Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASUHAN
KEPERAWATAN ANC
ABORTUS
FITRAH JELITA
ANGGUN REZA M
ALAN BUDIANTO
AWALUDIN PAHRUN
NURFITRAH SUNGGUNGI
YATI HANDAYANI HERMADI
FEBRIANTO SUAIB
FATMAWATY
KELAS B SEMSTER V
ANGKATAN 2010
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A 2013
ASUHAN KEPERAWATAN ANC KLIEN DENGAN ABORTUS
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
2. KLASIFIKASI
a. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.
Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan
apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000
gram dapat terus hidup.
3. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
3) Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
5) Penyebab dari segi Maternal
a. Penyebab secara umum:
Infeksi akut
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi
nephritis
diabetes
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum
6) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
7) Trauma fisik.
8) Penyebab yang bersifat lokal:
a. Fibroid, inkompetensia serviks.
b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversi kronis.
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
9) Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi
4. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi
keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Tes Kehamilan
2) Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
3) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
4) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
7. PENATALAKSANAAN
1) Abortus imminen
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang
mekanik berkurang.
Tes kehamilan dapat dilakukan.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi.
Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2) Abotus insipient
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3) Abortus inkompletus
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi
atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuscular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4) Abortus kompletus
Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai
5 hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse
darah.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5) Abortus infeksiosus atau septik
Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
Penangulangan infeksi
Tingkatkan asupan cairan.
Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih
cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.
6) Habitual abortus
Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral.
Pembatasan obat-obatan yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada
janin.
Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang
tenang, dan menghilangkan rasa cemas.
7) Missed abortion.
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam:
Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan
dilatator hegar.
Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain
infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20
tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada kontraksi uterus. Bila fundus
uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut,
8. KOMPLIKASI
1) Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2) Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2) Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
4) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
6) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
9) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
12) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
13) Data lain-lain :
a. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.Data psikososial.
b. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga,
hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
c. Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
d. Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2) Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
3) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
4) Cemas berhubungan dengan tindakan abortus
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN /
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Devisit Volume Tidak terjadi devisit 1. Kaji kondisi status 1. Pengeluaran cairan pervaginal
Cairan berhubungan volume cairan, hemodinamika sebagai akibat abortus
dengan perdarahan seimbang antara intake memilikI karekteristik
dan output baik jumlah bervariasi
2. Jumlah cairan ditentukan dari
maupun kualitas. 2. Ukur pengeluaran harian
Criteria hasil : jumlah kebutuhan harian
Keseimbangan
ditambah dengan jumlah
cairan klien terjaga cairan yang hilang pervaginal
dan terpenuhi 3. Tranfusi mungkin diperlukan
TTV dalam batas 3. Berikan sejumlah cairan
pada kondisi perdarahan
normal. pengganti harian
massif
4. Evaluasi status hemodinamika 4. Penilaian dapat dilakukan
secara harian melalui
pemeriksaan fisik
2 Gangguan rasa Klien dapat beradaptasi 1. Kaji kondisi nyeri yang dialami 1. Pengukuran nilai ambang
nyaman: Nyeri dengan nyeri yang klien nyeri dapat dilakukan dengan
berhubungan dengan dialami. skala maupun dsekripsi
Kriterian hasil : 2. Meningkatkan koping klien
kerusakan jaringan 2. Terangkan nyeri yang diderita
Klien tenang
dalam melakukan guidance
intrauteri Klien mampu klien dan penyebabnya
mengatasi nyeri
beradaptasi
TTV dalam batas 3. Mengurangi onset terjadinya
3. Kolaborasi pemberian
normal. nyeri dapat dilakukan dengan
analgetika
pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
3 Resiko tinggi Infeksi Tidak terjadi infeksi 1. Kaji kondisi keluaran/dischart 1. Perubahan yang terjadi pada
berhubungan dengan selama perawatan yang keluar ; jumlah, warna, dishart dikaji setiap saat
perdarahan, kondisi perdarahan. dan bau dischart keluar. Adanya warna
Criteria hasil :
vulva lembab yang lebih gelap disertai bau
Tidak terjadi infeksi
TTV dalam batas tidak enak mungkin
normal merupakan tanda infeksi
2. Infeksi dapat timbul akibat
2. Terangkan pada klien
kurangnya kebersihan genital
pentingnya perawatan vulva
yang lebih luar
selama masa perdarahan
3. Berbagai kuman dapat
3. Lakukan pemeriksaan biakan
teridentifikasi melalui dischart
pada discharT 4. Inkubasi kuman pada area
4. Lakukan perawatan vulva genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi
5. Berbagai manivestasi klinik
5. Terangkan pada klien cara dapat menjadi tanda
mengidentifikasi tanda inveksi nonspesifik infeksi; demam
dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala
infeksi
6. Pengertian pada keluarga
6. Anjurkan pada suami untuk sangat penting artinya untuk
tidak melakukan hubungan kebaikan ibu; senggama dalam
senggama se;ama masa kondisi perdarahan dapat
perdarahan memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi
pada pasangan
P:
Pantau terus pengeluaran haria
Berikan sejumlah cairan
pengganti harian
NDX 2 Mengkaji kondisi nyeri yang dialami klien S :
Menerangkan nyeri yang diderita klien dan Klien mengatakan nyari dada
penyebabnya sebelah kiri menjalar keleher
Kolaborasi meberikan analgetika berkurang.
O:
Tampak menekan dengan telapak
tangan dada sebelah kiri.
Gelisah
TD 140/80 mmHg
HR 88 x / menit
RR 28 x / menit
Skala nyeri 5-6
A:
Nyeri berhubungan dengan
kerusakan jairngan uteri
P :
Berikan istirahat fisik dengan
punggung ditinggikan (posisi
semi fowler)
Bantu melaksanakan teknik
relaksasi
Observasi vital sign setiap jam
Penatalaksanaan pemberian obat
NDX 3 Mengkaji kondisi keluaran/dischart yang S :
keluar ; jumlah, warna, dan bau klien tidak mengeluh adanya bau
Menerangkan pada klien pentingnya pada luka atau keluaran
perawatan vulva selama masa perdarahan
Melakukan pemeriksaan biakan pada O :
discharT Tidak ada tanda-tanda infeksi
Melakukan perawatan vulva (kalor, dolor, tumor, rubor, dan
Menerangkan pada klien cara fungsiolesa)
mengidentifikasi tanda inveksi Tanda-tanda vital dalam batas
Menganjurkan pada suami untuk tidak normal (Td : 120/80 mmHg, Nd :
melakukan hubungan senggama se;ama 80-100 x/menit, Rr : 18-24
masa perdarahan x/menit, Sh : 36-370C)
Hasil pemeriksaan laboratorium
leukosit dalam batas normal
( 5.000-10.000/ul)
A:
Tidak ditemukan tanda tanda
infeksi
P:
Pantau terus luka hingga sembuh
total
NDX 4 Mengkaji tingkat pengetahuan/persepsi S : Klien mengatakan cemas
klien dan keluarga terhadap penyakit berkurang
Perdarahan
desiduabasali
Rencana tindakan
ABORTUS
abortus
ANXIETAS
Inkomplit
Perdarahan
masiv
DEFISIT
VOLUME
CAIRAN
DAFTAR PUSTAKA