Vous êtes sur la page 1sur 10

PERCOBAAN III

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM BUAH-BUAHAN

A. TUJUAN

Menentukan kadar glukosa dalam buah atau materi yang berbentuk cair

B. LANDASAN TEORI

Karbohidrat merupakan hasil polimer kondensasi dari beberapa molekul monosakarida


yang dihubungkann oleh ikatan alpa Glukosidis, yang apabila terhidrolisa akan menghasilkan
senyawa monosakarida dengan gugusan aldehiuda ( Glukosa )dan Ketosa ( Fruktosa ). Atau
polihi alkohol yang apabila dihrolisa akan menghasilkan senyawa yang mengansung gugus
fungsional aldehida (Aldosa) dan Carbonil/Keton (Ketosa). Menurut Winarno (1984) bahwa
Karbohidrat pada umumnya dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu Polisakarida, Oligosakarida
(Disakarida) dan monosakarida.

Kata karbohidrat timbul karena rumus molekul senyawa ini dapat dinyatakan sebagai
hidrat dari karbon. Contohnya, glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 yang dapat ditulis
C6(H2O)6. Karbohidrat ialah polihidroksialdehida, polihidroksi keton, atau zat yang
memberikan senyawa seperti itu jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya
merupkan kimia gabungan dari dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil
(Hart, dkk., 2003).

Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas
keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe karbohidrat
ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah suatu
kesatuan karbohidrat tersederhana. Maka tak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat
yang lebih kecil (Fessenden dan Fessenden, 1999).

Monosakarida yang umum terdapat di alam ialah yang atom C-nya berkisar antara 3-7.
Dengan jumlah atom C sebagai pokok maka monosakarida ini terbagi menjadi golongan
aldosa dengan nama aldo-triosa, aldo-tetrosa, aldo-pentosa dan seterusnya, bilamana jumlah
atom C dalam senyawa itu berturut-turut adalah sebanyak tiga, empat, lima, dan seterusnya.
Golongan monosakarida yang kedua adalah ketosa dengan nama-nama berawalan keto
(Martoharsono, 1998).
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang
polarisasi ke kanan.glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065 0,11
% darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen dan maltosa. Glukosa
sangat penting bagi tubuh kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk
menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi
Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi (Budiman, 2009).

D-glukosa -D-glukosa -D-glukosa

Struktur 1. Glukosa dalam proyeksi Fischer dan Haworth

Glukosa merupakan suatu monosakarida aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh


manusia dan makhluk hidup lainnya. Ini merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat
yang dilepas ke dalam darah dan menjadi sumber energi utama makhluk hidup. Karena
perannya sebagai energi utama, glukosa kemudian ditranspor ke dalam sel untuk
menghasilkan energi. Proses pembentukan energi ini terjadi dalam mitokondria dengan
membutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnya untuk menghasilkan ATP sebagai energi
untuk setiap kegiatan sel. Glukosa darah ini dipengaruhi oleh faktor status gizi, genetik, umur
dan penyakit (Ningsih, dkk., 2008). Dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah menjadi glikogen
dan sebaliknya glikogen dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi biokimiawi yang
bertahap. Perubahan glukosa menjadi glikogen disebut glikogenesis, sedangkan perubahan
glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. Struktur glikogen hati sama dengan
strukutur glikogen otot, namun fungsi keduanya berbeda. Glikogen otot berperan sebagai
sumber energi, sedangakan glikogen hati berperan dalam mempertahankan kadar glukosa
darah. Banyak jasad renik, jamur, dan beberapa protozoa mempunyai enzim-enzim yang
mampu merombak selulosa menjadi glukosa. Rayap mudah mencerna selulosa karena saluran
ususnya memiliki parasit trichonympha yang memproduksi enzim selulase. Pencernaan
selulosa oleh hewan-hewan pemamah biak (herbivora) disebabkan oleh jasad renik atau flora
usus di dalam sistem ceran hewan tersebut yang menghasilkan selulase. Hal ini
menyebabkanhewan pemamah biak hidup dengan makan rumput (Sumardjo, 2009).

Metode Somogyi Nelson merupakan metode penentuan kadar glukosa yang didasarkan
pada spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis
yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang
bereaksi dengan arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru
diukur absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata. Dengan
membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat
ditentukan. Reaksi warna yang membentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel
dengan mengukur absorbansinya.
Spektrofotometri merupakan pengukuran penyerapan suatu energi yang didasarkan
pada panjang gelombang dan radiasi. Spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbansi energi. Absorbansi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam
untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Spektrofotometer merupakan alat untuk mengukur transmittan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu spektrofotometer UV-VIS. Prinsip dasar spektrofotometer UV-VIS ini cahaya saat
mengenai larutan benda bening akan mengalami dua hal yaitu: (a) Transmisi. Nilai dari
transmitansi sendiri berbanding terbalik dengan absorbansi. Transmitansi larutan T
merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan (b). Absorbsi. Cahaya akan
diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk mengalami
perubahan dalam molekul. Absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan sinar. Nilai
absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi. Nilai absorbansi berbanding
terbalik dengan tramsmitan.
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa besarnya serapan (A) proporsional dengan
besarnya konsentrasi (c) dari zat uji. Secara sistemastis Hukum Lambert-Beer dinyatakan
dengan persamaan
A = bc
dengan :
= epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1 cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
Untuk mengetahui apakah suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu
ditentukan grafik kalibrasi absorbansi dengan konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi
jika dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita hanya
bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan memiliki absorbansi yang
lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada
konsentrasi yang lebih tinggi dengan cara yang ramalan kalibrasi yang linier. Hal ini tidak
boleh diilakukan karena bagaimanapun, ketika kita tidak bisa mengetahui apakah hukum
Beer masih terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jika Hukum Beer tidaklah terpenuhi
pada konsentrasi yang lebih tinggi, hasil dari pengukuran akan merupakan suatu kesalahan
besar ( ketelitian sangat kecil). Sekalipun standar lebih lanjut disiapkan dan kurva dicoba ke
data, ketepatan dari hasil akan sangat lemah dalam kaitan dengan ketidak-pastian di (dalam)
membaca konsentrasi dari kurva.

Absorbansi y = ax + b

Konsentrasi

Gambar 2. Kurva Konsentrasi terhadap Absorbansi

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT:
Gelas beker
Gelas pengaduk
Pipet ukur
Pipet mikro
Spektrofotometer uv-vis
Stopwatch
Tabung reaksi
Vortex mixer
BAHAN:
Larutan (Ba(OH)2 0,3N
Larutan ZnSO4 7H2O 5%
Larutan standar glukosa 1mg/mL
500 gram kristal arsenomolibdat
Aquades
H2SO4
Kristal NaFSO4.7H2O
Rochele
Na2CO3
NaHCO3
Na2SO4 anhidrus
CuSO4.5H2O
Apel
semangka
D. LANGKAH KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
1. Data penentuan panjang gelombang () maksimal terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Penentuan Maksimal
No (nm) A
1 660 0,635
2 670 0,683
3 680 0,734
4 690 0,746
5 700 0,853
6 710 0,903
7 720 0,952
8 730 0,978
9 740 0,984
10 750 0,997
11 760 0,988
12 770 0,967

Kurva hubungan antara absorbansi (A) dengan panjang gelombang () dari data penentuan
maksimal terdapat pada Gambar 3.
1.2

absorbansi 0.8

0.6
Series1
0.4

0.2

0
660 670 680 690 700 710 720 730 740 750 760 770
panjang gelombang

Gambar 3. Kurva Hubungan Absorbansi dengan Panjang Gelombang

Dari kurva hubungan antara absorbansi dan panjang gelombang, diperoleh maksimal dari
rentang 660 nm-750 nm dengan nilai absorbansi terbesar adalah pada panjang gelombang
750nm.

2. Absorbansi larutan standar glukosa dengan konsentrasi 0,02 M, 0,04 M, 0,06 M, 0,08
M dan 0,1 M pada = 750 nm terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Absorbansi Larutan Standar Glukosa
No Konsentrasi (M) Absorbansi
1 0,02 0,280
2 0,04 0,634
3 0,06 0,895
4 0,08 1,067
5 0,1 1,320

3. Absorbansi larutan sampel untuk diukur kadar glukosa pada = 770 nm terdapat pada
Tabel 3. Larutan sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah semangka dan
apel
Tabel 3. Absorbansi Larutan Sampel (Semangka dan apel
Sampel Absorbansi
Semangka 1,360
Apel 1,889
A. Perhitungan
1. Pengenceran larutan glukosa dari konsentrasi 1M
a. Pengenceran larutan glukosa konsentrasi 0,02M
M1 x V1 = M2 x V2
1M x V1 = 0,02M x 10 mL
0,2
V1 = = 0,2mL
1

b. Pengenceran larutan glukosa konsentrasi 0,04M


M1 x V1 = M2 x V2
1M x V1 = 0,04M x 10 mL
0,4
V1 = = 0,4 mL
1

c. Pengenceran larutan glukosa konsentrasi 0,06M


M1 x V1 = M2 x V2
1M x V1 = 0,06M x 10 mL
0,6
V1 = = 0,6 mL
1

d. Pengenceran larutan glukosa konsentrasi 0,08M


M1 x V1 = M2 x V2
1M x V1 = 0,08M x 10 mL
0,8
V1 = = 0,8 mL
1

e. Pengenceran larutan glukosa konsentrasi 0,1M


M1 x V1 = M2 x V2
1M x V1 = 0,1M x 10 mL
1
V1 = 1 = 1 mL

2. Penghitungan kadar glukosa pada semangka dan apel


Hasil pengukuran larutan standar glukosa dengan konsentrasi 0,02 M, 0,04 M, 0,06
M, 0,08 M dan 0,1 M pada Tabel 2, diperoleh kurva larutan standar glukosa dari
hubungan konsentrasi terhadap absorbansi pada Gambar 4.
1.6
1.4 y = 12.565x + 0.0853
R = 0.9852
1.2
1
konsentrasi

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Aabsorbansi

Gambar 4. Kurva Larutan Standar Glukosa

Persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk menghitung kadar glukosa pada
larutan sampel minuman sprite dan pocari sweat. Perhitungan kadar glukosa pada kedua sampel
minuman yakni sprite dan pocari sweat adalah sebagai berikut.
a. Kadar glukosa pada semangka pada absorbansi 1,360
y = 12,56x + 0,085
1,360= 12,56x + 0,085
12,56x = 1,360 0,085
12,56x = 1,275
1,275
x = 12,56 = 0,102

Kadar glukosa semangka sebanyak 0,102mg/mL


.
b. Kadar glukosa apel pada absorbansi 1,889
y = 21,98x + 0,085
1,889 = 12,56x + 0,085
12,56x = 1,889 0,085
12,56x = 1,804
1,804
x = 12,56 = 0,144

Kadar glukosa apel sebanyak 0,144mg/mL

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa kadar
glukosa dalam semangka adalah0,102 mg/mL dan pada apel adalah 0,144mg/mL.

H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana prinsip pengukuran dengan spektrofotometer?
Jawab : Prinsip pengukuran dengan spektrofotometer adalah hasil interaksi antara
molekul dengan cahaya atau gelombang elekromagnet berupa serapan yang dapat
dihamburkan, diabsorbsi, atau dipancarkan yang disesuaikan dengan daerah
gelombang, panjang gelombang, frekuensi, dan bilangan gelombang dari alat
spektofotometer. Misalnya pada spektofotometer UV-Vis, pengukuran didasarkan
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototubepada panjang gelombang 220 nm 750 nm yang dinyatakan
dengan transmisi (T) merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan,
dan absorbansi (A) merupakan cahaya yang diserap jika energi cahaya tersebut sesuai
dengan energi yang dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam molekul. Syarat
larutan yang digunakan untuk mengukur absorbansi menggunakan spektofotometer
UV-Vis adalah harus berwarna.
2. Kenapa larutan Cu alkalis digunakan? Mengapa Anda memerlukan kurva standar
untuk menentukan kadar glukosa harus dilakukan segera sebelum digunakan?
Jawab :
a. Alasan menggunakan larutan Cu alkalis adalah mengubah ion kupri
(Cu2+)menjadi ion kupro (Cu+), untuk mencegah terjadinya endapan dari kupri
oksida kareba mengandung reagen Nelson, dan memberi suasana alkalis atau basa
agar. Pada suasana alkasli dapat mempercepat terjadinya reaksi.
b. Kurva standar dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar dibutuhkan untuk
menentukan persamaan regresi. Nilai persamaan regresi tersebut digunakan untuk
menentukan kadar glukosa larutan sampel.
c. Alasan pembuatan kurva harus dilakukan segera adalah untuk menjaga larutan
agar tidak terkontaminasi oleh suhu dan udara yang ada dilingkungan sekitar
sehingga akurasi perhitungan larutan standar dapat terjaga.
3. Jelaskan kenapa larutan arsenomolibdar dapat membentuk warna dengan glukosa?
Jawab : Karena larutan arsenomolibdat akan bereaksi dengan ion Kupro (Cu+)
membentuk kompleks yang berwarna biru yang stabil. Ion Kupro ini berasal dari ion
Kupri (Cu 2+) pada larutan alkalis yang telah direduksi oleh gula reduksi. Penambahan
reagen tersebut digunakan untuk melarutkan kembali endapan Cu2O sehingga larutan
akan berubah, dimana arsenomolibdat akan bereaksi dengan kupro oksida membentuk
molybdine. Semakin banyak gula reduksi yang terkandung dalam campuran, semakin
pekat warnanya.

I. DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi