Vous êtes sur la page 1sur 13

A.

Tujuan
1. Mengetahui berapa banyak vitamin C yang terdapat di dalam buah
2. Melihat apakah dapat disediakan untuk keperluan vitamin C sehari-hari
3. Menganalisa tablet vitamin C

B. Dasar Teori
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam
jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel
dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971)
disebut prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh
tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah
tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat,
vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang larut
dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin
ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala
penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin
mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan
hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994).
Berdasarkan sifat fisiknya vitamin dapat dikelompokkan menjadi vitamin yang
larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, K). vitamin ini terdapat dalam lemak dan bagian berminyak dari makanan. Vitamin
ini hanya dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air (Syahruddin, 2007).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 192oC.
Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat
molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan
logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi.
Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim
askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada
pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi
vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji, 1989).
Pemberian kombinasi vitamin C dengan bioflavonoid dapat menghalangi dan
menghentikan pembentukkan superoksida dan hydrogen peroksida, sehingga dapat
mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat oksidan. Suplemen vitamin C
diantaranya adalah kombinasi vitamin C dan bioflavonoid, dipasaran diantaranya
adalah Ester C. Bioflavonoid berfungsi meningkatkan efektivitas kerja vitamin C
sehingga dapat mengurangi konversi asam askorbat menjadi dehidroaskorbat. Vitamin
C juga mengandung likopen, likopen merupakan senyawa potensial untuk antikanker
dan mempunyai aktifitas antioksidan dua kali lebih kuat dari beta karoten (Wahyuni,
dkk., 2008).
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagai
inhibitor. Kristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di udara, tetapi cepat
teroksidasi dalam larutan dan dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi
dehydro-ascorbic acid (DAA). Selanjutnya secara berurutan akan berdekomposisi lagi
menjadi beberapa molekul asam dalam larutan sampai menjadi asam oksalat (oxalic
acid) dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan lingkungan asam askorbat tertentu
tidak berfungsi sebagai inhibitor (Tjitro, dkk., 2000).

Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang


masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia
sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat
yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi.
Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan.
Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C
sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam
pembuatan zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam
jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan
bahan pembentukan kalogen tersebut (Poedjiadi, 1994).
Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi
melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak
disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata
yang dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tetapi masih bisa melebihi
dosis yang dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-
masing orang yang berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).
Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C
dapat hilang karena hal-hal seperti :
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,
2. Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan
4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi
yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994).
Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri
merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan
baku I2 untuk mengoksidasi analatnya.
AReduksi + I2 AOksidasi + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah
amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru.
Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini.
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3
sehingga ikatan rangkap hilang (Harjadi,1990).
Analisis Vitamin C juga dilakukan dengan metode titrasi 2,6 D
(Dichloroindophenol) yang dimulai pada tahun 1964 dan berakhir pada tahun 1966.
Pada titrasi ini, persiapan sampel ditambahkan asam oksalat atau asam metafosfat,
sehingga mencegah logam katalis lain mengoksidasi vitamin C (Helrich, 1990).
Metode spektrofotometri dan titrasi 2,6 D (Dichloroindophenol) jarang
dilakukan karena memerlukan biaya yang mahal, titrasi lain yang dapat dilakukan
adalah titrasi Iodium. Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, dan tidak
memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai Iodium
sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai
indikatornya. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidakakuratan nilai yang diperoleh
karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain (Wijanarko, 2002).
Titrasi Iodium adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan dalam
menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat)
sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis
teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang
dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C dapat diketahui dengan
perhitungan 1ml 0,01 N larutan Iodium = 0,88 mg asam askorbat (Wijanarko , 2002).
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin C pada suatu bahan
pangan. Diantaranya adalah metode titrasi dan metode spektrofotometri. Metode
titrasi dapat terdiri dari metode titrasi iodium, Metode Titrasi 2,6 D
(Dichloroindophenol), dan Titrasi Asam-Basa.
a. Iodium
Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan
tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini
memakai Iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan
memakai amilum sebagai indikatornya (Wijanarko, 2002).
b. Metode Titrasi 2,6 D (Dichloroindophenol)
Metode ini menggunakan 2,6 D dan menghasilkan hasil yang lebih
spesifik dari titrasi yodium. Pada titrasi ini, persiapan sampel
ditambahkan asam oksalat atau asam metafosfat, sehingga mencegah
logam katalis lain mengoksidasi vitamin C. Namun, metode ini jarang
dilakukan karena harga dari larutan 2,6 dan asam metafosfat sangat
mahal (Wijanarko, 2002).
c. Titrasi Asam-Basa
Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu, suatu
cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang
diuji bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Untuk
menghitungnya kadar vitamin C dari metode ini adalah dengan mol
NaOH = mol asam Askorbat (Sastrohamidjojo,2005).
Untuk metode spektrofotometri larutan sampel (vitamin C) diletakkan
pada sebuah kuvet yang disinari oleh cahaya UV dengan panjang
gelombang yang sama dengan molekul pada vitamin C yaitu 269 nm.
Analisis menggunakan metode ini memiliki hasil yang akurat. Karena
alasan biaya, metode ini jarang digunakan (Sudarmaji, 2007).

C. Alat dan Bahan


Alat :
Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet berpenangas plastik
Pengaduk kecil
Satu set alat titrasi
Tabung reaksi
Bahan :
Kertas saring Tablet vitamin C
Jus buah papaya Larutan standar iod
Aquades Amilum
D. Langkah Kerja
1. Titrasi sampel referensi

Masukkan sebanyak 10 mL larutan asam askorbat dalam gelas


piala

Mengambil 1 mL larutan asam askorbat

Memasukkannya ke dalam wellplate (3 ceruk)

Menambahkan 1 tetes amilum pada masing-masing sampel di


wellplate

Titrasi sampel asam askorbat referensi dengan larutan Iod

2. Titrasi larutan sampel

Masukkan sampel jus jeruk dalam gelas piala

Mengambil 1 mL jus jeruk

Masukkannya ke dalam wellplate (3 ceruk)

Tambahkan 1 tetes amilum pada masing-masing sampel di


wellplate

Titrasi sampel dengan larutan Iod


3. Titrasi sampel tablet Vit C

Masukkan tablet vitamin C dalam labu ukur

Tambahkan akuades sampai garis tanda batas

Kocok larutan yang ada dalam labu ukur

Ambil 1 mL larutan vitamin C, kemudian masukkan dalam


masing-masing ceruk

Tambahkan 1 tetes amilum pada masing-masing sampel

Titrasi sampel dengan larutan Iod hingga titik akhir berwana biru
muda

E. Hasil Percobaan
1. Hasil Pengamatan
a. Titrasi Larutan I2 pada Buah Jeruk
I II III Rata-rata
Volume 1 1 1 1
Sampel (mL)
Jml Tetes I2 4 4 5 4,3
(tetes)
b. Titrasi Larutan I2 pada Asam Askorbat
I II III Rata-rata
Volume 1 1 1 1
Sampel (mL)
Jml Tetes I2 6 6 5 5,67
(tetes)

2. Perhitungan
a. Menghitung Faktor Kalibrasi

1 .
x =
1 . . 1

240 1 . 42,33
x =
1 . 5,67 1

b. Kadar vitamin C dalam Sampel

.
x =
1 1 1

4,3 42,33 182,02


x =
1 1 1

Jadi, milligram asam askorbat per millimeter jus adalah


1
82,02 18202
100 =
1

c. Kadar vitamin C dalam tablet Vitamin C

.
x =
1 1 1

38,3 42,33 162,123


x =
10 1 1
Jadi, miligram asam askorbat per millimeter tablet vitamin C adalah
162,123 16212,3
100 =
1

.
F. Pembahasan
Pada praktikum ini, penentuan kadar vitamin C dalam sampel jeruk buah
menggunakan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi
oksidasi antara iodine sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial
oksidasi lebih rendah dari sistem iodin dimana sebagai indikator larutan amilum.
Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reversible sebagai
berikut:
I2 (aq) + 2e 2I- ( + 0.5345 volt)
Kanji atau amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang
dapat balik (reversible) :
I2 + amilum kompleks iod-amilum
Kelarutan dari kompleks iod-amilum dalam air adalah sukar larut. Jika pada
reaksi ini, I2 yang diberikan cenderung banyak maka kesetimbangan akan bergeser
jauh di sebelah kanan sehingga kompleks iod-amilum yang terbentuk banyak ditandai
dengan terjadinya endapan. Akibatnya jika pada titrasi I2 tereduksi, kesetimbangannya
tidak segera kembali bergeser ke arah kiri ditandai dengan warna kompleks iod-
amilum yang sukar hilang.
Penentuan vitamin C (asam askorbat) dilakukan dengan titrasi iodimetri (titrasi
langsung). Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan I2.
Reaksi :

Percobaan penetapan kadar vitamin C pada praktikum kali ini menggunakan


sampel yang mengandung vitamin C dari buah jeruk. Prosedur pertama yang
dilakukan ialah menimbang sejumlah sampel kemudian sampel diambil sebanyak 1
ml dan ditetes di atas Wallplate, kemudian ditambahkan larutan amilum sebagai
indikator. Setelah itu dititrasi dengan larutan I2 0,01M. Proses titrasi dilakukan
sampai larutan pada wallplate berubah warna dari larutan kuning menjadi biru violet.
Warna biru violet yang dihasilkan merupakan reaksi antara iod dengan amilum
menjadi iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir.
Fungsi larutan iod ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang
terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan berwarna biru
karena pereaksi yang berlebih. Sebelum dititrasi, sampel ditambahkan 1 tetes larutan
amilum yang berperan sebagai indikator. Larutan Amilum disini bereaksi dengan iod,
dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru yang akan
terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Larutan amilum tidak boleh
ditambahkan tepat sebelum titik akhir dicapai. Jika larutan amilum ditambahkan
ketika konsentrasi iod tinggi, sedikit iod akan tetap teradsorpsi bahan pada titik akhir
titrasi.
Penyakit-penyakit yang terjadi akibat kekurangan vitamin C antara lain
sariawan, penurunan tingkat penyembuhan luka, anemia, kulit kering dan bersisik,
radang gusi, kerusakan pada jaringan jantung, dan lai-lain.
Dampak kelebihan vitamin C bagi orang yang mengkonsumsi vitamin C dosis
tinggi ialah sakit kepala, gangguan pencernaan, bahkan dapat membuat usus kram.
Selain itu juga dapat memperberat kinerja ginjal. Vitamin C yang mudah larut dalam
air akan membuat pengeluaran urine yang mengandung vitamin C meningkat
dibandingkan biasanya dan dapat membuat terbentuknya batu ginjal dengan mudah.
Menghilangkan kelebihan vitamin C ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi air
putih secara rutin.
Standar jumlah yang dibutuhkan tubuh sudah dibuat oleh USA Academy of
Sciences. Jumlah kebutuhan vitamin ini berbeda-beda menurut umur dan jenis
kelaminnya. Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg,
untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg. Namun karena
banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan
bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua
kali lipat yaitu 120 mg.
Pada praktikum ini menggunakan metode iodimetri adalah metode titrasi atau
volumetri dalam penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 yang bereaksi
dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk karena
hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Metode ini metode titrasi redoks, analit
dioksidasikan oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide (I2 sebagai oksidator).
Untuk mengetahui titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menambahkan
indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
Warna biru tesebut merupakan senyawa kompleks amilum dengan larutan I2.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan kadar vitamin C dalam asam
askorbat (sampel referensi) adalah 42,33 1 ,
sedangkan dalam buah jeruk adalah 18202 dan
dalam tablet vitamin C adalah 16212,3 . Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini berbeda dengan literature dimungkinkan karena buah
jeruk yang digunakan kurang segar, volume tiap tetes pada titrasi berbeda, dan
Pengenceran yang kurang tepat.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar vitamin C dalam buah jeruk adalah
18202
2. Pada buah jeruk yang diteliti dapat dikatakan bahwa buah jeruk bisa
memenuhi kebutuhan kita akan vitamin C, dimana kebutuhan vitamin C
perharinya yang kita butuhkan yaitu 60 mg (menurut US RDA).
3. Kadar vitamin C dalam tablet Vitamin C adalah
16212,3

H. Jawaban Pertanyaan

1. Fraksi manakan dari tablet vitamin adalah asam askorbat ?


Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa organik
derivat heksosa yang mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6H8O6, titik cairnya 190-192 0C,
bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam asetone dan
alcohol yang mempunyai berat molekul rendah, dengan
logam akan membentuk garam, mudah teroksidasi dalam
keadaan larutan terutama pada kondisi basa, katalisator Fe
dan Cu, enzim askorbat oksidase, sinar serta suhu tinggi, peka terhadap panas, stabil
dalam kondisi asam (pH rendah) dan kondisi kristal kering terbentuk kristal warna
putih, reduktor kuat, rasanya masam, mudah teroksidasi menjadi asam
dehidroaskorbat tetapi mudah tereduksi menjadi asamaskorbat kembali dan tidak
berbau
2. Seberapa dekatkah hasil analisis tablet vitamin yang anda lakukan sesuai dengan label
pada botol?
Dari analisis diperoleh kadar vitamin C tablet sebesar 34.94 % atau 17.47 mg dalam
50 mg. Sedangkan di kotak tablet disebutkan kadar vitamin C nya sebesar 50 mg,
hasil ini mengindikasi bahwa terdapat perbedaan hitungan analisis pada praktikum
dengan vitamin c tablet yang sebenarnya.
3. Saat ini US RDA untuk vitamin C adalah 60 mg. berapa banyak jus yang anda analisis
yang harus anda minum sesuai dengan US RDA untuk vitamin C ?
Banyak jus yang bisa kita minum adalah
1
=
18202 60
60 mg.mL = 18202 mg. x
x = 0,00329 mL
Banyak jus yang bisa kita minum adalah 0,00329 mL.
4. Jika anda menganalisis makanan yang lain, berapa banyak masing-masing yang harus
anda makan supaya sesuai dengan US RDA untuk vitamin C?
Buah Kandungan
Vitamin C
(mg/100 gr)
Jambu Biji 183
Kiwi 100
Kelengkeng 84
Pepaya 62
Jeruk 53
Melon 42
Anggur 34
Jeruk Mandarin 31
Buah Sukun 29
Mangga 28
Nanas 15
Pisang 9
Alpukat 8

US RDA untuk vitamin C yaitu 60 mg, jadi untuk buah kiwi cukup mengkonsumsi 1
buah kiwi sudah memenuhi US RDA karena 1 buah kimi mengandung 70 mg vitamin
C. berikut table kandungan vitamin c dalam buah dalam 100 mg

I. Daftar Pustaka
Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia.
Poedjiadi, Anna. 1994. DasarDasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Penerbit Liberty.
Syahruddin. 2007. Biokimia. UPT MKU Universitas Hasanuddin : Makassar
Sudarmaji, Slamet dkk. 2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian
(edisi keempat). Yogyakarta: Liberti
Tjitro, soejono, Juliana Anggono, Adriana Anteng Anggorowati, dan Gatut
Phengkusaksomo, 2000, Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan Variasi
Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang
Mengandung Klorida dan Sulfat, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 2, No. 1,
Surabaya.
Wahyuni, Sri Raharjoe Asjari, dan Ahmad Hamim sadewa, 2008, Kajian
Kemampuan Jus Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam Menghambat
Peningkatan Kadar Malondyaldehide Plasma Setelah Latihan Aerobik Tipe
High Impact, Jurnal Kesehatan, Vol. 1, No. 2, ISSN : 1979 7621,
Yogyakarta.
Wijanarko, Simon Bambang. 2002. Analisa Hasil Pertanian. Malang: Universitas
Brawijaya

Vous aimerez peut-être aussi