Vous êtes sur la page 1sur 8

ayyidina Ali Bin Abi Thalib

Sayyidina Ali Bin Abi Thalib

Al-Bara bin Azib ra. berkata, bahwa RasuluLlah saw. bersabda kepada Ali ra:

Engkau dari aku dan aku dari kamu. (HR. Bukhari)

Nama dan Nasab beliau:

Nama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Abu Thalib adalah saudara kandung
Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Jadi Ali bin
Abi Thalib adalah saudara sepupu Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau dijuluki Abul Hasan
dan Abu Turab.

Semenjak kecil beliau hidup diasuh oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, karena ayahnya
terlalu banyak beban dan tugas yang sangat banyak dan juga banyak keluarga yang harus
dinafkahi, sedangkan Abu Thalib hanya memiliki sedikit harta semenjak Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam masih anak-anak.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengasuhnya sebagai balas budi terhadap pamannya,
Abu Thalib yang telah mengasuh beliau ketika beliau tidak punya bapak dan ibu serta kehilangan
kakek tercintanya, Abdul Muththalib.

Ali bin Abi Thalib masuk Islam:

Mayoritas ahli sejarah Islam menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu adalah
orang kedua yang masuk Islam setelah Khadijah radhiyallahu anha, di mana usia beliau saat itu
masih berkisar antara 10 dan 11 tahun. Ini adalah suatu kehormatan dan kemuliaan bagi beliau,
di mana beliau hidup bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam dan terdepan memeluk Islam.
Bahkan beliau adalah orang pertama yang melakukan shalat berjamaah bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana ditulis oleh al-Askari (penulis kitab al-Awa`il).

Sifat fisik dan kepribadian beliau:

Beliau adalah sosok yang memiliki tubuh yang kekar dan lebar, padat berisi dengan postur tubuh
yang tidak tinggi, perut besar, warna kulit sawo matang, berjenggot tebal berwarna putih seperti
kapas, kedua matanya sangat tajam, murah senyum, berwajah tampan, dan memiliki gigi yang
bagus, dan bila berjalan sangat cepat.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu adalah sosok manusia yang hidup zuhud dan sederhana,
memakai pakaian seadanya dan tidak terikat dengan corak atau warna tertentu. Pakaian beliau
berbentuk sarung yang tersimpul di atas pusat dan menggantung sampai setengah betis, dan
pada bagian atas tubuh beliau adalah rida (selendang) dan bahkan pakaian bagian atas beliau
bertambal. Beliau juga selalu mengenakan kopiah putih buatan Mesir yang dililit dengan surban.
Ali bin Abi Thalib juga suka memasuki pasar, menyuruh para pedagang bertakwa kepada Allah
dan menjual dengan cara yang ma`ruf.

Beliau menikahi Fatimah az-Zahra putri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan dikarunia dua
orang putra, yaitu al-Hasan dan al-Husain.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu adalah sosok pejuang yang pemberani dan heroik, pantang
mundur, tidak pernah takut mati dalam membela dan menegakkan kebenaran. Keberanian
beliau dicatat di dalam sejarah, sebagai berikut:

a) Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ingin berhijrah ke Madinah pada saat rumah
beliau dikepung di malam hari oleh sekelompok pemuda dari berbagai utusan kabilah Arab
untuk membunuh Nabi, Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib shallallahu alaihi wasallam tidur di
tempat tidur beliau dengan mengenakan selimut milik beliau. Di sini Ali bin Abi Thalib benar-
benar mempertaruhkan nyawanya demi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dengan penuh
tawakal kepada Allah Taala.

Keesokan harinya, Ali disuruh menunjukkan keberadaan Nabi shallallahu alaihi wasallam, namun
beliau menjawab tidak tahu, karena beliau hanya disuruh untuk tidur di tempat tidurnya. Lalu
beliau disiksa dan digiring ke Masjidil Haram dan di situ beliau ditahan beberapa saat, lalu
dilepas.

b) Beliau kemudian pergi berhijrah ke Madinah dengan berjalan kaki sendirian, menempuh jarak
yang sangat jauh tanpa alas kaki, sehingga kedua kakinya bengkak dan penuh luka-luka setibanya
di Madinah.

c) Ali bin Abi Thalib terlibat dalam semua peperangan di masa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam, selain perang Tabuk, karena saat itu beliau ditugasi menjaga kota Madinah. Di dalam
peperangan-peperangan tersebut beliau seringkali ditugasi melakukan perang tanding (duel)
sebelum peperangan sesungguhnya dimulai. Dan semua musuh beliau berhasil dilumpuhkan dan
tewas. Dan beliau juga menjadi pemegang panji Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

RINGKASAN KEUTAMAAN ALI BIN ABI THALIB RA.

Nama beliau ra. adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib (namanya Syaibah) bin Hasyim
(namanya Amr) bin Abdu Manaf (namanya Mughirah) bin Qushay (nama aslinya Zaid) bin Kilab
bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah. Beliau ra.
dipanggil Abul Husein dan Abu Turab oleh RasuluLlah saw.

Beliau ra. suami dari Fathimah ra., penghulu wanita sedunia, puteri RasuluLlah saw., sehingga
Ali ra. adalah juga menantu dari RasuluLlah saw. Ali ra. adalah juga sepupu RasuluLlah saw.,
putera paman RasuluLlah saw., Abi Thalib, sehingga Ali ra. merupakan Ahlul Bait RasuluLlah saw.
Putera-puteri Ali ra. dari Fathimah ra. adalah: Al-Hassan ra., Al-Husein ra. (keduanya adalah
penghulu pemuda penduduk Surga), Ruqayah ra., Ummu Kultsum ra. (kedua puteri tsb, sama
dengan nama 2 kakak Fathimah ra.). Ali ra. juga memiliki putera dari seorang isteri wanita Bani
Hanifah (setelah Fathimah ra. wafat), bernama Muhammad (bin) Al-Hanafiyah (demikian beliau
dipanggil), seorang Tabiin besar.

Ibunda Ali ra. adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim, seorang wanita Bani Hasyim yang
melahirkan seorang Bani Hasyim. Beliau ra. (ibunda Ali ra.) masuk Islam dan hijrah. Ali ra. sendiri
termasuk salah seorang dari 10 sahabat ra. yang dijamin masuk surga.

BEBERAPA KEUTAMAAN ALI RA.

Ali ra. adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Sebagian riwayat
mengatakan bahwa saat masuk Islam, beliau ra. baru berumur 10 tahun. Diriwayatkan oleh Ibnu
Saad bahwa Al-Hassan bin Zaid bin Al-Hassan berkata: Ali tidak pernah menyembah berhala
sama sekali karena dia memang masih kecil.

Saat hijrah RasuluLlah saw, Ali ra. dengan penuh keberanian, tidur di atas tempat tidur
RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira RasuluLlah saw. masih di dalam rumah,
sedang beliau saw. telah meninggalkan rumah tsb.

Ali adalah salah satu dari 3 orang sahabat ra. yang melakukan perang tanding satu lawan satu
melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. Ali ra. berkata: Utbah bin Rabiah (dari Kafir
Quraisy, pen.) maju diikuti putra (Al-Walid, pen.) dan saudaranya (Syaibah, pen.). Ia berseru:
Siapa mau bertarung? Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya:
Siapa kamu? Maka mereka mengabarinya. Utbah berkata: Kami tidak membutuhkan kamu,
tetapi kami inginkan putera-putera paman kami. Kemudian RasuluLlah saw. bersabda:
Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai Ali! Majulah hai Ubaidah bin Harits! Kemudian Hamzah
ra. menghadapi Utbah (dan berhasil membunuhnya, pen.) dan aku menghadapi Syaibah (dan
membunuhnya, pen.). Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang. Masing-masing saling melukai
lawannya. Kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.
(HR. Abu Daud)

Abu Dzar ra. bersumpah, kalau ayat:

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling
bertengkar mengenai Tuhan mereka (Q. S. Al-Hajj : 19)

Turun mengenai orang-orang yang bertarung dalam Perang Badar; Hamzah, Ali, Ubaidah ibnul
Harits, Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah serta Al-Walid bin Utbah. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Sahl bin Saad, dia berkata bahwa RasuluLlah saw.
bersabda pada Perang Khaibar: Saya sungguh-sungguh akan berikan bendera perang esok hari
kepada orang yang dengannya Khaibar akan dibuka dan dia mencintai Allah dan Rasul Nya,
sebagaimana Allah dan Rasul Nya mencintainya. Malam itu para sahabat ramai membincangkan
siapa yang akan mendapat kehormatan untuk mendapatkan bendera perang itu. Tatkala pagi
menjelang, para sahabat segera menemui RasuluLlah saw. Semuanya berharap semoga bendera
itu diberikan kepadanya. Lalu RasuluLlah saw. berkata: Di mana Ali? Orang yang hadir saat itu
berkata: Dia sedang sakit mata. RasuluLlah saw. bersabda: Datangkan dia ke sini! Lalu para
sahabat ra. menjemputnya untuk menghadap RasuluLlah saw. Ali ra. datang menemui
RasuluLlah saw., dan RasuluLlah saw. menyemburkan ludah kepada kedua matanya dan berdoa.
Dan sembuhlah kedua mata Ali seakan-akan dia tidak pernah merasa sakit. Lalu RasuluLlah saw.
serahkan bendera itu kepadanya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir bahwa Jabir bin AbduLlah berkata: Pada saat perang Khaibar, Ali
mampu menjebol pintu Khaibar sendirian, hingga akhirnya kaum muslimin mampu masuk ke
dalam benteng dan menaklukkan musuh-musuhnya. Lalu mereka menarik pintunya dan pintu
tersebut tidak mampu ditarik kecuali oleh 40 orang.

Ali ra. mengikuti semua perang yang diikuti oleh RasuluLlah saw., kecuali Perang Tabuk. Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqash ra. bahwa RasuluLlah saw.
memerintahkan Ali ra. untuk menggantikan beliau saw. sementara di Madinah pada saat kaum
muslimin akan menuju Perang Tabuk. Ali ra. saat itu berkata: Engkau tempatkan aku bersama
para wanita dan anak-anak di Madinah? RasuluLlah saw. bersabda: Tidakkah engkau rela
menjadi laksana Harun di samping Musa di sisiku? Hanya saja memang tidak ada Nabi
setelahku.

Imam Muslim dari Saad bin Abi Waqqash ra. dia berkata: Tatkala turun ayat:

Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu),
Maka Katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu,
isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita
bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la`nat Allah ditimpakan kepada orang-orang
yang dusta. (Q. S. Ali Imraan : 61)

Beliau saw. memanggil Ali, Fathimah, Hassan , Husein (radhiyaLlahu anhum) lalu berkata: Ya
Allah, mereka adalah keluargaku.

Imam Muslim meriwayatkan dari Ali ra., dia berkata: Demi Dzat Yang Membelah biji-bijian dan
Menciptakan makhluk yang bernyawa, sesungguhnya RasuluLlah yang ummi (Muhammad saw.)
mengatakan kepada saya bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali seorang mukmin dan tidak
ada yang membenciku kecuali seorang munafik. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari
Said Al-Khudri, dia berkata: Kami mengetahui seorang munafik dari kebencian mereka kepada
Ali bin Abi Thalib (ra.).

Imam Ath-Thabarani dengan isnad shahih meriwayatkan dari Ummu Salamah ra. dari RasuluLlah
saw, beliau saw. bersabda:

Barangsiapa mencintai Ali, maka dia berarti mencintai saya, dan siapa yang mencintai saya,
berarti dia mencintai Allah. Barangsiapa membenci Ali, berarti dia membenci saya dan
barangsiapa yang membenci saya berarti dia membenci Allah.
Al-Bara bin Azib ra. berkata, bahwa RasuluLlah saw. bersabda kepada Ali ra: Engkau dari aku
dan aku dari kamu. (HR. Bukhari)

Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, dia berkata: Beberapa orang mengeluh tentang
Ali. Maka berdirilah RasuluLlah saw. seraya berkata di depan publik:

Janganlah kalian mengeluhkan tentang Ali, sesungguhnya dia adalah orang yang paling takut
kepada Allah, dan paling berani dalam jihad di Jalan Allah.

Al-Bazzar, Abu Yala dan Al-Hakim meriwayatkan dari Ali ra., dia berkata, RasuluLlah saw.
memanggil saya lalu berkata:

Wahai Ali, sesungguhnya dalam dirimu ada sesuatu yang menyerupai Isa, dia dibenci orang
Yahudi hingga mereka melecehkan ibunya, dan dicintai oleh orang-orang Nashrani hingga
mereka mendudukkannya pada posisi yang tidak benar. Ketahuilah, sesungguhnya ada dua
golongan yang akan hancur karena perlakuan mereka terhadapmu: Golongan yang berlebih-
lebihan dalam mencintaimu hingga mereka mendudukannmu pada posisi yang tidak benar, dan
golongan yang membencimu dengan keterlaluan hingga mereka melecehkanmu.

RasuluLlah saw. mengutus Ali ke Yaman. Maka ia (Ali ra., pen.) berkata: Wahai RasuluLlah,
engkau utus diriku kepaa suatu kaum yang lebih tua dariku supaya aku putuskan perkara di
antara mereka. Nabi saw. berkata: Pergilah, karena Allah Taala akan meneguhkan lisanmu dan
memberi petunjuk kepada hatimu! (HR. Ahmad)

Al-Hakim meriwayatkan dari AbduLlah bin Masud dia berkata: Kami sama-sama mengatakan
bahwa penduduk Madinah yang paling pandai dalam memutuskan perkara adalah Ali (ra.).

Ibnu Saad meriwayatkan dari Said bin Musayyib dia berkata: Umar bin Khaththab ra. selalu
memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan dalam memutuskan perkara sulit jika
saat itu Ali ra. tidak hadir.

KEKHILAFAHAN ALI RA.

Setelah Utsman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau ra. menolak,
namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih
dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: ..Sementara orang banyak datang di belakangnya
dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: Beliau (Utsman ra.) telah
terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui orang yang paling
berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.). Ali ra. berkata kepada mereka: Janganlah kalian
mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada
menjadi Amir. Mereka menjawab: Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang
lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau. Ali ra. menjawab: Jika kalian tak menerima
pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia,
tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah
kepadaku. Pergilah Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.
Dalam Tarikh Al-Yaqubi dikatakan: Ali bin Abi Thalib (ra.) menggantikan Utsman sebagai
khalifah dan dia (ra.) dibaiat oleh Thalhah (ra.), Zubair (ra.), Kaum Muhajirin dan Anshar
(radhiyaLlahu anhum). Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya
adalah Thalhah bin Ubaidillah (ra.).

Imam Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzy mentakhrij hadits berasal dari Safinah ra., ia berkata:
Aku mendengar RasuluLlah saw. bersabda:

Kekhilafahan berlangsung selama 30 tahun dan setelah itu adalah kerajaan. Safinah ra.
berkata: Mari kita hitung, Khilafah Abu Bakar ra. berlangsung 2 tahun, Khilafah Umar ra. 10
tahun, Khilafah Utsman ra. 12 tahun, dan Khilafah Ali ra. 6 tahun.

Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh
umat setelah sebelumnya Ibnu Saba dan Sabaiyahnya melancarkan konspirasi dan provokasinya
guna menghancurkan Islam dari dalam. Pada masa kekepemimpinan Ali ra. ini, Ibnu Saba dan
Sabaiyah nya pun kembali melancarkan konspirasi dan makar mereka, sehingga membuat
keadaan menjadi semakin rumit. Diriwayatkan bahwa pada akhirnya Ali ra. membakar banyak
dari pengikut Sabaiyah ini dan juga mengasingkan Ibnu Saba ke Al-Madain.

ALI RA. MEMERANGI KHAWARIJ

Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat Ali ra., dan Ali ra.
tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil, di
samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota Madinah,
hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang Badui. Jika Ali ra. bersegera
mengambil tindakan, maka bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang
tidak kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah
kondisi keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan
qishash.

Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra. setelah beliau ra.
melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di
antara mereka berdua ra. (Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim
seraya mengumandangkan slogan: Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh
menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum
penzalim dengan jalan diperangi sehingga kembali ke jalan Allah. Ungkapan mereka: Tiada ada
hukum kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi disalahpahami.

Pada akhirnya Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di
Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang
terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9 orang saja.

Bersabda RasuluLlah saw.:

Suatu kelompok akan melepaskan diri dari komunitas umat (yaitu Khawarij, pen.) ketika terjadi
pertikaian di kalangan Kaum Muslimin, yang itu akan diperangi oleh golongan yang lebih utama
dengan kebenaran (awla ath-thaa-ifataini bilhaq). (HR. Muslim)

SYAHIDNYA ALI RA.

Dari Muhammad bin Sad, dari beberapa orang syaiknya, mereka berkata: Ada 3 orang pemuka
Khawarij (setelah peristiwa Nahrawan, pen.) yaitu AbdurRahman Ibnu Muljam, Al-Barak bin
AbduLlah dan Amr bin Bakar At-Tamimy yang berkumpul di Makkah. Mereka berembug dan
membuat kesepakatan bersama untuk membunuh tiga orang, yaitu Ali ra., Muawiyah ra. dan
Amr bin Al-Ash ra. Dari tiga orang tsb, hanya Ibnu Muljam yang berhasil melaksanakan
rencana busuk tersebut. Ali ra. terbunuh sebagai syahid saat beliau ra. sedang keluar untuk
Shalat Subuh.

Ali ra. berkata (mengenai orang yang menyerangnya -yang menyebabkan syahidnya beliau ra.):
Beri ia makanan yang baik, dan sediakan untuknya tempat tidur yang empuk. Dan apabila aku
masih hidup, maka aku lebih berhak untuk menuntuk balas kepadanya dengan memberikan
maaf atau qishash. Akan tetapi jika aku mati, maka susulkan ia kepadaku, dan aku akan
berbantahan dengan dirinya di hadapan Rabbul Alamiin.

Imam Ahmad dan Al-Hakim dengan sanad shahih meriwayatkan dari Ammar bin Yasir bahwa
RasuluLlah saw. bersabda kepada Ali ra.:

Manusia yang paling celaka adalah dua orang: Pembunuh unta Nabi Shaleh dari Kaum Tsamud
dan orang yang memukul kepalamu hingga jenggotmu berlumuran darah karenanya.

BEBERAPA PERKATAAN HIKMAH ALI RA.

Berkata Ali ra.: Ambillah lima nasehat dariku: Janganlah sekali-kali seseorang takut kecuali atas
dosa-dosanya. Janganlah menggantungkan harapan kecuali kepada Tuhannya. Janganlah orang
yang tidak berilmu merasa malu untuk belajar. Janganlah seseorang yang tidak mengerti sesuatu
merasa malu untuk mengatakan Allahu Alam saat dia tidak bisa menjawab suatu masalah.
Sesungguhnya kedudukan sabar bagi iman laksana kedudukan kepala pada jasad. Jika kesabaran
hilang, maka akan lenyap pula keimanan, dan jika kepala hilang maka tidak akan ada artinya
jasad. (Diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam Sunannya)

Juga diriwayatkan dari Ali ra., dia berkata: Akibat maksiat adalah lemah dalam ibadah, sempit
dalam riizki, berkurang lezatnya kehidupan. Lalu ditanyakan kepadanya, apa yang dia maksud
berkurang lezatnya kehidupan. Beliau ra. menjawab: Tidak merasakan nikmat pada yang halal,
namun akhirnya dia mendapatkan yang mengakibatkan habisnya kenikmatan itu.

Ali ra., dia berkata: Dua hal yang paling kutakuti atas kalian adalah panjang angan-angan dan
mengikuti hawa nafsu. Angan-angan yang panjang dapat melalaikan akhirat, sedang mengikuti
hawa nafsu dapat menghalangi seseorang dari kebenaran. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini akan
ditinggalkan dan akan datang penggantinya. Masing-masing, diantara dunia dan akhirat memiliki
anak. Jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini
(dunia) ada amal dan tidak ada hisab, sedangkan hari esok (akhirat) ada hisab dan tidak ada lagi
amal. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Vous aimerez peut-être aussi