Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Nama Kelompok:
PENDAHULUAN
Tujuan Khusus:
Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat
yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan
dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab
lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk
kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
2.5 Komplikasi
Adapun komplikasi yang menyertai Child abuse diantaranya adalah:
1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan stress post traumatic
8. Gangguan makan
2.6 Pathway pada Child Abuse
CHILD ABUSE
cedera kulit
mekanisme koping
(lecet, bekas gigitan,
keluarga rusak
memar, rambut rontok,
jatuh) perlakuan anak yang
pertumbuhan dan
perkembangan lambat
RESIKO TINGGI RESIKO
PERUBAHAN PERILAKU
CEDERA
PERTUMBUHAN KEKERASAN
DAN
PERKEMBANGAN
2.7 Diagnosa Banding
Diagnosis banding tergantung pada jenis cedera, usia anak, dan tanda dan
gejala. Sebagian besar waktu, diagnosis cedera adalah antara trauma yang tidak
disengaja dan yang ditimbulkan.
Diagnosis banding yang terkait dengan memar adalah sebagai berikut:
Terkadang memar
G melanositosis dendeng kongenital (bintik-bintik Mongolia).
Hemangioma
Phytophotodermatitis
Purpura thrombocytopenic idiopatik
Purpura Henoch-Schnlein
Perdarahan Petechiae atau subconjunctival dari muntah atau batuk
Gigitan serangga
Penyakit hemoragik pada bayi baru lahir
Gangguan pendarahan (bawaan atau didapat)
Trauma lahir
Hemofilia
Erythema multiforme
Diagnosis banding yang kejam (AHT) berhubungan dengan orang sulit adalah
sebagai berikut:
3.1 PENGKAJIAN
a. Epidemiologi.
Sistem Data Nasional Penyiksaan dan Penyianyiaan anak menunjukkan bahwa
24% dari 838.232 laporan adalah karena penyiksaan fisik; 7% anak sebelum umur
1 tahun, 27% sebelum umur 4 tahun, dan 28% adalah anak berumur 4-8 tahun.
Anggota keluarga dekat adalah pelaksana pada 55% kasus penyiksaan. Pelaksana
yang paling sering adalah ayah 21%, ibu 21% teman kencan ibu 9%, pengasuh bayi
8%, dan ayah tiri 5%. Umur rata rata peyiksa adalah 25 tahun.
Walaupun berbagai definisi dan keperluan pelaporan menghindari
perbandingan yang rinci, orang tua yang menyiksa anaknya dilaporkan dari
kebanyakan kelompok etnik, geografis, agama, pendidikan, jabatan, dan sosial
ekonomi. Dari 10-40% orang tua penyiksa telah mengalami penyiksaan fisik waktu
masa kanak kanak.
Penyiksaan fifik paling mungkin terjadi pada orang tua beresiko tinggi yang
bertanggung jawab pada perawatan anak beresiko tinggi. Anak anak beresko tinggi
adalah bayi, prematur, bayi dengan keadaan medikronik, bayi yang menderita
polip, dan anak anak dengan masalah perilaku. Anak mungkin normal tetapi
mungkin disalah artikan oleh orang tua yang bersahaja sebagai sukar,tidak
biasa/abnormal. Perilaku normal seperti menangis, kencing malam (ngompol),
mengotori, menumpahkan dapat menyebabkan orang tua kehilangan kendali dan
melukai anak. Peluang yang memercepat penyiksaan mungkin akibat krisis
keluarga, seperti kehilangan pekerjaan, atau rumah, percekcokan perkawinan,
kematian saudara kandung, kelelahan fisik, atau menderita sakit fisik atau mental
akut atau kronik pada orang tua atau anak. Penentuan faktor resiko untuk
penyiksaan dan penyianyiaan harus merupakan bagian dari riwayat medik pada
semua kasus luka masa anak. Walaupun bukan diagnostik, adanya faktor resiko
menambah kecurigaan penyiksaan dan bahkan jika tidak ada penyiksaan yang
didokumentasikan, mungkin perlu merujuk ke pelayanan pencegahan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perlukaan pada permukaan badan yang memiliki bentuk yang khas
menyerupai benda, seperti bekas cubitan, sapu lidi, setrika sundutan rokok, luka
bekas gigitan. Lecet, hematom, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina,
sekuel/cacat sebagai akibat trauma misalnya jaringan parut. waspada saat bertemu
degan orang dewasa, agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk
pulang ke rumah,, kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya perhatian, kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah
di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area
genital/ rektal.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis ( 4 5 6)
3. Tanda-tanda vital : meliputi tekanan darah, frekuensi respirasi, frekuensi
nadi, dan suhu
4. Pemeriksaan B1-B6
a) B1 (breathing)
Inspeksi: Bentuk dada simetris/tidak, memar atau lebam pada dada,
frekuensi pernafasan cepat (takipnea) karena anak mengalami ansietas
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada dada, vokal fremitus getaran
seimbang kiri dan kanan.
Perkusi: sonor pada semua lapang paru
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler di seluruh lapang paru.
b) B2 (Blood)
Inspeksi : ictus cordis tidak teraba, kulit pucat
Palpasi : nadi 96x/menit, pengisian kapiler lebih dari 2 detik
Perkusi : pekak pada daerah jantung ICS 3 5 dada kiri.
Auskultasi : irama jantung regular
c) B3 (Brain)
kesadaran compos mentis, GCS :456
Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva anemis,
lesi, bengkak pada area wajah
stastus mental : cara berpakaian lusuh, kebersihan diri buruk, ekspresi
wajah takut, menyengir saat nyeri, apatis
d) B4 (Bladder)
Inspeksi : tidak terpasang kateter urine
Palpasi : tidak nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih
BAK : frekuensi: kurang lebih 3-6x/hari, warna kuning, bau khas
e) B5 (Bowel)
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, umbilikus masuk kedalam,
adanya perubahan berat badan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik menurun, bising usus 2x/menit
f) B6 (Bone)
Inspeksi : Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena
rokok), Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi, Tanda2 gigitan
manusia yang tidak dapat dijelaskan, Bengkak. FrakturDislokasi,
Keseleo (sprain).
e. Pemeriksaan Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak, yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi.
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan
jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan
fisik.
Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan
fisik.
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami trauma kepala yang berat.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut
dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.
Ah. Yusuf, Rizky Fitryawan PK, Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan.:
Salemba Medika.
Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak. Dalam S. Prof. DR. dr. A. Samik Wahab (Penyunt.).
Jakarta: EGC.