Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
1110070110064
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
terhormat Ibu drg. Fitria Mailiza, Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
2
MODUL 3
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
3
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
3. Pemberian resep
(11-064)
4. KIE
Pembimbing
4
KASUS ORAL MEDICINE
A. Data Pasien
Nama : Fadil Gusti R
Alamat : Durian Ratus, Kurao
Umur : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan sudut bibir kemerahan sejak
seminggu yang lalu dan sakit saat membuka mulut. Keadaan ini
sering hilang timbul.
2. Keluhan Tambahan
- Sejak kapan terasa sakit?
Sejak seminggu yang lalu
- Bagaimana rasanya saat pertama timbul?
Rasa seperti terbakar dan perih
- Apakah faktor yang membuat sudut bibir semakin perih?
Saat membuka mulut dan makan pedas
- Apakah selama menderita ini ada demam?
Tidak
- Apakah badan merasa sering terasa lemah atau lelah?
Iya, kadang-kadang.
3. Riwayat Penyakit lalu : Sudut bibir sering terasa perih
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Tidak Ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
6. Riwayat Sosial Pekerjaan : Tidak Ada
5
C. Pemeriksaan Klinis
1. Ekstra Oral
a. Pemeriksaan limphnode : Normal
b. Tinggi badan : 123 cm
c. Berat badan : 20 kg
2. Intra Oral
a. Bibir : Pecah-pecah pada daerah sudut bibir
berwarna kemerahan
b. Gingiva : Normal
c. Lidah : Normal
d. Palatum : Normal
e. Frenulum : Normal
f. Dasar Mulut : Normal
g. Mukosa Bukal : Normal
h. Mukosa Labial : Normal
i. Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
81 82 83 84 85 71 72 73 74 75
6
D. Etiologi : Tidak diketahui pasti, tapi dilihat dari pengukuran
IMT diketahui pasien memiliki berat badan kurang dari normal. Jadi
kemungkinan faktor predisposisinya karena Malnutrisi.
E. Diagnosa : Angular Cheilitis
F. Diagnosa Banding : Herpes Labialis
G. Terapi
Pemberian resep obat
S1dd No. I Pc
Umur : 6 tahun
7
H. Gambar Pasien
8
ANGULAR CHEILITIS PADA ANAK-ANAK
(LAPORAN KASUS)
ABSTRAK
Pendahuluan: Gizi adalah segala asupan makanan yang diperlukan agar tubuh menjadi sehat yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang seimbang. Rongga mulut
merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh manusia, namun demikian rongga mulut
dapat menggambarkan keadaan gizi seseorang. Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang
sering dialami pada masa anak-anak yang erat hubungannya dengan status gizi selama masa
pertumbuhan ialah angular cheilitis. Angular cheilitis adalah suatu keadaan inflamasi yang akut
atau kronik dari kulit yang berdekatan dengan membran mukosa labial dari sudut mulut. Tujuan:
Melaporkan penatalaksanaan sebuah kasus angular cheilitis pada anak. Kasus dan
penatalaksanaan: Pasien Laki-laki berusia 6 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah
dengan sudut bibir kemerahan dan terkelupas sejak beberapa hari yang lalu dan sering hilang
timbul. Dari anamnesa pasien mengatakan terjadinya kemerahan di kedua sudut bibir, kulit yang
nampak terkelupas, disertai dengan gejala adanya rasa sakit pada pagi hari saat bangun tidur.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosis angular cheilitis. Perawatan kasus ini diberikan
edukasi untuk menjaga oral hygiene pasien dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan
mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayuran serta banyak minum air
putih. Kesimpulan: Pemenuhan diet TKTP dapat mempercepat proses penyembuhan angular
cheilitis, salah satunya anak dengan defisiensi nutrisi.
ABSTRACT
Introduction: Nutrition is all the intake foods that required for the body to become health,it
contains balance carbohydrate, protein, fat, vitamin and mineral. Oral cavity is one of the small
parts of the human body, however oral cavity can describe the state of nutrition from someone.
One of the abnormality in oral cavity that often undergo in childhood period that have close
relation to the state of nutrition in growing stages is angular cheilitis. Angular cheilitis is an acute
or chronic inflammation of the skin closely with the membrane of mucosa labia from the corner of
the mouth. Objectives: : This case report is to report a case of angular cheilitis of children. Case
and management: Male patients aged 6 years came to the Hospital University Baiturrahmah with
the complaints cheek mucosa the inside fell sick until three days ago. Based on the results of the
examination of patients diagnosed with angular cheilitis. The treatments for this case is educating
patients to maintain oral hygiene and patients are also instructed to consume fruits and vegetables
and drink lots of water. Conclusion: Fulfillment TKTP diet can accelerate healing angular
cheilitis, one of children with deficiency of nutrition.
9
PENDAHULUAN
Gizi adalah segala asupan makanan yang diperlukan agar tubuh menjadi
sehat yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang
seimbang. Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh
manusia, namun demikian rongga mulut dapat menggambarkan keadaan gizi
seseorang. Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami pada
masa anak-anak yang erat hubungannya dengan status gizi selama masa
pertumbuhan ialah angular cheilitis (Ilery, 2013).
Angular cheilitis adalah suatu keadaan inflamasi yang akut atau kronik dari
kulit yang berdekatan dengan membran mukosa labial dari sudut mulut. Angular
cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering
dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.
Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya
seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis
dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan
nyeri (Dowl, 2015; Burket, 1994).
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat
tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak
berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang
dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat
keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa
pendarahan saat mulut dibuka (Murai, 2008).
Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya
yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala
angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada
kelompok usia tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan
orangtua. Baik anak- anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa
melihat jenis kelamin (Dowl, 2015). Seringnya dijumpai angular cheilitis yang
terjadi pada usia anak-anak dipengaruhi oleh kesadaran anak dalam menjaga
kesehatan rongga mulut yang masih sangat rendah, sehingga peran orang tua
merupakan faktor yang dominan dibutuhkan oleh anak. Perbedaan bentuk
permukaan bumi akan mempengaruhi mata pencaharian dan corak hidup
10
masyarakat. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pola konsumsi sekelompok
masyarakat. Gangguan gizi sering kali berhubungan dengan pola konsumsi yang
ada di keluarga atau masyarakat (Ulfa, 2013).
LAPORAN KASUS
11
Selain itu, pasien juga jarang mengkonsumsi air putih, sayur dan buah-buahan.
Pasi.en juga suka jajan sembarangan disekolah dan makan yang tidak teratur
Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limfonodi submandibular tidak
teraba dan tidak sakit. Pasien tidak memiliki kelainan TMJ. Kebersihan rongga
mulut pasien juga tergolong cukup baik. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat
pecah-pecah pada kedua sudut bibir warna kemerahan dengan kulit yang
terkelupas dan sakit.
Untuk mengetahui berat badan pada pasien di kasus apakah kurang dari berat
badan ideal yang mengarah adanya faktor defisiensi nutrisi yaitu salah satunya
dengan perhitungan BMI (Body Mass Index)/ IMT (Indeks Massa Tubuh):
(WHO, 2007). Pada pasien di kasus diketahui memiliki berat badan 20 Kg dan
tinggi badan 1,23 meter, maka perhitungan BMI nya adalah :
Kategori:
Menurut WHO tahun 2007 pengukuran IMT pada anak dan remaja usia 5-19
tahun nilai IMT nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007.
Pada saat ini yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut
dengan Z-skor (deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi
dengan simpangan baku populasi referensi).
12
Z-skor = Nilai IMT yang diukur Median nilai IMT/ Standar Deviasi
Median Nilai
Kategori :
Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosa yang dapat ditegakkan
dari kasus adalah Angular cheilitis. Perawatan yang dilakukan yaitu pemberian
resep obat dan DHE serta edukasi pemenuhan diet TKTP. Operator menjelaskan
bahwa keadaan tersebut tidak berbahaya. Pasien diinstruksikan untuk tetap
menjaga kebersihan rongga mulutnya dan sering untuk mengonsumsi air putih,
sayuran dan buah-buahan.
DISKUSI
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut
yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke
kulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan angular cheilitis, yaitu:
13
a. Defisiensi Vitamin B
Berbagai jenis vitamin B memiliki peran penting terhadap
terjadinya angular cheilitis.
1) Vitamin B2 (Riboflavin)
Manifestasi pada mukosa mulut serupa dengan mereka kekurangan
vitamin B 12. Angular cheilitis, glossitis dan ulserasi oral telah dicatat
dalam kekurangan vitamin B2 (Deritana, 2007).
Riboflavin yang dibutuhkan dalam tubuh sebesar 0,6 mg/1000 kkal
perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak- anak
dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini
penting untuk pertumbuhan. Riboflavin ditemukan dalam sayuran,
daging, susu, dan ikan. (Muhilal, 2006). Sumber- sumber utama vitamin
B2 ialah susu dan produk- produk susu, misalnya keju, merupakan
sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam
makanan sehari- hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan
biji- bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam
merupakan sumber yang baik.
3) Vitamin B3 (Niacin)
Sumber utama vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan
ikan merupakan sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji-
bijian) yang telah diperkaya. Gejala kekurangan niasin adalah
kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental.
4) Vitamin B6 (pyrodoxin)
Rata- rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari
untuk wanita. Sumber utamanya ialah daging, ikan, dan unggas seperti
itik, ayam. Sumber yang lain ialah kentang, beberapa sayuran hijau dan
buah berwarna ungu. Seseorang dengan kadar vitamin B6 rendah,
menunjukkan gejala seperti lemah, sifat lekas marah dan susah tidur.
Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik
dan angular cheilitis (Muhilal, 2006).
5) Defisiensi Vitamin B 12
14
Vitamin ini ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu.
Kekurangan vitamin B12 biasanya terlihat pada anemia pernisiosa,
yang terdapat kekurangan faktor intrinsik lambung yang dibutuhkan
untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis dapat
disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada
tahap awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissure
yang disebut dengan atrofi papiler. Angular stomatitis, apthae, dan lesi
erosi juga dapat dilihat.
Tabel 1. Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral
(sumber: Textbook Nutrition and Oral Medicine)
(Riva Touger-Decker, dkk, 2004)
Tanda defisiensi
Nutrient Sumber makanan Fungsi
pada oral
15
Niacin Susu, telur, hati, koenzim nukleotida yang Muccosal atrhopy,
(B3) daging, ekstrak terlibat dalam stomatitis,
ragi, dan metabolisme energy glossitis, angular
kacang- cheilitis
kacangan.
16
Gangguan hematological pasien yang menderita anemia.
Kekurangan zat besi memiliki kecenderungan untuk beberapa penyakit
mukosa oral yaitu meliputi:
a) Ulserasi apthous
b) Angular cheilitis: nyeri dan retak pada sudut mulut
disebabkan oleh jamur kandida albicans dan oleh bakteri
staphylococcus aureus
c) Atrofi mukosa : mukosa nampak memerah dan halus Hal ini
penting untuk memikirkan defisiensi zat besi, anemia pada
pasien dengan ulserasi apthous dan angular cheilitis. Jika
kekurangan zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab lain
harus diselidiki. (Murai J.J et al.,2008).
3. Agen Infeksi
17
Gambaran Klinis
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema
pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas
ke mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis
dan angular stomatitis.
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan
terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini
tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah
yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara.
Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan
beberapa pendarahan saat mulut dibuka.(Murai,2008)
Secara umum angular cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering,
rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti
dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema
dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi,
eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.
Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Murai,2008)
Manifestasi mulut dari kekurangan gizi dapat berupa angular cheilitis. Pada
angular cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi lesi bilateral
yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke
lateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fisur yang
tajam, vertikal dari tepi vermillon bibir dari area kulit yang berdekatan. Biasanya
tidak ada tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada komisura
terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas
terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi
cenderung berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif superfisial, fisur
ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut, tetapi
berhenti pada mucocutaneus junction (Lubis S,2006).
Diagnosa Banding
18
Angular cheilitis didiagnosa banding dengan herpes labialis. Herpes
labialis adalah adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Virus menjadi aktif dalam keadaan dingin, panas ataupun stress. Pasien telah
mengeluhkan adanya lesi yang sama pada waktu sebelumnya. Terlihat vesikel
atau lesi ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus junction sudut mulut atau
dibawah hidung. Pada saat perkembangannya lesi sering terasa gatal bisa juga
dijumpai flu ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada
daerah mucocutaneus junction di bibir, sudut mulut dan dibawah hidung. Vesikel
akan pecah setelah 36-48 jam, kemudian bergabung membentuk krusta kekuning-
kuningan. Proses penyembuhan terjadi selama 7-10 hari. Empat puluh delapan
jam pertama adalah waktu infeksi mencapai puncaknya dan kemudian menurun.
Ulser dapat hilang tanpa terbentuknya jaringan parut. Biasanya lesi akan rekuren
dan timbul pada tempat yang sama (Nazriyanti, 2002).
Perawatan
Perawatan Angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa.
Perawatannnya tergantung etiologinya. Apabila etiologi spesifik yang tetap tidak
juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat bertahan
untuk beberapa tahun.
a. Perawatan secara lokal
Perawatan Angular cheilitis secara umum dapat diberikan salep
Daktari oral gel secara topikal. Dengan cara pemakaian dioleskan disekitar
mulut 3-4 kali sehari selama 2 menit. Mulut jangan dicuci selama 1
19
jam setelah pemakaian karena sangat penting obat tersebut kontak dengan
jaringan selama mungkin (Nazriyanti, 2002).
b. Perawatan secara sistemik
Angular cheilitis karena defisiensi vitamin B2, B6 dan asam folat,
dapat diberikan secara vitamin B kompleks dan vitamin C secara oral.
Adapun kebutuhan harian normal riboflavin adalah 2-3 mg, sedangkan
pada keadaan defisiensi maka dosis bervariasi mulai dari 5-15 mg/hari
baik secara oral maupun intramuskular.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi dapat
dirawat dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan dan
suplementasi berupa tablet zat besi.
20
a. TKTP I yaitu:
b. TKTP II yaitu:
- sumber hidrat arang: beras, jagung, ubi singkong, roti, kentang, mie,
tepung.
TKTP I:
TKTP II:
21
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Burkets. Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th ed. Philadelphia : J.B
Lippincott Co, 1994: 66.
Deritana N, Kombong A. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. J.WATCH
Jayawijaya. 2007;p.5-18
Dowl,W. Effect of Angular Cheilitis on Childretn and Teenagers.
URL:http://www.EzineArticles/childandac.html. [13 Desember 2015]
Ilery, Citra,. Dkk. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Angularcheilitis
Pada Anak Dipembuangan Akhir Sumompo Kota Manado. Fakultas
Kedokteran Gigi. Universitas Sam Ratulangi. Manado
Lubis S. 2006. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak
umur 6-12 tahun di enam panti asuhan di Kota Madya Medan.
Dentika J Dent; 11:117;180-1
Lubna. 2012. Angular Cheilitis. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Jember.
Jember
Muhilal, Fasli J. 2006. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jakarta: Widya
Karya pangan dan gizi VI. LIPI;;p.62-9
Muray J.J, et al. 2008. The prevention of oral disease. Edition: 4th. Newyork
:oxford University Press, hal: 177.
Nazriyanti G, 2002. Angular Cheilitis Pada Anak. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. [ Skripsi ]
Riva Touger, dkk. 2004. Nutrition and Oral Medicine. Totowa. Humana Press.
Ulfa DM, 2013. Prevalensi Angular Cheilitis Pada Anak Sd Usia 6-8 Tahun Di
Wilayah Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi Kecamatan Tempurejo
Kabupaten Jember. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. [
Skripsi ]
WHO.2007. WHO Reference 2007 for Child and Adolescent. WHO, Geneva.
23