15 dengan mengisi calorimeter dengan air setinggi 2 cm dan
memanaskan potongan aluminium dan tembaga hingga mencapai suhu 85C.
(melakukan langkah tersebut untuk data kedua aluminium dan tembaga secara
bergantian)
19. Mematikan Bunsen. Kemudian membersihkan serta merapikan alat dan bahan.
20. Memasukkan data ke dalam tabel.
Suhu sebelum Suhu
Massa (gram)
dicampurkan (C) setelah
No.
Kalorimeter Potongan Calorimeter Aluminium dicampur
Kalorimeter
dan air logam dan air panas (C)
1.
2.

E. Data
1. Data tabel untuk logam aluminium :
Suhu sebelum Suhu
Massa (gram)
dicampurkan (C) setelah
No.
Kalorimeter Potongan Calorimeter Aluminium dicampur
Kalorimeter
dan air aluminium dan air panas (C)
1. 87,7 198,4 27,1 27 80 31
2. 87,7 221,2 26,1 27 85 31
2. Data tabel untuk logam tembaga :
Suhu sebelum Suhu
Massa (gram)
dicampurkan (C) setelah
No.
Kalorimeter Potongan Calorimeter Aluminium dicampur
Kalorimeter
dan air aluminium dan air panas (C)
1. 87,7 203,7 71,5 27 80 31
2. 87,7 209,6 70,7 27 85 31
3. Kalor jenis air = 1 kal/ gC
4. Kalor jenis calorimeter yang terbuat dari stainless steel = 0,15 kal/ gC

F. Analisis Data
Untuk menghitung kalor jenis logam secara matematis menggunakan :
Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = ml.cl. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = ml.cl. (T2-T3)

dengan, ma = massa air (g)


mkal = massa calorimeter (g)
ml = massa logam (g)
ca = kalor jenis air (1 kal/gC)
ckal = kalor jenis calorimeter (0,15 kal/gC)
cl = kalor jenis logam (kal/gC)
T1 = suhu air dalam calorimeter (C)
T2 = suhu logam setelah dipanaskan (C)
T3 = suhu kesetimbangan/campuran (C)

1. Kalor jenis aluminium (ca) berdasarkan data yang telah diperoleh :


a) Kalor jenis aluminium data ke-1 :
Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = mal.cal. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = mal.cal. (T2-T3)
(198,4-87,7).1.(31-27) + 87,7.0,15.(31-27) = 27,1.cal.(80-31)
442,8 + 52,62 = 1327,9 cal
495,42 = 1327,9 cal
495,42
cal = =0,3730853227 kal/gC
1327,9

b) Kalor jenis aluminium data ke-2 :


Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = mal.cal. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = mal.cal. (T2-T3)
(221,2-87,7).1.(31-27) + 87,7.0,15.(31-27) = 26.cal.(85-31)
534 + 52,62 = 1409,4 cal
586,62 = 1409,4 cal
586,62
cal = =0,4162196679 kal/gC
1409,4

c) Rata-rata kalor jenis aluminium dari hasil percobaan :


cal = 0,3946524953 kal/ gC
2. Kalor jenis tembaga (ct) berdasarkan data yang telah diperoleh :
a) Kalor jenis tembaga data ke-1 :
Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = mt.ct. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = mt.ct. (T2-T3)
(203,7-87,7).1.(31-27) + 87,7.0,15.(31-27) = 71,5.cal.(80-31)
464 + 52,62 = 3503,5 ct
516,62 = 3503,5 ct
516,62
ct = =0,147458256 kal/gC
3503,5
b) Kalor jenis tembaga data ke-2 :
Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = mt.ct. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = mt.ct. (T2-T3)
(209,6-87,7).1.(31-27) + 87,7.0,15.(31-27) = 70,7.cal.(85-31)
487,6 + 52,62 = 3817,8 ct
540,22 = 3817,8 ct
540,22
ct = =0,1415003405 kal/gC
3817,8
c) Rata-rata kalor jenis tembaga dari hasil percobaan :
ct = 0,1444792983 kal/ gC

3. Kesalahan yang kami lakukan dalam praktikum :


rerata hasil pengukuran - ukuran seharusnya
kesalahan= x100%
ukuran seharusnya

a) Kesalahan dalam menentukan kalor jenis aluminium :


0,3946524953 - 0,215
kesalahan= 100% = 83,55%
0,215

b) Kesalahan dalam menentukan kalor jenis tembaga :


0,1444792983 - 0,0923
kesalahan= 100% = 53,3%
0,0923

G. Pembahasan
Dalam percobaan kalor jenis logam, kami menggunakan dua jenis logam,
yaitu aluminium dan tembaga. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
kalor jenis aluminium dan tembaga, serta membandingkan kalor jenis dari hasil
percobaan dengan kalor jenis aluminium dan tembaga dalam tabel.
Pertama, percobaan dengan potongan logam aluminium. Kami melakukan
pengambilan data sebanyak dua kali. Dalam percobaan untuk data pertama dapat
diketahui massa dari calorimeter, calorimeter dan air, serta aluminium secara
berurutan, yaitu 87,7 g, 198,4 g, dan 27,1 g. Kemudian suhu air dalam calorimeter dan
aluminium panas sebelum dicampurkan secara berurutan, yaitu 27C dan 80C.
Setelah aluminium panas dicampurkan dengan air dalam calorimeter, suhu
setimbangnya adalah 31C. Dari data tersebut, kalor jenis dari aluminium, yaitu
sebesar 0,3730853227 kal/ gC. Selanjutnya percobaan untuk data kedua dapat
diketahui massa dari calorimeter, calorimeter dan air, serta aluminium secara
berurutan, yaitu 87,7 g, 221,2 g, dan 26,1 g. Kemudian suhu air dalam calorimeter dan
aluminium panas sebelum dicampurkan secara berurutan, yaitu 27C dan 85C.
Setelah aluminium panas dicampurkan dengan air dalam calorimeter, suhu
setimbangnya adalah 31C. Dari data tersebut, kalor jenis dari aluminium, yaitu
sebesar 0,4162196679 kal/ gC. Rata-rata untuk kalor jenis aluminium dari hasil
percobaan adalah sebesar 0,3946524953 kal/ gC.
Kedua, percobaan dengan potongan logam tembaga. Kami melakukan
pengambilan data sebanyak dua kali. Dalam percobaan untuk data pertama dapat
diketahui massa dari calorimeter, calorimeter dan air, serta tembaga secara berurutan,
yaitu 87,7 g, 203,7 g, dan 71,5 g. Kemudian suhu air dalam calorimeter dan tembaga
panas sebelum dicampurkan secara berurutan, yaitu 27C dan 80C. Setelah tembaga
panas dicampurkan dengan air dalam calorimeter, suhu setimbangnya adalah 31C.
Dari data tersebut, kalor jenis dari tembaga, yaitu sebesar 0,147458256 kal/ gC.
Selanjutnya percobaan untuk data kedua dapat diketahui massa dari calorimeter,
calorimeter dan air, serta tembaga secara berurutan, yaitu 87,7 g, 209,6 g, dan 70,7 g.
Kemudian suhu air dalam calorimeter dan tembaga panas sebelum dicampurkan
secara berurutan, yaitu 27C dan 85C. Setelah tembaga panas dicampurkan dengan
air dalam calorimeter, suhu setimbangnya adalah 31C. Dari data tersebut, kalor jenis
dari tembaga, yaitu sebesar 0,1415003405 kal/ gC. Rata-rata untuk kalor jenis
tembaga dari hasil percobaan adalah sebesar 0,1444792983 kal/ gC.
Dalam percobaan kalor jenis logam, alasan mengapa kami hanya mengambil
data sebanyak dua kali untuk masing-masing jenis logam adalah karena faktor dari
lamanya suhu logam untuk naik ketika dipanaskan hingga mencapai suhu 85C.
dalam percobaan ini kami pun menyiasatinya dengan menutup Bunsen dengan kertas,
awalnya suhu cepat naik hingga mencapai suhu 83C, namun kembali turun menjadi
80C. Setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada perubahan, kami mengganti
tutup Bunsen dengan tisu dan meletakkan beberapa benda untuk merapatkan tutup
Bunsen. Alhasil, suhu dapat naik hingga mencapai 85C. Karena waktu percobaan
telah habis, kami pun hanya memperoleh data sebanyak dua data. Selain itu, kami
juga melakukan percobaan secara selang-seling, yaitu aluminium untuk data 1,
kemudian tembaga untuk data 1, lalu aluminium untuk data 2, dan selanjutnya
tembaga untuk data 2. Hal ini kami lakukan untuk menghemat waktu selagi
menunggu potongan logam yang telah digunakan kering.
Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa dari kedua jenis
logam tersebut, walaupun memiliki massa dan suhu yang berbeda, tetapi suhu
setimbangnya tetap berada pada suhu 31C. Kami pun membandingkan kalor jenis
dari hasil percobaan dengan kalor jenis yang ada pada tabel di buku GIANCOLI dan
buku Praktikum Fisika. Setelah dibandingkan, hasilnya pun berbeda. Kesalahan yang
kami lakukan dalam praktikum adalah sebesar 83,56% untuk aluminium dan 53,3%
untuk tembaga. Kesalahan ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, karena
dipengaruhi oleh suhu ruangan Lab. Fisika pada saat percobaan dilakukan. Kedua,
karena pada literature (pada buku GIANCOLI) tersebut semua logam dianggap
memiliki suhu mula-mula 20C, sedangkan suhu mula-mula saat percobaan dapat
berbeda dan kemungkinan lebih tinggi karena faktor suhu ruangan pada saat itu..
Ketiga, adanya kalor yang hilang ketika logam hendak dituangkan ke dalam
calorimeter yang berisi air. Dalam hal ini, untuk menuangkan logam perlu waktu,
kemungkinan saat itu ada kalor yang telah diserap oleh udara. Keempat adalah faktor
dari alat dan bahan yang digunakan, serta ketelitian dalam pengukuran massa,
ketinggian air dalam calorimeter, maupun pembacaan skala pada temometer. Kelima,
sedikitnya data yang diambil saat percobaan. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi data yang diambil serta perhitungan dalam menentukan kalor jenis
dari kedua logam tersebut.

H. Kesimpulan

Panas mengalir dari suatu benda yang lebih panas (memiliki suhu lebih tinggi)
ke benda yang lebih dingin (memiliki suhu lebih rendah), sampai terjadi
kesetimbangan termal. Untuk menghitung kalor jenis logam secara matematis
menggunakan :
Qterima = Qlepas
ma.ca.T + mkal.ckal.T = ml.cl. T
ma.ca.(T3-T1) + mkal.ckal.(T3-T1) = ml.cl. (T2-T3)

dengan, ma = massa air (g)


mkal = massa calorimeter (g)
ml = massa logam (g)
ca = kalor jenis air (1 kal/gC)
ckal = kalor jenis calorimeter (0,15 kal/gC)
cl = kalor jenis logam (kal/gC)
T1 = suhu air dalam calorimeter (C)
T2 = suhu logam setelah dipanaskan (C)
T3 = suhu kesetimbangan/campuran (C)

Melalui percobaan kalor jenis logam tersebut dapat disimpulkan bahwa kalor jenis
aluminium dan tembaga secara berurutan adalah sebesar 0,3946524953 kal/ gC dan
0,1444792983 kal/ gC. Sedangkan kalor jenis aluminium dan tembaga berdasarkan
literature secara berurutan adalah sebesar 0,215 kal/ gC dan 0,0923 kal/ gC. Adanya
perbedaan antara kalor jenis logam dari hasil percobaan dengan kalor jenis logam
pada literature dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi selama percobaan
berlangsung maupun dalam pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001. FISIKA, terj. Yuhilza Hanum. Jakarta : Erlangga.

Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma.2014. Pratikum Fisika.Yogyakarta :

Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. 2009. Pengantar Termofisika. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

http://dokumen.tips/documents/f-1-panas-jenis-zat-padat.html.

19 Maret 2016 diunduh pada pukul 09.04 WIB.

Vous aimerez peut-être aussi