Vous êtes sur la page 1sur 18

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I

ABSORPSI

Dosen Pembimbing : Rispiandi, ST., MT

Kelompok 7

Cahya Handayani 161411034


Rheynna Ayunita Pranata 161411051
Selina Afriani 161411054
Zayyin Kamil Biliman 161411064

2B D3 Teknik Kimia

Tanggal Praktikum : 14 November 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : 21 November 2017

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
2. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air
3. Menghitung jumlah CO2 bebas dalam air

II. LANDASAN TEORI


Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat
di dalam gas menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan
sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Adapun tujuan dari
proses absorpsi adalah pertama untuk mendapatkan senyawa yang bernilai
tinggi dari campuran gas dan uap; kedua, untuk mengeluarkan senyawa yang
tidak diinginkan dari produk; ketiga, pembentukan persenyawaan kimia dari
absorben dengan salah satu senyawa daam campuran gas.

Alat yang digunakan dalam absorpsi gas pada percobaan ini adalah menara
isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah.
Pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing di atas dan di bawah, serta suatu
massa bentuknya zat padat tak aktif (inert) di atas penyangganya. Bentukan ini
disebut menara isian tower (tower packing). Penyangga mempunyai fraksi
ruang terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya kebanjiran pada
dinding penyangga.

Dalam percobaan ini digunakan larutan NaOH sebagai cairan penyerap


untuk mengabsorbsi gas CO2. Pemilihan larutan NaOH ssebagai cairan
penyerap disebabkan oleh waktu reaksinya yang relative cepat, harganya murah,
dan mudah diregenerasi.

Analisa karbon dioksida terlarut dalam NaOH, absorpsi karbon dioksida


dari campuran udara ke dalam larutan NaOH ditunjukkan oleh reaksi (untuk
kondisi pada umumnya) sebagai berikut:
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara lain
temperatur operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan,
konsentrasi komponen di dalam aliran gas, luas bidang kontak, lama waktu
kontak. Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat
sehingga dapat diperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan dalam
menyerap komponen didalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien
perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah
per satuan waktu per satuan luas serta tiap fraksi mol.

[(grmol)/(detik)(cm2)(fraksi mol)]A

Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat absorpsi


dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk
kolom absorpsi isian adalah:

H=

y ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan disebut
titik dalam kolom, /adalah fraksi mol ruah bulk, A adalah luas penampang
kolom, H adalah tinggi isisan dan a adalah luas spesifik isian/satuan volume
isian. Untuk gas encer terkecuali aliran gas inert, persamaan diatas dapat
disederhanakan:

Ruas kanan dari persamaan di atas sulit diintegrasikan. Perhitungan kog dapat
disederhanakan (tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi kog.

N = kog x aAH x log gaya penggerak rata-rata

N adalah kecepatan absorpsi (mol/detik). Jadi,


Kog =

Beberapa jenis menara absorpsi:

1. Menara absorpsi dengan benda isi (packing kolom)


2. Menara absorpsi dengan pelat atau piringan
3. Menara absorpsi dengan penyemprot

Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dengan rumus:

Percobaan analisa karbon yang larut dalam air:

Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan


untuk titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas (Cco2) pada suatu tangki dengan
volume (Vt volume penitran) adalah:

III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan

Tabel 3.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Alat absorpsi 1 unit 1. Aquadest
2. Stopwatch 2. Gas CO2
3. Erlenmeyer 50 ml 3. Larutan NaOH 0,1 N
4. Pipet ukur 10 mL 4. Phenolptalein
5. Bola hisap 5. Larutan HCl 0,1 N
6. Gelas kimia 500 mL
7. Pipet tetes (2 buah)
8. Labu ukur 500 ml
9. Batang pengaduk
10. Buret 50 mL
11. Corong gelas
12. Botol semprot

3.2 Skema Kerja

Isi dua buah bola padat alat analisa absorbsi gas dipanel sebelah kiri dengan 0.1 molar
NaOH. Atur permukaan larutan pada tanda 0, dengan keterangan CN, lakukan drain.

Isi tanki tendong dengan air bersih dengan tiga perempat bagian (40 liter).

Tutup control aliran gas C2 dan C3. Jalankan pompa cairan dan atur laju alir air lewat
kolom hingga sekitar 6 liter/mnt pada flowmeter F1 dengan mengatur control keran C1

Jalankan kompresor dan atur control keran C2 hingga memberikan laju alir udara
30liter/mnt pada flowmeter F2.

Buka keran pengatur tekanan pada silinder karbon dioksida dan atur keran C3 sehingga
memberikan laju alir gas pada F3 sekitar laju alir udara pada F2. Atur control keran C4.

Setelah 15 menit, ambil sample secara simultan dari titik S1 dan S2. Lakukan analisa
terhadap kandungan CO2.
Bilas saluran sample dengan menarik piston dan menekannya secara berulang. Volume
silinder 100cc, perkirakan volume tabung yang berisi udara yang tinggal.

isi selinder dari saluran yang dipilih dengan menarik piston. Catat volume gas yang
dihisap ke dalam silinder V2 (sekitar 20mL).

Putuskan hubungan silinder dengan bola, absorbsi di permukaan cairan didalam pipa
harus tetap. Jika berubah atur lagi. Tunggu Psilinder = Patmosfer

Pelan-pelan tekan piston, hingga silinder kosong. Kemudian tarik kembali secara
perlahan. Catat tinggi permukaan pada tabung indikator. Tinggi permukaan cairan
indikator V2 menunjukan volum gas CO2 pada campuran sampel

Percobaan Absorbsi Karbon Dioksida ke dalam Air

Isi tanki tendon sebanyak 75% penuh dengan air deionisasi. Catat volume air yang ada
dalam tendon (Vt).

Aliran gas C2 dan C3 dalam keadan tertutup, hidupkan pompa air dan atur aliran air
melalu kolom dengan mengatur keran aliran C1 agar terbaca pada F1 sebesar 6L/mnt.

Kompresor dihidupkan dan atur keran C2 agar diperoleh aliran udara 10% dari skala
penuh pada flowmeter F2.

Secara hati-hati bukalah keran pengatur tekanan pada silinder karbon dioksida dan atur
keran C3 agar pada flowmeter F3 terbaca 1/2 dari aliran udara F2.

Setelah 15 menit operasi berlangsung, ambil 100mL sample dari S4 dan S5 dengan
selang setiap 10 menit.
Percobaan Analisa Karbon yang Larut dalam Air

Kelarutan sample dari S5 atau S4 sebanyak 150mL.

Tampung sample dalam gelas ukur, buang larutan diatas tanda batas 100mL

Tambahkan 5-10 tetes indikator PP, bila sample segera menjadi merah maka tidak ada
CO2 bebas, bila sample tidak berwarna, maka titrasi dengan larutan alkali standar.
Aduk dengan batang pengaduk hingga diperoleh warna merah muda yang tidak hilang
selama 30 detik. Catat volume larutan alkali yang ditambahkan saat terjadi perubahan
warna sebagai titik akhir.
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan dan Grafik


1. Laju udara : 38 L/menit
2. Laju CO2 : 2 L/menit
3. Laju NaOH : 6 L/menit

Data yang diamati adalah waktu (t), nilai volume (V) pentitran (HCl 0.1 N),
serta aliran masing-masing zat (F).

Volume HCl titrasi Volume HCl titrasi


terhadap Konsentrasi terhadap
t (menit)
NaOH di Penampung Konsentrasi NaOH
(ml) di Outlet (ml)
0 10,25 10,25
35 8.4 8.3
40 7.1 6.8
45 7.0 6.1
50 5.9 5.1
55 5.3 4.7
60 4.7 4.3
65 3.8 4.1
70 3.7 3.5
75 3.5 3.1

Untuk mengetahui konsentrasi NaOH(C) gunakan persamaan

VaCa = VbCb
t (menit) C di Penampung C di aliran outlet
0 0.1025 0.1025
35 0.084 0.083
40 0.071 0.068
45 0.070 0.061
50 0.059 0.051
55 0.053 0.047
60 0.047 0.043
65 0.038 0.041
70 0.037 0.035
75 0.035 0.031

Setelah diketahui nilai konsentrasi NaOH maka dapat diketahui laju alir mol
(N) NaOH, gunakan persamaan

N=CxF

N di Penampung N di aliran outlet


t (menit)
(mol/menit) (mol/menit)
0 0.615 0.615
35 0.504 0.498
40 0.426 0.408
45 0.420 0.366
50 0.354 0.306
55 0.318 0.282
60 0.282 0.258
65 0.228 0.246
70 0.222 0.210
75 0.210 0.186
Reaksi yang terjadi

CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O + NaOH sisa

Sehingga untuk menghitung mol CO2 yang diserap menggunakan persamaan

Mol CO2 = N0-Nt/2

Mol CO2 yang Mol CO2 yang


t (menit) terabsorp di terabsorp di
Penampung aliran outlet
0 0 0
35 0.0555 0.0585
40 0.0945 0.1035
45 0.0975 0.1245
50 0.1305 0.1545
55 0.1485 0.1665
60 0.1665 0.1785
65 0.1935 0.1845
70 0.1965 0.2025
75 0.2025 0.2145
Kurva Hubungan Konsentrasi CO2 yang terabsorp di
Penampung terhadap perubahan waktu (menit)

0.25

0.2
y = 0.003x - 0.0201
R = 0.9489
0.15
Mol CO2

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
-0.05
Waktu (menit)

Kurva Hubungan Konsentrasi CO2 yang terabsorp di


Aliran Outlet terhadap perubahan waktu (menit)
0.25

0.2 y = 0.0031x - 0.0131


R = 0.9549
0.15
Mol CO2

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
-0.05
Waktu (menit)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Cahya Handayani (161411034)

Pada praktikum kali ini dilakukan absorpsi dengan menggunakan fasa cair
sebagai absorber dan gas sebagai fasa terlarutnya. Proses absorpsi seperti ini
disebut sebagai absorpsi cair-gas.
Dalam praktikum ini digunakan CO2 sebagai gas yang akan diabsorpsi dan
NaOH sebagai absorben nya. Proses ini berlangsung dengan reaksi kimia berikut:
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(aq) + H2O(l)
Proses absorpsi kali ini dilakukan pada menara absorpsi dengan kolom
packing (packing yang digunakan adalah raching ring). Prinsip proses absorpsi
kali ini adalah dengan mengontakkan CO2 yang terdapat dalam udara dengan
NaOH sehingga CO2 akan terabsorpsi. Fungsi kolom packing adalah untuk
memperbesar kontak antara NaOH dengan udara sehingga proses absorpsi CO2
akan berlangsung optimal. Absorpsi yang dilakukan menggunakan larutan NaOH
0,1 N yang dialirkan kedalam kolom. NaOH mengalir dari bagian atas kolom,
sedangkan gas CO2 mengalir dari bagian bawah kolom. Dimana diketahui bahwa
NaOH mempunyai berat jenis yang lebih besar dari gas CO2. Serta sifat alami
bahwa cairan akan mudah mengalir kebawah akibat gravitasi bumi. Sedangkan
gas yang akan bergerak ke atas. Aliran ini ditujukan agar kontak dapat terjadi
antara cairan dan gas.
Untuk mengetahui konsentrasi CO2 yang terabsorpsi dilakukan metode
titrasi sampel menggunakan HCl 0,1 N. Sampel diambil setiap 5 menit sekali.
Kemudian sampel dari outlet dan tangki dititrasi dengan menambahkan indicator
phenolphthalein (PP) yang bekerja pada trayek basa. Tujuan penambahan ini
adalah untuk membantu menemukan titik yang tepat untuk menghentikan titrasi,
karena larutan yang ditambakan indicator PP akan mengalami perubahan warna,
selanjutnya saat berada pada kesetimbangan akan mengalami perubahan warna
dari merah muda menjadi tak berwarna.
Berdasarkan hasil percobaan semakin lamanya waktu absorpsi maka akan
semakin rendah konsentrasi NaOH karena semakin banyak CO2 yang terabsorpsi.
Dan itu artinya konsentrasi CO2 yang terabsorpsi berbanding lurus dengan waktu
absorpsi.

4.2.2 Rheynna Ayunita Pranatha (161411051)

Proses absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang


terdapat di dalam gas menggunakan cairan. Proses absorpsi kali ini dilakukan
absorpsi gas CO2 dari udara oleh larutan NaOH. Gas CO2 berlaku sebagai
absorbat dan larutan NaOH berlaku sebagai absorben. Proses absorpsi kali ini
dilakukan menggunakan packing column. Packing column ini berfungsi untuk
memperbesar luas permukaan bidang kontak antara larutan NaOH dan gas CO2.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengeluarkan CO2 dari udara, menghitung
laju kecepatan absorpsi CO2 dalam cairan, dan juga menghitung jumlah CO2 yang
bebas dalam cairan.

Sampel dari aliran keluar kemudian diambil masing-masing 10 ml, baik itu
aliran outlet langsung dari pipa maupun yang sudah tertampung dalam pipa
penampung. Untuk mengetahui konsentrasi gas CO2 yang terabsorpsi, sampel
yang sudah diambil kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N. Sampel
sebelumnya diberi indikator phenolphthalein (PP) agar larutan menjadi warna pink
sebagai indikasi bahwa larutan mengandung CO2. Titrasi dihentikan setelah
larutan kembali menjadi berwarna bening.

Pengambilan sampel dilakukan dengan variasi waktu, pada percobaan ini


pengambilan sampel dilakukan setiap 5 menit sekali dan proses ini dilakukan
selama 30 menit. Namun, hingga proses dilakukan selama 30 menit data yang
didapat mengalami naik turun, setelah di cek pada alat absorpsi laju alir gas CO2
tidak mengalir, hal itu menyebabkan tidak ada gas yang terabsorpsi oleh larutan
NaOH dan menyebabkan data yang diperoleh rancu. Karena terjadi kesalahan
tersebut, maka proses pengambilan sampel dilakukan mulai dari menit 35 hingga
menit 75 dan diperolh data sesuai yang tercantum dalam literature, dimana
semakin lama waktu operasi, maka konsentrasi NaOH semakin menurun yang
menandakan makin banyak gas CO2 yang terabsorpsi oleh larutan.

4.2.3 Selina Afriani (161411054)

Pada percobaan kali ini dilakukan proses absorpsi gas CO2 dari udara oleh
larutan NaOH. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan
absorpsi CO2 kedalam cairan, serta untuk menghitung jumlah CO2 bebas dalam
cairan. Pada dasarnya absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen
yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi
gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Pada
percobaan ini gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1N yang terdapat
dalam bak isian sebagai absorben. Absorpsi ini menggunakan packing column
(kolom isian) yang berfungsi untuk memperbesar luas permukaan bidang kontak
antara CO2 dan larutan NaOH.

Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:

CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)

Untuk mengetahui konsentrasi CO2 yang terabsorpsi, diambil sampel


10mL larutan NaOH yang keluar dari pipa keluaran (aliran outlet) yang sudah
melalui packing column kemudian diteteskan dengan indikator phenolphthalein
(PP) dan dititrasi dengan larutan HCl 0,1N yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi larutan NaOH dalam aliran keluaran serta untuk mengetahui
konsentrasi CO2 yang terserap dengan membandingkan konsentrasi NaOH
keluaran dengan konsentrasi NaOH sebelum dilakukan proses absorpsi (t0). Titrasi
dihentikan jika larutan berubah warna dari yang tadinya berwarna pink menjadi
bening. Sedangkan untuk mengetahui konsentrasi NaOH pada bak penampung
dilakukan titrasi pada sampel yang diambil dari bak penampungan larutan NaOH.
Percobaan ini dilakukan berdasarkan variasi waktunya. Dilakukan
pengambilan sampel setiap 5 menit sekali sedangkan laju alir gas dan cairannya
dibiarkan tetap. Pada menit ke-5 sampai menit ke-30, data yang didapat
mengalami naik turun, sedangkan berdasarkan teori harusnya volume titran (HCl
0,1N) berkurang seiring bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan aliran gas CO2
yang dialirkan ke unit absorpsi tidak berjalan (tidak mengalir), namun setelah
diperbaiki pada menit ke-35 sampai menit ke-75 diperoleh data yang sesuai
dengan literatur dimana semakin lama waktu operasi, maka konsentasi NaOH
semakin menurun yang menandakan semakin banyaknya CO2 yang terserap oleh
larutan.

4.2.4 Zayyin Kamil Biliman (161411064)

Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Pada praktikum kali ini kami melaksanakan absorbsi CO2 dengan
menggunakan larutan NaOH 0.1 N sebagai absorben. Teknis dalam percobaan
absorbsi ini adalah mengamati perubahan konsentrasi NaOH di dalam bak
penampung dan di aliran outlet dengan rentang waktu 5 menit per pengambilan
sampel. Untuk mengetahui berapa konsentrasi di bak penampung dan aliran outlet,
NaOH 0.1 N dititrasi menggunakan HCl 0.1 N.

Proses titrasi cukup berbeda disbanding titrasi pada umumnya karena pada
titrasi kali ini NaOH 0.1 N terlebih dahulu diteteskan indikator phenolptalein yang
menyebabkan warna dari sampel tersebut berwarna keunguan. Setelah diteteskan
dengan indikator pp selanjutnya dititrasi menggunakan HCl 0.1 N hingga warna
dari NaOH tersebut berubah menjadi bening.

Kami menggunakan data dari t = 35 hingga t = 75 dikarenakan pada proses


absorbsi CO2 dari t = 10 hingga t = 30 yang seharusnya mengalir dengan laju alir
2L/menit namun CO2 tersebut tidak mengalir sehingga menyebabkan konsentrasi
konstan dan tidak sesuai dengan referensi dimana seharusnya konsentrasi NaOH
semakin menurun seiring dengan direaksikannya dengan CO2. Atas dasar tersebut
kami menggunakan data dari t = 35 hingga t = 75 karena pada range tersebut kamu
menjaga laju alir CO2 tetap pada arahan pembimbing yaitu pada 2L/menit. Namun
diluar permasalahan tersebut praktikum absorbsi berjalan lancar sebagai mana
mestinya dimana NaOH bereaksi dengan CO2 dan menghasilkan Na2CO3 dan H2O.
Kedua produk tersebut menyebabkan berkurangnya konsentrasi NaOH. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa konsentrasi absorben (NaOH) akan semakin berkurang
seiring berjalannya waktu saat direaksikan dengan absorbat CO2 karena
dihasilkannya Na2CO3 dan H2O.
V. KESIMPULAN
1. Absorbsi merupakan proses penyerapan absorbat oleh absorben, pada
praktikum kali ini senyawa yang digunakan sebagai absorbat adalah CO2
dan Absorben adalah NaOH.
2. Terjadinya pengaruh waktu terhadap konsentrasi NaOH yang bereaksi
dengan CO2 dimana konsentrasi NaOH semakin menurun karena bereaksi
dengan CO2 di setiap rentang waktunya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi . 2003 . Absorpsi . Jurusan Teknik


Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Djauhari, A . 2003 . Peralatan Kontak dan Pemisah Antar Fasa . Diktat Kuliah,
hal 33-42 . Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Geankoplis, C.J . 1993 . Transport Processes and Unit Operations . 3rd pp 127-
132 . Prentice-Hall Inc . Eanglewood Cliffs . New Jersey USA.

McCabe, Warren L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.

Perrys, Chemical Engineering Handbook, edisi 3, 1988.

Robert H Perry Chemical Engineering Handbook Mc Grow-hill Fourth


Edition, USA 1998.

Warren L. , Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1990. Operasi Teknik
Kimia. Penerjemah : Ir. E. Jasafi, M.Sc. Jakarta : Erlangga.

Vous aimerez peut-être aussi